Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pencemaran udara dapat diartikan sebagai hadirnya satu atau beberapa
kontaminan di dalam udara atmosfir, seperti antara lain oleh debu, busa,
gas, kabut, bau-bauan, asap atau uap dalam kuantitas yang banyak,
dengan berbagai sifat maupun lama berlangsungnya di udara tersebut,
hingga dapat menimbulkan gangguan-gangguan tehadap kehidupan
manusia , tumbuhan, atau hewan maupun benda, atau tanpa alasan jelas
sudah dapat memepengaruhi kelestarian kehidupan organisme.
Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di
kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting bagi
kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat
memberikan daya dukung bagi makhluk hidup secara optimal.
Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara
lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai
kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara
yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat
disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan,
gunung meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari pencemaran udara
tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang
berdampak negatif terhadap kesehatan manusia. Udara merupakan
media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar manusia perlu
mendapatkan perhatian yang serius, hal ini pula menjadi kebijakan
Pembangunan Kesehatan Indonesia 2010 dimana program pengendalian
pencemaran udara merupakan salah satu dari sepuluh program
unggulan.
Pertumbuhan pembangunan seperti industri, transportasi, dll disamping
memberikan dampak positif namun disisi lain akan memberikan
dampak negative dimana salah satunya berupa pencemaran udara dan

1
kebisingan baik yang terjadi didalam ruangan (indoor) maupun di luar
ruangan (outdoor).
Dampak Terhadap Kesehatan Senyawa-senyawa di dalam gas buang
terbentuk selama energi diproduksi untuk mejalankan kendaraan
bermotor. Beberapa senyawa yang dinyatakan dapat membahayakan
kesehatan akibat dari emisi gas buang kendaraan adalah berbagai oksida
sulfur, oksida nitrogen, dan oksida karbon, hidrokarbon, logam berat
tertentu dan partikulat. Oleh karena itu sebagai kita harus dapat
meminimalisir pencemaran udara terutama di dalam ruangan dengan
salah satu upaya melalui penyegaran udara dan pengaturan sirkulasi
udara.

B. Tujuan
Tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah :
1. Mahasiswa mampu memahami definisi dari kualitas udara di dalam
ruangan.
2. Mahasiswa mampu memahami elemen – elemen yang
mempengaruhi kualitas udara dalam ruangan
3. Mahasiswa mampu mengetahui tentang parameter kulaitas udara
dalam ruangan.
4. Mahasiswa mampu memahami dan meimplementasikan cara
pengendalian kualitas udara dalam ruangan

C. Manfaat
Manfaat dari makalah ini, baik bagi penyusun maupun pembaca dapat
menjadi sarana penambah wawasan serta pengetahuan tentang
pengendalian pencemaran udara indoor dan outdoor beserta hal – hal
yang terkait dengan pengendalian pencemaran udara lainnya.

2
BAB II
Tinjauan Pustaka

A. Pengertian Pencemaran Udara


Pengendalian pencemaran udara adalah setiap usaha atau kegiatan dari
sumber bergerak, sumber tiddak bergerak dan kegiatan lainnya selalu
menghasilkan pollutan maka wajib melakukan pengendalian
pencemaran udara, agar kualitas udara ambien dan mutu udara emisi,
tingkat kebisingan, getaran dan kebauan sesuai dengan baku mutu tetap
memenuhi kesehatan.
Pencemaran dapat terjadi dimana-mana. Bila pencemaran tersebut
terjadi di dalam rumah, di ruang-ruang sekolah ataupun di ruang-ruang
perkantoran maka disebut sebagai pencemaran dalam ruang (indoor
pollution). Sedangkan bila pencemarannya terjadi di lingkungan rumah,
perkotaan, bahkan regional maka disebut sebagai pencemaran di luar
ruang (outdoor pollution).
Pengendalian adalah segala macam upaya baik secara administrasi dan
teknik untuk pencegahan dan upaya penanggulangan pencemaran udara
serta pemulihan kualitas udara.
Ruang lingkup pengendalian pencemaran udara yaitu :
1. Pencegahan adalah setiap bentuk upaya yang dilakukan sebelum
terjadinya dampak pencemaran udara.
2. Penanggulangan adalah semua upaya yang dilakukan setelah terjadi
dampak pencemaran udara agar dampak yang ditimbulkan dapat
diminimalisir.
3. Pemulihan adalah upaya yang dilakukan setelah terjadinya dampak,
sehingga diharapkan tidak akan lebih buruk dampaknya.

