KELOMPOK 4 :
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2019
Kasus 1
Kota Riau Baru merupakan kota yang berkembang dengan pesat. Hal ini mudah
dipahami karena sejak diketemukannya tambang minyak yang disedot Perusahaan Asing
sangat menarik bagi pendatang. Sepertinya kota yang tumbuh dengan pesat ini dikelola
secara tidak terencana dengan baik. Ada Master Plan RTRW namun kurang diikuti oleh
pelaksana maupun warga sebagai dampaknya kemacetan dimana mana.
Kota ini juga dikelilingi oleh hutan yang setiap tahun disulap jadi kebun kelapa sawit, dan
pemukiman baru. Sebelum alih fungsi perlu land clearing dengan cara dibakar, dan
memang itu legal dibolehkan karena alasan hal tersebut merupakan kearifan lokal yang
terjadi secara turun temurun.
Sebagai dampaknya terjadi pencemaran udara yang pada akhirnya menimbulkan berbagai
penyakit akibat pencemaran udara.
Komposisi asap kebakaran hutan terdiri dari gas seperti karbon monoksida, karbon
dioksida, nitrogen oksida, ozon, sulfur oksida. Partikel yang timbul akibat kebakaran
hutan disebut particulate matter (PM). Ukuran lebih dari 10 μm biasanya tidak masuk
paru tetapi dapat mengiritasi mata, hidung dan tenggorokan. Namun partikel yang
berukuran kurang dari 10 μmdapat terinhalasi sampai ke paru. Dalam jangka pendek
(akut) asap kebakaran hutan dapat mengakibatkan iritasi selaput lendir mata, hidung,
tenggorokan, sehingga bisa menimbulkan gejala mata perih dan berair, hidung berair
dan rasa tidak nyaman di tenggorokan, sakit kepala, mual dan mudah terjadi
ISPA(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).
Hidrolisis: air dengan kombinasi dengan energi cahaya dan panas umumnya dapat
memutuskan ikatan kimia.
Tipe dan komposisi:
Suhu bahan bakar adalah salah satu faktor yang menentukan kemudahannya
untuk terbakar dan tingkat terbakarnya. Suhu dicapai dengan penyerapan radiasi
matahari secara langsung dan konduksi dari lingkungan termasuk udara yang
meliputinya. Suhu udaramerupakan faktor yang selalu berubah dan mempengaruhi suhu
bahan bakar sertakemudahannya untuk terbakar (Chandler et. al. 1983)
Menurut Saharjo (1997), pada pagi dengan suhu yang cukup rendah sekitar 20
derajat Celcius ditambah dengan rendahnya kecepatan angin membuat api tidak
berkembang sehinggaterkonsentrasi pada satu titik. Sementara siang hari dengan
suhu 30 – 35 derajat Celcius, sedangkan kadar air bahan bakar cukup rendah (< 30%)
membuat proses pembakaran berlangsungcepat dan bentuk kebakarannya pun tidak
satu titik, tapi berubah- ubah karena pengaruh angin.
Kadar belerang dioksida di atmosfer secara global adalah berasal dari aktifitas
manusia, terutama dari hasil pembakaran bahan bakar fosil. Sumber lain penghasil gas
ini adalah hasil penguraian (pembusukan) protein yang mengandung belerang oleh
mikroorganisme sehingga senyawa organik yang mengandung belerang menjadi gas
H2S kemudian gas H2S yang dihasilkan tersebut menjadi belerang dioksida. Belerang
dioksida di atmosfer sangat berbahaya terhadap tumbuhan karena dapat membunuh
jaringan daun yang dikenal dengan nekrosis daun, yaitu terjadinya kerusakan pada
tepi daun.
c. Gas oksida nitrogen
Ada tiga jenis senyawa oksida nitrogen sebagai pencemar yang terdapat diudara,
yaitu dinitrogen oksida (N2O), nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida
(NO2). Meningkatnya kadar N2O diperkirakan akan menjadi bahaya terhadap lapisan
ozon di atmosfer karena N2O akan beraksi dengan ozon menghasilkan gas nitrogen
monoksida. Menghirup gas NO2 sangat berbahaya terhadap kesehatan karena gas
nitrogen dioksida bersifat racun
d. Gas klor dan fluor di atmosfer
Pencemaran gas klor di atmosfer tidak akan terjadi secara global melainkan akan
terjadi secara lokal. Pencemaran secara lokal artinya pencemaran udara hanya terjadi
di daerah sumber bahan tercemar dan yang berdekatan dengan sumber kontaminasi.
Gas klor banyak digunakan dalam industri kimia plastik 11 dan disenfektan pada
pengolahan air. Gas klor bila langsung terhirup oleh manusia akan sangat beracun dan
merusak saluran pernafasan.
Polusi udara yang mengandung flour yang sangat berpotensi merusak atmosfer
adalah senyawa freon atau klorofluorokarbon (CFC) yang banyak digukanakan
sebagai cairan dalam kulkas. Kehadiran CFC di amosfer sangat berpengaruh di dalam
lapisan ozon. (Manihar situmorang.2007)
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jakarta. (2013). Zat – zat Pencemar Udara.
Center for International Forestry Research. (2010). REDD: Apakah Itu? Pedoman CIFOR
Tentang Hutan, Perubahan Iklim dan REDD. Bogor: CIFOR.
Erou A. danFadhillah F. (2019). Inventarisasi &Status Mutu UdaraAmbien. Jakarta:
Indonesian Center for Environmental Law.
https://www.healthandenvironment.org/environmental-health/social-context/gene-
environment-interactions. Diakses pada 25 September 2019.
Husaini et al. 2016. Studi Kasus: Koreksi terhadap Pengukuran Polutan di Udara Unit Perajin
Logam dan Dampaknya terhadap Kesehatan. Buletin Penelitian Kesehatan
Husaini. 2014. Hubungan Pajanan CO, SO2, NO2, uap besi dan debu besi dengan gangguan
fungsi paru dan kadar immunoglobulin Disertasi Program Doktoral. Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Kota Kalimantan Baru merupakan kota yang berkembang dengan pesat. Hal ini mudah
dipahami karena sejak ditemukannya tambang gas sebagai sumber energi yang disedot
Perusahaan Asing sangat menarik bagi pendatang baik orang lokal Indonesia maupun negara-
negara ASEAN lainnya. Sepertinya kota yang tumbuh dengan pesat ini dikelola secara tidak
terencana dengan baik. Ada master plan RT/RW namun kurang diikuti oleh pelaksana
maupun warga sebagai dampaknya kemacetan dimana-mana. Pedagang kaki lima, restoran,
pedagang makanan, sektor informal, pertumbuhan pemukiman seperti tidak terkontrol.
Kota ini juga dikelilingi oleh hutan yang setiap tahun disulap jadi kebun kelapa sawit
dan pemukiman baru. Alih fungsi lahan sebagian adalah rawa-rawa serta hutan tropis yang
lebat yang merupakan habitat berbagai binatang dengan adanya alih fungsi banyak mikro
organisme patogen kebingungan mencari “host” baru sebagai sumber materi genetik untuk
kelangsungan hidup mikro organisme tersebut. Sebagai dampaknya terjadi pencemaran
lingkungan yang pada akhirnya menimbulkan berbagai penyakit akibat pencemaran udara.
1. Model dinamika kinetika media+agents penyakit untuk pajanan air dan media
pangan. Sebutkan parameter simpul 1, parameter simpul 2, parameter simpul 3,
dan parameter simpul 4.
Limbah industri makanan serta Limbah rumah tangga (sisa makanan) Untuk
proses penguraian sampah sampah tersebut memerlukan banyak oksigen, sehingga
apabila sampah-sampah tersebut terdapat dalam air, maka perairan (sumber air)
tersebut akan kekurangan oksigen, ikan-ikan dan organisme dalam air akan mati
kekurangan oksigen. Selain itu proses penguraian sampah yang mengandung protein
(hewani/nabati) akan menghasilkan gas H2S yang berbau busuk, sehingga air tidak
layak untuk diminum atau untuk mandi.
Pada kasus ini, media transmisi utama merupakan air. Aktivitas manusia dalam
bidang industri, yang pada akhirnya menghasilkan gas buangan (emisi) menyebabkan
udara tercemar, dan selanjutnya pula gas pencemar ini akan terbawa oleh air hujan ini
ketika jatuh, sehingga komposisi air hujan tersebut juga berpengaruhi oleh kegiatan
industri. Kegiatan kota, termasuk lalu lintas kendaraan yang mengeluarkan gas buang
melalui knalpotnya akan berpengaruh pula terhadap komposisi air hujan yang jatuh
didaerah kota dan sekitarnya. Pencemaran terhadap air hujan dapat lebih jelas diamati
pada fenomena hujan asam.
Menurut SK Mentri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor: KEP-
02/MENKLH/1/1988 tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan adalah : masuk atau
dimasukkan makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam air dan atau
berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh prosesalam, sehingga kualitas
air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan airmenjadi atau sudah tidak
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Air yang berkualitas baik tidak
mengandung bahan kimia beracun dan berbahaya dalam kadar melebihi ambang batas.
Simpul keempat adalah studi gejala penyakit, atau bila komponen lingkungan
telah menimbulkan dampak. Tahap ini ditandai dengan pengukuran gejala sakit, baik
secara klinis atau subklinis. Angka prevalensi, insidensi dan mortality merupakan
ukuran-ukuran studi epidemiologi simpul 4 (Achmadi dan Wulandari, 2014).
2. Variabel yang berperan dalam dinamika kinetika media + agents seperti ukuran
partikel, teori hidrolisis bahan toksik, proses terjadinya pencemar sekunder,
kelembaban, ketinggian, teori spasial lainnya.
Sumber pencemar (polutan) dapat berupa suatu lokasi tertentu (point source)
atau tak tentu/ tersebar (non-point/diffuse source). Sumber pencemar point source
misalnya kenalpot mobil, cerobong asap pabrik dan saluran limbah industri. Pencemar
yang berasal dari point source bersifat lokal. Efek yang ditimbulkan dapat ditentukan
berdasarkan karakteristik spesial kualitas air. Volume pencemar dari point source
biasanya relatif tetap. Sumber pencemar non-point source dapat berupa point source
dalam jumlah yang banyak. Misalnya: limpasan dari daerah pertanian yang
mengandung pestisida dan pupuk, limpasan dari daerah permukiman (domestik), dan
limpasan dari daerah perkotaan (Effendi, 2003).
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi.
Limbah yang mengandung bahan pencemar bersifat racun dan bahaya. Limbah ini
dikenal dengan nama limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Bahan ini
dirumuskan sebagai bahan dalam jumlah relatif sedikit tapi mempunyai potensi
mencemarkan/merusakkan lingkungan kehidupan dan sumber daya (BPPSDM,2017).
Molekul-molekul air sangat efektif untuk menarik bagian dari molekul lain
dan meninggalkannya dalam bentuk pasangan tetapi merupakan bagian yang terpisah.
Proses ini disebut sebagai ionisasi, dan bagian yang terpisah disebut dengan ion. Ion
sangat reaktif, sehingga ion yang bermuatan positif dapat berkombinasi dengan ion
yang bermuatan negatif yang berasal dari pasangan zat kimia lainnya membentuk
senyawa ketiga. Dengan cara demikianlah bahan-bahan toksik dapat berubah menjadi
sesuatu yang menjadi lebih atau kurang toksik, lebih mudah atau sukar larut, lebih
mudah atau sukar menguap, dan lebih mudah atau sukar mengalami biokonsentrasi.
Kecepatan proses kimia yang terjadi di dalam air terutama tergantung pada suhu air,
tetapi juga ada dua faktor lain yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi kimia
dalam air yaitu kadar oksigen dan tingkat keasaman air. Seperti halnya udara, air
merupakan medium dimana polutan-polutan mengalami pergerakan dan transformasi
kimiawi, sebelum polutan itu masuk ke dalam tubuh manusia, beberapa polutan itu
akan lewat melalui suatu medium lagi yaitu tanah (BPPSDM,2017).
Indikator pencemaran air dapat diketahui dari aspek fisik-kimia dan atau aspek
biologi. Beberapa indikator pencemar air aspek fisika-kimia adalah sebagai berikut
(Syahril,2016):
a. pH
b. Suhu
Suhu air berkisar pada 25oC Suhu air pada tiap badan air berbeda-beda
tergantung pada ketinggian dan kondisi geografis. Suhu air di daerah tropis
berbeda dengan suhu air di daerah subtropis. Air dikatakan tercemar apabila
suhu air pada wilayah tersebut berubah secara drastis.
c. Warna
Air yang memenuhi syarat kesehatan secara umum adalah tidak berasa,
tidak berbau dan tidak berwarna (jernih). Ketiga syarat tersebut bukan sekedar
merupakan syarat estetika, tapi juga merupakan indikasi apakah air tersebut
tercemar atau tidak. Perubahan warna air bisa diakibatkan karena partikel
terlarut seperti lumpur, fitoplankton dan mikroorganisme yang bersifat
mikroskopis. Sumber pencemaran warna terutama berasal dari limbah cair
industri cat, industri tekstil dan pencelupan kain, serta industi pewarna pakaian
dan makanan.
