Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGELOLAAN MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA


TSUNAMI

FX. BAMBANG WISNU A


19070517
NON REGULER ALIH JENJANG D-III BANJARBARU

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN


MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
BANJARMASIN
2020
DAFTAR ISI

Halaman Judul .....................................................................................................


1
Daftar Isi .....................................................................................................
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................................
3
B. Tujuan .....................................................................................................
5
C. Manfaat .....................................................................................................
5
BAB II ISI
A. Definisi Bencana ..................................................................................................
6
B. Pencegahan Bencana Tsunami .............................................................................
8
C. Mitigasi Bencana ..................................................................................................
9
I PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................................
12
B. Saran .....................................................................................................
12
Daftar Pustaka .....................................................................................................
13

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah pertumbuhan kota dan permukiman di Indonesia menunjukkan
bahwa masyarakat pada umumnya menempati lokasi di pesisir ataupun di pinggir
sungai, karena tidak dapat dipungkiri bahwa air merupakan sumber kehidupan bagi
manusia. Hal tersebut juga terjadi karena Indonesia merupakan negara kepulauan di
mana sebagian wilayahnya adalah perairan, sehingga banyak masyarakat Indonesia
yang memilih tinggal di wilayah pesisir. Wilayah pesisir juga memiliki keragaman
potensi sumber daya alam yang tinggi, dan sangat penting bagi perkembangan
sosial, ekonomi, budaya, dan juga pariwisata. Namun, masih banyak masyarakat
yang tidak mengetahui bahayanya tinggal di pesisir pantai atau di pinggir sungai.
Tinggal di pesisir pantai memiliki potensi bahaya terkena bencana alam,
salah satunya adalah bencana tsunami. Tsunami merupakan bencana yang tidak
dapat diprediksi waktu kemunculannya, namun jika terjadi dapat menimbulkan
kerusakan dan dampak yang besar, Daya rusak bencana tsunami sangat dahsyat
terutama di wilayah pesisir dan dapat menjangkau wilayah yang cukup luas hingga
puluhan kilometer dari garis pantai. Daerah yang masih mempunyai potensi
mendapat kerusakan karena terpaan gelombang tsunami disebut dengan daerah
rawan bencana tsunami (LAPAN, 2015).
Tsunami dapat disebabkan oleh longsor di bawah laut, erupsi letusan
gunung berapi, gempa bumi berskala besar, atau gangguan besar lainnya di dasar
laut sehingga menyebabkan adanya gelombang raksasa yang merambat sangat
cepat dan melanda ke daratan. Tsunami yang terjadi di Indonesia sebagian besar
disebabkan oleh gempa-gempa tektonik yang muncul karena aktivitas pergerakan
lempeng tektonik di sepanjang daerah subduksi dan daerah seismik aktif lainnya.
Dengan wilayah yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik,
berbagai wilayah pesisir di Indonesia berpotensi mengalami bencana tsunami.
Tercatat beberapa sejarah tsunami yang pernah melanda Indonesia yaitu
tsunami di Laut Banda pada tahun 1674 yang mengakibatkan lebih dari 2000
korban meninggal dunia. Erupsi Gunung Krakatau yang akhirnya menyebabkan
tsunami di sekitar Selat Sunda sampai Jawa dan Sumatera pada tahun 1883 dan
menyebabkan lebih dari 30.000 orang meninggal dunia. Pada tahun 1992, terjadi
3
tsunami di Flores yang menewaskan lebih dari 2000 orang. Lalu tsunami terbesar
yang menyebabkan sekitar 250.000 orang meninggal dunia yaitu tsunami di Aceh
pada tahun 2004. Di Pangandaran, pernah terjaditsunami pada tahun 2006 dan
menewaskan kurang lebih 670 orang, 65 orang hilang dan lebih dari 9.000 orang
luka-luka. Kemudian pada tahun 2018 terjadi tsunami di Palu pada bulan
September yang menewaskan lebih dari 3000 orang. Pada bulan Desember di Selat
Sunda terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau yang menimbulkan tsunami sehingga
menewaskan lebih dari 400 orang, dan lebih dari 7.000 orang luka-luka.
Selain kerugian karena banyaknya korban jiwa, terdapat juga kerugian
karena terguncangnya psikologis para korban yang selamat dari bencana tsunami.
Tidak hanya itu, kerugian materi yang mencapai miliaran hingga triliunan rupiah
juga menjadi salah satu yang paling merugikan, yaitu kehilangan tempat tinggal,
infrastruktur, sarana publik, dan yang lainnya. Jika daerah yang terjadi tsunami
merupakan daerah pariwisata pantai, maka akan lebih banyak kerugian yang terjadi
terutama dalam hal materi, karena jumlah wisatawan yang berkunjung akan
menurun dan merugikan industri pariwisata.
Karena kerugian dan korban yang begitu banyak akibat bencana tsunami,
maka hal ini menjadi salah satu permasalahan besar dan tugas bagi setiap negara
untuk meminimalisir dampak kerusakan dan jumlah korban jiwa yang diakibatkan
oleh bencana alam tersebut. Di samping itu, pemikiran penanggulangan bencana
juga harus dipahami dan diimplementasikan oleh semua pihak. Menyikapi hal
tersebut, pemerintah telah mengeluarkan Undang Undang Republik Indonesia No.
24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, dan membentuk lembaga
sebagai pengarah dan juga pelaksana penanggulangan bencana yaitu Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Namun, karena Indonesia merupakan
negara yang sangat luas, jumlah penduduk yang tidak merata di setiap pulau dan
daerahnya, juga fasilitas pendidikan dan fasilitas publik yang berbeda di setiap
wilayah, menyebabkan pengetahuan dan kesiapan masyarakat dalam menghadapi
bencana alam menjadi tidak merata pada setiap penjuru daerah di Indonesia.