B. Tinjauan Tentang Udara Dalam Ruangan (Indoor)


Menurut NHMRC (1989,1993), udara dalam ruangan adalah udara di
dalam area kerja dimana orang menghabiskan waktu selama 1 hari atau
lebih dan bukan merupakan gedung industri. Yang termasuk area

3
tersebut antara lain tempat penghuni rumah, kantor ,dan rumah sakit.
Sedangkan pengertian kualitas udara dalam ruangan menurut EPA
(1991) adalah hasil interaksi antara tempat, suhu, system gedung (baik
desain asi maupun modifikasi terhadap struktur dan system mekanik),
teknik kontruksi, sumber kontaminan (material, peralatan gedung serta
sumber dari luar) dan pekerja.
Menurut Environmental Protection Agency (EPA), indoor air pollution
adalah hasil interaksi antara tempat, suhu, sistem gedung (baik desain
asli maupun modifikasi terhadap struktur dari sistem mekanik), teknik
konstruksi, sumber kontaminan (material, peralatan gedung) serta
sumber dari luar) dan pekerja (Joviana, 2009). Udara dalam ruangan
adalah media perantara yang mana manusia, bangunan dan iklim saling
mempengaruhi. Kesehatan dan kesejahteraan manusia ditentukan oleh
faktor fisik, kimia dan biologis yang terkandung dalam udara dalam
ruangan.
Secara umum pencemaran udara ruangan (Indoor air pollution), berupa
pencemaran udara didalam ruangan yang berasal dari pemukiman,
perkantoran ataupun gedung tinggi.

C. Faktor yang Mempengaruhi Pencemaran Udara Dalam Ruangan


Berdasarkan National Institute of Occupational Safety and Health
(NIOSH) 1997, penyebab timbulnya masalah kualitas udara dalam
ruangan pada umumnya disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kurangnya
ventilasi udara (52%), adanya sumber kontaminan di dalam ruangan
(16%), kontaminan dari luar ruangan (10%), Mikroba (5%), bahan
material bangunan (4%), lain – lain 13 %. Berikut penjelasannya :
1. Pencemaran dari dalam gedung seperti asap rokok, pestisida,
bahan-bahan pembersih ruangan.
2. Pencemaran dari luar gedung yang dapat masuk ke dalam ruangan
seperti gas buangan kendaraan bermotor, gas cerobong asap atau
dapur yang terletak dekat gedung umumnya disebabkan karena
penempatan lokasi lubang udara yang tidak tepat.

4
3. Pencemaran akibat bahan bangunan, seperti formaldehid, lem,
asbes, fiberglass, dan bahan lain yang merupakan komponen
pembentuk gedung tersebut.
4. Pencemaran akibat mikroba berupa bakteri, jamur, protozoa, dan
produk mikroba lainnya yang ditemukan di saluran udara serta alat
pendingin beserta seluruh sistemnya.
5. Gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar yang
masuk serta buruknya distribusi udara dan kurangnya perawatan
sistem ventilasi udara.

D. Parameter Kualitas Udara Dalam Ruangan


Baku mutu udara dalam ruangan yaitu Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1077/Menkes/Per/V/2011 tentang
persyaratan kualitas udara dalam ruang.
1. Parameter Fisik
a. Particulate Matter
Debu partikulat merupakan salah satu polutan yang sering
disebut sebagai partikel yang melayang di udara ( suspended
particulate matter/spm) dengan ukuran satu micron samapai
dengan 500 mikron. Dalam kasus pecemaran udara baik dalam
maupun di ruang gedung (indor dan outdoor pollutan) debu
sering dijadikan salah satu indicator pencemaran yang
digunakan untuk menunjukkan tingkat bahaya baik terhadap
lingkungan maupun terhadap kesehatan dan keselamatan kerja
Partikel debu akan ada di udara dalam waktu yang relative
lama dengan keadaan melayang-layang di udara kemudian
masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan.
b. Suhu
Definisi suhu yang nyaman (thermal comfort) menurut
ASHRAE adalah suatu kondisi yang dirasakan dan
menunjukkan kepuasam terhadap suhu yang ada di lingkungan
Untuk pekerja kantor dimana pekerjaan yang berulang-ulang

