Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

POLUSI UDARA LUAR RUANG


( PENYEHATAN UDARA )

Dosen pengampu:

DR. Nurdin, SKM.MPH

Disusun oleh kelompok 2 :

Wandi efrizul 2113201058

Fauziah 2113201070

Ranitulah dasti 2013201031

Ririn salmi fallen 2013201035

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS FOR DE KOCK BUKITTINGGI


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “polusi udara
luar ruang”. Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah PENYEHATAN UDARA
di universitas fort de kock.

Penulis menyadari bahwa di dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maupun cara penulisannya. Oleh karena itu,saran dan masukkan dari berbagai
pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Akhir kata kami berharap
semoga makalah tentang dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..ii

BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………………………………1

1.1. Latar Belakang………………………………………………………………………............

1.2. Rumusan masalah……………………………………………………………………………

1.3. tujuan penulisan……………………………………………………………………………..

1.4. manfaat penulisan……………………………………………………………………………

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 debu dan partikel……………………………………………………………………………

2.2 kabut asap, inversi,jelaga, dan ozon……………………………………………………….

2.3 hujan asap……………………………………………………………………………………

2.4 bencana dan polusi lewat udara……………………………………......................................

BAB III : PENUTUP

3.1. Kesimpulan………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Udara sebagai kompenen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu diperlihara dan
ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan dukungan bagi makhluk hidup untuk secara
optimal Pencemaran udara semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan.
Dampak yang ditimbulkan dari pencemaran menyebabkan penurunan kualitas udara, yang
berdampak negatif terhadap kesehatan manusia (Depkes, 2004).

Udara dibedakan menjadi udara luar ruangan (outdoor air) dan udara dalam ruangan
(indoor air). Kualitas udara dalam ruangan sangat mempengaruhi kesehatan manusia karena
hampir 90% hidup manusia berada dalam ruangan. Menurut penelitian NIOSH dalam buku
Candra (2007) menunjukan bahwa sumber pencemaran udara dalam ruangan yaitu pencemaran
dari peralatan dalam gedung 17%, pencemaran di luar gedung 11%, pencemaran akibat bahan
bangunan 3%, pencemaran akibat mikroba 5%, gangguan Ventilasi 52% dan sumber yang tidak
diketahui 12% .

Polusi udara semakin memperlihatkan kondisi yang memprihatinkan. Sumber


pencemaran udara semakin banyak berada di sekitar manusia yang ironisnya kadang tidak
disadari oleh manusia sebagai suatu penyebab pencemaran udara. Berdasarkan sumbernya
pencemaran udara dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu, pencemaran udara luar
ruangan dan pencemaran udara dalam ruangan. Pencemaran udara luar ruangan dapat berasal
dari hasil proses pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, yang menghasilkan suatu
polutan berbentuk asap. Contoh dari pencemaran udara luar ruangan yaitu asap kendaraan
bermotor, asap sisa produksi industri, dan kebakaran hutan. Sedangkan, polusi udara dalam
ruangan dapat berasal dari penggunaan kompor, pestisida, cairan pembersih lantai ataupun
pewangi ruangan.

Tingkat pencemaran udara dalam ruangan lebih tinggi dua sampai lima kali lipat dari
udara di luar ruangan. Bahkan, pada beberapa kasus pengukuran udara dalam ruangan ditemukan
bahwa udara dalam ruangan mengalami pencemaran 100 kali lebih parah (United States
Environmental Protection Agency, 2016).
Ventilasi ruangan yang tidak memadai, produk mebel, cat dinding, produk-produk
pembersih, sisa pembakaran dalam rumah seperti dari kompor dan perapian, serta produk
pewangi ruangan diketahui menjadi sumber-sumber polusi udara dalam ruangan.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah
apakah ada Hubungan antara Lingkungan Fisik dan Standar Luas Ruangan Dengan Adanya .
Pencemaran udara luar ruangan dapat berasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar yang
tidak sempurna, yang menghasilkan suatu polutan berbentuk asap

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara faktor
lingkungan fisik dan standar luas ruangan dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Dampak
yang ditimbulkan dari Polusi udara menyebabkan penurunan kualitas udara yang berdampak
negatif terhadap kesehatan manusia.