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media Air untuk Keperluan
Higiene Sanitasi meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia yang dapat berupa
parameter wajib dan parameter tambahan. Parameter wajib merupakan parameter yang
harus diperiksa secara berkala sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, sedangkan parameter tambahan hanya diwajibkan untuk diperiksa jika
kondisi geohidrologi mengindikasikan adanya potensi pencemaran berkaitan dengan
parameter tambahan.
Tabel 1 berisi daftar parameter wajib untuk parameter fisik yang harus
diperiksa untuk keperluan higiene sanitasi.
1. Kekeruhan NTU 25
2. Warna TCU 50
Tabel 2 berisi daftar parameter wajib untuk parameter biologi yang harus
diperiksa untuk keperluan higiene sanitasi yang meliputi total coliform dan
escherichia coli dengan satuan/unit colony forming unit dalam 100 ml sampel air.
2. E.coli CFU/100ml 0
Tabel 3 berisi daftar parameter kimia yang harus diperiksa untuk keperluan
higiene sanitasi yang meliputi 10 parameter wajib dan 10 parameter tambahan.
Parameter tambahan ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota dan otoritas
pelabuhan/bandar udara.
Tabel 3. Parameter Kimia
Wajib
1. pH mg/l 6,5-8,5
2. Besi mg/l 1
6. Nitrat mg/l 10
7. Nitrit mg/l 1
Tambahan
6. Seng mg/l 15
Industri petrokimia hulu adalah industri yang mengolah bahan baku berupa
senyawa-senyawa hidrokarbon cair atau gas berupa natural hydrocarbon menjadi
senyawa-senyawa kimia berupa olefin, aromatic dan syngas yang mencakup industri
yang menghasilkan etilen, propilen, butadiene, benzene, etilbenzene, toluen, xylen,
styren dan cumene.
3. Menjelaskan sifat dan karakteristik agents penyakit dalam media air maupun
media pangan dalam perjalanannya (kinetika) sebelum kontak dengan
population at risk. Berikan contoh-contoh bahan kimia yang berubah menjadi
lebih toksik seperti misalnya organofosfat.
Berikut ini beberapa jenis kimia organik yang lazim terdapat dalam air dan
berhubungan dengan terjadinya penyakit pada pengguna air, yaitu:
a. Hg (Air Raksa)
Air raksa atau mercury adalah unsur logam yang termasuk logam berat yang
bersifat racun terhadap tubuh manusia. Biasanya secara alami ada dalam air
dengan konsentrasi yang sangat kecil. Pencemaran air atau sumber air oleh
merkuri umumnya akibat limbah yang berasal dari industri (Soemirat, 2001).
Adsorpsi metil merkuri ditubuh mencapai 95%, kontaminasi Hg pada manusia
bisa terjadi melalui makanan, minuman, dan pernafasan, serta kontak kulit.
Paparan jalur kulit biasanya berupa senyawa HgCl2 atau K2HgI4. Toksisitas
HgCl2 atau garam merkuri yang larut bisa menyebabkan kerusakan membran
alat pencernaan, eksantema pada kulit, dekomposisi eritrosit dan menurunkan
tekanan darah. (Widowati, 2008)
b. Aluminium (Al)
Aluminium (Al) adalah metal yang dapat dibentuk, dan karenanya banyak
digunakan, sehingga terdapat banyak di lingkungan. Sumber alamiah Al
adalah bauxit dan cryolit. Industri pengguna Al antara lain industri kilang
minyak, peleburan metal, serta lain-lain. Al juga dapat meyebabkan iritasi
kulit, selaput lendir, dan saluran pernapasan (Soemirat, 2001)
c. Arsen (As)
Arsen (As) adalah logam yang mudah patah, berwarna keperakan dan sangat
toxik. As elemental didapat di alam dalam jumlah tinggi sangat terbatas;
terdapat bersama-sama Cu, sehingga didapatkan produk sampingan pabrik
peleburan Cu. Secara kronis keracunan arsen dapat menimbulkan anorexia,
kolk, mual, diare atau konstipasi, pendarahan pada ginjal, dan kanker kulit.
Arsen (As) dapat menimbulkan iritasi, alergi, dan cacat bawaan. Dimasa
lampau, Arsen (As) dalam dosis kecil digunakan sebagai campuran tonikum,
tetapi kemudian ternyata bahwa Arsen (As) ini dapat menimbulkan kanker
kulit pada peminumnya (Soemirat, 2001). Paparan As an organik melalui kulit
dapat menyebabkan kulit membengkak dan kemerahan. Senyawa arsenik yang
mengenai kulit akan diekskresikan melalui deskuamasi kulit dan melalui
keringat. As dikulit akan mengakibatkan terjadinya Mee’s line (perubahan pita
putih melintang pada kuku jari) yang akan muncul setelah kurang lebih 6
minggu terpapar As (Widowati, 2008).
d. Berilium (Be)
Berilium (Be) adalah logam berwarna abu-abu, berbentuk padat pada suhu
kamar, kuat, ringan dan mudah pecah. Be. Banyak digunakan dari berbagai
jenis industri karena memiliki sifat titik lebur tinggi, sangat kuat, dan bisa
menjadi konduktor listrik yang baik. Berbagai jenis industri menggunakan Be,
diantaranya sebagai pelapis panas (thermal cating), brake system, tabung x-
ray, dental plate, stamping and cutting (alat stempel dan pemotong), dan
handling/assembly, industri peralatan olahraga, industri keramik
(Widowati,2008). Pencemaran Be berasal dari industri logam non ferrous,
industri logam aluminium, pemrosesan Be, penyulingan petroleum, dan
akhirnya mencemari tanah, air dan udara. Absorpsi Be lewat kulit dipengaruhi
oleh bentuk dan senyawa Be (Widowati, 2008). Paparan Be larut air melalui
kulit akan mengakibatkan reaksi alergi pada kulit atau lesi papulovesikuler
pada kulit. Membran kelopak mata bisa mengalami peradangan bila kulit
wajah mengalami dermatitis karena paparan Be. Jika mata terpercik larutan
Be, mata bisa terbakar atau menunjukkan tanda kemerahan di sekitar mata. Be
dapat menyebabkan iritasi, edema, dan peradangan pada jaringan tempat
kontak Be (Widowati, 2008).
e. Kesadahan
Kandungan ion Mg dan Ca dalam air akan menyebabkan air bersifat sadah.
Kesadahan air yang tinggi dapat merugikan karena dapat merusak peralatan
yang terbuat dari besi melalui proses pengkaratan (korosi), juga dapat
menimbulkan endapan atau kerak pada peralatan. Kesadahan yang tinggi di
sebabkan sebagian besar oleh Calcium, Magnesium, Strontium, dan Ferrum.
Masalah yang timbul adalah sulitnya sabun membusa, sehingga masyarakat
tidak suka memanfaatkan penyediaan air bersih tersebut.
f. Klorida
g. Mangan (Mn)
h. Selenium (Se)
Selenium adalah logam berat yang berbau bawang putih. Selenium juga
didapat antara lain pada industri gelas, kimia, plastik, dan semikonduktor.
Selenium dalam air dengan konsentrasi yang agak tinggi biasanya terdapat di
daerah seleniferous. Absorpsi Se organik melebihi 50% karena lebih mudah di
absorpsi oleh alat pecernaan, sedangkan absorpsi lewat kulit sangat rendah dan
terbatas. Parparan lewat kulit bisa menyebabkan kulit terbakar, bercak merah,
serta pembengkakan. (Widowati, 2008)
i. Nikel (Ni)
Nikel adalah logam berwarna putih perak. Ni merupakan logam yang resisten
terhadap korosi dan oksidasi pada temperatur tnggi sehingga bisa
dipergunakan untuk memproduksi stainless steel. Berbagai macam industri
menggunakan bahan baku Ni atau garam nikel antara lain industri kimia,
industri elektronik, serta industri logam. Paparan Ni lewat kulit secara kronis
bisa menimbulkan gejala antara lain dermatitis nikel berupa eksema (kulit
kemerahan, gatal) pada jari-jari tanga, pergelangan tangan, lengan dan alergi
kulit. Sebesar 4-9% orang yang terpapar Ni akan menunjukkan dermatitis
alergi (Widowati, 2008).
j. Cobalt (Co)
Cobalt adalah logam yang berwarna abu-abu perak dan terdapat dialam
melalui sumber alam dan aktivitas manusia. Logam ini juga dipergunakan
pada industri plastik serta iradiasi pada industri pangan untuk membunuh
mikroorganisme dan mengawetkan pangan sebagai desinfektan berbagai
macam buah dan biji-bijian, untuk menunda pemasakan buah,
mempertahankan kesegaran produk pertanian, serta menunda pertunasan pada
kentang dan bawang. Paparan Co bisa tejadi melalui inhalasi, kontak kulit,
mata ataupun per oral. Paparan lewat kulit berupa kulit kering, bengkak dan
dermatitis. Paparan lewat mata bisa menyebaban mata kemerahan. Kontak
dengan Co bisa menimbulkan alergi pada penderita gagal rotesis sehingga
mengakibatkan dislokasi, lepas dan tulang fraktur. Hal tersebut terjadi karena
iritasi dan dermatitis yang meluas(Widowati, 2008).
k. Kromium (Cr)
l. Organofosfat
Organofosfat memiliki struktur kimia dengan atom oksigen atau sulfur yang
berikatan ganda dengan fosfor, sehingga disebut phosphate atau
phosphorothioates. Sebagian besar senyawa organofosfat berikatan sulfur,
karena bentuk P=S lebih stabil dan lebih larut lemak (WHO, 1996).
Genetika adalah ilmu tentang pewarisan sifat yang mencakup struktur dan
fungsi gen, serta cara pewarisan gen-gen dari satu generasi ke generasi berikutnya
(Russel, 1992). Sedangkan menurut Nusantari (2015), genetika adalah ilmu yang
menganalisis unit keturunan dan perubahan pengaturan dari berbagai fungsi fisiologis
yang membentuk karakter organisme. Unit keturunan disebut gen yang merupakan
suatu segmen DNA yang nukleotidanya membawa informasi karakter biokimia atau
fisiologis tertentu. Dinamika perjalanan bahan toksik mempelajari dinamika atau
kinetika perjalanan suatu bahan toksik dan atau faktor penyebab penyakit yang berada
dalam media (vehicle) transmisi hingga kontak dengan manusia atau penduduk
(Thesia, 2014). Dalam kasus ini merupakan perjalanan agen penyakit melalui air
sebagai media transmisinya.
Sebagian besar penyakit dapat berasal dari interaksi antara gen dan
lingkungan. Perbedaan dalam gen satu orang dapat menyebabkan mereka merespons
secara berbeda terhadap paparan lingkungan yang sama dengan orang lain. Akibatnya,
beberapa orang mungkin terserang penyakit setelah terpapar sesuatu di lingkungan,
sementara yang lain tidak (NIEHS, 2019). Ketika hasil kesehatan berbeda berdasarkan
genotipe dan memerlukan satu atau lebih rangsangan dari lingkungan, hasil kesehatan
tersebut merupakan hasil dari interaksi gen-lingkungan. Tubuh beberapa orang kurang
efisien dalam memetabolisme bahan kimia dari lingkungan, sehingga menempatkan
mereka pada risiko yang lebih tinggi untuk terkena penyakit. Variasi ini dapat
menciptakan kerentanan genetik terhadap penyakit, tetapi paparan lingkungan tetap
berperan untuk menimbulkan suatu penyakit (Shridhar and Walker, 2016).
Kelompok risiko tinggi (high risk group) terkena suatu penyakit adalah sub
kelompok dari suatu kelompok yang mempunyai risiko lebih besar serta
dampaknya lebih besar atau lebih berat apabila terpajan (exposed) zat
penyebab penyakit yang lebih besar (Achmadi, 2010).
Gambaran berapa banyak air bersih yang diperlukan orang Indonesia yang
tinggal dikota untuk setiap orang perhari dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
· Air yang telah tercemar dan kemudian tidak dapat digunakan lagi
sebagai penunjang kehidupan manusia, terutama untuk keperluan rumah
tangga, akan menimbulkan dampak sosial yang sangat luas dan akan
memakan waktu lama untuk memulihkannya.padahal air yang dibutuhkan
untuk keperluan rumah tangga sangat banyak, mulai untuk minum, memasak,
mandi, dan mencuci dan lain sebagainya.
Dalam jurnal manusia dan lingkungan oleh Ira Puspita (2016) membahas
mengenai pengaruh perilaku masyarakat yang bermukim di kawasan bantaran sungai
terhadap penuruan kualitas air sungai. Ada keterkaitan antara jumlah penduduk
(manusia) dan penurunan kualitas lingkungan hidup. Penurunan kualitas lingkungan
hidup oleh manusia terdiri atas 3 faktor yaitu jumlah manusia, jumlah sumber daya
alam yang dipergunakan oleh setiap manusia, dan dampak lingkungan dari
sumberdaya alam dipergunakan (Miller, 1982). Perilaku manusia berhubungan dengan
lingkungan hidup (Heimstra dan McFarling, 1974). Kepribadian manusia itu sendiri
dan situasi/keadaan lingkungan sekitar akan mempengaruhi perilaku lingkungan
seseorang (Laurens, 2012). Salah satu sumber pencemaran pada air tanah disebabkan
oleh aktifitas manusia, dalam penelitian ini aktifitas manusia diwakili oleh angka
kepadatan penduduk pada suatu wilayah, semakin tinggi angka kepadatan
diasumsikan semakin tinggi potensi pencemarannya.
a. Bahan yang diteliti atau hasil metabolitnya terdapat dalam jaringan, cairan
tubuh atau hasil ekskresi lainnya.