5
selama beberapa jam, aktivitas personal, pakaian, tingkat
kebugaran, dan pergerakan udara merupakan factor yang
cukup berpengaruh terhadap persepsi seseorang terhadap
kenyamanan suhu. Sedangkan kelembapan aktif juga turut
berpengaruh terhadap suhu dimana kelembaban yang rendah
akan membuat suhu semakin dingin dan begitu juga
sebaliknya.(BiNardi 2003)
c. Kelembaban Relatif (Relative Humidity /RH)
Kelembaban udara yang ekstrim dapat berkaitan dengan
buruknya kualitas udara. RH yang rendah dapat
mengakibatkan terjadinya gejala SBS seperti iritasi mata,
iritasi tenggorokan dan batuk-batuk . Menurut SK Gubernur
No.54 tahun 2008 tahun 2002, agar ruang kerja perkantoran
memenuhi persyaratan, bila kelembaban udara ruang. 60 %
perlu menggunakan alat dehumidifier, dan bila < 40 % perlu
menggunakan humidifier misalnya mesin pembentukan
aerasol.
d. Pencahayaan
Cahaya merupakan pencaran gelombang elektromagnetik yang
melayang melewati udara, iluminasi merupakan jumlah atau
kualitas cahaya yang jatuh kesuatu permukaan. Apabila suatu
gedung tingkat ilmunasinya tidak memenuhi syarat maka dapat
menyebabkan kelelahan mata. ( Spengler et al.2000)
e. Kecepatan Aliran Udara
Pergerakan udara yang tinggi akan mengakibatkan
menurunnya suhu tubuh dan menyebabkan tubuh mersakan
suhu yang lebih rendah. Namun apabila kecepatan aliran udara
stagnan ( minimal air movement) dapat membuat terasa sesak
dan buruknya kualiatas udara ( BiNardi 2003)
f. Bau (odor)
Bau merupakana salah satu permsalahan buruknya kualitas
udara yang dapat dirasakan dengan jelas. Jenis bau dapat

6
berasal dari tubuh manusia, bau asap rokok,bau masakan,dan
sebagainya.
g. Kebisingan
Menurut Kepmen No.48 tahun 1996, kebisingan adalah bunyi
yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat
dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan ganguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
2. Parameter Biologi
Mikrooragbisme dapat muncul dalam waktu dan tempat yang
berbeda. Penyebaran lewat udara, mikroorganisme harus
mempunyai habitat untuk tumbuh dan berkembang biak (tillman,
2007). Seringkali sering kali ditemui di sistem ventilasi atau karpet
yang terkontaminasi.
a. Jamur
Menurut Hargreaves dan Parappukkaran (1999) menyatakan
bahwa pajajan terhadap khamir dan kapang terjadi setiap hari,
namun ada 3 faktor yang mempengaruhi populasi fungi adalah
teknik konstruksi yang buruk, kegagalan dalam
mengidentifikasi atau memperbaiki kerusakan dalam
mengoperasikan dan menjaga sistem AC.
b. Virus
Virus merupakan salah satu pencemar biologi yang berbahaya
bagi kesehatan. Pada kondisi sekarang, virus Covid-19 dapat
bertahan di dalam ruangan dengan pendingin AC selama
beberapa waktu. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya
penularan Covid-19 terjadi di perkantoran/sekolah.
3. Parameter Kimia
a. Karbon Dioksida (CO2)
Sumber CO2 yang terbanyak berasal dari hasil ekshalasi udara
hasil pernapasan manusia, namun Environmenta Tobacco
Smoke (ETS) juga dapat menjadi sumber CO2. Nilai ambang
batas CO2 yang diperbolehkan menurut OSHA adalah 500