2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini untuk:
a. Mengetahui hubungan fisik dan standar polusi udara luar ruangan
b. Mengetahui penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan
manusia.
c. Untuk mengetahui sumber-sumber polusi udara dalam ruangan.

D. Manfaat
a. manfaat bagi fakultas ilmu kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan data dan
informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pustaka.

b. Manfaat Bagi Peneliti.


Sebagai pengalaman bagi peneliti dan menjadi bahan masukan dalam
menambah ilmu pengetahuan tentang polusi udara luar ruangan.
c. Manfaat bagi masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang polusi udara terutama
yang berada di dalam ruangan maupun diluar ruangan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Debu dan partikel


Debu juga merupakan satu indikator yang dipergunakan untuk mengukur derajat
pencemaran udara. Debu merupakan partikel-partikel halus yang dapat ditemukan di setiap
benda yang ada di permukaan bumi dan jumlahnya cukup banyak dengan ukuran sekitar
0,063 - 0,002 mm. Debu berasal dari proses pelapukan fisik batuan dan tanah yang
diakibatkan oleh perubahan lingkungan hidup seperti iklim, curah hujan, temperatur, jasad
hidup, topografi, dan lain-lain, terjadi secara terus-menerus yang menyebabkan batuan dan
tanah menjadi ukuran yang semakin kecil.(Ratnani, 2017)
Dalam kasus pencemaran udara baik dalam maupun di ruang gedung (Indoor and Out
Door Pollution) debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan
untuk menunjukkan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap keselamatan
dan kesehatan kerja. Debu industri yang terdapat di udara dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Deposit Particulate Matter yaitu partikel debu yang hanya sementara di udara. Partikel
ini akan segera mengendap karena daya tarik bumi.
2. Suspended Particulate Matter adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah
mengendap.

Debu adalah partikel-partikel zat padat yang ditimbulkan oleh kekuatan-kekuatan


alami atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat,
peledakan dan lain-lain dari bahan-bahan baik organik maupun anorganik Secara fisik debu
dikategorikan sebagai pencemar(Ermawan et al., 2011). Debu terdiri dari 2 golongan, yaitu
padat dan cair. Debu yang terdiri atas partikel-partikel padat dapat menjadi 3 macam:
1. Dust
Dust terdiri dari berbagai ukuran mulai dari yang submikroskopik sampai yang besar.
Debu yang berbahaya adalah ukuran yang bisa terhirup ke dalam sistem pernafasan,
umumnya lebih kecil dari 100 mikron dan bersifat dapat terhirup ke dalam paru-paru.
2. Fumes
Fumes adalah partikel-partikel zat padat yang terjadi oleh karena kondensasi dari bentuk
gas, biasannya sesudah penguapan benda padat yang dipijarkan dan lain-lain dan
biasanya disertai dengan oksidasi kimiawi sehingga terjadi zat-zat seperti logam
(Cadmium) dan timbal (Plumbum).
3. Smoke
Smoke atau asap adalah produk dari pembakaran bahan organik yang tidak sempurna
dan berukuran sekitar 0,5 mikron.