1) Biomarker pemajanan
2) Biomarker kerentanan
3) Biomarker efek
Achmadi U.F. dan Wulandari R.A. (2014). Paradigma Epidemiologi Kesehatan Lingkungan.
LING1131/MODUL 1.
BPPSDM. 2017. Toksikologi Lingkungan. KEMENKES RI: Jakarta
Bustan, M. N. (2006). Pengantar Epidemiologi. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius
Heimstra, N.W., dan McFarling, L., 1974. Environmental Psychology. Wadsworth.
California.
Ira Puspita dkk. 2016. Pengaruh Perilaku Masyarakat yang Bermukim di Kawasan Bantaran
Sungai terhadap Penurunan Kualitas Air Sungai Karang Anyar Kota Tarakan. Jurnal
Manusia dan Lingkungan Vol 23 No.2
Laurens, J.M., 2012. Changing Behavior and Environment in a Community-Based Program
of the Riverside Community. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 36:372-382.
Lu F.C. 1995. Toksikologi Dasar Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko. Edisi II.
Jakarta: UI-Press.
Miller, Jr. G. T., 1982. Living in The Environment. Wadsworth Publishing Company.
California
Mukono H. J. (2005). Toksikologi Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press.
National Institute of Environmental Health Sciences (NIEHS). (2019). Gene and
Environment Interaction. Diakses dari
https://www.niehs.nih.gov/health/topics/science/gene-env/index.cfm
Nusantari E. (2015). Genetika. Yogyakarta: Deepublish.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 tentang
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk
Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan pemandian umum
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
tentang Baku Mutu Air Limbah
Priyana, Yuli. (2008). Air Tanah. Diktat Kuliah. Surakarta: Fakultas Geografi UMS.
Russel PJ. (1992). Genetics. New York: Harper Colins Publishers.
Rustia, Hana Nika. 2009. Pengaruh Pajanan Pestisida. Universitas Indonesia. Depok
Shridhar N & Walker L. (2016). Gene-Environment Interactions & Epigenetics. Diakses dari
https://www.healthandenvironment.org/environmental-health/social-context/gene-
environment-interactions
Sudarnika E. (2011). Pengukuran Kejadian Penyakit. Bogor: IPB Press.
Sulistyono. Kegiatan Usaha Industri Migas Hubungannya dengan Dampak dan
Tanggung Jawab Kelestarian Lingkungan Hidup.
https://www.academia.edu/36028339/T1-
Sulistyono_Dampak_Industri_Migas_Terhadap_Lingkungan. Diakses pada 8 Oktober
2019.
Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor: KEP-
02/MENKLH/I/1988 Tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan
Syahril. 2016. Sumber Polusi Titik dan Tersebar terhadap Pencemaran Air Bawah
Permukaan. Repository University of Riau: Riau
Tahir A. Biomarker dan Kegunaannya.
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/10987/2.BIOMARKER%25
20DAN%2520KEUTAMAANNYA.docx. Diunduh pada 9 Oktober 2019
Thesia T.A.N. (2014). Epidemiologi Kesehatan Lingkungan. Diakses dari
https://www.slideshare.net/thesianatan/epidemiologi-kesehatanlingkungan1
Universitas Sumatera Utara. Keluhan Kesehatan Akibat Penggunaan Air
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/31953/Chapter%20II.pdf?sequ
ence=4&isAllowed=y. Diunduh pada 8 Oktober 2019
Kasus 3
Kota Kalimantan Baru merupakan kota yang berkembang dengan pesat. Hal ini mudah
dipahami karena sejak ditemukannya tambang gas sebagai sumber energi yang disedot
Perusahaan Asing sangat menarik bagi pendatang baik orang lokal Indonesia maupun negara-
negara ASEAN lainnya. Sepertinya kota yang tumbuh dengan pesat ini dikelola secara tidak
terencana dengan baik. Ada master plan RT/RW namun kurang diikuti oleh pelaksana
maupun warga sebagai dampaknya kemacetan dimana-mana. Pedagang kaki lima, restoran,
pedagang makanan, sektor informal, pertumbuhan pemukiman seperti tidak terkontrol.
Kota ini juga dikelilingi oleh hutan yang setiap tahun disulap jadi kebun kelapa sawit
dan pemukiman baru. Alih fungsi lahan sebagian adalah rawa-rawa serta hutan tropis yang
lebat yang merupakan habitat berbagai binatang dengan adanya alih fungsi banyak mikro
organisme patogen kebingungan mencari “host” baru sebagai sumber materi genetik untuk
kelangsungan hidup mikro organisme tersebut. Sebagai dampaknya terjadi pencemaran
lingkungan yang pada akhirnya menimbulkan berbagai penyakit akibat pencemaran udara.
1. Model dinamika kinetika media+agents penyakit untuk pajanan air dan media
pangan. Sebutkan parameter simpul 1, parameter simpul 2, parameter simpul 3,
dan parameter simpul 4.
Selain itu juga dengan adanya kegiatan penambangan di daerah tersebut dapat
menimbulkan dampak negatif salah satunya adalah tumpahan minyak/oil spill di
perairan yang berpotensi mencemari lingkungan dan membahayakan biota laut seperti
ikan, kemudian ikan yang terkontaminasi zat kimia tersebut dikonsumsi oleh manusia
sehingga dapat berakibat buruk terhadap kesehatan.
Pada kasus ini, media transmisi utama berupa sektor pangan. Pencemaran logam
berat semakin meningkat sejalan dengan proses meningkatnya industrialisasi.
Pencemaran logam berat dalam lingkungan bisa menimbulkan bahaya kesehatan
baik pada manusia, hewan, tumbuhan, maupun lingkungan. Efek gangguan logam
berat terhadap kesehatan manusia tergantung pada bagian mana dari logam berat
tersebut yang terikat dalam tubuh serta besarnya dosis paparan. Ikan merupakan
organisme air yang dapat bergerak dengan cepat. Ikan pada umumnya mempunyai
kemampuan menghindarkan diri dari pengaruh pencemaran air. Namun demikian,
pada ikan yang hidup dalam habitat yang terbatas (seperti sungai, danau dan teluk),
ikan itu sulit melarikan diri dari pengaruh pencemaran tersebut. Akibatnya, unsur-
unsur pencemaran itu masuk ke dalam tubuh ikan. Pengaruh pertama toksisitas
logam adalah pada insang. Insang selain sebagai alat pernapasan ikan, juga
digunakan sebagai alat pengatur tekanan antara air dan dalam tubuh ikan
(osmoregulasi). Jaringan tubuh organisme yang cepat terakumulasi logam berat
adalah jaringan insang, akibatnya ikan akan mati lemas karena terganggunya proses
pertukaran ion-ion dan gas-gas melalui insang (Mukono, 2002). Ikan sebagai salah
satu biota air dapat dijadikan sebagai salah satu indikator tingkat pencemaran yang
terjadi di dalam perairan. Jika di dalam tubuh ikan telah terkandung kadar logam berat
yang tinggi dan melebihi batas normal yang telah ditentukan dapat sebagai indikator
terjadinya suatu pencemaran dalam lingkungan. Menurut Anand (1978), kandungan
logam berat dalam ikan erat kaitannya dengan pembuangan limbah industri di
sekitar tempat hidup ikan tersebut, seperti sungai, danau, dan laut. Banyaknya
logam berat yang terserap dan terdistribusi pada ikan bergantung pada bentuk
senyawa dan konsentrasi polutan, aktivitas mikroorganisme, tekstur sedimen, serta
jenis dan unsur ikan yang hidup di lingkungan tersebut.
Simpul keempat adalah studi gejala penyakit, atau bila komponen lingkungan
telah menimbulkan dampak. Tahap ini ditandai dengan pengukuran gejala sakit, baik
secara klinis atau subklinis. Angka prevalensi, insidensi dan mortality merupakan
ukuran-ukuran studi epidemiologi simpul 4 (Achmadi dan Wulandari, 2014).
2. Variabel yang berperan dalam dinamika kinetika media + agents seperti ukuran
partikel, teori hidrolisis bahan toksik, proses terjadinya pencemar sekunder,
kelembaban, ketinggian, teori spasial lainnya.
Pencemaran lingkungan oleh logam berat menurut Kompas (2008) dapat terjadi
jika industri yang menggunakan logam tersebut tidak memperhatikan keselamatan
lingkungan, terutama saat membuang limbahnya. Logam-logam tertentu dalam
konsentrasi tinggi akan sangat berbahaya bila ditemukan di dalam lingkungan (air,
tanah, dan udara). Sumber utama kontaminan logam berat sesungguhnya berasal dari
udara dan air yang mencemari tanah. Selanjutnya semua tanaman yang tumbuh di atas
tanah yang telah tercemar akan mengakumulasikan logam-logam tersebut pada semua
bagian (akar, batang, daun dan buah). Ternak akan memanen logam-logam berat yang
ada pada tanaman dan menumpuknya pada bagian-bagian dagingnya. Selanjutnya
manusia yang termasuk ke dalam kelompok omnivora (pemakan segalanya), akan
tercemar logam tersebut dari empat sumber utama, yaitu udara yang dihirup saat
bernapas, air minum, tanaman (sayuran dan buah-buahan), serta ternak (berupa
daging, telur, dan susu).
Beberapa contoh logam berat yang beracun bagi manusia adalah: arsen (As),
kadmium (Cd), tembaga (Cu), timbal (Pb), merkuri (Hg), nikel (Ni), dan seng (Zn).
a. Arsen (As) atau sering disebut arsenik adalah suatu zat kimia yang ditemukan
sekitar abad-13. Sebagian besar arsen di alam merupakan bentuk senyawa
dasar yang berupa substansi inorganik. Arsen inorganik dapat larut dalam air
atau berbentuk gas dan terpapar pada manusia. Menurut National Institute for
Occupational Safety and Health (1975), arsen inorganik bertanggung jawab
terhadap berbagai gangguan kesehatan kronis, terutama kanker. Arsen juga
dapat merusak ginjal dan bersifat racun yang sangat kuat.
b. Merkuri (Hg) atau air raksa adalah logam yang ada secara alami, merupakan
satu-satunya logam yang pada suhu kamar berwujud cair. Logam murninya
berwarna keperakan, cairan tak berbau, dan mengkilap. Bila dipanaskan
sampai suhu 3570C, Hg akan menguap. Selain untuk kegiatan penambangan
emas, logam Hg juga digunakan dalam produksi gas klor dan soda kaustik,
termometer, bahan tambal gigi, dan baterai. Walaupun Hg hanya terdapat
dalam konsentrasi 0,08 mg/kg kerak bumi, logam ini banyak tertimbun di
daerah penambangan. Hg lebih banyak digunakan dalam bentuk logam murni
dan organik daripada bentuk anorganik. Logam Hg dapat berada pada berbagai
senyawa. Bila bergabung dengan klor, belerang, atau oksigen, Hg akan
membentuk garam yang biasanya berwujud padatan putih. Garam Hg sering
digunakan dalam krim pemutih dan krim antiseptik.
c. Logam timbal (Pb) merupakan logam yang sangat populer dan banyak dikenal
oleh masyarakat awam. Hal ini disebabkan oleh banyaknya Pb yang digunakan
di industri nonpangan dan paling banyak menimbulkan keracunan pada
makhluk hidup. Pb adalah sejenis logam yang lunak dan berwarna cokelat
kehitaman, serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Dalam pertambangan,
logam ini berbentuk sulfida logam (PbS), yang sering disebut galena. Senyawa
ini banyak ditemukan dalam pertambangan di seluruh dunia. Bahaya yang
ditimbulkan oleh penggunaan Pb ini adalah sering menyebabkan keracunan.
d. Logam tembaga (Cu) merupakan mikroelemen esensial untuk semua tanaman
dan hewan, termasuk manusia. Logam Cu diperlukan oleh berbagai sistem
enzim di dalam tubuh manusia. Oleh karena itu, Cu harus selalu ada di dalam
makanan. Yang perlu diperhatikan adalah menjaga agar kadar Cu di dalam
tubuh tidak kekurangan dan juga tidak berlebihan. Kebutuhan tubuh per hari
akan Cu adalah 0,05 mg/kg berat badan. Pada kadar tersebut tidak terjadi
akumulasi Cu pada tubuh manusia normal. Konsumsi Cu dalam jumlah yang
besar dapat menyebabkan gejala-gejala yang akut. Logam Cu yang digunakan
di pabrik biasanya berbentuk organik dan anorganik. Logam tersebut
digunakan di pabrik yang memproduksi alat-alat listrik, gelas, dan zat warna
yang biasanya bercampur dengan logam lain seperti alloi dengan Ag, Cd, Sn,
dan Zn.
Arsen banyak ditemukan di dalam air tanah. Hal ini disebabkan arsen merupakan
salah satu mineral yang memang terkandung dalam susunan batuan bumi. Arsen
dalam air tanah terbagi dalam dua bentuk, yaitu bentuk tereduksi, terbentuk dalam
kondisi anaerobik, sering disebut arsenit. Bentuk lainnya adalah bentuk teroksidasi,
terjadi pada kondisi aerobik, umum disebut sebagai arsenat.