7
ppm. Pada dasarnya CO2 tidak menimbulkan efek kesehatan
yang berbahaya apabila berada pada konsentrasi diatas 550
ppm namun jika berada pada konsentrasi diatas 800ppm, CO2
dapat mengindikasikan kurangnya udara segar dan buruknya
percampuran udara pada area pengguna gedung.
Upaya pengendalian CO2 dalam ruangan adalah dengan
menyesuaikan supply udara dalam ruangan tergantung dari
tingkat kegunaan ruang yang bervariasi, selain itu sirkulasi
udara dalam ruangan dengan luar ruangan juga harus
ditingkatkan (Binardi, 2003).
b. Karbon Monoksida (CO)
Pengendalian CO pada udara dalam ruangan antara lain dengan
pembatasan merokok, menerapkan system ventilasi yang
sesuai pada area parkir, dan penempatan udara-udara masuk
seperti exhaust pada loading docks, dan area parker (Binardi
2003).
c. Nitrogen Oksida dan Sulfur oksida (Nox dan Sox)
Nitrogen oksida merupakan pencemar. Sekitar 10% pencemar
udara setiap tahun adalah nitrogen oksida. NO yang ada
diudara belum lama diketahui, kemungkian sumbernya berasal
dari pembakaran pada suhu tinggi. (Pudjiastuti, 1998). Yang
berhubungan dengan pencemaran udara adalah NO dan NO2
adalah pemanas dan peralatan masak, pemanas dari minyak
tanah dan asap rokok.Pada konsentrasi di atas 200 ppm, NO2
dapat mengakibatkan acute pulmonary edema serta acute
building-related diseasae, dan kematian (Binardi 2003)
d. Environmental Tobacco Smoke ( ETS )
Sebagai pencemar dalam ruangan, asap rokok (Environmental
Tobacc Smoke ) merupakan bahan pencemar yang biasanya
mempunyai kuantitas paling banyak dibandingkan dengan
pencemar lain.

8
e. Fiber
Beberapa studi menunjukan bahwa pajanan fiber glass dapat
meningkatkan risiko kanker saluran pernafasan, meskipun
bukan factor signifikan. Disamping efek kronis, efek akut
sepert ruam wajah, gatal –gatal, iritasi mata dan pernafasan
juga dapat disebabkan oleh pajanan fiber glass. Pengendalian
pajanan ini dapat dimulai dari pemeliharaan instalasi fiber
glass, seperti pembersihan bahan – bahan fiber glass agar tetap
terawatt dan berada dalam kondisi bagus.
f. Ozon (O3)
Peralatan kerja yang dapat mengeluarkan ozon antara lain;
printer lazer, lampu UV, mesin photo copy dan ionizer. Ozon
merupakan gas yang sangat beracun dan mempunyai efek pada
konsentrasi rendah. Ozon dapat menyebabkan iritasi pada mata
dan saluran pernafasan. Ozon merupakan gas yang sangat
mudah bereaksi namun hanya mempunyai pengaruh yang kecil
pada lingkungan udara dalam ruang kerja.
g. Formaldehyde ( HCHO)
Formaldehyde digunakan secara besarbesaran dalam berbagai
proses industri, merupakan volatile organic compounds (
senyawa organic yang mudah menguap) yang sering terdapat
pada bahan perekat, tekstil, kertas maupun produk – produk
tekstil dan kosmetik. Pada dosis atau pajama yang melebihi
nilai 103 ppm akan menyebabkan iritasi selaput lendir,
gangguan kulit kering secara kronik maupun akut. Selain itu,
pajanan yang melebihi nilai 1 ppm akan menyebabkan pajanan
kronis dan diduga bersifat karsiogenik.
h. Radon
Dipasaran beredar beberapa jenis bahan bangunan yang terbuat
dari bahan tamb ang maupun sisa pengolahan bahan tambang
maupun sisa pengolahan bahan tambang yang berkadar
radioaktif tinggi. Beberapa bahan tersebut antara lain asbes,

9
garnit, Italian tuff, gipsum, batu bata dari limbah pabrik
alumunia, cone block, yang terbuat dari limbah abu batubara,
acrated concrete, blast-furnace slag dari limbah pabrik besi,
mengandung konsentrasi tinggi radium 226 yang dapat
menjadi sumber migrasi radon didalam ruangan ( Pudjiastutu
et.al. 1998)

