Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok
di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting
dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga
dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara
optimal. Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan
dasar manusia perlu mendapatkan perhatian yang serius, hal ini pula menjadi
kebijakan Pembangunan Kesehatan Indonesia 2010 dimana program
pengendalian pencemaran udara merupakan salah satu dari sepuluh program
unggulan.
1
Pertumbuhan pembangunan seperti industri, transportasi, dll
disamping memberikan dampak positif namun disisi lain akan memberikan
dampak negatif dimana salah satunya berupa pencemaran udara dan
kebisingan baik yang terjadi didalam ruangan (indoor) yang dapat
membahayakan kesehatan manusia dan terjadinya penularan penyakit.
1
Kualitas udara dalam ruangan (indoor air quality) merupakan
masalah yang perlu mendapat perhatian karena akan berpengaruh terhadap
kesehatan manusia. Kualitas udara dalam ruangan adalah udara di dalam
suatu bangunan yang dihuni atau ditempati untuk suatu periode sekurang-
kurangnya 1 jam oleh orang dengan berbagai status kesehatan yang
berlainan. Timbulnya kualitas udara dalam ruangan umumnya disebabkan
oleh beberapa hal, yaitu kurangnya ventilasi udara (52%) adanya sumber
kontaminasi di dalam ruangan (16%) kontaminasi dari luar ruangan (10%),
mikroba (5%), bahan material bangunan (4%) , lain-lain (13%).
1,2
Pada
lingkungan dengan kualitas udara yang buruk dapat menyebabkan keluhan
seperti sakit kepala, iritasi mata, dan batuk. Keluhan dapat mempengaruhi
kesehatan masyarakat, kenyamanan, kepuasan kerja, dan prestasi kerja.
2,3
2

Pencemaran udara atau Polusi udara terdiri atas polusi udara dalam
ruangan (PUDR), polusi udara luar ruangan (PULR) dan polusi udara akibat
dari lingkungan kerja. PUDR jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan
PULR. WHO menyatakan bahwa PUDR 1000 kali lebih dapat mencapai
paru dibandingkan dengan PULR. Diperkirakan setiap tahun ada sekitar 3
juta kematian akibat polusi udara, 2,8 juta di antaranya akibat PUDR dan 0,2
juta lainnya akibat PULR.
3
Penelitian di Amerika dan Eropa menunjukkan sebagian besar waktu
seseorang dihabiskan di dalam ruangan, untuk anak-anak, penderita penyakit
dan masyarakat urban lebih lama dari 90% waktu mereka.
3
Polusi udara
dalam ruangan bukan saja terjadi di pabrik-pabrik dan di rumah tangga
perkotaan tetapi justru banyak terjadi di desa-desa yang masih
mengandalkan pembakaran kayu, arang, sekam, dan minyak untuk
memasak. Di negara-negara berkembang, lebih dari 1 miliar penduduk
masih menggunakan pembakaran kayu atau bahan bakar biomassa lain tanpa
cerobong asap yang memadai di rumahnya.
Mengingat bahayanya pencemaran udara terhadap kesehatan
sebagaimana kasus-kasus tersebut diatas, maka dipandang perlu bagi
petugas kesehatan di daerah untuk mempelajari lebih lanjut mengenai
kualitas udara terutama kualitas udara dalam ruangan.

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan udara?
1.2.2 Apa yang dimaksud kulitas udara dalam ruangan?
1.2.3 Apa saja sumber polusi udara dalam ruangan?
1.2.4 Apa saja faktor yang memepengaruhi kualitas udara dalam ruangan?
1.2.5 Bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh polusi udara dalam
ruangan bagi kesehatan manusia?
1.2.6 Bagaimana solusi buruknya kualitas udara dalam ruangan?
1.2.7 Bagaimana landasan hukum kualitas udara dalam ruangan?

3

1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai pencemaran udara dalam ruangan beserta dampak
yang ditimbulkan terhadap kesehatan manusia.

1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah kita dapat mengetahui
lebih dalam tentang masalah pencemaran udara dalam ruangan beserta
dampak yang ditimbulkannya sehingga kita dapat memberikan suatu
kontribusi sebagai usaha pencegahan terhadap pencemaran udara dalam
ruangan.




















4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Udara
Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan
kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan.
Metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak mungkin dapat berlangsung
tanpa oksigen yang berasal dari udara.
1
Udara dikatakan normal dan dapat
mendukung kehidupan manusia apabila komposisinya terdiri dari sekitar
78% nitrogen; 20% oksigen; 0,93% argon; 0,03% karbon dioksida (CO2)
dan sisanya terdiri dari neon (Ne), helium (He), metan (CH4) dan hidrogen
(H2).
1
Apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan gangguan
serta perubahan komposisi tersebut, maka udara dikatakan sudah tercemar.
1

Kualitas udara dalam ruang sangat mempengaruhi kesehatan
manusia karena hampir 90% hidup manusia berada dalam
ruangan.
1
Sebanyak 400 sampai 500 juta orang khususnya di negara yang
sedang berkembang sedang berhadapan dengan masalah polusi udara dalam
ruangan.
2
Di Amerika, isu polusi udara dalam ruang ini mencuat ketika EPA
pada tahun 1989 mengumumkan studi polusi udara dalam ruangan lebih
berat daripada di luar ruangan.
2

Udara dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
2.1.1 Udara bersih
Udara yang bersih adalah udara yang belum tercampur
dengan gas-gas berbahaya. Ciri-ciri udara bersih yaitu : tidak
berwarna, tidak berbau, terasa segar dan ringan saat dihirup.
2.1.2 Udara kotor
Udara kotor adalah udara yang sudah terpapar atau tercampur
dengan gas-gas yang berbahaya, ciri-cirinya yaitu berbau, berwarna
(seperti asap kendaraan bermotor).