Hg anorganik (logam dan garam Hg) terdapat di udara dari deposit mineral dan
dari area industri. Logam Hg yang ada di air dan tanah terutama berasal dari deposit
alam, buangan limbah, dan akitivitas vulkanik. Logam Hg dapat pula bersenyawa
dengan karbon membentuk senyawa Hg organik. Senyawa Hg organik yang paling
umum adalah metil merkuri, yang terutama dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri)
di air dan tanah. Bila bakteri itu kemudian termakan oleh ikan, ikan tersebut
cenderung memiliki konsentrasi merkuri yang tinggi. Logam ini digunakan secara luas
untuk mengekstrak emas dari bijihnya, baik sebelum maupun sesudah proses sianidasi
digunakan. Ketika Hg dicampur dengan bijih tersebut, Hg akan membentuk amalgam
dengan emas atau perak. Untuk mendapatkan emas dan perak, amalgam tersebut harus
dibakar untuk menguapkan merkurinya.
Logam berat dapat terakumulasi dalam jumlah yang cukup besar pada tanaman
seperti padi, rumput, beberapa jenis leguminosa untuk pakan ternak, dan sayuran.
Logam berat seperti Pb, Cd, Cu, dan Zn sering terakumulasi pada komoditi tanaman.
Kandungan merkuri pada beras yang dipanen dari sawah dengan irigasi air limbah
penambangan emas tradisional di Nunggul dan Kalongliud sekitar Pongkor, Bogor,
Jawa Barat, masing-masing mencapai 0,45 dan 0,25 ppm (A. Sutono, 2002).
Sumber bahan pangan lain yang dilaporkan tinggi kadar timbalnya adalah
makanan kaleng (50-100 mkg/kg), jeroan terutama hati dan ginjal ternak (150
mkg/kg), ikan (170 mkg/kg). Kelompok yang paling tinggi adalah kerang-kerangan
(molusca) dan udang-udangan (crustacea), yaitu rata-rata lebih tinggi dari 250 mkg/kg
(Winarno dan Rahayu, 1994). Jenis bahan pangan lain yang mengandung kontaminan
timbal cukup tinggi adalah sayuran yang ditanam di tepi jalan raya. Kandungan rata-
ratanya sebesar 28,78 ppm, jauh di atas batas aman yang diizinkan Direktorat Jendral
Pengawas Obat dan Makanan, yaitu sebesar 2 ppm (Winarno, 1997).
Cemaran tembaga (Cu) terdapat pada sayuran dan buah-buahan yang disemprot
dengan pestisida secara berlebihan. Penyemprotan pestisida banyak dilakukan untuk
membasmi siput dan cacing pada tanaman sayur dan buah. Arsen terkandung dalam
ikan dan makanan laut lainnya, seperti udang, cumi-cumi, dan kerang. Kandungan
arsen dalam makanan laut mencapai angka lebih dari 4,5 mikrogram arsen/g berat
basah. Arsen juga terdapat dalam daging dan sayur-sayuran, namun jumlahnya amat
kecil.
3. Menjelaskan sifat dan karakteristik agents penyakit dalam media pangan dalam
perjalanannya (kinetika) sebelum kontak dengan population at risk. Berikan
contoh-contoh bahan kimia yang berubah menjadi lebih toksik seperti misalnya
organofosfat.
Bahan Pengawet
a. Formalin, dapat menimbulkan risiko kesehatan seperti iritasi, alergi,
kemerahan, mata berair, mual, muntah, rasa terbakar, sakit perut dan pusing
dan dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan gangguan pada
pencernaan, hati, ginjal, pankreas, system saraf pusat dan menyebabkan
kanker.
b. Boraks, dapat mengakibatkan gangguan pada sistem saraf, ginjal, hati, dan
kulit, gejala pendarahan di lambung dan gangguan stimulasi saraf pusat, dan
terjadinya komplikasi pada otak dan hati dan menyebabkan kematian.
c. Asam benzoat dan natrium benzoate, jika dosisnya berlebihan dapat
menimbulkan reaksi alergi dan penyakit saraf.
d. Natrium dan kalium nitrit, jika dosisnya berlebihan dapat menyebabkan efek
seperti kegagalan reproduksi, perubahan sel darah, tumor pada saluran
pernapasan, dan bisa menimbulkan efek toksik pada manusia di jaringan
lemak.
e. Kalium dan natrium sulfit, jika dosisnya berlebihan dapat mengganggu saluran
pernapasan pada manusia, mengganggu pencernaan, mengganggu
metabolisme vitamin A dan B dan metabolisme kalsium.
Bahan Pewarna
a. Amaranth, dapat menimbulkan tumor, reaksi alergi pada pernapasan, dan
dapat menyebabkan hiperaktif pada anak-anak.
b. Alluramerah, memicu kanker limpa.
c. lndigotine, meningkatkan sensitivitas pada penyakit yang disebabkan oleh
virus, serta mengakibatkan hiperaktif pada anak-anak.
d. Erythrosin, menimbulkan reaksi alergi pada pernapasan, hiperaktif pada anak-
anak, dan efek yang kurang baik pada otak dan perilaku.
e. Ponceau SX dapat berakibat pada kerusakan sistem urin.
f. Karbon hitam, memicu timbulnya tumor.
Pemanis Sintetis
a. Aspartame, mengakibatkan penyakit fenil ketonuria, memicu sakit kepala,
pusing-pusing, dapat mengubah fungsi otak dan perilaku.
b. Siklamat, mempengaruhi hasil metabolismenya karena bersifat karsinogenik.
c. Sakarin, yang nama kimia sebenarnya adalah natrium sakarin atau kalium
sakarin penggunaan yang berlebihan dapat memicu terjadinya tumor kandung
kemih, dan menimbulkan rasa pahit getir.
d. Xyllotil, mengakibatkan timbulnya kanker karena bersifat karsinogenik
(merangsang kanker).
e. Siklamat, dengan kadar 200 mg per ml dalam medium biakan selleukosit dan
monolayer manusia (in vitro) dapat mengakibatkan kromosom sel-sel pecah.
Di Inggris penggunaan siklamat untuk makanan dan minuman sudah dilarang,
demikian pula di beberapanegara Eropa dan Amerika Serikat.
Penyedap Rasa
a. Kafein, pemakaian kafein yang berlebihan akan merangsang sistem saraf pada
anak-anak yang menyebabkan hiperaktif, dan memicu kanker pankreas.
b. Monosodium glutamate menyebabkan sakit kepala, memicu jantung berdebar,
mudah lemah, menyebabkan mati rasa (Chinese Restorant Syndrome), bias
menyebabkan asma, kerusakan saraf, dan efek psikologi.
c. Brominasi minyak nabati dapat menyebabkan abnormalitas pada beberapa
anatomi.
d. Asamtarin, jika penggunaan telah berlebihan dapat merangsang kerusakan
liver, dan memicu timbulnya tumor.
Bahan Pemutih
a. Benzoil perioksida yang berlebihan dapat merusak vitamin C, bersifat
karsinogenik dan menimbulkan reaksi alergi.
b. Asam Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA), menimbulkan gangguan pada
absorpsi mineral-mineral esensial seperti tembaga, besi, dan seng.
Bahan Antioksidan
Genetika adalah ilmu tentang pewarisan sifat yang mencakup struktur dan
fungsi gen, serta cara pewarisan gen-gen dari satu generasi ke generasi berikutnya
(Russel, 1992). Sedangkan menurut Nusantari (2015), genetika adalah ilmu yang
menganalisis unit keturunan dan perubahan pengaturan dari berbagai fungsi fisiologis
yang membentuk karakter organisme. Unit keturunan disebut gen yang merupakan
suatu segmen DNA yang nukleotidanya membawa informasi karakter biokimia atau
fisiologis tertentu. Dinamika perjalanan bahan toksik mempelajari dinamika atau
kinetika perjalanan suatu bahan toksik dan atau faktor penyebab penyakit yang berada
dalam media (vehicle) transmisi hingga kontak dengan manusia atau penduduk
(Thesia, 2014). Dalam kasus ini merupakan perjalanan agen penyakit melalui air
sebagai media transmisinya.
5. Pengertian behavioural exposure-perilaku pemajanan (seperti hobbi, lokasi,
pekerjaan, pemukiman). Biotranfsormasi dan kinetika bahan kimia toksik
dalam tubuh. Mahasiswa memahami genetic-environmental health dalam
kerangka hubungan interaktif antara media transmisi dengan population at risk.
Sebagian besar penyakit dapat berasal dari interaksi antara gen dan
lingkungan. Perbedaan dalam gen satu orang dapat menyebabkan mereka merespons
secara berbeda terhadap paparan lingkungan yang sama dengan orang lain. Akibatnya,
beberapa orang mungkin terserang penyakit setelah terpapar sesuatu di lingkungan,
sementara yang lain tidak (NIEHS, 2019). Ketika hasil kesehatan berbeda berdasarkan
genotipe dan memerlukan satu atau lebih rangsangan dari lingkungan, hasil kesehatan
tersebut merupakan hasil dari interaksi gen-lingkungan. Tubuh beberapa orang kurang
efisien dalam memetabolisme bahan kimia dari lingkungan, sehingga menempatkan
mereka pada risiko yang lebih tinggi untuk terkena penyakit. Variasi ini dapat
menciptakan kerentanan genetik terhadap penyakit, tetapi paparan lingkungan tetap
berperan untuk menimbulkan suatu penyakit (Shridhar and Walker, 2016).
Pangan sebagai sumber gizi bagi manusia, dapat menjadi sumber penularan
penyakit apabila telah tercemar mikroba dan tidak dikelola secara higienis. Keamanan
pangan merupakan salah satu masalah penting yang menyangkut pangan. Cemaran
mikroba patogen, kimia dan benda-benda lain yang dapat mengganggu, merugikan,
dan membahayakan kesehatan manusia menyebabkan pangan menjadi tidak aman
untuk dikonsumsi.
a. Kontaminasi Langsung
b. Kontaminasi Silang
Kontaminasi silang adalah kontaminasi pada bahan makanan mentah
ataupun makanan masak melalui perantara. Bahan kontaminan dapat berada
dalam makanan melalui berbagai pembawa antara lain serangga, tikus,
peralatan, ataupun manusia yang menangani makanan tersebut yang biasanya
merupakan perantara utama. Dengan demikian, kontaminasi silang dapat
terjadi selama makanan ada dalam tahap persiapan, pengolahan, pemasakan,
maupun penyajian. Terdapat tiga jalur yang dapat digunakan oleh
mikroorganisme untuk mengkontaminasi makanan, yaitu bahan baku dan
ingredien, pekerja pada pengolahan makanan dan lingkungan pengolahan.
Logam-logam berat hasil pencemaran industri seperti timbal dan cadmium masuk
ke dalam air, udara, tanah. Kemudian air yang tercemar atau tanah digunakan
untuk menanam bahan pangan. Bahan pangan tersebut menyerap logam berat
tersebut. Kemudian sayuran yang terkontaminasi dijadikan makanan oleh
manusia. Konsentrasi logam berat yang berlebihan dalam tubuh akan
menyebabkan kerusakan organ tubuh.
Dalam jurnal manusia dan lingkungan oleh Ira Puspita (2016) membahas
mengenai pengaruh perilaku masyarakat yang bermukim di kawasan bantaran sungai
terhadap penuruan kualitas air sungai. Ada keterkaitan antara jumlah penduduk
(manusia) dan penurunan kualitas lingkungan hidup. Penurunan kualitas lingkungan
hidup oleh manusia terdiri atas 3 faktor yaitu jumlah manusia, jumlah sumber daya
alam yang dipergunakan oleh setiap manusia, dan dampak lingkungan dari
sumberdaya alam dipergunakan (Miller, 1982). Perilaku manusia berhubungan dengan
lingkungan hidup (Heimstra dan McFarling, 1974). Kepribadian manusia itu sendiri
dan situasi/keadaan lingkungan sekitar akan mempengaruhi perilaku lingkungan
seseorang (Laurens, 2012). Salah satu sumber pencemaran pada air tanah disebabkan
oleh aktifitas manusia, dalam penelitian ini aktifitas manusia diwakili oleh angka
kepadatan penduduk pada suatu wilayah, semakin tinggi angka kepadatan
diasumsikan semakin tinggi potensi pencemarannya.
a. Bahan yang diteliti atau hasil metabolitnya terdapat dalam jaringan, cairan
tubuh atau hasil ekskresi lainnya.
b. Adanya metode analisis yang sahih.
c. Adanya nilai ambang yang berlaku.
d. Metode atau cara yang digunakan harus disetujui oleh anggota komunitas yang
hendak diambil spesimennya.
1) Biomarker pemajanan
2) Biomarker kerentanan
3) Biomarker efek
Abdurachman A, Sutono. 2002. Teknologi Pengendalian Erosi Lahan Berlereng. hlm. 103-
145 dalam Abdurachman, A., Mappaona, dan Arsil Saleh (Eds.) Teknologi Pengelolaan
Lahan Kering: Menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Achmadi U.F. dan Wulandari R.A. (2014). Paradigma Epidemiologi Kesehatan Lingkungan.