10
BAB III
PEMBAHASAN

A. Faktor Resiko Pencemaran Udara Dalam Ruangan


Berdasarkan tinjauan pustaka pada bab sebelumnya, dapat kita
identifikasi faktor risiko pencemaran udara dalam ruangan, diantaranya
adalah :
1. Pencahayaan
Faktor pencahayaan dapat mempengaruhi produktivitas dalam
bekerja. Penerangan yang buruk di tempat kerja mengakibatkan
mata lelah, kelelahan kerja (fatigue), sakit kepala, stres, dan
kecelakaan kerja. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi
penerangan di suatu ruangan antara lain:
a. Ukuran ruangan − ruangan yang luas akan lebih efisien dalam
pemanfaatan cahaya daripada ruang yang sempit.
b. Kontras − perbedaan antara kecerahan benda yang kita lihat
dengan kecerahan permukaan di sekitarnya. Semakin besar
kontras, semakin mudah kita melihat atau mengenali benda
tersebut. Di ruang dengan tingkat penerangan rendah, kontras
semakin berkurang pula.
c. Luminensi (luminance) − intensitas cahaya yang dipancarkan,
dipantulkan, dan diteruskan oleh satu unit bidang yang
diterangi. Luminensi yang terlalu besar akan menimbulkan
kesilauan pada mata.
d. Ketajaman penglihatan − kemampuan mata untuk
membedakan bagian detail dari objek permukaan yang halus.
Ketajaman penglihatan akan bertambah bersamaan dengan
meningkatnya perbedaan luminensi antara objek dan
lingkungan sekitar. Ketajaman penglihatan akan lebih baik jika
objek yang diamati berwarna gelap dan latar belakangnya
berwarna terang.

11
2. Suhu dan Kelembaban
Suhu dan kelembaban merupakan faktor utama dalam iklim suatu
ruangan. Para ahli umumnya setuju bahwa tingkat kelembapan
dalam ruangan yang ideal untuk kenyamanan dan untuk
menghindari efek kesehatan adalah antara 35 dan 60 persen. Saat
kita menghabiskan waktu di rumah atau tempat kerja dengan tingkat
kelembapan lebih dari 60 persen, kemungkinan besar akan
mengalami masalah kesehatan tertentu. efek tidak langsung dari
kelembapan tinggi bisa lebih berbahaya. Kelembapan dapat
menyebabkan perubahan lingkungan dalam ruangan yang dapat
menyebabkan kita sakit karena Bakteri dan virus yang
menyebabkan penyakit berkembang biak dan tumbuh di udara
dengan kelembapan relatif di atas 60 persen.
3. Pencemaran Gas
ada beberapa faktor yang menyebabkan kondisi ini terjadi, yaitu:
a. Aktivitas pembakaran, seperti asap rokok atau penggunaan lilin
b. Kegiatan rumah tangga, yaitu memasak dengan minyak goreng
dan kompor gas tanpa exhaust fan.
c. Peralatan elektronik di ruangan juga menghasilkan gas tertentu
saat bekerja
Pencemar gas yang terlarut dalam udara dapat langsung masuk
kedalam tubuh sampai ke paru – paru yang pada akhirnya diserap
oleh sistem peredaran darah .

B. Pemecahan Masalah
Penyegaran udara di luar ruangan
Pengendalian adalah segala macam upaya baik secara administrasi dan
teknik untuk pencegahan dan upaya penanggulangan pencemaran udara
serta pemulihan kualitas udara. Ruang lingkup pengendalian
pencemaran udara yaitu :
1. Pencegahan adalah setiap bentuk upaya yang dilakukan sebelum
terjadinya dampak pencemaran udara.