a. Sifat sifat debu


Sifat-sifat debu tidak berflokulasi, kecuali oleh gaya tarikan elektris, tidak berdifusi,
dan turun karena tarikan gaya tarik bumi.
1. Sifat pengendapan
Yaitu debu yang cenderung selalu mengendap karena gaya gravitasi bumi. Debu
yang mengendap dapat mengandung proporsi partikel yang lebih besar dari debu
yang terdapat di udara.
2. Permukaan cenderung selalu basah
Permukaan debu yang cenderung selalu basah disebabkan karena permukaannya
selalu dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. Sifat ini menjadi penting sebagai
upaya pengendalian debu di tempat kerja dan luar rungan.
3. Sifat pengumpalan
Debu bersifat menggumpal karena permukaan debu yang selalu basah maka debu
satu dengan yang lainnya cenderung menempel membentuk gumpalan. Tingkat
kelembaban di atas titik saturasi dan adanya turbelensi di udara mempermudah debu
membentuk gumpalan.(Aditya, n.d.)
4. Sifat opsis
Opsis adalah partikel yang basah/lembab lainnya dapat memancarkan sinar yang
dapat terlihat dalam kamar gelap.
b. Jenis debu
Menurut macamnya, debu diklasifikasikan atas 3 jenis yaitu:
1. Debu organik adalah debu yang berasal dari makhluk hidup (debu kapas, debu daun-
daunan, tembakau dan sebagainya).
2. Debu metal adalah debu yang di dalamnya terkandung unsur-unsur logam (Pb, Hg,
Cd, dan Arsen).
3. Debu mineral ialah debu yang di dalamnya terkandung senyawa kompleks (SiO2,
SiO3, dll).

c. Sumber polusi partikel


Berbagai proses alami, mengakibatkan penyebaran partikel diatmosfer, misalnya
letusan volkano dan hembusan debu serta tanah oleh angin. Aktivitas manusia juga
berperan dalam penyebaran partikel, misalnya dalam bentuk partikel – partikel debu dan
asbes dari bahan bangunan, abu terbang dari proses peleburan baja dan asap dari proses
pembakaran tidak sempurna, terutama dari batu arang. Sumber partikel yang utama yaitu
pembakaran bahan bakar dari sumbernya, dikuti oleh proses-proses industri.
Hubungan antara ukuran partikel polutan dengan sumbernya adalah, untuk partikel
dengan diameter lebih besar dari 10 mikron dihasilkan dari proses – proses mekanis
seperti erosi angin , penghancuran dan penyemprotan. Pelindasan benda- benda oleh
kendaraan atau pejalan kaki. Partikel yang berukuran diameter diantara 1 – 10 mikron
biasanya termasuk tanah, debu, dan produk – produk pembakaran dari industri lokal , dan
pada tempat – tempat tertentu juga terdapat garam laut. Partikel yang mempunyai
diameter antara 0,1 – 1 mikron berasal dari sumber – sumber kebakaran. (Sinolungan,
2019).

