Abstrak
Polusi udara merupakan salah satu sumber maslah yang sering terjadi di beberapa negara salah
satunya di Indonesia. Polusi udara adalah proses terjadinya pencemaran lingkungan didalam
ruangan dan luar ruangan oleh bahan kimia, fisik atau biologis ataupun terjadinya perubahan
karakteristik dalam atmosfer. Faktor penting bagi kesehatan dilihat dari kualitas udara dalam
ruangan yang mana lebih berbahaya dibandingkan polusi udara di luar ruangan. Sumber dari
polusi tersebut diantaranya dari hasil pembakaran, penguapan, agen biologic dan redon. Dilihat
dari laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 1997 menyebutkan angka kematian
global akibat polusi udara mencapai lebih dari 2,7 juta orang. Dalam mengatasi polusi dalam
ruangan bisa dilakukan dengan berbagai hal, seperti menghindari produk disenfektan,
menghindari berbagai produk kimiawi yang tak dibutuhkan, membersihkan AC dan tidak
menggunakan berbagai wujud obat nyamuk.
Kata kunci: polusi udara dalam ruangan; kualitas udara; sumber polusi
Abstrak
Air pollution is one of the sources of problems that often occur in several countries, one of which
is in Indonesia. Air pollution is the process of indoor and outdoor environmental pollution by
chemicals, physical or biological or changes in characteristics in the atmosphere. An important
factor for health is seen from indoor air quality which is more dangerous than outdoor air
pollution. Sources of pollution include combustion, evaporation, biological agents and redon.
Judging from the World Health Organization (WHO) report in 1997 stated the global death toll
due to air pollution reached more than 2.7 million people. In overcoming indoor pollution can
be done with various things, such as avoiding disinfectant products, avoiding various chemical
products that are not needed, cleaning air conditioners and not using various forms of insect
repellent.
Keywords: indoor air pollution, air quality, sources of pollution
Pendahuluan
Polusi udara di dalam ruangan ancaman polusi yang berbahaya. Namun,
memiliki dampak yang lebih berbahaya bagi bukti ilmiah menunjukkan bahwa udara
kesehatan dibanding polusi udara di luar dalam ruangan, dalam hal ini adalah rumah,
ruangan (Nahar et al., 2016). . Selain itu, dapat lebih parah tercemar dibandingkan
menurut United States Enviromental udara di luar ruangan, utamanya di kota-kota
Protection Agency (EPA), polusi udara besar atau kota industri (Franklin, 2007;
dalam ruangan 2 sampai 10 kali lebih World Health Organization [WHO], 2006).
berbahaya dibandingkan polusi udara luar Adapun dampak kesehatan akibat polusi
ruangan. World Health Organization udara dalam ruangan adalah masalah
menyatakan bahwa polusi udara adalah pernapasan, kanker, bahkan masalah mata
pencemaran lingkungan di dalam atau di (Von Schirnding et al., 2002). Selain itu,
luar ruangan oleh bahan kimia, fisik, atau polusi udara dalam ruangan juga dapat
biologis apapun yang mengubah menyebabkan Infeksi Saluran Pernapasan
karakteristik alami atmosfer. Dikutip dari Akut (ISPA), penyakit paru obstruktif
laman resminya, WHO menyatakan bahwa kronik, kanker paru-paru, asma, kanker
alat rumah tangga, kendaraan, industri, dan nasofaring dan laring, TBC, Berat Badan
kebakaran hutan adalah sumber utama Lahir Rendah (BBLR), dan penyakit mata
polusi udara. Kualitas udara dalam ruangan (Smith et al., 2004).
merupakan penentu yang signifikan bagi
kesehatan masyarakat. Kualitas udara dalam Penerapan Teori Simpul
ruangan yang kurang baik dapat disebabkan 1. Simpul A (Sumber)
oleh ventilasi yang tidak memadai, Tercemarnya suatu kualitas udara
kurangnya sistem pendingin udara, bahan- didalam ruangan akibat dari
bahan kimia serta aktivitas manusia. sumber polutan yang masuk
Dalam memenuhi kebutuhan kedalam ruangan, seperti polusi
hidupnya, manusia kerap kali menggunakan dari kendaraan yang berlalu
bahan kimia misalnya seperti untuk lalang, pembakan sampah dan
konstruksi atau dekorasi. Sehingga muncul penggunaan bahan-bahan kimia.
sumber polusi udara lainnya yaitu antara lain Peralatan masak, minyak tanah,
pestisida, bahan-bahan pembersih, penyegar dan oven. Bisa juga berasal dari
atau pengharum ruangan, dan juga gas yang semprotan aerosol, parfum,
dihasilkan dari memasak (Vardoulakis dan pertisida, pengharum, pelembut
Kinney, 2019; Mannan dan Al-Ghamdi, kain, asap tembakau, lem, produk
2021). Aktivitas-aktivitas manusia seperti ini perawatan tubuh dan lain-lain.
tentunya menghasilkan beberapa polutan.
Sumber polutan dalam ruangan umumnya 2. Simpul B (Ambient)
menghasilkan polutan seperti NO2, SO2, Ambient yang teridentifikasi
nano partikel, dan ozon (Norbäck et al., yaitu akibat adanya polutan
2019). dalam ruangan seperti, karbon
Pada umumnya, masyarakat monoksida, radon, nitrogen
beranggapan bahwa kondisi di dalam dioksida, sulfur dioksida, Volatile
ruangan akan lebih aman dari berbagai
organic compounds dan 4. Simpul D (Dampak)
formaldehida. Dampak atau gejala singkat
terhadap kesehatan dari polusi
3. Simpul C (Manusia) udara dalam ruangan
Manusia yang terkena paparan menyebabkan sakit kepala,
dari buruknya kualitas udara di permasalahan system sensori dan
dalam ruangan bisa respirasi, kantuk, iritasi mata,
menyebabkan permasalahan pada hidung, tenggorokan, kerusakan
system pernafasan dan bisa ginjal, liver dan otak bisa juga
sampai menyebabkan kematian. menyebabkan kanker dan sampai
kematian.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6882533/polusi-udara-definisi-penyebab-
dan-karakteristik
Qurrota A’yuna, I & Umaroh R (2022) Polusi Udara dalam Ruangan dan Kondisi Kesehatan
: Analisis Rumah Tangga Indonesia.
Bahri, Raharjo M, Suhartono (2021) Dampak Polusi Udara Dalam Ruangan Pada Kejadian
Kasus Pneumonia
Hidayat S, Yunus F, Susanto A. D Pengaruh Polusi Udara dalam Ruangan terhadap Paru
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6882533/polusi-udara-definisi-penyebab-
dan-karakteristik
Zettira T, Yudhastuti R (2022) Perbedaan Polutan Penyebab Polusi Udara Dalam Ruangan
Pada Negara Maju dan Berkembang: Literature Review
Kwanda, T. (2003). Pembangunan permukiman yang berkelanjutan untuk mengurangi polusi
udara. DIMENSI (Journal of Architecture and Built Environment), 31(1).