4
B. Tujuan
Tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah :
1. Mengetahui tentang pengertian bencana secara umum dan bencana
tsunamisecara khusus.
2. Mengetahui tentang pencegahan bencana tsunami
3. Mengetahui tentang mitigasi bencana tsunami.

C. Manfaat
1. Untuk memberikan pemahaman bagi penyusun dan pembaca mengenai bencana
tsunami serta pencegahan dan mitigasi yang dilaksanakan untuk mengurangi
dampak bencana.

5
BAB II
ISI

A. Definisi Bencana
Definisi bencana yang dikeluarkan oleh Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) adalah suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam, manusia atau keduanya yang mengakibatkan korban
manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana,
dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan
penghidupan masyarakat. Bencana alam adalah salah satu faktor yang bisa
mengakibatkan rusaknya lingkungan hidup. Bencana alam bila dilihat dari
penyebabnya, dapat dibedakan sedikitnya menjadi tiga jenis, yaitu geologis,
klimatologis, dan ekstra-terestial.
Jenis Bencana Usep Solehudin (2005) mengelompokkan bencana menjadi 2
jenis yaitu:
1. Bencana alam (natural disaster) yaitu kejadian-kejadian alami seperti kejadian-
kejadian alami seperti banjir, genangan, gempa bumi, gunung meletus, badai,
kekeringan, wabah, serangga dan lainnya.
2. Bencana ulah manusia (man made disaster) yaitu kejadian-kejadian karena
perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran,
huru-hara, sabotase, ledakan, gangguan listrik, ganguan komunikasi, gangguan
transportasi dan lainnya.
Menurut Barbara santamaria (1995), ada tiga fase dapat terjadinya suatu
bencana yaitu:
1. Fase pre impact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana. Informasi
didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Seharusnya pada fase inilah
segala persiapan dilakukan dengan baik oleh pemerintah, lembaga dan
masyarakat.
2. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks bencana inilah saat-saat dimana
manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup, fase impact ini terus
berlanjut hingga tejadi kerusakan dan bantuan-bantuan yang darurat dilakukan.
3. Fase post impact merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari
fase darurat. Juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada
fungsi kualitas normal. Secara umum pada fase post impact para korban akan
6
mengalami tahap respons fisiologi mulai dari penolakan (denial), marah
(angry), tawar-menawar (bargaing), depresi (depression) hingga penerimaan
(acceptance).
Sedangkan berdasarkan cakupan wilayah, bencana terdiri dari:
1. Bencana Lokal
Bencana ini biasanya memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang
berdekatan. Bencana terjadi pada sebuah gedung atau bangunanbangunan
disekitarnya. Biasanya adalah karena akibat faktor manusia seperti kebakaran,
ledakan, terorisme, kebocoran bahan kimia dan lainnya.
2. Bencana Regional
Jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis yang
cukup luas dan biasanya disebabkan oleh faktor alam, seperti badai, banjir,
letusan gunung, tornado dan lainnya.
Bencana tsunami disebabkan oleh gelombang air laut yang membawa
material baik berupa sisa-sisa bangunan, tumbuhan dan material lainnya
menghempas segala sesuatu yang berdiri di dataran pantai dengan kekuatan yang
dasyat. Bangunan-bangunan yang memiliki dimensi lebar dinding sejajar dengan
garis pantai atau tegak lurus dengan arah datangnya gelombang akan mendapat
tekanan yang paling kuat sehingga akan mengalami kerusakan yang paling parah.
Gelombang air ini juga akan menggerus fondasi dan menyeret apapun yang berdiri