LING1131/MODUL 1.
Anindita, N. S, et al. 2017. Pengawasan Kualitas Pangan Hewani melalui Pengujian Kualitas
Susu Sapi yang Beredar di Kota Yogyakarta. Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Yogyakarta
Arrauf A, Permatasari A, Aditama f, et al. 2014. Air, udar, makanan dan vektor. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Depok.
https://www.academia.edu/9542738/Media_Lingkungan_Air_Udara_Pangan_Vektor_
Penyakit_Berbasis_Lingkungan. Diunduh pada 15 Oktober 2019
Bustan, M. N. (2006). Pengantar Epidemiologi. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Heimstra, N.W., dan McFarling, L., 1974. Environmental Psychology. Wadsworth.
California.
Ira Puspita dkk. 2016. Pengaruh Perilaku Masyarakat yang Bermukim di Kawasan Bantaran
Sungai terhadap Penurunan Kualitas Air Sungai Karang Anyar Kota Tarakan. Jurnal
Manusia dan Lingkungan Vol 23 No.2
Kompas. 2008. Bahaya Logam Berat dalam Makanan.
https://sains.kompas.com/read/2008/09/21/11254074/bahaya.logam.berat.dalam.makan
an.?page=all. Diunduh pada 18 Oktober 2019
Laurens, J.M., 2012. Changing Behavior and Environment in a Community-Based Program of
the Riverside Community. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 36:372-382.
Lu F.C. (1995). Toksikologi Dasar Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko. Edisi II.
Jakarta: UI-Press.
Miller, Jr. G. T., 1982. Living in The Environment. Wadsworth Publishing Company.
California
Mukono H. J. (2005). Toksikologi Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press.
National Institute of Environmental Health Sciences (NIEHS). (2019). Gene and
Environment Interaction. Diakses dari
https://www.niehs.nih.gov/health/topics/science/gene-env/index.cfm
Nusantari E. (2015). Genetika. Yogyakarta: Deepublish.
Russel, PJ. (1992). Genetics. New York: Harper Colins Publishers.
Rustia, Hana Nika. 2009. Pengaruh Pajanan Pestisida. Universitas Indonesia. Depok
Shridhar N & Walker L. (2016). Gene-Environment Interactions & Epigenetics. Diakses dari
https://www.healthandenvironment.org/environmental-health/social-context/gene-
environment-interactions
Suyanto A, Kusmiyati S, Retnaningsih Ch. 2010. Residual Heavy Metals in Fish from
Contaminated Water in North Coast of Central Java. Program Studi Teknologi Pangan
Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang
Tahir A. Biomarker dan Kegunaannya.
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/10987/2.BIOMARKER%252
0DAN%2520KEUTAMAANNYA.docx. Diunduh pada 9 Oktober 2019
Thesia T.A.N. (2014). Epidemiologi Kesehatan Lingkungan. Diakses dari
https://www.slideshare.net/thesianatan/epidemiologi-kesehatanlingkungan1
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Winarno, F.G. dan T.S. Rahayu. 1994. Bahan Makanan Tambahan untuk Makanan dan
Kontaminan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Kasus 4
Para pekerja tambang emas, karena para pekerja mereaksikan emas dengan
merkuri yang lalu dipanaskan. Uap yang dihasilkan dapat terhirup oleh
pekerja dan orang yang terlibat pada proses penguapan
Mengacu pada gambar skema teori simpul penyakit diatas, komponen lingkungan
yang dapat memindahkan agent penyakit atau dinamika transmisi agent Cd, Hg, Pb
antara lain:
Achmadi U.F. (2013). Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
Budiono et al. 2003. Hiegene perusahaan, ergonomic, kesehatan kerja, keselamatan kerja.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Daud, Anwar. 2013. Pajanan Merkuri (Hg) Pada Masyarakat Di Kelurahan Poboya Kota
Palu Sulawesi Tengah. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Sulawesi Tengah
Edward. 2008. Pengamatan kadar merkuri di perairan teluk Kao (Halmahera) dan perairan
Anggai (Pulau Obi). Maluku Tenggara: UPT Loka Konservasi Biota Laut Tual, LIPI.
Halida, Lubis Sari. 2002. Toksisitas Merkuri dan Penanganannya. USU digitalized Library.
Situasi sistim riool atau saluran (GOT) air di pinggir jalan dibiarkan terbuka, banyak
yang tidak mengalir. Baik anggota DPRD maupun pak Bupati cuek karena tidak paham.
Anda seorang S.KL seharusnya memahami hal tersebut kasian gadis muda dan lelaki tampan
menggunakan sarung secara terus menerus. Nampaknya disekitar rumah rumah penduduk
juga memelihara kolam yang tidak terurus.
a. Tempat istirahat
Tempat istirahat (resting places) nyamuk Culex di dalam rumah pada waktu
siang hari. Nyamuk Culex akan memilih tempat-tempat yang gelap dan lembab
di dalam rumah untuk beristirahat, seperti di balik perabotan rumah tangga
yang berwarna gelap dan pakaian yang digantung (Novianto, 2007).
b. Perilaku menggigit
c. Tempat perkembangbiakan
d. Distribusi penyebaran
Sebagian besar spesies domestik terbang cukup dekat dengan titik asal. Jarak
terbang betina biasanya lebih jauh daripada jantan. Kekuatan dan arah angin
berpengaruh dalam penyebaran atau migrasi nyamuk. Kebanyakan nyamuk
tetap dalam satu atau dua kilometer dari sumber makan mereka. Nyamuk tidak
dapat terbang cepat, hanya sekitar 4 kilometer per jam (Nalim, 1989). Nyamuk
Culex memiliki kepadatan 5,25 ekor/orang/jam di dalam rumah. Kepadatan di
luar rumah adalah 5,64 ekor/orang/jam. Hal ini menunjukkan bahwa setiap 1
jam terdapat sekitar 5-6 nyamuk yang mengigit manusia baik di dalam maupun
di luar rumah (Dinkes Kab. Pekalongan, 2011).
a. Tempat istirahat
b. Perilaku menggigit
Kebiasaan cara makan nyamuk cukup unik, karena hanya betina dewasa yang
menghisap darah manusia dan hewan. Nyamuk jantan tidak menghisap darah,
tetapi menghisap madu tanaman. Nyamuk betina memerlukan darah yang
cukup untuk bertelur. Berbagai petunjuk memungkinkan nyamuk untuk
menghisap darah manusia atau hewan. k. Nyamuk terbang lebih dekat dengan
target yang gelap. Setelah menemukan mangsa, nyamuk menyuntikkan air liur
ke luka.
c. Tempat perkembangbiakan
d. Distribusi penyebaran
Nyamuk dewasa dapat terbang lebih dari 20 mil jauhnya dari sumber air
tempat mereka berkembang. Namun, nyamuk tersebut tidak dapat terbang
dengan cepat, kurang lebih hanya 4 mil per jam. Sebagian besar spesies
domestik terbang cukup dekat dengan titik asal. Jarak terbang betina biasanya
lebih jauh daripada jantan. Penyebaran dapat meluas secara pasif, misalnya
terbawa angin atau kendaraan (Faridah dkk, 2018).
Penularan filariasis bisa terjadi dari manusia dan hewan (reservoir). Pada
intinya manusia bisa tertular filariasis diakibatkan karena gigitan nyamuk yang
membawa larva stadium III atau larva infeksius. Larva stadium III tersebut didapatkan
oleh nyamuk melalui aktivitas menghisap darah manusia yang telah terinfeksi
(Sandjaja, 2007). Sumber penularan filariasis juga bisa diperankan oleh hewan (hewan
reservoir), dari seluruh spesies nematoda filaria hanya spesies Brugia malayi sub
periodik nokturnal dan non periodik yang dapat menginfeksi lutung (Presbytis
cristatus), kera (Macaca fascilaris), dan kucing (Felis catus) (Nafilata, 2011).
Pada kasus ini, media transmisi utama adalah vektor. Seseorang dapat tertular
atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit nyamuk yang
infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III (L3).
Simpul keempat adalah studi gejala penyakit, atau bila komponen lingkungan
telah menimbulkan dampak. Dampak dari kasus ini adalah timbulnya penyakit
hidrocele dan lymphatic Filariasis.
3) Kelenjer limfe tidak dapat menyerang bakteri yang masuk dalam kulit.
5) Kerusakan sistem limfatik, termasuk kerusakan saluran limfe kecil yang ada
di kulit, menyebabkan menurunnya kemampuan untuk mengalirkan cairan
limfe dari kulit danj aringan ke kelenjer limfe sehingga dapat terjadi
limfedema.
Pada penderita limfedema, serangan akut berulang oleh bakteri atau jamur
akan menyebabkan penebalan dan pengerasan kulit, hiperpigmentasi,
hiperkeratosis dan peningkatan pembentukkan jaringan ikat (fibrose tissue
formation) sehingga terjadi penigkatan stadium limfedema, dimana
pembengkakkan yang semula terjadi hilang timbul akan menjadi
pembengkakkan menetap.
a. Manusia
1) Umur
2) Jenis Kelamin
Semua jenis kelamin dapat terinfeksi mikrofilaria. Insiden filariasis pada laki-
laki lebih tinggi daripada perempuan karena pada umumnya laki-laki lebih
sering terpapar dengan vektor karena pekerjaannya.
3) Imunitas
4) Ras
c. Lingkungan
d. Agen
Habitat adalah kawasan yang terdiri atas berbagai komponen fisik biotik maupun
abiotik yang merupakan kesatuan dan digunakan sebagai tempat hidup, dan
berkembang biak bagi makhluk hidup (Alikodra, 1990).
Habitat merupakan tempat dengan setiap unit kehidupan yang berada didalamnya dan
mampu Universitas Sumatera Utara 6 melakukan aktivitas hidup dan mengalami
interaksi dengan lingkungannya. Ini disebabkan karena hewan mempunyai
kemampuan hidup, tumbuh dan berkembang pada kondisi lingkungan yang sesuai
(Alikodra, 1990).
Ada beberapa tipe habitat perkembangbiakan vektor nyamuk filariasis dengan flora
dan fauna yang sangat mendukung terbentuknya tempat perindukan nyamuk potensial
yaitu genangan air atau kubangan dan sungai kecil yang tidak pernah kering sepanjang
tahun. Kondisi habitat yang ditemukan sangat berpotensi terhadap tiga spesies vektor
nyamuk filariasis yaitu Anopheles sp, Culex sp dan Armigeres sp. Jadi, dengan
mengendalikan habitat bisa mengendalikan filariasis.
b. LSM
c. Pemerintah Daerah
Achmadi, U.F. (2012). Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: Rajawali Press
Depkes RI. 2005. Penatalaksanaan Kasus Klinis Filariasis. Jakarta: Ditjen PP&PL
Faridah L., Leonita I., Yusnita S. 2018. Deteksi keberadaan nyamuk berdasar atas ketinggian
gedung di kawasan Kampus Universitas Padjadjaran Jatinangor. Majalah Kedokteran
Bandung, 50(1), 49.
Nafilata, I. 2011. Perioditas Kerja Sebagai Faktor Risiko Terinfeksi Mikrofilaria (Studi di
Kecamatan Pekalongan Selatan dan Pekalongan Utara Kota Pekalongan). Skripsi
Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang
Novianto, I.W. 2007. Kemampuan Hidup Larva Culex quinquefasciatus Say. Pada Habitat
Limbah Cair Rumah Tangga. Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 347 Tahun 2010 tentang
Pengendalian Vektor
Soegijanto, S., 2006. Demam Berdarah Dengue. Edisi 2. Malang: Airlangga University Press.
Tiawsirisup, S. & Nithiuthai, S. 2006. Vector Competence of Aedes aegypti (L.) And Culex
quinquefasciatus (Say) for Dirofilaria imitis (Leidy), http://www.tm.mahidol.ac.th/
Kejadian Luar Biasa Malaria (KLB) di sebuah desa Sidoluhur di Banjarnegara terjadi
ditahun 2004. Dari penyelidikan epidemiologi serta studi dinamika transmisi antara lain
dengan melakukan wawancara mendalam, dan focus group discussion masyarakat serta
keluarga yang terkena, semua merujuk kepada sumber mata air atau ‘belik’ dan WC komunal
milik masyarakat seperti digambar tsb diatas. Pemeriksaan entomologist memberikan
konfirmasi bahwa, sekitar belik dimana terdapat genangan genangan air terdapat banyak larva
Anopheles balabacensis. Dipepohonan yang rimbun seperti terlihat pada ‘rich picture’ juga
terdapat tempat peristirahatan nyamuk An balabacensis tersebut.
1. Dari gambar tersebut, disebut Rich picture, buat sebuah model penularan malaria
lokal
Larva Anopheles balanbacensis berkembang biak pada bekas roda yang tergenang air,
bekas jejak kaki binatang pada tanah berlumpur yang berair, tepi sungai pada musim
kemarau, kolam atau kali yang berbatu atau daerah pedalaman (Arsin, 2012). An.
balabacensis mengalami metamorfosa sempurna dari telurjentik-pupa-nyamuk dewasa.
Telur-jentik-pupa merupakan fase hidup di air (aquatic) (Ikawati, 2006). Nyamuk
Anopheles balabacensis cocok pada daerah perbukitan yang banyak terdapat di hutan dan
perkebunan.