12
2. Penanggulangan adalah semua upaya yang dilakukan setelah terjadi
dampak pencemaran udara agar dampak yang ditimbulkan dapat
diminimalisir.
3. Pemulihan adalah upaya yang dilakukan setelah terjadinya dampak,
sehingga diharapkan tidak akan lebih buruk dampaknya.
Pada aspek kualitas udara di dalam ruangan, banyak variabel yang
mempengaruhinya. Salah satu cara untuk mengurangi polusi udara
dalam ruangan adalah dengan memperbaiki sistem ventilasi.
Diantaranya adalah jumlah ventilasi udara yang ada di dalam ruangan
tersebut. Apabila jumlah ventilasi udara di dalam suatu ruangan banyak,
maka kemungkinan kualitas udara di dalamnya cukup baik. Pasalnya,
segala kontaminasi partikel dapat dicairkan melalui sirkulasi udara yang
teratur.
Ventilasi udara adalah tempat masuknya udara bersih dan keluarnya
udara kotor yang berasal dari suatu ruangan. Atau dengan istilah
lainnya ialah tempat dimana udara melakukan sirkulasi secara terus
menerus yang bertujuan untuk mensterilkan ruangan dari partikel-
partikel atau gas-gas yang dapat merusak kesehatan dan mencemari
kualitas udara.
Ventilasi merupakan satu hal sederhana yang harus ada di setiap
ruangan. Dengan ketentuan lubang ventilasi di dalam ruangan tersebut
harus memiliki luas minimal 10% dari luas ruangan tersebut. Lubang
ventilasinya harus berbentuk cross ventilation,yaitu menempatkan
lubang ventilasi saling berhadapan antara dua dinding ruangan.
Dalam pembuatan lubang ventilasi, konsep cross ventilation merupakan
hal yang sangat penting. Konsep ini adalah konsep terbaik. Dengan
konsep cross ventilation,udara yang masuk dari satu jendela akan
dialirkan keluar oleh jendela yang berada di hadapannya, sehingga akan
terjadi pergantian udara baru. Manfaat dari adanya lubang ventilasi
adalah menghilangkan gas-gas atau partikel-partikel beracun yang
ditimbulkan oleh keringat dan gas-gas CO2 yang ditimbulkan dari
adanya proses pernapasan.

13
Kondisi udara di luar ruangan juga memiliki pengaruh terhadap
pencemaran dalam ruangan. Karena itu perlu adanya solusi untuk
mengatasi polusi udara terutama ditujukan pada pembenahan sektor
transportasi, tanpa mengabaikan sektor-sektor lain. Untuk dapat
menyegarkan udara di luar ruangan dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Pembatasan usia kendaraan, terutama bagi angkutan umum, perlu
dipertimbangkan sebagai salah satu solusi. Sebab, semakin tua
kendaraan, terutama yang kurang terawat, semakin besar potensi
untuk memberi kontribusi polutan udara.
2. Potensi terbesar polusi oleh kendaraan bermotor adalah kemacetan
lalu lintas dan tanjakan. Karena itu, pengaturan lalu lintas, rambu-
rambu, dan tindakan tegas terhadap pelanggaran berkendaraan
dapat membantu mengatasi kemacetan lalu lintas dan mengurangi
polusi udara.
3. Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum
maupun pribadi meskipun secara uji petik (spot check). Perlu
dipikirkan dan dipertimbangkan adanya kewenangan tambahan
bagi polisi lalu lintas untuk melakukan uji emisi di samping
memeriksa surat-surat dan kelengkapan kendaraan yang lain.
4. Penanaman pohon-pohon yang berdaun lebar di pinggir-pinggir
jalan, terutama yang lalu lintasnya padat serta di sudut-sudut kota,
juga mengurangi polusi udara.
5. Pembuatan Bahan Bakar Nabati (BBN)
6. Menghemat Energi yang digunakan.

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengendalian pencemaran udara adalah setiap usaha atau kegiatan
dari sumber bergerak, sumber tidak bergerak dan kegiatan lainnya
yang menghasilkan pollutan maka wajib melakukan pengendalian
pencemaran udara, agar kualitas udara ambien dan mutu udara
emisi, tingkat kebisingan, getaran dan kebauan sesuai dengan baku
mutu tetap memenuhi kesehatan.
2. Terdapat lima sumber pencemaran udara dalam ruangan:
a. Pencemaran dari dalam gedung.
b. Pencemaran dari luar gedung.
c. Pencemaran akibat bahan bangunan.
d. Pencemaran akibat mikroba.
e. Gangguan ventilasi udara.
3. Penyegaran udara dalam ruang yaitu Udara dapat dilakukan dengan
cara mengurangi polutan dengan alat-alat, mengubah polutan,
melarutkan polutan dan mendispersikan polutan. Dan juga dalam
penyegaran udara dalam ruang agar dapat merasakan nyaman dapat
menggunnakan AC,kipas angin dan vrentilasi, serta Dan
Pencegahan pencemaran udara yang berasal dari ruangan bisa
dipergunakan :
a. Ventilasi yang sesuai,
b. Filtrasi yaitu dengan memasang filter.
c. Pembersihan udara secara elektronik.

B. Saran
Untuk mencegah terjadinya pencemaran udara yang lebih lanjut
hendaknya kita semua ikut menjaga kebersihan udara dan
meminimalkan pencemaran udara.

15

Anda mungkin juga menyukai