B. Kabut asap, inversi, jelaga, dan ozon


a) Kabut asap
Bencana kabut asap yang sering terjadi di Sumatera dan Kalimantan sebagian
akibat kebakaran hutan dan lahan, khususnya hutan dan lahan gambut memperlihatkan
kesaling terkaitan berbagai factor. Peristiwa kabut asap merupakan peristiwa rutin yang
dialami masyarakat Riau dalam 18 tahun terakhir ini, khususnya pada musim kemarau.
Setiap musim kemarau, warga Riau disuguhi kabut asap akibat kebakaran hutan dan
lahan. Pada saat kabut asap melanda, media masa menjadikan berita ini menjadi topik
utama mereka. Begitu juga dengan gerakan massa yang menuntut penanggulangan
kabut asap sering dilakukan.(Riau & Kalbar, 2002)
b) Jelaga atau asap
Mesin diesel merupakan sistem penggerak utama yang banyak digunakan baik
untuk sistem transportasi maupun penggerak stasioner. Dikenal sebagai jenis motor
bakar yang mempunyai efisiensi tinggi, penggunaan mesin diesel berkembang pula
dalam bidang otomotif, antara lain untuk angkutan berat, traktor, bulldozer, pembangkit
listrik di desa-desa, generator listrik darurat di rumah-sakit, dan hotel. Namun
disamping keunggulan yang dimiliki, mesin diesel juga memiliki problem khusus yang
berhubungan dengan pencemaran lingkungan, yaitu asap (jelaga) serta gas buang
khususnya Nitrogen Oxide (NOx). Asap terbentuk ketika bahan bakar tidak mampu
tercampur dengan baik dengan oksigen sehingga reaksi pembakaran tidak sempurna,
dalam kondisi seperti ini suhu pembakaran tidak terlalu tinggi sehingga nitrogen oxide
tidak banyak terbentuk.(Mesin, 2019)
Bahan bakar bio solar dapat menyebabkan beberapa pencemaran lingkungan
seperti polusi udara dan jelaga (soot), Polusi udara oleh gas buang dan bunyi
pembakaran motor diesel merupakan gangguan terhadap lingkungan.
Komponenkomponen gas buang yang membahayakan itu antara lain adalah asap hitam
(jelaga), hidro karbon yang tidak terbakar (UHC), karbon monoksida (CO), nitrogen
oksida (NO) dan NO2. NO dan NO2 biasa dinyatakan dengan NOx. Namun jika
dibandingkan dengan motor bensin, motor diesel tidak banyak mengandung CO dan
UHC. Emisi lain dari mesin diesel adalah asap hitam.
c) Pengruh asap terhadap lapisan ozon
Ozon pertama kali ditemukan oleh C F Schonbein pada tahun 1840. Penamaan
ozon diambil dari bahasa yunani OZEIN yang berarti smell atau bau. Ozon dikenal
sebagai gas yang tidak memiliki warna. Soret pada tahun 1867 mengumunkan bahwa
ozon adalah sebuah molekul gas yang terdiri tiga buah atom oksigen.
Gas- gas penyebab terjadinya penipisan lapisan ozon tersebut dapat diproduksi
melalui kegiatan sehari- hari maupun penggunaan berbagai alat tertentu, sehingga setiap
hari akan terjadi usaha penipisan lapisan ozon. Karena setiap hari terjadi usaha
penipisan lapisan ozon, maka secara otomatis hal ini akan membuat lapisan ozon
semakin menipis.
Berikut dampak dampak yang disebebkan oleh asap terhadap lapisan ozon:
1. Penggunaan kendaraan yang terlalu banyak
Kendaraan sebagai alat transportasi akan menimbulkan asap sebagai bahan
penyebab polusi udara. Asap- asap kendaraan akan menyumbangkan polusi udara 
yang mengandung berbagai macam gas merugikan yang akan menyebabkan
penipisan lapisan ozon. Asap- asap kendaraan tersebut akan naik ke atas hingga
kemudia n menyebabkan memanasnya suhu Bumi. Hal ini lama- kelamaan akan
menyebabkan penipisan lapisan ozon.(Cahyono, 2005)
2. Bayaknya asap pabrik
Tidak hanya asap kendaraan saja, asap barik juga akan menyebabkan terjadinya
penipisan lapisan ozon. Asap pabrik juga mnegandung gas- gas berbahaya yang
menyebabkan suhu Bumi memanas dan akan menyebabkan penipisan  pada lapisan
ozon.
3. Penggunaan AC dan hair dryer secara besar- besaran
AC dan hair dryer adalah 2 benda elektronik yang akan memproduksi banyak sekali
gas  CFC. Penggunaan benda tersebut akan memicu pemanasan suhu Bumi
sehingga pada akhirnya akan menyebabkan tipisnya lapisan ozon.