Secara alamiah, penularan malaria terjadi karena adanya interaksi antara agent (parasit
Plasmodium spp), host definitive (nyamuk Anopheles) dan host intermediate (manusia).
Penularan terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi oleh
Plasmodium. Setelah nyamuk Anopheles betina mengisap darah yang mengandung parasit
pada stadium seksual (gametosit), gamet jantan dan betina bersatu membentuk ookinet di
perut nyamuk yang kemudian menembus di dinding perut nyamuk dan membentuk kista
pada lapisan luar dimana ribuan sporozoit dibentuk. Sporozoit-sporozoit tersebut siap
untuk ditularkan. Pada saat menggigit manusia, parasit malaria yang ada dalam tubuh
nyamuk masuk ke dalam darah manusia sehingga manusia tersebut terinfeksi lalu menjadi
sakit. Sebagian besar spesies menggigit pada senja dan menjelang malam hari. Beberapa
vektor mempunyai waktu puncak menggigit pada tengah malam dan menjelang fajar
(Arsin, 2012).
Gambar 1 Siklus Transmisi Malaria
Tempat tinggal makhluk hidup untuk melangsungkan hidupnya secara normal disebut
habitat (Wahyu, 2009). Habitat adalah tempat tinggal satu individu atau populasi spesies
tertentu (Star, 1984). Sedangkan ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk
oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa
dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur
lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan suatu sistem
kehidupan pada suatu tempat yang didalamnya terdapat interaksi antara faktor biotik dan
abiotik (Miah, 2009).
Pencegahan malaria secara garis besar mencakup tiga aspek sebagai berikut (Arsin, 2012):
Dinas kesehatan harus bekerja sama dengan dinas sektor lain seperti dinas pendidikan,
dinas perikanan, dan dinas kehutanan dan perkebunan mengingat lokasi geografis
masyarakat tersebut. Sebagai contoh, dinas pendidikan membuat perencanaan program
pendidikan penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan kepada siswa agar mereka
memahami pencegahan dan penularan malaria. Masyarakat juga wajib berpartisipasi aktif
dengan cara menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal, menjaga higiene dan sanitasi
pribadi dan keluarga, melakukan program PSN/3M, serta mengikuti penyuluhan yang
diadakan oleh dinas kesehatan. Dinas kesehatan juga wajib memastikan bahwa program
terencana dan tereksekusi dengan baik, program harus dijalankan secara berkelanjutan,
sehingga perlunya monitoring dan evaluasi secara rutin.
Referensi
Achmadi U.F. (2013). Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
Arsin A.A. (2012). Malaria di Indonesia Tinjauan Aspek Epidemiologi. Makassar: Masagena
Press.
Ikawati B. (2006). Potensi Anopheles balabacensis, dahulu dan sekarang. BALABA, 2(1), 18.
https://media.neliti.com/media/publications/57106-ID-potensi-anopheles-
balabacensis-dahulu-da.pdf
Star C. (1984). Biology: The Unity and Diversity of Life. California: Wadsworth Publishing
Company.
Sutisna P. (2004). Malaria Secara Ringkas dari Pengetahuan Dasar sampai Terapan.
Jakarta: EKG.
Wahyu P.P. (2009). Memahami Saling Ketergantungan dalam Ekosistem. Bandung: Puri
Delco.
Kasus 7
Kasus Ponorogo
gangguan endocrine
.
Kasus2 cretin
Mata Air
1) DDT
Bisphenol A ditemukan dalam produk plastik, bahan perawatan gigi, dan makanan
kaleng. Zat kimia ini diketahui sebagai endocrine disruptor berdasarkan hasil dari
ratusan penelitian yang menunjukkan bahwa bisphenol A dalam kadar rendah
meningkatkan resiko diabetes serta kanker payudara dan prostat.
4) Phthalates
Phthalates ditemukan dalam mainan lunak, alat pembersih lantai, peralatan medis,
kosmetik, dan air freshner. Belum dilakukan studi langsung terhadap manusia,
namun berdasarkan hasil laboratorium, phthalates mengakibatkan gangguan
reproduksi pria dan penurunan jumlah sperma.
Selenium adalah unsur non logam dalam kelompok XVI table periodik dimana
berpotensi menyebabkan keracunan pada manusia dan hewan. Selenium sebagai unsur
esensial bagi tubuh yang terdapat dalam banyak bentuk makanan seperti ikan laut,
daging, hasil susu dan biji-bijian. Unsur ini merupakan salah satu komponen dari
selenoprotein yang memegang peran penting salah satunya dalam metabolism
hormone tiroid. Kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroksin yang berfungsi
memelihara tingkat metabolism jaringan yang optimal untuk fungsi normal sel dan
tubuh seutuhnya. Hormon tiroksin mengandung iodium (I) yang merangsang
konsumsi O2 sel tubuh dan mengatur metabolism lemak dan karbohidrat yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Ketiadaan hormon tiroksin
menyebabkan kemunduran dan melambatnya pertumbuhan mental dan fisik. Seperti
yang diketahui, tiroid merupakan organ dengan kadar selium tertinggi dengan
beberapa enzim Se-dependent yang penting dalam menjaga metabolisme hormone
tiroid seperti deidodinase (DIOs) dan mencegah gangguan oksidasi sel tiroid seperti
tytosolic dan plasma glutathione peroxidases. Sintesis hormone tiroid mensyaratkan
adanya iodinasi tirogobulin pada kutub apical, folikular lumea di bawah aksi dari
thyroperoxidase (TPO) dan hydrogen peroksida (H2O2). Sintesis H2O2 yang
berpotensi bahaya bagi tirosit, diregulasi oleh TSH melalui sistem pesan kedua yang
merupakan langkah membatasi sintesis ohrmon tiroid bila yodium cukup tersedia. Hal
ini memungkinkan H2O2 terbentuk di permukaan tirosit agar dapat digunakan oleh
reaksi iodinase. Sementara H2O2 intraselular terdegradasi oleh enzim antioksidan
seperti GPX3, TRS dan katalase.
Jika digambarkan dalam teori simpul, Endocrine Disrupting Compound dalam kasus
gangguan endokrin di Ponorogo, dapat kita lihat sebagai berikut:
simpul 1: bahan kimia toksik yang mencemari mata air sebagai sumber konsumsi dan
keperluan sehari-hari warga
simpul 2: air yang dikonsumsi maupun yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
simpul 3: perilaku penduduk yang tinggal di pinggir mata air, yang mengkonsumsi air
tersebut maupun menggunakan air tersebut untuk kepeluan sehari-hari
simpul 5: topografi daerah Ponorogo dan kaitannya dengan sumber mata pencaharian
warganya yang kebanyakan bekerja sebagai petani di daerah pedesaan, serta
terdapatnya beberapa gunung yang telah terbakar puncaknya.
Masuknya agen penyakit ke dalam tubuh manusia melalui suatu proses yang
dikenal sebagai hubungan interaktif yang dapat diukur dengan jumlah paparan antara
manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit—
dalam hal ini, disruptor endokrin. Masyarakat dengan berbagai variabel
kependudukan, baik yang sehat maupun sakit, secara langsung ataupun tidak
langsung, akan meminum air yang tercemar, menginsumsi makanan yang
terkontaminasi, dan menghirup udara yang tercemar pula. Parameter pada simpul tiga
ini diperoleh dengan pengukuran kadar zat kimia pada spesimen dan kadar hormon
dalam tubuh manusia. Umumnya pengukuran ini memakai sampel darah, urin,
jaringan adiposa, bahkan ASI. Salah satu contohnya adalah pengukuran kadar
triphenyl phosphate (TPHP), bahan kimia yang banyak terdapat pada kuteks, dalam
darah, pengukuran konsentrasi polychlorinated biphenyls (PCB) dalam ASI,
pengukuran BPA dalam darah, dan lainnya.
Kasus kejadian pembesaran kelenjar gondok, anak-anak kretin, keguguran, bayi lahir
dengan berat badan rendah banyak terjadi di Kabupaten Pancawarga. Kejadian-
kejadian tersebut mengindikasikan bahwa telah terjadi kasus hipotiroidism di daerah
Pancawarga. Kasus hipotiroid dapat terjadi akibat kekurangan asupan yodium ke
dalam tubuh. Hal tersebut dapat diperburuk dengan mengkonsumsi bahan makanan
yang mengandung goitrogen seperti singkong, jagung, ubi jalar, dan lain sebagainya
yang akan menyebabkan kebutuhan yodium meningkat. Singkong merupakan salah
satu jenis makanan yang mengandung glukosida sianogenik yang dapat melepaskan
sianida yang kemudian diubah menjadi thiocyanate dalam tubuh yang akan
menghambat penyerapan yodium oleh kelenjar tiroid. Pada kasus ini didapatkan
bahwa penduduk di Kabupaten Pancawarga banyak yang mengkonsumsi singkong
rebus. Selain itu, warga menggunakan mata air yang diduga terkontaminasi EDC. Hal
inilah yang menjadi penyebab terjadinya kasus hipotiroid di daerah tersebut. Maka
dari itu program pencegahan untuk kasus hipotiroid diatas adalah sebagai berikut:
a. Amiodaron
Amiodaron adalah obat antiaritmia yang cukup efektif dalam menangani beberapa
keadaaan aritmia mulai dari supraventrikuler takikardia sampai takikardia
ventrikuler yang mengancam kehidupan. Namun penggunaan obat ini
menimbulkan efek samping pada organ lain yang dapat menimbulkan perburukan
keadaan pasien. Salah satu organ yang dipengaruhi oleh amiodaron adalah
kelenjar tiroid. Amiodaron dan metabolitnya desetil amiodaron memengaruhi
hormon tiroid pada kelenjar tiroid, jaringan perifer, dan pada pituitari. Aksi
amiodaron ini menyebabkan peningkatan T4, rT3 dan TSH, namun menurunkan
kadar T3. Hipotiroidisme dan tirotoksikosis dapat terjadi pada pasien yang diberi
amiodaron.
Struktur kimia Amiodaron adalah derivat benzofuran yang mengandung dua atom
iodium per molekul. Amiodaron mengandung iodium sebanyak 37% dari
beratnya. Sekitar 10% molekul ini mengalami deiodinasi perhari. Karena
mengandung iodium, amiodaron berpotensi menyebabkan disfungsi tiroid. Dosis
pemeliharaan sebesar 200-600 mg per hari melepaskan 6-21 mg iodium bebas per
harinya. Beban iodium ini jauh melebihi rekomendasi World Health Organisation
(WHO) terhadap asupan optimal iodium per hari yaitu 0,15-0,3 mg per hari. Pada
pasien yang diberi amiodaron, kadar iodium anorganik di urin dan plasma
ditemukan meningkat 50-100 kali melebihi kebutuhan iodium harian.
b. Lithium
Obat psikiatris, lithium (Eskalith, Lithobid) yang sering digunakan untuk terapi
gangguan mood diketahui merubah fungsi tiroid dan menyebabkan hipotiroid.
c. Pestisida
1) Diet
Achmadi, U.F. 2014. Dasar-Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan, Edisi Revisi. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
ALPI. 2011. DEHP, Plasticizer yang Sering Terdapat dalam Bahan Emulsifier.
http://alpindonesia.org/berita/index1.php?view&id=25. Diunduh pada 20 Oktober
2019
Bantarwati, Dias Aji, et al. 2013. Hubungan Pajanan Pestisida Dengan Kejadian Hipotiroid
Pada Wanita Usia Subur di Daerah Pertanian Hortikultura Desa Gombong
Kecamatan Belik Pemalang. Vol. 12 No. 2. http://ejournal.undip.ac.id. Diunduh pada
20 oktober 2019
Damstra, T.,Barlow, S., Bergman, A., Kavlock, R., dan Kraak, G.V.D. (editor). 2002.
Exposure of Selected Potential EDCs in Humans and Wildlife. Dalam: Global
Assessment of The \ State-of-The-Science of Endocrine Disruptors (hal. 89 – 92).
Jenewa: WHO.
DokterSehat. 2015. Waspadai Bila Anak Anda Memiliki Penis Kecil.
http://doktersehat.com/waspadai-bila-anak-penis-kecil/. Diunduh pada 20 Oktober
2019
ENHS. 2003. Methods for Monitoring EDCs in the Environment. Endocrine Disruptors.
http://enhs.umn.edu/current/5103/endocrine/envmonitor.html. Diunduh pada 20
Oktober 2019
EWG. 2015. Your Nail Polish Could Be Disrupting Your Hormone System.
http://www.ewg.org/enviroblog/2015/10/your-nail-polish-could-be-disrupting-your-
hormone-system. Diunduh pada 20 Oktober 2019
Gore, A.C., Crews, D., Doan, L.L., Merrill, M.L., Patisaul, H., dan Zota, A. 2014.
Introduction to Endocrine Disrupting Chemicals (EDCs): A Guide for Public Interest
Organizations and Policy-Makers. Kerjasama antara Endocrine Society dan IPEN.
Kasus 8
Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan, memutuskan untuk
memberikan konsesi pertambangan batubara dan perkebunan kelapa sawit. Lokasi
pertambangan rakyat terletak di sebuah bukit di kaki gunung ketinggian 1000 meter dpl.