lepas dipermukaan dataran pantai dan dibawa ke laut.
Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan
ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana.
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan
berdaya guna.
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). Mitigasi didefinisikan sebagai
: “Upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari bencana baik bencana
alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari keduanya dalam suatu negara
atau masyarakat. Mitigasi bencana yang merupakan bagian dari manajemen
7
penanganan bencana, menjadi salah satu tugas Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah dalam rangka pemberian rasa aman dan perlindungan dari ancaman
bencana yang mungkin dapat terjadi. Ada empat hall penting dalam mitigasi
bencana, yaitu :
1. tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis bencana;
2. sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam
menghadapi bencana, karena bermukim di daerah rawan bencana;
3. mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta mengetahui cara
penyelamatan diri jika bencana timbul,
4. pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman
bencana.

B. Pencegahan Bencana Tsunami


Bencana alam tsunami bisa menimbulkan korban lebih banyak
dibandingkan gempa, hal ini karena tsunami terjadi setelah adanya gempa sehingga
korban dan kerugian harga benda dapat berlipat ganda.
Berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi jatuhnya korban
akibat bencana tsunami adalah sebagai berikut:
1. Perlindungan Garis
Pantai Perlindungan garis pantai dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Penetapan peraturan tentang pembangunan wilayah pantai.
b. Membangun tembok- tembok penahan dan pemecah air laut.
c. Melestarikan hutan mangrove, menanamnya di pesisir dengan baik, dan
tidak menebang sembarangan, atau tidak mengubah lahan mangrove
menjadi tambak.
d. Tidak mencemari sungai dengan limbah karena akan merusak laut.
2. Sistem Peringatan Dini
Sistem peringatan dini perlu dibangun untuk mendeteksi, menentukan lokasi,
dan besaran potensi tsunami yang muncul sebagai akibat gempa bumi atau
getaran-getaran lainnya. Sistem ini selanjutnya memberikan informasi dan
peringatan kepada pihak-pihak yang terkait dan kemudian kepada penanggung
jawab di tingkat lapangan atau masyarakat yang mungkin terkena bencana.
Informasi ini disebarluaskan lewat radio dan televisi.
a. Struktur Pantai (Coastal Structures)
8
b. Penatataan Wilayah (City Planning)
c. Sistem yang terpadu (Tsunami Prevention System)
3. Pendidikan dan Pembelajaran
Mempelajari dan memahami tsunami, baik penyebab, tanda-tanda, maupun
sifat tsunami, dapat dilakukan dengan penyuluhan terhadap warga melalui
pertemuan RT, mencari, memperoleh, dan berbagi informasi dari berbagai
sumber, termasuk kisah korban tsunami, buku, media elektronik, dan lain-lain.
4. Kemitraan
Menjalin kemitraan dengan pihak-pihak dalam dan luar negeri yang dapat
memberikan bantuan jika terjadi bencana tsunami.
5. Pemetaan kawasan rawan dan tempat evakuasi
Memetakan daerah yang paling rawan serta daerah yang layak untuk menjadi
tempat evakuasi dan rute penyelamatan jika terjadi bencana.
6. Penyiapan posko bencana
Posko (pos komando) harus selalu ada dan siap, terutama di daerah yang rawan
bencana tsunami. Tim satgas dan tim kesehatan harus selalu siap di posko yang
telah disediakan. Dalam posko harus disiapkan peralatan yang dibutuhkan
dalam kondisi darurat.
7. Satgas penanganan bencana
Satgas terdiri atas unsur-unsur perangkat desa/ kelurahan, tentara, polisi, dan
relawan dari masyarakat yang berpengalaman dalam menangani bencana.