5

Udara bersih memenuhi beberapa syarat yaitu :
Tabel 1. Syarat udara bersih
Fisik Kualitas
Kimia
Kualitas
Biologi
Kualitas Radioaktif
Bebas debu Bebas
partikulat
kimia,
uap atau
gas kimia
beracun
dan
berbahaya
Bebas
patogen
berupa
virus,
bakteri,
tungau
debu,
serangga
penghasil
benang
atau
sejenisnya
Bebas radiasi ionik dan
radiasi non ionik dapat
dilakukan dengan
menghilangkan atau
membatasi dan mengatur
penggunaan sumber
radiasi tersebut.
Bebas bau Sumber radiasi ionik :
kompor gas, air dari
sumur artesis, material
bangunan tertentu, lampu
petromaks.
Bebas kelembapan tinggi Sumber radiasi non ionik :
photocopy, microwave,
TV, HP, radio, wireless,
SUTET, monitor
komputer, dan elektronik
lainnya.
Temperatur dan
kelembapan sesuai dengan
kondisi kenyamanan
tubuh dapat digunakan
Bebas asap atau koloid
sejenisnya
Bebas suara yang
mengganggu

2.2 Kualitas Udara Dalam Ruangan
Kualitas udara dalam suatu ruang atau di kenal dengan istilah Indoor
Air Quality adalah salah satu aspek keilmuan yang memfokuskan perhatian
pada mutu udara dalam suatu ruang dan udara yang akan dimasukkan ke
dalam ruang atau gedung yang ditempati oleh manusia, apakah udara yang
dipergunakan dalam ruang atau gedung tersebut memenuhi syarat kesehatan
atau sebaliknya.
3
Udara dalam ruang atau indoor air menurut NHMRC
(National Health Medical Researt Counsil) adalah udara yang berada di
dalam suatu ruangan gedung yang ditempati oleh sekelompok orang yang
memiliki tingkat kesehatan yang berbeda-beda selama minimal satu jam.
3
Ruang kerja yang terlalu padat penghuninya dan sistem AC yang
kurang terawat dengan sirkulasi udara yang kurang memadai akan dapat
meningkatkan risiko timbulnya gangguan kesehatan. Risiko tersebut
kemungkinan dapat lebih diperparah oleh kondisi sebagai berikut :
3

6

1. Asap rokok dalam ruangan
2. Bahan-bahan bangunan, furniture, dan peralatan-peralatan modern
3. Produk-produk pembersih ruangan
4. Bahan-bahan pencemar udara dari luar ruangan dan lain-lain
Pada dasarnya ada tiga syarat utama yang berhubungan dengan
kualitas udara dalam suatu ruangan atau Indoor Air Quality adalah:
1. Level suhu atau panas dalam suatu ruang atau gedung masih dalam
batas- batas yang dapat diterima.
2. Gas-gas hasil pernafasan dalam konsentrasi normal
3. Kontaminan atau bahan-bahan pencemar udara berada di bawah level
ambang batas kesehatan.
Komposisi udara kering yang bersih, dapat dilihat pada Tabel 2 di
bawah ini.
Tabel 2. Komposisi udara kering yang bersih
1

Komponen Konsentrasi dalam volume
(ppm) %
Nitrogen (N
2
) 780.900 78.09
Oksigen (O
2
) 209.500 20.95
Argon (Ar) 9.300 0.93
Karbondioksida (CO
2
) 320 0.032
Neon (Ne) 18 1.8 X 10
-3

Helium (He) 5.2 5.2 X 10
-4

Metana (CH
4
) 1.5 1.5 X 10
-4

Krypton (Kr) 1.0 1.0 X 10
-4

H
2
0.5 5.0 X 10
-3

H
2
O 0.2 2.0 X 10
-5

CO 0.1 1.0 X 10
-5

Xe 0.08 8.0 X 10
-6

O
3
0.02 2.0 X 10
-6

NH
3
0.006 6.0 X 10
-7

NO
2
0.001 1.0 X 10
-7

N0 0.0006 6.0 x 10
-8

SO
2
0.0002 2.0 x 10
-8

H
2
S 0.0002 2.0 x 10
-8




7

2.2.1 Kualitas Fisik Udara
Suhu udara sangat berperan dalam kenyamanan bekerja
karena tubuh manusia menghasilkan panas yang digunakan untuk
metabolisme basal dan muskuler. Namun dari semua energi yang
dihasilkan tubuh hanya 20 % saja yang dipergunakan dan sisanya akan
dibuang ke lingkungan. Jika dibandingkan dengan Standar Baku
Mutu sesuai Kepmenkes No. 261 bahwa suhu yang dianggap
nyaman untuk suasana bekerja 18 - 26 C maka suhu ruangan pada
lantai I dan lantai II masih berada pada standar. Suhu
udara ruang kerja yang terlalu dingin dapat menimbulkan gangguan
kerja bagi karyawan, salah satunya gangguan konsentrasi dimana
pegawai tidak dapat bekerja dengan tenang karena berusaha untuk
menghilangkan rasa dingin tersebut.
1,2

Kelembaban udara yang relatif rendah yaitu kurang dari 20 % dapat
menyebabkan kekeringan selaput lendir membran, sedangkan kelembaban
tinggi akan meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme. Hasil pengukuran
kelembaban relatif pada lantai I adalah 64 68,5 %.
1,2

Sedangkan pada lantai II adalah 73 80 %. Jika dibandingkan
dengan
Standar Baku Mutu sesuai Kep. Men. Kesehatan No 261 dimana
kelembaban yang ideal berkisar 40 -60 %, maka hasil pengukuran
kelembaban pada 2 (dua) lantai tersebut berada di atas standar yang berarti
potensial sebagai tempat pertumbuhan mikroorganisme.
1,2