C. Hujan asap

Hujan asam merupakan hujan yang memiliki pH rendah dan memiliki sifat asam yang korosif
atau dapat mengikis partikel lain. Hujan asam juga biasa dikenal sebagai hujan yang
mengandung endapan asam, yaitu kandungan sulfur (SO2) dan nitrogen oksida (NOX) yang
terbawa udara, kemudian menyebar pada atmosfer. Peristiwa hujan asam dapat terjadi akibat
dampak erupsi gunung. Namun, hal itu hanya menjadi sebagian kecil penyebab, bahkan jarang
terjadi.
Penyebabnya paling sering terjadinya hujan asam adalah pembakaran bahan bakar fosil,
misalnya pembakaran di pusat pembangkit listrik, kendaraan bermotor, atau hal lainnya yang
juga menyebabkan pemanasan global.

Penyebab paling sering terjadinya hujan asam adalah pembakaran bahan bakar fosil, misalnya
pembakaran di pusat pembangkit listrik, kendaraan bermotor, atau hal lainnya yang juga
menyebabkan pemanasan global.

Penyebab hujan asam juga dapat berasal dari ulah manusia, seperti:

 aktivitas vulkanik dari gunung berapi,


 asap pabrik,
 asap kendaraan bermotor,
 pembangkit listrik tenaga batu bara,
 peleburan logam, dan
 pembakaran minyak bumi.

Menurut laporan National Geographic, hujan asam merupakan situasi ketika air hujan bercampur
dengan sulfur dioksida dan nitrogen dioksida. Hal itu mengakibatkan air hujan bersifat asam dan
memiliki pH rendah, yakni 4,2 sampai 4,4. Padahal, hujan normal memiliki pH sekitar 5,6.

Proses terjadinya hujan asam


Dampak Hujan Asam

1. Tumbuhan terancam mati akibat pengikisan jaringan epidermis


Menurut para ilmuwan, air asam bisa melarutkan nutrisi dan mineral yang bermanfaat
bagi tanah, lantas menyapunya sebelum pohon dan tanaman lain bisa menggunakannya
untuk tumbuh. Di saat yang sama, hujan asam juga mengakibatkan pelepasan zat-zat
(mineral, kalsium, serta magnesium) beracun bagi pohon dan tanaman, misalnya
aluminium ke dalam tanah.
2. Hewan terancam mati akibat peningkatan karbondioksida
hujan asam juga memberikan efek yang sangat besar, terutama pada hewan yang tinggal
di lingkungan air, misalnya danau, sungai, atau rawa-rawa. Hujan air asam itu akan
merusak insang ikan, membuat embrio hewan air mati, serta membuat ikan menjadi
mandul lantaran sangat kekurangan kalsium.
Hujan asam juga sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan rantai makanan. Matinya
hewan pada ekosistem air akan mengurangi makanan bagi pemakan rantai makanan
3. Hujan asam dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit
Hujan asam juga dapat menyebabkan berbagai macam penyakit bagi makhluk hidup.
Ketika hujan asam sudah berhenti, partikel-partikel asam bakal mengendap di lingkungan
terdampak, lalu terhirup oleh manusia. Partikel asam itu lantas akan masuk ke dalam
paru-paru, dan pada akhirnya menyebabkan berbagai macam gangguan pernapasan, di
antaranya asma, bronkitis, emfisema, serta pneumonia. Tak hanya itu, partikel yang tidak
terhirup juga bisa menyebabkan iritasi pada mata serta gangguan penglihatan.
4. Kerusakan bangunan
Bahan kimia yang terkandung dalam air hujan menyebabkan perkaratan atau korosi pada
benda-benda logam sehingga membuatnya jadi lebih rapuh dan keropos.
Jikai korosi terjadi pada fasilitas umum, seperti jembatan dari besi, ini tentu akan
membahayakan orang-orang yang menggunakannya.
D. Bencana polusi lewat udara
Berikut adalah macam macam bencana polusi yang ada dimuka bumi yang dapat
menyebabkan udara menjadi tidak sehat:
1. Polusi udara luar ruangan adalah paparan pencemaran yang terjadi diluar lingkungan
buatan. Contohnya:
a. Partikel halus yang dihasilkan pmbakaran bahan bakar fosil seperti batu bara dan
minyak bumi untuk memproduksi energi.
b.
c. Gas berbahaya seperti sulfur dioksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, uap
kimia dan lainnya.
d. Ozon dipermukaan tanah, bentuk oksigen reaktif dan komponen utama kabut asap
kota.
e. Asap tembakau.
2. Bencana kebarakan hutan

Kebakaran hutan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, akan menimbulkan
asap yang pekat. Selain dapat mencemari udara, asap tersebut juga dapat mengganggu
kesehatan, seperti sesak napas.