C. Mitigasi Bencana
Mitigasi bencana merupakan langkah yang sangat perlu dilakukan sebagai
suatu titik tolak utama dari manajemen bencana. Ada empat hall penting dalam
mitigasi bencana, yaitu :
1. tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis bencana;
2. sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam
menghadapi bencana, karena bermukim di daerah rawan bencana;
3. mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta mengetahui cara
penyelamatan diri jika bencana timbul,
4. pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman
bencana.

9
Oleh kerena itu mitigasi mencakup semua langkah yang diambil untuk
mengurangi skala bencana di masa mendatang, baik efek maupun kondisi rentan
terhadap bahaya itu sendiri. Oleh karena itu kegiatan mitigasi lebih difokuskan pada
bahaya itu sendiri atau unsur-unsur terkena ancaman tersebut. Contoh:
pembangunan rumah tahan gempa, pembuatan irigasi air pada daerah yang
kekeringan. Mitigasi bencana yang efektif harus memiliki tiga unsur utama, yaitu
penilaian bahaya, peringatan dan persiapan.
1. Penilaian bahaya (hazard assestment); diperlukan untuk mengidentifikasi
populasi dan aset yang terancam, serta tingkat ancaman. Penilaian ini
memerlukan pengetahuan tentang karakteristik sumber bencana, probabilitas
kejadian bencana, serta data kejadian bencana di masa lalu. Tahapan ini
menghasilkan Peta Potensi Bencana yang sangat penting untuk merancang
kedua unsur mitigasi lainnya
2. Peringatan (warning); diperlukan untuk memberi peringatan kepada
masyarakat tentang bencana yang akan mengancam (seperti bahaya tsunami
yang diakibatkan oleh gempa bumi, aliran lahar akibat letusan gunung berapi,
dsb). Sistem peringatan didasarkan pada data bencana yang terjadi sebagai
peringatan dini serta menggunakan berbagai saluran komunikasi untuk
memberikan pesan kepada pihak yang berwenang maupun masyarakat.
Peringatan terhadap bencana yang akan mengancam harus dapat dilakukan
secara cepat, tepat dan dipercaya.
3. Persiapan (preparedness). Kegiatan kategori ini tergantung kepada unsur
mitigasi sebelumnya (penilaian bahaya dan peringatan), yang membutuhkan
pengetahuan tentang daerah yang kemungkinan terkena bencana dan
pengetahuan tentang sistem peringatan untuk mengetahui kapan harus
melakukan evakuasi dan kapan saatnya kembali ketika situasi telah aman.
Penguatan kelembagaan, baik pemerintah, masyarakat, maupun swasta
merupakan faktor kunci dalam upaya mitigasi bencana. Penguatan kelembagaan
dalam bentuk dalam kesiapsiagaan, sistem peringatan dini, tindakan gawat darurat,
manajemen barak dan evakuasi bencana bertujuan mewujudkan masyarakat yang
berdaya sehingga dapat meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana.
Sementara itu upaya untuk memperkuat pemerintah daerah dalam kegiatan
sebelum/pra bencana dapat dilakukan melalui perkuatan unit/lembaga yang telah
ada dan pelatihan kepada aparatnya serta melakukan koordinasi dengan lembaga
10
antar daerah maupun dengan tingkat nasional, mengingat bencana tidak mengenal
wilayah administrasi, sehingga setiap daerah memiliki rencana penanggulangan
bencana yang potensial di wilayahnya.
Prinsip-prinsip mitigasi merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi
risiko bencana baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU no. 24/2007):
1. Bencana adalah titik awal upaya mitigasi bagi bencana serupa berikutnya.
2. Upaya mitigasi itu kompleks, saling tergantung dan melibatkan banyak pihak
3. Upaya mitigasi aktif lebih efektif dibanding upaya mitigasi pasif
4. Jika sumberdaya terbatas, prioritas harus diberikan kepada kelompok rentan
5. Upaya mitigasi memerlukan pemantauan dan evaluasi terus menerus untuk
mengetahui perubahan situasi.
Mitigasi dapat juga diartikan sebagai penjinak bencana alam, dan pada
prinsipnya mitigasi adalah usaha-usaha baik bersifat persiapan fisik, maupun non-
fisik dalam menghadapi bencana alam.
1. Persiapan fisik dapat berupa penataan ruang kawasan bencana dan kode
bangunan.
2. Non-fisik dapat berupa:
a. Pendidikan tentang bencana alam
b. Menempatkan Korban di suatu tempat yang aman menempatkan korban
di suatu tempat yang aman adalah hal yang mutlak diperlukan. Sesuai
dengan deklarasi Hyogo yang ditetapkan pada Konferensi Dunia tentang
Pengurangan Bencana, di Kobe, Jepang, pertengahan Januari 2005 yang
lalu. Berbunyi: “Negara-negara mempunyai tanggung jawab utama untuk
melindungi orang-orang dan harta benda yang berada dalam wilayah
kewenangan dan dari ancaman dengan memberikan prioritas yang tinggi
kepada pengurangan resiko bencana dalam kebijakan nasional, sesuai
dengan kemampuan mereka dan sumber daya yang tersedia kepada
mereka”.
c. Membentuk tim penanggulangan bencana
d. Memberikan penyuluhan-penyuluhan
e. Merelokasi korban secara bertahap.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Definisi bencana adalah suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam, manusia atau keduanya yang mengakibatkan korban
manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana
prasarana, dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata
kehidupan dan penghidupan masyarakat
2. Bencana tsunami disebabkan oleh gelombang air laut yang membawa material
baik berupa sisa-sisa bangunan, tumbuhan dan material lainnya menghempas
segala sesuatu yang berdiri di dataran pantai dengan kekuatan yang dasyat. Bisa
disebabkan oleh gempa bawah laut atau letusan gunung berapi di laut.
3. Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.