Hasil pengukuran kecepatan aliran udara pada lantai I
berkisar Antara 0,04-0,07 m/det sedangkan pada lantai II berkisar
antara 0,15 - 0,35 m/det. Menurut Standard Baku Mutu Kep. Men.
Kesehatan No 261 kecepatan aliran udara berkisar antara 0,15 0,25 m/det.
Arismunandar dan Saito (1991) menyatakan bahwa kecepatan aliran udara <
0,1 m/det atau lebih rendah menjadikan ruangan tidak nyaman karena tidak
ada pergerakan udara sebaliknya bila kecepatan udara terlalu tinggi akan
menyebabkan cold draft atau kebisingan di dalam ruangan.
1,2

8


2.2.2 Kualitas Mikrobiologi Udara
Bioaerosol adalah partikel debu yang terdiri atas makhluk hidup atau
sisa yang berasal dari makhluk hidup. Makhluk hidup terutama adalah
jamur dan bakteri. Penyebaran bakteri, jamur, dan virus pada
umumnya terjadi melalui sistem ventilasi. Sumber bioaerosol ada 2
yakni yang berasal dari luar ruangan dan dari perkembangbiakan
dalam ruangan atau dari manusia, terutama bila kondisi terlalu
berdesakan (crowded). Pengaruh kesehatan yang ditimbulkan oleh
bioaerosol ini terutama 3 macam, yaitu infeksi, alergi, dan iritasi.
1,2

Kontaminasi bioaerosol pada sumber air sistem ventilasi (
humidifier) yang terdistribusi keseluruh ruangan dapat menyebabkan reaksi
yang berbagai ragam seperti demam, pilek, sesak nafas dan nyeri otot dan
tulang (Tan Malaka, 1998). Total koloni kuman pada lantai I adalah
1675 CFU/m 3 udara sedangkan lantai II adalah 1387,5 CFU/m
3
udara.
Jika dibandingkan dengan Standar Baku Mutu Kep.MenKesehatan RI
No : 261 /MENKES/SK/II/1998 dimana angka kuman adalah kurang
dari 700 koloni/m 3 udara, maka kedua ruangan berada di atas
standar. Hasil pengukuran total koloni bakteri pada lantai I (6,87
CFU/menit) lebih tinggi dibandingkan lantai II (3,21 CFU/menit) dan
sebagian besar berjenis gram negatif batang. Hasil pengukuran total koloni
jamur pada lantai II adalah 1,94 CFU/menit dan pada lantai II adalah 0,87
CFU/menit. Jika dibandingkan dengan standar NH&MRC
dimana total koloni jamur adalah 150 CFU/m 3 udara, maka kedua
ruangan tersebut masih berada di bawah standar. Pada usap AC
ditemukan gram positif batang dan gram negatif batang. Pencemar
yang bersifat biologis terdiri atas berbagai jenis mikroba patogen,
antara lain jamur, metazoa, bakteri, maupun virus. Penyakit yang
disebabkannya seringkali diklasifikasikan sebagai penyakit yang
menyebar lewat udara (air-borne diseases).
1,2


9


2.3 Sumber Polusi Udara Dalam Ruangan
Beberapa jenis kontaminan atau bahan pencemar yang sering dapat
menurunkan kualitas udara dalam suatu ruang kerja, yaitu :
4,5,6,7

2.3.1 Karbon dioksida (CO2)
Kadar CO2 merupakan indikator yang bagusuntuk mengetahui efektif
tidaknya sistemventilasi dalam ruangan yang bersangkutan.Kadar
CO2 dalam suatu ruangan harusdiusahakan < 1000 ppm.
ASHRAStandard62-1989 merekomendasikan untuk ruang
kerjaperkantoran harus mempunyai rata-rata aliranudara masuk
sekurangkurangnya 10liter/det/orang untuk mempertahankan
kadarCO2 di bawah 1000 ppm.
2.3.2 Produk hasil pembakaran
Produk sisa hasil pembakaran dapat meliputikarbon
monoksida (CO), nitrogen oksida (NO)dan mungkin hidrokarbon
(HC). Gas-gastersebut dapat bersumber dari dalam bangunanitu
sendiri seperti; pembakaran akibat proses masak-memasak, merokok
dalam ruang kerja.Sumber-sumber bahan pencemaran yangberasal
dari luar bangunan biasanya dibawamasuk ke dalam -uangan melalui
aliran udaraventilasi.
2.3.3 Formaldehid
Formaldehid merupakan gas yang tidakberwarna dengan bau
yang cukup tajam.Formaldehid biasanya dihasilkan dari bahan-
bahanbangunan seperti plywood, karpet,furniture. Urea
Formaldehyde FoamInsulation (UFFI). Pemaparan formaldehidpada
kadar yang cukup rendah 0,05 - 0,5 ppmdapat menyebabkan mata
terbakar, iritasi padasaluran nafas bagian atas dan dicurigai
sebagaikarsinogen.
2.3.4 Ozon (O3)
Peralatan kerja yang dapat mengeluarkan ozon, antara lain;
printer lazer, lampu UV, mesinphoto copy dan ioniser. Ozon
10

merupakan gasyang sangat beracun dan mempunyai efek
padakonsentrasi rendah. Ozon dapat menyebabkan iritasi pada mata
dan saluran pernafasan. Ozonmerupakan gas yang sangat mudah
bereaksinamun hanya mempunyai pengaruh yang kecilpada
lingkungan udara dalam ruang kerja.
Tabel 3. Kondisi Udara Dalam Ruang Kerja
4,5,6,7