Dibawah pegunungan tersebut ada tanah yang melandai yang mengalir sungai-sungai
disekitarnya. Menurut rencana daerah tersebut cocok untuk perkebunan kelapa sawit.
Sebelumnya wilayah perkebunan tersebut merupakan habitat beberapa nyamuk Anopheles
sp. Ketika lahan dibuka diolah mendatangkan beberapa pekerja dari luar wilayah, terutama
pekerja musiman dari Jawa. Mereka dikenal sebagai pekerja tangguh yang pernah bekerja di
hutan-hutan di Maluku Utara serta Kalimantan Timur.
Pada tahun 2015, Indonesia memproduksi hampir 469,3 juta ton (Mt) batu
bara, yang mana 99,4 persen merupakan batu bara sub-bitumen/termal (steaming
coal), atau produksi keempat terbesar setelah Tiongkok, Amerika Serikat, dan India.
Indonesia mengekspor 78,5 persen dari keseluruhan produksi batu baranya, sehingga
menjadikan Indonesia sebagai pengekspor batu bara termal terbesar di dunia.
Pertambangan dan eksplorasi batu bara merupakan alokasi tata guna lahan
industri bersih terbesar di Indonesia. Data spasial Pemerintah Indonesia
(Petromindo,2009-2013) menunjukkan bahwa konsesi pertambangan batu bara
mencakup hampir 10 persen dari seluruh negara, atau sedikit di bawah 17,5 juta
hektar; 9,8 hektar di Kalimantan (wilayah Indonesia di Kalimantan); 4,3 juta hektar
di Sumatera; dan 3,1 juta hektar di Papua/Papua Barat. Sekitar 20 persen dari konsesi
tersebut sedang ditambang (3,4 juta hektar) atau dibangun (0,24 juta hektar),
sementara 78 persen (13,6 juta hektar) sedang dieksplorasi. Terdapat 2,8 juta hektar
konsesi batu bara di dalam konsesi kelapa sawit yang seluas bersih 19,1 juta hektar
Hampir semua batu bara Indonesia ditambang melalui tambang terbuka (open
cut) atau tambang kupas (strip mining) (Sasaoka et al, 2015). Pertambangan tersebut
berdaya rusak signifikan terhadap air permukaan dan air tanah yang diperlukan untuk
produksi pangan. Agar dapat berjalan, tambang kupas memerlukan air tanah yang
dipompa dari lubang tambang. Hal tersebut menghabiskan kadar air tanah di
sekeliling lubang tambang. “Depresi” air tanah tersebut bisa berkedalaman hingga
berkilometer, tergantung pada kedalaman tambang.
Dengan kata lain, bekas lubang tambang dapat menjadi penyebab meresapnya
asam tambang dan logam berat ke dalam air tanah, tetapi kolam bekas tambang juga
dapat mengurangi kadar air tanah setelah kegiatan penambangan berhenti. Indonesia
sering mengalami musim kemarau yang tidak mendatangkan hujan sama sekali, dan
kekeringan semakin sering terjadi (Martini et al, 2007). Selama masa-masa kering
tersebut, komunitas dan pertanian bergantung pada air tanah untuk memenuhi
kebutuhan air mereka. Ketika lubang tambang ditinggalkan, penguapan pada kolam
bekas tambang menyebabkan air tanah tertarik ke dalam lubang, sehingga
mengurangi kadar air tanah dan menyebabkan depresi pada permukaan air. Dengan
demikian, saat musim kemarau, banyak sumur di wilayah-wilayah produksi dan
bekas tambang batu bara memiliki permukaan air yang mengalami depresi berat.
2. Apabila diolah, maka kemungkinan limbah logam berat apa saja yang akan
memberikan potensi limbah pertambangan? Apa kira-kira potensi dampak
yang dapat ditimbulkannya? Melalui media apa bahan pencemaran tersebut
mengalir. Siapa population at risk? Bagaimana program pencegahannya?
Salah satu daya rusak utama dari pertambangan batu bara adalah pencemaran
air bersih melalui buangan asam tambang (acid mine drainage atau AMD)
(Parker,1999). Telah banyak dokumentasi dan laporan komprehensif mengenai
pencemaran jalur-jalur air akibat pertambangan batu bara serta pelepasan logam berat
yang berujung pada buangan asam tambang. Begitu pula mengenai perkembangan
buangan asam tambang dari pertambangan batu bara. Buangan asam tambang
merupakan salah satu masalah lingkungan terlokalisir paling serius dalam industri
pertambangan batu bara (Saria, Shimaoka and Miyawaki, 2006). Buangan asam
tambang menyebabkan pengasaman dan pencemaran logam di air permukaan dan air
tanah. Agar daya rusaknya dapat dimitigasi, diperlukan langkah-langkah pemulihan
dan penanganan yang jangka panjang dan memakan biaya besar.
Ketika bahan tambang dan tanah penutup yang mengandung sulfida logam
terpapar pada udara dan air, batuan yang mengandung sulfida mengoksidasi dan
menghasilkan sulfat dan asam. Kondisi asam tersebut menyebabkan berbagai jenis
logam menjadi lebih larut. Dalam operasi tambang batu bara, buangan asam tambang
utamanya disebabkan ketika mineral-mineral sulfida yang terkandung dalam lapisan
batu bara atau lapisan tanah di atas dan di bawah batu bara, terpapar dan mengalami
oksidasi (Jennings et al, 2000; Montero et al, 2005; Lottermoser, 2007).
Daya rusak buangan asam tambang mencakup matinya ikan dan spesies-
spesies air lainnya, serta matinya tanaman atau hasil panen yang berkurang atau cacat
(Kargbo et al, 1993; Bell et al, 2001; Nordstrom and Alpers 1999). Pembentukan
buangan asam tambang dapat merupakan sumber jangka panjang bagi pencemaran air.
Begitu sebuah operasi tambang berhenti, kualitas air yang buruk bisa saja terus-
menerus mendampak pada lingkungan, kesehatan manusia, dan mata pencaharian
selama berdasawarsa atau bahkan berabadabad. Sebuah situs tambang terkenal di
Iberian Pyrite Belt di Spanyol, contohnya, telah menghasilkan buangan asam tambang
selama lebih dari 2000 tahun.
Di seluruh Kalimantan buangan asam tambang telah membunuh ikanikan yang
dibudidayakan serta mengurangi jumlah hasil panen padi. Hasil laboratorium dari
sampel-sampel air yang kami ambil dari situssitus tambang di Kalimantan Timur
beserta jalur-jalur air di sekelilingnya menunjukkan konsentrasi logam berat dan
tingkat keasaman yang melebihi batas yang dapat diterima untuk sistem produksi
pangan. Para petani yang diwawancara mengeluhkan bahwa air limbah dari kegiatan
pertambangan batu bara memasuki sawah mereka, sehingga merusak panen dan
menghancurkan kegiatan produksi pangan. Para petani menyatakan bahwa sejak
menggunakan air lubang tambang, hasil panen padi menurun 50 persen dan produksi
ikan menurun 80 persen dibandingkan dengan sebelum menggunakan air tersebut
(Mike Ives, 2015).
Logam berat merupakan polutan lingkungan yang signifikan. Toksisitasnya
merupakan masalah yang semakin genting bagi aspek-aspek ekologis, gizi, dan
lingkungan. Karena logam berat memiliki tingkat kelarutan yang tinggi dalam
lingkungan air, logam berat mampu diserap oleh makhluk hidup. Begitu masuk ke
dalam rantai makanan, konsentrasi logam berat dapat meningkat seiring dia
berakumulasi dalam makhluk hidup dan ekosistem. Jika dikonsumsi melebihi batas
konsentrasi yang diperbolehkan, logam berat dapat menyebabkan gangguan kesehatan
yang serius (Babel & Kurniawan, 2004). Toksisitas logam berat juga merupakan salah
satu tekanan nonbiologis utama bagi tumbuhan (Hossain et al, 2012).
Akibat buangan asam tambang serta akumulasi tanah penutup dan air limbah
yang dihasilkan pertambangan batu bara, berbagai jenis logam berat kemudian
terlepas. Konsentrasi aluminium, besi, dan mangan seringkali terbuang. Logam berat
tersebut dapat berdaya rusak terhadap makhluk hidup, terutama makhluk air dan
tanaman. Daya rusak logam berat terhadap tanaman meningkat di tanah yang asam.
Curah hujan tropis yang deras mengurangi pH tanah (sehingga meningkatkan tingkat
keasamannya) Tanah asam mencakup 661.153km2 , atau sekitar 35 persen dari
wilayah Indonesia. Tanah tersebut memiliki kisaran tingkat pH antara 4 dan 5 (Takashi
Ozawa et al, 1999). Pertanian padi juga bertendensi asam. Penelitian tentang tanah
sawah padi di dataran tinggi dan dataran rendah Indonesia menunjukkan kisaran pH
tanah antara 4,3 dan 6,75.
Pada tahun 2015 dan 2016, dalam rangka mempersiapkan laporan ini, 17
sampel air diambil di delapan situs tambang batu bara di Kalimantan Timur beserta
jalur-jalur air di sekelingnya. Semua sampel air diambil menggunakan US EPA
Method 1669 (US EPA, 1996). Sampelsampel tersebut dianalisis di laboratorium
bersertifikasi di Indonesia dan dites untuk logam berat menggunakan ICPMS
(Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry). Sebanyak 15 dari 17 sampel
tersebut memiliki konsentrasi aluminium, besi, mangan dan/atau pH yang
kemungkinan besar berdaya rusak terhadap pertanian dan peternakan ikan. Peraturan
kualitas air Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tidak
menetapkan batas maksimum konsentrasi logam berat dalam air yang diperbolehkan
untuk akuakultur atau pertanian; sebuah kelalaian yang serius.
Bahkan, Pemerintah Indonesia tidak meregulasi jumlah maksimum konsentrasi
aluminium yang dapat larut (soluble aluminum) di dalam empat kelas di atas.
Toksisitas aluminium dihubungkan dengan berbagai penyakit saraf seperti penyakit
Parkinson, amyotrophic lateral sclerosis dan penyakit Alzheimer (Milind et al, 2012;
ATSDR. 2007). Konsentrasi aluminium dalam air yang tinggi, terutama dalam air yang
ber-pH rendah, dapat mengakibatkan akumulasi dalam organ-organ ikan sehingga
menyebabkan gangguan sistem saraf, serta mengurangi sel lendir dalam kulit dan
insang yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur kadar garam (Exley, 1996).
Penelitian komprehensif sudah dilakukan mengenai daya rusak aluminium,
dalam konsentrasi yang relatif rendah, terhadap pertanian. Aluminium merupakan
salah satu faktor utama yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman di
tanah asam. Secara khusus, toksisitas aluminium dalam tumbuhan mengurangi sistem
akar, menyebabkan berbagai gejala kekurangan gizi, dan mengurangi hasil panen
(Mossor-Pietraszewska, 2001). Banyak spesies tumbuhan sensitif terhadap konsentrasi
aluminium yang dapat larut yang sangat rendah; dalam 60 menit, pertumbuhan akar
sudah dapat terhambat (Delhaize and Ryan. 1995). Pada tanah yang ber-pH lebih
rendah dari 5,5, aluminium yang dapat larut beracun bagi banyak tumbuhan ketika
konsentrasinya melebihi 2–3 ppm. Namun, aluminium tampaknya mematikan bagi
tanaman padi muda bahkan pada konsentransi serendah 0,5 ppm.
Walaupun besi merupakan gizi penting bagi tumbuhan, akumulasi besi dalam
sel dapat beracun. Toksisitas besi merupakan salah satu gangguan gizi utama dalam
padi sawah irigasi dan padi sawah tadah hujan (Stein et al, 2014). Di atas konsentrasi
10 ppm, besi yang berdaya larut tinggi menyebabkan pertumbuhan buruk dan
berkurangnya hasil panen secara signifikan (Becker and Asch, 2005). Rata-rata gagal
panen akibat toksisitas besi berkisar antara 12%–35%. Namun, toksisitas pada tahap
bibit dan pertumbuhan awal dapat sangat memengaruhi pertumbuhan tumbuhan dan
menyebabkan gagal panen total. Besi juga ditemukan beracun bagi beberapa jenis
makhluk air pada konsentrasi serendah 1 ppm.
3. Apa yang menjadi potensi pennular penyakit perkebunan kelapa sawit. Apa
disebut sebagai habitat? Apakah kalau bukit tersebut di ubah menjadi
perkebunan akan mengubah habitat?
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Ae.) sp. Ae. aegypti
merupakan vektor DBD, namun spesies lain seperti Ae.albopictus juga dapat
menjadi vektor nyamuk penular yang terdapat di hampir seluruh pelosok
Indonesia; terutama di wilayah yang memiliki ketinggian kurang dari 1.000
meter di atas permukaan laut (Kinansi et al, 2017).
b. Zika
Virus Zika merupakan salah satu virus dari jenis Flavivirus. Virus ini
memiliki kesamaan dengan virus dengue, berasal dari kelompok arbovirus.