B. Saran
1. Dalam pencegahan dan penanggulangan dampak bencana lebih besar yang
disebabkan oleh tsunami dapat dilaksanakan dengan cara penguatan sistem early
warning system bencana tsunami.
2. Perlu dilakukan sosialisasi dan edukasi tahapan pencegahan, mitigasi dan
evakuasi bencana pada masyarakat pada daerah rawan terkena bencana sebagai
persiapan apabila terjadi bencana pada suatu waktu.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bahan Ajar pencegahan dan Mitigasi Bencana. Kementerian Pertahanan RI tersedia di


https://www.kemhan.go.id/badiklat/wp-content/uploads/2017/12/HANJAR-
PENCEGAHAN-DAN-MITIGASIREVISIutk-PDF.pdf diakses pada tanggal 28
desember 2020

kewaspadaan, kesiapsiagaan, dan mitigasi bencana tsunami di Desa Pangandaran


tersedia di http://eprints.itenas.ac.id/495/4/04%20Bab1%20%20%20222015152.pdf
Diakses Pada Tanggal 28 Desember 2020

Permendagri Nomor 33 Tahun 2006 tersedia di https://www.gitews.org/tsunami-


kit/en/E6/further_resources/national_level/peraturan_menteri/Permendagri
%2033-2006_Lampiran.pdf diakses pada 28 Desember 2020

PP Nomor 21 tahun 2008 tentang penyelenggarann Penanggunalngan bencana tersedia


di https://bnpb.go.id/ppid/file/PP_No._21_Th_2008.pdf diakses pada 28 Desember
2020

Undang-undang nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana tersedia di


https://bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/1.pdf diakses pada 28 Desember 2020

13

Anda mungkin juga menyukai