No Komponen Kondisi yang Mempengaruhi Kualitas Udara Ruang
1 Air Conditioning (AC)
a. Desain
b. Tahap Operasional
c. Pemeliharaan

d. Kapasitas pendingin tidak cukup
e. Tidak dihidupkan sebelum karyawan masuk
f. Filter tidak diganti
2 Material bangunan
g. Baru

h. Lama

i. Cat, fabric, furnishing dapat melepas gas
pencemar
j. Tetesan air sering merusak karpet
3 Aktivitas pekerjaan
k. Fotocopy
l. Pemeliharaan
ruangan
m. Aktivitas tetangga
n. Proses pemanasan

o. Melepas ozone
p. Melepas debu dan partikel

q. Asap dari proses memasak
r. Oven dan pengering melepas gas sisa
pembakaran
4 Manusia Merokok, bau badan dan parfum
5 Udara luar ruangan
s. Polutan ambien
t. Area parkir
u. Konstruksi
bangunan

v. Sulfur dioksida, nitrogen dioksida, dll
w. Asap kendaraan bermotor, dll
x. Debu, dll

2.3.5 Partikel dalam udara ruang kerja
Secara umum kadar partikel yang berlebihandapat
menyebabkan reaksi alergik seperti matakering, problem kontak
lensa mata, iritasihidung, tenggorokan dan kulit, batuk-batuk
dansesak nafas. WHO (1976) menetapkan reratakadar debu dalam
11

setahun adalah 40 g/m3dan kadar maksimum 24 jam adalah 120
g/m. NH&MRC (1985) menetapkan reratakadar dalam setahun
adalah 90 g/m3.Sedangkan SAA (1980) menetapkan reratakadar
dalam setahun adalah 60 g/m3 dankadar maksimum 24 jam adalah
150 g/m3.
2.3.6 Pencemaran mikrobiologi
Kelembaban udara yang tinggi (25-75%), sirkulasi udara
yang tidak seimbang, bangunan yang terlalu rapat satu sama lain,
sistem AC yang menggunakan air dan kondensasi akan merangsang
tumbuh dan berkembangnya mikrobiologi seperti virus, bakteri,
jamur, protozoa, dll. Mikroorganisme yang tersebar di dalam
ruangan dikenal dengan istilah bioaerosol. Bioaerosol di dalam
ruangan dapat berasal dari lingkungan luar dan kontaminasi dari
dalam ruangan. Bioaerosol dari lingkungan luar dapat berupa jamur
yang berasal dari organisme yang membusuk, tumbuh-tumbuhan
yang mati dan bangkai binatang. Selain infeksi seperti flu,
hipersensitivitas (asma, alergi) dan toxicoses (penyebab Sick
Building Syndrome), beberapa penyakit terkait mikroorganisme lain
adalah :

Tabel 4. Mikroorganissme dan penyakit yang ditimbulkan
5

No Mikroorganisme Penyakit
1 Fungi :
y. Khamir (bersel satu)
z. Kapang (berfilamen)
Aspergillus menyebabkan
pulmonary aspergillosis
Scopulariopsis candida
penyebab penisilikosis
Fusariumverticilloides
penyebab mikotik keratitis
danotomikosis
aa. reaksi alergi karena terpapar oleh spora
atau sel vegetatif fungi yaitu demam,
asma, atau penyakit pada paru-paru yang
berlangsung lama dan parah
bb. kanker hati akibat toksin fungi
cc. mycoses, yaitu infeksi jamur dalam tubuh
seperti histoplasmosis,
candidiasis,superfisial mycoses (rambut,
kulit, kuku), intermediate mycoses
12

(saluran nafas, jaringan bawah kulit),
systemic mycoses (jaringan organ dalam)
2 Bakteri
dd. Legionella

Legionnaires Disease dan Pontiac Fever

The National Institute For Occupational Safety and Health
(NIOSH), yaitu pencemaran alat alat di dalam gedung (17%), pencemaran
dari luar gedung (11%), pencemaran bahan bangunan (3%), pencemaran
mikroba (5%), gangguan ventilasi (52%) dan sumber yang tidak di ketahui
(12%) .
4,5,6,7

1. Pencemaran dari alat-alat di dalam gedung seperti asap rokok, pestisida,
bahan-bahan pembersih ruangan.
2. Pencemaran di luar gedung meliputi masuknya gas buangan kendaraan
bermotor, gas dari cerobong asap atau dapur yang terletak di dekat
gedung, dimana kesemua dapat terjadi akibat penempatan lokasi lubnag
udara yang tidak tepat.
3. Pencemaran akibat bahan bangunan meliputi pencemaran formaldehid,
lem, asbes, fibreglass, dan bahan-bahan lain yang merupakan komponen
pembentuk gedung tersebut.
4. Pencemaran akibat mikroba dapat berupa bakteri, jamur, protozoa, dan
produk mikroba lainnya yang yang dapat ditemukan di saluran udara dan
alat pendingin beserta seluruh sistemnya.
5. Gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar yang masuk,
serta buruknya distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi
udara.

13


Gambar 1. Sumber Polusi Udara Dalam Ruangan

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Udara dalam Ruangan
Kualitas udara dalam ruangan suatu gedung dapat dipengaruhi oleh
banyak faktor, baik yang berasal dari dalam gedung sendiri maupun dari luar
gedung. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas udara dalam ruang
adalah:
8

1. Faktor fisik
a. Suhu/temperatur (tekanan udara)
b. Kelembaban
c. Kecepatan gerakkan udara (air movement)
2. Faktor kimia
a. Partikulat
Asbestos, fiber glass, debu cat, debu kertas, partikel shoot
Debu bangunan atau konstruksi, partikel ETS
b. Produk-produk pernapasan, seperti uap air, karbondioksida
3. Gas-gas produk kebakaran
a. Karbondioksida, CO,NO2
14

b. Poliaromatik hidrokarbon
c. ETS fase gas
d. Ozone (sumber dari fotocopy, lampu UV, printer laser, ionizer)
e. Formaldehida (sumber: Plywood, partikel board, karpet, bahan
isolasi foam yang terbuat dari urea formaldehid)
f. Zat-zat organik mudah menguap, seperti: alkohol, aldehid,
hidrokarbon, alipatik, aromatik, ester, kelompok halogen. Sumber:
material bangunan gedung, kosmetik, asap rokok, zat pembersih,
purnish, bahan adesif atau perekat dan cat.
g. Radon dan produk peluruhannya
h. ETS (Environtmental Tobacco Smoke)
i. Mikrobiologi (virus, bakteri dan jamur)