Virus Zika ditularkan melalui gigitan nyamuk. Nyamuk yang menjadi vektor
penyakit Zika adalah nyamuk Aedes, dapat dalam jenis Aedes aegypti untuk
daerah tropis, Aedes africanus di Afrika, dan juga Aedes albopictus pada
beberapa daerah lain. Nyamuk Aedes merupakan jenis nyamuk yang aktif di
siang hari, dan daoat hidup di dalam maupun luar ruangan. Virus zika juga
bisa ditularkan oleh ibu hamil kepada janinnya selama masa kehamilan
(Depkes, 2016).
c. Chikungunya
d. Malaria
Pada mulanya zigot hanya merupakan bentuk bulat yang tidak bergerak-gerak,
tetapi dalam waktu 18-24 jam berubah menjadi bentuk panjang seperti cacing yang
dapat bergerak dengan ukuran 8-24 µ yang disebut ookinet. Ookinet kemudian
menembus dinding lambung melalui sel epitel ke permukaan luar lambung dan
menjadi bentuk bulat yang disebut ookista. Jumlah ookista pada dinding luar lambung
nyamuk vektor berkisar antara beberapa buah sampai beberapa ratus buah. Ookista
makin lama makin besar sehingga merupakan bulatan-bulatan semi transparan,
berukuran 40-80 µ dan mengandung butir-butir pigmen. Bila ookista makin membesar
dan intinya membelah-belah, pigmen tak tampak lagi. Inti yang sudah membelah
kemudian dikelilingi oleh protoplasma dan merupakan bentuk-bentuk memanjang
yang ujungnya runcing dengan inti di tengahnya. Bentuk ini disebut sporozoit dengan
ukuran panjang 10-15 µ. Ookista kemudian pecah dan ribuan sporozoit keluar dan
bergerak dalam rongga badan nyamuk vektor untuk mencapai kelenjar liur (ludah).
a. Schizogoni
Sporozoit Plasmodium dalam waktu 1/2-1 jam sudah masuk ke dalam jaringan
hati. Sporozoit dari P. vivax dan P. ovale sebagian berubah menjadi hypnosoit,
sebagian lagi berubah menjadi schizon hati. Sedangkan sporozoit P. falcifarum
dan P. malariae, semuanya berubah menjadi schizon hati. Hypnosoit P. vivax dan
P. ovale sewaktu-waktu bisa berubah menjadi schizon hati. Karena itu untuk P.
vivax dan P. ovale dikenal adanya rekurensi yaitu kambuh dalam jangka waktu
panjang.
Schizon hati mengandung ribuan merozoit yang akan pecah dan keluar dari
jaringan hati untuk kemudian masing-masing merozoit ini menginvasi sel darah
merah (SDM). Fase masuknya sporozoit ke dalam jaringan hati sampai keluar lagi
dalam bentuk merozoit, disebut fase schizogoni jaringan hati atau fase pra
eritrosit. Lamanya fase pra eritrosit dan besarnya schizon hati serta jumlah
merozoit pada satu schizon hati, berbeda-beda untuk tiap spesies Plasmodium.
b. Schizogoni eritrosit
Merozoit yang telah masuk ke dalam sel darah merah, kemudian berubah menjadi
bentuk tropozoit, yaitu tropozoit muda, tropozoit lanjut, dan tropozoit tua.
Tropozoit ini selanjutnya membentuk schizon darah yang mengandung merozoit
yaitu bentuk schizon muda, schizon tua, dan schizon matang. Schizon matang
mengalami sporulasi yaitu melepaskan merozoit untuk kemudian menginvasi sel
darah merah baru, siklus schizogoni eritrosit berulang kembali. Fase masuknya
merozoit ke dalam sel darah merah sampai terbentuknya merozoit untuk
menginvasi sel darah merah baru, disebut fase schizogoni eritrosit. Lamanya fase
eritrosit dan jumlah merozoit dalam schizon hati, berbeda-beda untuk setiap
spesies Plasmodium.
Sejak landasan pacu Bandara Kertamukti beserta jalan Tol diresmikan oleh Presiden
bebarapa minggu yang lalu produksi ayam petelur pak haji Jupri berkurang. Pak Jupri sampai
memelototi ”tempat keluarnya” telor ayam ayam setiap pagi dalam seminggu terakhir. Dia
membuktikan sendiri ketika betina siap siap mengeluarkan telur, tiba tiba bunyi suara jet
menggelegar membuat telornya gak bisa keluar, …. “masup lagi….. !!” katanya dalam dialek
Sunda yang kental. Beberapa telor dikabarkan pak haji jupri juga ada yang pecah.
Lain lagi pengalaman Paijo karyawan dari Jawa Brebes yang tidak bisa tidur semalaman gara
gara berisik jalan tol lalu lalang kendaraan, pada hal dia bekerja di pabrik gelas di
Cirebon.Setiap pagi harus bangun pagi agar tidak terlambat bekerja.Mandor sangat ketat
dalam mengabsen karyawannya.
Menurut Slamet (2009), bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak
dikehendaki ataupun yang merusak kesehatan, kebisingan merupakan salah satu
penyebab penyakit lingkungan yang penting. Kebisingan sering digunakan sebagai
istilah untuk menyatakan suara yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh
kegiatan manusia atau aktifitas-aktifitas alam.
Menurut surat edaran Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi Nomor
SE 01/Men/1978: kebisingan ditempat kerja adalah semua bunyi-bunyi atau suara-
suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat produksi di tempat
kerja (Suheryanto, 2000).
a. Alat SLM (Sound Level Meter) adalah alat pengukur suara dengan
metode kerjanya menangkap perubahan tekanan udara yang terjadi
akibat adanya benda bergetar yang selanjutnya akan menggerakkan
meter penunjuk pada SLM. Sedangkan alat yang digunakan untuk
mengukur nilai ambang pendengaran adalah Audiometer. Nilai
Ambang batas untuk kebisingan adalah 8 jam per hari terus menerus
pada level tekanan 85 dB. (Keputusan Menteri Tenaga Kerja No
51/Men/1999).
2. Sebutkan apa yang dimaksud dengan agent energy yang di radiasikan atau
dipancarkan. Sebutkan macam macamnya serta potensi dampaknya?
Dampak
Dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari kebisingan adalah efek kesehatan
dan non kesehatan. Bunyi mendadak yang keras secara cepat diikuti oleh reflek
otot di telinga tengah yang akan membatasi jumlah energi suara yang dihantarkan
ke telinga dalam. Meskipun demikian di lingkungan dengan keadaan semacam itu
relatif jarang terjadi. Kebanyakan seseorang yang terpajan pada kebisingan
mengalami pajanan jangka lama, yang mungkin intermiten atau terus menerus.
Transmisi energi seperti itu, jika cukup lama dan kuat akan merusak organ korti
dan selanjutnya dapat mengakibatkan ketulian permanen (Harrington dan Gill,
2005).
Secara umum telah disetujui bahwa untuk amannya, pemaparan bising selama 8
jam perhari, sebaiknya tidak melebihi ambang batas 85 dBA. Pemaparan
kebisingan yang keras selalu di atas 85 dBA, dapat menyebabkan ketulian
sementara.Biasanya ketulian akibat kebisingan terjadi tidak seketika sehingga
pada awalnya tidak disadari oleh manusia.Baru setelah beberapa waktu terjadi
keluhan kurang pendengaran yang sangat mengganggu dan dirasakan sangat
merugikan.
1) Trauma akustik
Pada trauma akustik terjadi kerusakan organik telinga akibat adanya energi suara
yang sangat besar. Cedera cochlea terjadi akibat rangsangan fisik berlebihan
berupa getaran yang sangat besar sehingga merusak sel-sel rambut. Pada pajanan
berulang kerusakan bukan hanya sematamata akibat proses fisika, tetapi juga
proses kimiawi berupa rangsang metabolik yang secara berlebihan merangsang
sel-sel rambut sehingga terjadi disfungsi sel-sel tersebut. Akibatnya terjadi
gangguan ambang pendengaran sementara. Kerusakan sel-sel rambut juga dapat
mengakibatkan gangguan ambang pendengaran yang permanen.
2) Noise-induced temporary threshold shift
Pada keadaan ini terjadi kenaikan ambang pendengaran sementara yang secara
perlahan-lahan akan kembali seperti semula. Keadaan ini berlangsung beberapa
menit sampai beberapa jam bahkan sampai beberapa minggu setelah pemaparan.
Kenaikan ambang sementara ini mula-mula terjadi pada frekuensi 4000 Hz, tetapi
apabila pemaparan berlangsung lama maka kenaikan nilai ambang sementara akan
menyebar pada frekuensi sekitarnya. Makin tinggi intensitas dan lama waktu
pemaparan makin besar perubahan nilai ambang pendengarannya. Respon tiap
individu terhadap kebisingan tidak sama tergantung sensitivitas masing-masing
individu.
Kenaikan terjadi setelah seseorang cukup lama terpapar kebisingan terutama pada
frekuensi 4000 Hz. Gangguan ini paling banyak ditemukan dan bersifat permanen.
Kenaikan ambang pendengaran yang menetap dapat terjadi setelah 3,5 sampai 20
tahun terjadi pemaparan. Penderita mungkin tidak menyadari bahwa
pendengarannya telah berkurang dan baru diketahui setelah dilakukan
pemeriksaan audiogram. Hilangnya pendengaran sementara akibat pemaparan
bising biasanya sembuh setelah istirahat 1-2 jam. Bising dengan intensitas tinggi
dalam waktu yang lama (10-15 tahun) akan menyebabkan robeknya sel-sel rambut
organ Corti sampai terjadi destruksi total organ Corti. Proses ini terjadi karena
rangsangan bunyi yang berlebihan dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan
perubahan metabolism dan vaskuler sehingga terjadi kerusakan degenerativ pada
struktur sel-sel rambut organ Corti, akibatnya terjadi kehilangan pendengaran
yang permanen. Ini merupakan proses yang lambat dan tersembunyi sehingga
pada tahap awal tidak disadari oleh para pekerja. Hal ini hanya dapat dibuktikan
dengan pemeriksaan audiometrik. Apabila bising dengan intensitas tinggi tersebut
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, akhirnya pengaruh penurunan
pendengaran akan menyebar ke frekuensi percakapan (500-2000 Hz).
c. Campuran (mixed): tuli campuran dari kedua unsur konduktif dan sensoneural
Gangguan Pendengaran Akibat Bising (GPAP) atau Noise Induced Hearing Loss
(NIHL) adalah tuli senso-neural dimana terjadi kerusakan sel rambut luar cochlea
karena paparan bising terus menerus dalam jangka waktu lama. Ketulian biasanya
bilateral dan jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat. Stereosilia pada sel-sel
rambut luar menjadi atrofi sehingga mengurangi respon terhadap stimulasi.
Dengan bertambahnya intensitas dan lamanya paparan akan dijumpai lebih banyak
kerusakan seperti hilangnya stereosilia. Daerah yang pertama kali terkena adalah
daerah basal. Dengan hilangnya stereosilia, sel-sel rambut mati dan digantikan
oleh jaringan parut. Dengan semakin luasnya kerusakan sel-sel rambut dapat
timbul degenerasi pada saraf yang dapat sampai di nukleus pendengaran pada
batang otak.
Gejala awal yang sering dikeluhkan adalah sensasi telinga berdenging (tinnitus)
yang hilang timbul. Tinitus akan menjadi lebih keras sensasinya bila terpapar
bising dengan intensitas yang lebih besar. Tinitus lebih mengganggu bila berada di
tempat yang sepi atau saat penderita akan tidur sehingga menyebabkan sulit
konsentrasi dan sukar tidur. Pasien akan mengalami penurunan fungsi
pendengaran sehingga sulit bercakap-cakap walaupun berada di ruangan yang
sunyi. Pendengaran yang terganggu biasanya mudah marah, pusing, mual dan
mudah lelah.
Pengendalian Kebisingan
1. Eliminasi
2. Subtitusi
4. Isolasi
5. Pengendalian Administratif
Pengendalian lainnya :
4. Apa yang dimaksud dengan high risk group kebisingan? Dimana saja potensi
bahaya kebisingan baik ditempat kerja maupun di tempat umum
1) Gangguan Fisiologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, basal
metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki, dapat
menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
2) Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah
tidur, emosi dan lain-lain. Pemaparan jangka waktu lama dapat menimbulkan
penyakit, psikosomatik seperti gastritis, penyakit jantung koroner, dan lain-lain.
3) Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin
terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum berpengalaman.
Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya
terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan
atau isyarat tanda bahaya dan tentunyaakan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan
produktifitas kerja.
4) Gangguan Keseimbangan
Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis seperti kepala
pusing, mual dan lain-lain.
5) Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian)
Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising, gangguan
terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling seirus karena dapat
menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat
progresif atau awalnya bersifat sementara tapi bila bekerja terus menerus di tempat
bising tersebut maka daya dengar akan menghilang secara menetap atau tuli.
6. Diskusikan aspek hukum dari kebisingan baik ditempat kerja maupun ditempat
komunitas
Susanto, Arif. 2006. Kebisingan Serta Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Dan Lingkungan.
Buletin HSE Club Indonesia.
http://eprints.ums.ac.id/18503/2/BAB_II.pdf
https://www.academia.edu/6942405/MAKALAH_TENTANG_KEBISINGAN_Disusun_
untuk_Memenuhi_Tugas_Penyakit_Akibat_Kerja_Semester_VI_Pengampu_Drs._Hery
_Koesyanto_MS
http://digilib.unila.ac.id/1950/7/BAB%20II.pdf