3. Bencana gunung berapi meletus

Saat meletus, gunung berapi mengeluarkan abu vulkanik, gas beracun, pasir, dan
material berbahaya lainnya. Hasil letusan tersebut akan mencemari udara dan dapat
mengganggu kesehatan.

4. Asap pabrik

Asap yang dikeluarkan melalui cerobong-cerobong asap pabrik mengandung zat polutan
yang sangat berbahaya, seperti hidrokarbon dan karbonmonoksida.

5. Pertambangan

Untuk mengambil mineral dari dalam bumi, diperlukan peralatan besar sehingga
menghasilkan debu dan mengeluarkan zat kimia berbahaya yang dapat mengganggu
kesehatan, terutama kesehatan para pekerja tambang.
6. Penebangan liar
Penebangan liar yang semakin marak terjadi membuat hutan menjadi rusak dan gundul.
Sisa-sisa dari penambangan berupa daun dan ranting kering menjadi benda yang mudah
terbakar sehingga menimbulkan asap yang mencemari udara. Selain itu, fungsi hutan
sebagai paru-paru dunia tidak dapat bekerja dengan baik.
BAB 3

PENUTUP

a. Kesimpulan
Udara sebagai kompenen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu diperlihara dan
ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan dukungan bagi makhluk hidup
untuk secara optimal. Polusi udara luar ruangan dapat berasal dari hasil proses
pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, yang menghasilkan suatu polutan
berbentuk asap. Contoh dari pencemaran udara luar ruangan yaitu asap kendaraan
bermotor, asap sisa produksi industri, dan kebakaran hutan. Mengetahui hubungan fisik
dan standar polusi udara luar ruangan dan Mengetahui penurunan kualitas udara, yang
berdampak negatif terhadap kesehatan manusia Untuk mengetahui sumber-sumber polusi
udara dalam ruangan.
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, S. A. (n.d.). Aditya S.A., dan Denny A., Identifikasi Kadar Debu di Lingkungan Kerja.
2000, 161–172.

Cahyono, W. E. (2005). Pengaruh penipisan ozon terhadap kesehatan manusia. 208–214.

Ermawan, R. A. H., Usmana, C. E. K., Asrullah, N. I. N., & Rasetyo, L. I. B. U. D. I. P. (2011).


Jerapan Debu Dan Partikel Timbal (Pb) Oleh Daun Berdasarkan Letak Pohon Dan Posisi
Tajuk: Studi Kasus Jalur Hijau Acacia Mangium, Jalan Tol Jagorawi. Media Konservasi,
16(3), 101–107.

Mesin, J. R. (2019). Daya dan Emisi Jelaga dari Mesin Diesel Berbahan Bakar Solar-Jatropa-
Buthanol. 14(3), 142–145.

Ratnani, R. D. (2017). Teknik Pengendalian Pencemaran Udara Yang Diakibatkan oleh Partikel.
Momentum, 4(2), 27–32. https://media.neliti.com/media/publications/114195-ID-none.pdf

Riau, S., & Kalbar, K. (2002). Kajian penyebaran kabut asap kebakaran hutan dan lahan di
wilayah sumatera bagian utara dan kemungkinan mengatasinya dengan tmc.

Sinolungan, J. S. V. (2019). Bermotor Pada Volume Dan Kapasitas Paru. Biomedik, 1(2), 65–80.

Anda mungkin juga menyukai