2.5 Dampak Polusi Udara Dalam Ruangan
Kualitas udara di dalam ruangan mempengaruhi kenyamanan
lingkungan ruang kerja. Kualitas udara yang buruk akan membawa dampak
negatif terhadap pekerja/karyawan berupa keluhan gangguan kesehatan.
Dampak pencemaran udara dalam ruangan terhadap tubuh terutama pada
daerah tubuh atau organ tubuh yang kontak langsung dengan udara meliputi
organ sebagai berikut:
1,3

1. Iritasi selaput lendir: iritasi mata, mata pedih, mata merah, mata berair
2. Iritasi tenggorokan, sakit menelan, gatal, batuk kering
3. Gangguan neurotoksik: sakit kepala, lemah/capai, mudah tersinggung,
sulit berkonsentrasi
4. Gangguan paru dan pernafasan: batuk, nafas berbunyi/mengi, sesak
nafas, rasa berat di dada
5. Gangguan kulit: kulit kering, kulit gatal
6. Gangguan saluran cerna: diare
7. Lain-lain: gangguan perilaku, gangguan saluran kencing, sulit belajar

15


Gambar 2. piramida kualitas udara dalam ruangan- menunjukkan bahaya dari
buruknya kualitas udara dalam ruangan dengan realitas yang ada di masyarakat
(banyaknya kasus tersebut dalam masyarakat).
16


Gambar 3. Sumber Polusi Udara Dalam Ruangan serta Penyakit yang
Ditimbulkan

2.6 Solusi Buruknya Kualitas Udara Dalam Ruangan
Pencegahan permasalahan Indoor Air Quality dapat berupa:
11,12

1. Pengukuran Indoor Air Quality
Metode yang dapat dipakai antara lain: mengidentifikasi sumber
dari polutan, mengevaluasi penggunaan sistem Heating, Ventilating and
Air Conditioning (HVAC), mengukur level kontaminasi, serta pengujian
secara medis dan fisik.


17

2. Efisiensi Sistem Ventilasi
Ventilasi menggunakan antara 25% hingga 30% dari total energi
yang dipakai pada sebuah gedung, hal ini menyebabkan isolasi panas
pada bangunan yang meningkatkan temperatur ruangan.
Hal-hal yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan kualitas
udara dalam ruangan kita, berupa:
a. Membersihkan rumah kita, dengan membersihkan rumah secara
teratur dapat menghilangkan penyebab alergi
b. Pada saat membersihkan rumah sebaiknya menggunakan produk
pembersih yang ramah lingkungan
c. Membuka kaca atau jendela agar udara segar dapat masuk setiap hari
agar udara segar tersebut dapat membuang udara kotor yang terdapat
dalam ruangan
d. Menggunakan kipas pada kamar mandi dan dapur untuk
menghilangkan lembab, pastikan kipas tersebut membuang anginnya
keluar
e. Mengganti penyaring pada sistem HVAC secara rutin, atau
menggunakan HEPA (High Efficiency Particulate Air)
f. Memakai tanaman dalam ruangan seperty lily, palm bambu, bunga
krisan untuk membantu membersihkan udara. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan sebuah perguruan tinggi di Sydney, Australia, diketahui
bahwa bunga cantik yang satu ini mampu mengurangi 90% polutan di
dalam ruangan. Supaya kerjanya maksimal, tempatkan 2-3 pot dalam
ruangan berukuran 30m.Manfaat yang sama juga bisa didapat dengan
menempatkan Lidah Mertua (Sansivieria). Tanaman berdaun panjang ini
efektif menyerap formaldehyde, racun yang salah satunya dihasilkan oleh
asap rokok.
g. Pastikan pintu garasi tertutup rapat agar gas buang oleh kendaraan
bermotor tdak sampai masuk rumah
h. Jika ingin merenovasi rumah sebaiknya menggunakan bahan
bangunan yang ramah lingkungan dan menggunakan cat VOC
18

rendah. Lebih baik pilih cat berbahan dasar air (water base), karena
lebih aman dibandingkan cat solvent base
i. Jangan merokok didalam rumah
j. Selalu bersihkan karpet dan perabot-perabotan agar tidak berdebu
dengan cara dilap atau di vaccum

Selain langkah-langkah diatas, yang dapat kita lakukan dalam
mengatur udara dalam ruangan adalah dengan memperhatikan ventilasi
ruangan. Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam
dan pengeluaran udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara
alamiah maupun mekanis. Tersedianya udara segar dalam rumah
atau ruangan amat dibutuhkan manusia, sehingga apabila suatu
ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik dan over
crowded maka akan menimbulkan keadaan yang dapat merugikan
kesehatan
Banyak penelitian menunjukkan hubungan signifikan antara ventilasi
dan kejadian penyakit berbasis lingkungan seperti tuberculosis paru atau
penyakit lainnya.
10,11
Tujuan ventilasi :
1. Menghilangkan gas-gas yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan
oleh keringat dan sebagainya
2. Menghilangkan gas-gas pembakaran (CO2) yang ditimbulkan oleh
pernafasan dan proses pembakaran
3. Menghilangkan uap air yang timbul sewaktu memasak, mandi dan
sebagainya
4. Menghilangkan kalor yang berlebihan
5. Membantu mendapatkan kenyamanan termal
Agar udara dalam ruangan segar persyaratan teknis ventilasi dan
jendela sebagai berikut :
10,11

1. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan dan
luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5%
19

luas lantai, dengan tinggi lubang ventilasi minimal 80 cm dari langit-
langit.
2. Tinggi jendela yang dapat dibuka dan ditutup minimal 80 cm dari lantai
dan jarak dari langit-langit sampai jendela minimal 30 cm.
3. Udara yang masuk harud udara yang bersih, tidak dicemari oleh asap
pembakaran sampah, knaolpot kendaraan, debu dan lain-lain.
4. Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang
hawa berhadapan antara dua dinding ruangan.Aliran udara ini
diusahakan tidak terhalang oleh barang-barang seperti almari, dinding,
sekat-sekat, dan lain-lain.
5. Kelembaban udara dijaga antara 40% s/d 70%.
Prinsip utama dari ventilasi adalah menggerakan udara kotor dalam
rumah atau di tempat kerja, kemidian menggantikannya dengan udara
bersih. Sistem ventilasi menjadi fasilitas penting dalam upaya penyehatan
udara pada suatu lingkungan kerja. Menurut ILO (1991), ventilasi digunakan
untuk memberikan kondisi dingin atau panas serta kelembaban di tempat
Kerja. Fungsi lain adalah untuk mengurangi konsentrasi debu dan gas-gas
yang dapat menyebabkan keracunan, kebakaran dan peledakan.

Bentuk ventilasi :
Ventilasi alami (Natural Ventilation): Merupakan suatu bentuk
pertukaran udara secara alamiah tanpa bantuan alat-alat mekanik seperti
kipas. Ventilasi alami masih dapat dimungkinkan membersihkan udara
selama pada saat ventilasi terbuka terjadi pergantian dengan udara yang
segar dan bercampur dengan udara yang kotor yang ada dalam ruangan.
Standar luas ventilasi alami (Sumamur, 1987) lebih dari 20 % luas lantai
tempat kerja. Penggunaan ventilasi alami tidak efektif jika digunakan
dengan tujuan untuk mengurangi emisi gas, debu dan vapours ditempat
kerja. Hal ini disebabkan tingkat kesulitan yang tinggi pada ventilasi alami
terkait penentuan parameter yang harus kita ketahui menyangkut kecepatan
angin, tekanan angin dari luar, arah angin, radiasi panas dan berapa besar
20

pengaruh lubang-lubang yang ada pada dinding dan atap, Ventilasi alami
biasanya digunakan dengan tujuan untuk memberikan kesegaran dan
kenyamanan pada tempat Kerja yang tidak memiliki sumber bahaya yang
tinggi.
10

Gambar 1. Ventilasi alami: a. Single-sided ventilation; b. Cross-flow
ventilation; c. Atrium ventilation
10

Ventilasi Umum (General Ventilation): General ventilation atau
ventilasi umum biasanya digunakan pada tempat kerja dengan emisi gas
yang sedang dan derajat panas yang tidak begitu tinggi. Jenis ventilasi ini
biasanya dilengkapi dengan alat mekanik berupa kipas penghisap. Sistem
kerja yang dibangun udara luar tempat kerja di hisap dan di hembuskan oleh
kipas kedalam rungan bercampur dengan bahan pencemar sehingga terjadi
pengenceran. Kemudian udara kotor yang telah diencerkan tersebut dihisap
dan di buang keluar.
10,11,12


21

Ventilasi pengeluaran setempat (Local Exhaust Ventilation):
Jenis ventilasi ini dipakai dengan pertimbangan teknis, bahwa bahan
pencemar berupa gas, debu dan vapours yang ada pada tempat kerja dalam
konsentrasi
tinggi tidak dapat dibuang atau diencerkan hanya dengan
menggunakan ventilasi umum apalagi ventilasi alami, namun harus dengan
ventilasi pengeluaran setempat yang diletakan tepat pada sumber pencemar.
Bahan
pencemar yang keluar dari proses kerja akan langsung di hisap oleh
ventilasi, sebelum sampai pada tenaga kerja.
10,11,12


Gambar 2. Local Exhaust Ventilation
10

Comfort Ventilation: Contoh ventilasi ini dengan digunakanyya Air
Conditioner (AC) pada suatu ruangan. Jenis ventilasi ini berfungsi
22

menciptakan kondisi tempat kerja agar menjadii nyaman, hangat bagi tempat
kerja yang dingin, atau menjadi sejuk pada tempat kerja yang panas.
10

Sementara pendapat serupa mengatakan, bahwa untuk memperoleh
ventilasi yang baik dapat dilaksanakan dengan cara :
10

1. Ventilasi alamiah, merupakan ventilasi yang terjadi secara
alamiah, dimana udara masuk kedalam ruangan melalui jendela,
pintu, atau lubang angin yang sengaja dibuat.
2. Ventilasi Mekanik, merupakan ventilasi buatan dengan
menggunakan:
a. AC (Air Conditioner), yang berfungsi untuk menyedot udara
dalam ruang kenudian disaring dan dialirkan kembali dalam
ruangan;
b. Fan (Baling-baling) yang menghasilkan udara yang dialirkan
ke depan; c. Exhauser, merupakan baling-baling penyedot
udara dari dalam dan luar ruangan untuk proses pergantian
udara yang sudah dipakai.
Faktor yang harus diperhatikan dalam membangun sistem ventilasi,
selain bentuk juga harus sangat diperhatikan kekuatan aliran dan tata letak
ventilasi. Letak ventilasi harus sesuai dengan priciples of dilution
ventilation, terutama untuk tempat kerja dengan resiko paparan bahan
kimia.
10

2.7 Landasan Hukum
Pemerintah telah mengatur udara sehat dalam rumah dalam
Permenkes 1077/Menkes/Per/V/2011 Tentang Pedoman Penyehatan Udara
Dalam Ruang Rumah.
Pemerintah Indonesia telah mengatur persyaratan kualitas udara
dalam ruang perkantoran yaitu dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1405/MENKES/SK/XI/2002 dalam keputusan tersebut dinyatakan
bahwa Angka kuman kurang dari 770 koloni/m3 udara, bebas kuman
patogen.
9
23



Tabel 5. Udara Ruang Lingkungan Perkantoran
No Parameter Baku Mutu Tata Cara
1 Suhu
Kelembapan
18-28
o
C
40-60%
Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m
Suhu udara > 28 0C perlu menggunakanAir
Conditioner (AC), kipas angin, dll
Suhu udara luar < 18 0C perlu pemanas ruang
Kelembaban udara ruang> 60 %
perludehumidifier
Kelembaban udara ruang kerja < 40 % perlu
humidifier
2 Debu Total
Asbes
Bebas

0,15 mg/m
3
5 serat/ml
udara

Membersihkan ruang kerja pada pagi dan sore
hari dengan kain pel basah atau vacuum pump
Pembersihan dinding 2 kali/tahun dan dicat
ulang 1 kali setahun
Sistem ventilasi yang memenuhi syarat
3 Pertukaran
udara
0,283
m
3
/menit/org dgn
laju ventilasi :
0,15-0,25 m/detik
Jika tidak ber-AC, harus berlubangventilasi
min. 15% dari luas lantai dengan sistem
ventilasi silang
Ruang ber-AC secara periodik dimatikan dan
mengganti udara secara alamiah (buka pintu
dan jendela atau kipas angin)
Membersihkan filter udara AC
sesuaiketentuan
4 Gas
pencemar
Asam
Sulfida
Amonia
Karbon
Monoksida
Nitrogen
Dioksida
Sulfur
Dioksida


1 mg/m
3


17 mg/m
3

29 mg/m
3


5,6 mg/m
3


5,2 mg/m
3

Pertukaran udara diupayakan berjalan baik.
Ruang tidak berhubungan langsung dengan
dapur
Dilarang merokok didalam ruang kerja
tidak menggunakan bahan bangunan dengan
baumenyengat
5 Kuman
patogen
< 700 koloni/m3 Karyawan berpenyakit yang ditularkan melalui
udara (sementara waktu) tidak boleh bekerja
Lantai dibersihkan dengan antiseptik
Memelihara sistem ventilasi agar berfungsi
dengan baik.
Memelihara sistem AC sentral.



24



Tabel 6. Udara Ruang Lingkungan Industri
No Parameter Baku Mutu Tata Cara
1 Suhu
Kelembapan
18-30
o
C
65-95%
Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m
Suhu udara > 30 0C perlu menggunakanAir
Conditioner (AC), kipas angin, dll
Suhu udara luar < 18 0C perlu pemanas ruang
Kelembaban udara ruang > 95 %
perludehumidifier
Kelembaban udara ruang kerja < 65 % perlu
humidifier
2 Debu Total
Asbes Bebas
Silicat total
10 mg/m
3
5 serat/ml
udara

50 mg/m
3


Sumber dilengkapi penangkap debu
(dustenclosure)
Untuk menangkap debu dari proses produksi,
perlu ventilasi lokal (lokal exhauster)
dihubungkan dengan cerobong dan dilengkapi
dengan filter
Ruang proses produksi dipasang dilusi
ventilasi (memasukkan udara segar)
3 Pertukaran
udara
0,283
m
3
/menit/org
dgn laju
ventilasi : 0,15-
0,25 m/detik
Memasukkan udara segar untuk mencapai
persyaratan NAB dengan ventilasi/AC.
Kebutuhan suplai udara segar 10 lt/org/dtk.
Membersihkan filter AC sesuaiketentuan.
4 Gas pencemar
Air raksa
Amonia
Amonium
klorida
Arsen
Asam asetat
Asam klorida
Asam nitrat
Asam sianida
Asam sulfida
Asam sulfat
Aseton
Butil alkohol
Butil
merkaptan
DDT
Diazinon
Dieldrin
Dimetil amin
Etil alkohol
Fenol

0,1 mg/m
3

35 mg/m
3

10 mg/m
3

0,5 mg/m
3

25 mg/m
3

7 mg/m
3

25 mg/m
3

11 mg/m
3

28 mg/m
3

1 mg/m
3

2400 mg/m
3

300 mg/m
3

1,5 mg/m
3

1 mg/m
3

0,1 mg/m
3

0,25 mg/m
3

75 mg/m
3

1900 mg/m
3

19 mg/m
3

10 mg/m
3

Pada sumber dipasang hood (penangkap gas)
dihubungkan dengan local exhauster dan
dilengkapi filter penangkap gas
Melengkapi ruang proses produksi dengan
alat penangkapgas
Dilengkapi dengan suplai udara segar
25

Ferum
Oksida
Flour
Formaldehid
Fosfor
kuning
Kadmium
Kalsium
Oksida
Kamfer
Kapas
Karbon
Dioksida
Karbon
Monoksida
K l o r
LPG
Magnesium
Oksida
Mangan
Nitrogen
Oksida
Nikel
Perak
Platina
Seng Klorida
Seng Oksida
Sianida
Silicon
Sulfur
Dioksida
Timah
Hitam
Timah Putih
2 mg/m
3

6 mg/m
3

0,1 mg/m
3

0,2 mg/m
3

5 mg/m
3

12 mg/m
3

1 mg/m
3

9000 mg/m
3

115 mg/m
3

3 mg/m
3

1800 mg/m
3

10 mg/m
3

5 mg/m
3

30 mg/m
3

1 mg/m
3

0,01 mg/m
3

0,002 mg/m
3

1 mg/m
3

5 mg/m
3

5 mg/m
3

10 mg/m
3

13 mg/m
3

0,1 mg/m
3

2 mg/m
3

5 Kuman
patogen
< 700 koloni/m3 Industri berpotensi mencemari udara dengan
mikroba harus melengkapi ventilasi/AC
dengan sistim saringanudara bertingkat untuk
menangkap mikroba atau upayadesinfeksi
dengan sinar UV atau bahan kimia
Memelihara sistem ventilasi agar berfungsi
dengan baik.
Memelihara sistem AC sentral.




26



BAB III
KESIMPULAN

Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan
yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan. Udara terbagi menjadi dua,
yaitu udara bersih(udara yang belum tercampur gas-gas berbahaya) dan udara
kotor (udara yang sudah terpapar dengan gas-gas berbahaya). Udara dikatakan
normal dan dapat mendukung kehidupan manusia apabila komposisinya terdiri
dari sekitar 78% nitrogen; 20% oksigen; 0,93% argon; 0,03% karbon dioksida
(CO2) dan sisanya terdiri dari neon (Ne), helium (He), metan (CH4) dan hidrogen
(H2). Apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan gangguan serta
perubahan komposisi tersebut, maka udara dikatakan sudah tercemar. Pencemaran
atau polusi udara tidak hanya dapat terjadi di luar ruangan namun juga di dalam
ruangan. Baik buruknya kualitas udara suatu ruangan dapat dinilai dari kualitas
fisik maupun kualitas mikroorganisme. Menurut The National Institute For
Occupational Safety and Health (NIOSH) terdapat lima sumber utama polusi
udara dalam ruangan yaitu pencemaran dari alat-alat di dalam gedung seperti asap
rokok, pestisida, bahan-bahan pembersih ruangan; pencemaran di luar gedung
meliputi masuknya gas buangan kendaraan bermotor, gas dari cerobong asap atau
dapur yang terletak di dekat gedung, dimana kesemua dapat terjadi akibat
penempatan lokasi lubnag udara yang tidak tepat; pencemaran akibat bahan
bangunan meliputi pencemaran formaldehid, lem, asbes, fibreglass, dan bahan-
bahan lain yang merupakan komponen pembentuk gedung tersebut; pencemaran
akibat mikroba dapat berupa bakteri, jamur, protozoa, dan produk mikroba lainnya
yang yang dapat ditemukan di saluran udara dan alat pendingin beserta seluruh
sistemnya dan gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar yang
masuk, serta buruknya distribusi dalam suatu ruangan dapat dinilai dari kualitas
fisik maupun kualitas mikroorganisme.
27

Kualitas udara dalam ruanagn juga dipengaruhi oleh berbagai faktor bai,
faktor fisik (suhu, kelembaban, dan kecepatan gerakan udara), faktor kimia Faktor
kimia (asbestos, fiber glass, debu cat, debu kertas, partikel shoot, debu bangunan
atau konstruksi, partikel ETS dan produk-produk pernapasan, seperti uap air,
karbondioksida ) serta adanya gas-gas produk kebakaran (Karbondioksida,
CO,NO2,poliaromatik hidrokarbon, ETS fase gas, ozone , formaldehida,material
bangunan gedung, kosmetik, asap rokok, zat pembersih, purnish, bahan adesif
atau perekat dan cat, mikrobiologi.
Polusi uadara dalam ruanagn memiliki dampak bagi kesehatan manusia,
diantaranya Iritasi selaput lendir, iritasi mata, mata pedih, mata merah, mata
berairIritasi tenggorokan, sakit menelan, gatal, batuk kering, gangguan
neurotoksik: sakit kepala, lemah/capai, mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi.
Namun, polusi udara dalam ruangan ii dapat dicegah dan diatasi, dengan cara
membersihkan rumah secara teratur, membersihkan rumah dengan bahan yang
aman, membuka kaca dan jendela agar udara segar masuk, tidak merokok didalam
rumah, selalu membersihkan karpet atau perabot berdebu serta mempunyai
ventilasi ruangan yang baik. Pemerintah Indonesia telah mengatur udara sehat
dalam rumah dalam Permenkes 1077/Menkes/Per/V/2011 Tentang Pedoman
Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah dan mengatur persyaratan kualitas udara
dalam ruang perkantoran yaitu dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1405/MENKES/SK/XI/2002 dalam keputusan tersebut dinyatakan bahwa
Angka kuman kurang dari 770 koloni/m3 udara, bebas kuman patogen.









28




DAFTAR PUSTAKA

1. Susanna D. et al. Kesehatan dan Lingkungan. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, 1998.
2. Chandra Y. Polusi Udara dan Kesehatan. Jakarta: Arcan, 1992.
3. Suharyo widagdo. Kualitas Udara Dalam Ruang Kerja. Sigma Epsilon ISSN
0853-9103. Vol.13 No. 3 Agustus 2009.
4. HAU, E., Lectures and Practical Sessions on
5. Indoor Air Quality, The University of Queensland, Australia, 2001
6. Pujiastututi L, dkk. Kualitas Udara Dalam Ruang.Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998.
7. Pelezar, MC. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press, 1986.
8. Paryati, 2012. Kajian Kualitas Udara dalam Ruang dan Kejadian Sick
Building Syndrome (SBS) di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Provinsi
Kalimantan Barat. Sebuah Tesis. Universitas Diponegoro
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
10. World Health Organization, 2009.Who Guidelines For Indoor Air Quality:
Dampness And Mould. p7-51.
11. The Workers Compensation Board, 2005. Indoor Air Quality: A Guide for
Building Owners, Managers, and Occupants. National Library of Canada
Cataloguing, p 4-16
12. The Inside Story: A Guide to Indoor Air Quality. U.S. EPA/Office of Air and
Radiation Office of Radiation and Indoor Air. 6609J

Anda mungkin juga menyukai