Sebagai sebuah sistem manajemen, K3 tidak dapat dipisahkan dari suatu sistem
manajemen perusahaan secara keseluruhan. Program K3 yang telah ditetapkan
akan berjalan efektif jika didukung dan dilaksanakan oleh seluruh bagian atau
departemen yang ada dalam suatu organisasi perusahaan. Oleh karena itu, dalam
penyusunan program K3 harus mempertimbangkan semua aspek yang terkait
dalam perusahaan seperti aspek produksi, finansial, sosial, psikologi, budaya kerja
dan manajemen. Isu cross-cuttingdalam K3 menjadi perhatian bagi para pakar,
akademisi dan praktisi K3 dalam penyusunan dan pelaksanaan program K3 yang
terarah dan terencana.
3. Keserasian peralatan dan sarana kerja dengan tenaga kerja. Keserasian peralatan
dan sarana harus diperhatikan oleh pihak perusahaan dan disesuaikan dengan
tenaga kerja yang dimilikinya agar kecelakaan kerja dapat diminimalisasi.
Kesalahan yang disebabkan ketidakserasian antara peralatan dan sarana dengan
tenaga kerja dapat menimbulkan berbagai masalah yang akhirnya dapat
mengancam keselamatan dan kesehatan kerja. Beberapa permasalahan seperti ini
yang ditemukan di industri garmen :
Bagian pemotongan kain, jahit dan seterika, faktor ergonomi yang mempengaruhi
adalah ukuran meja, kursi duduk, sikap dan sistem kerja
Bagian pengemasan, faktor ergonomi yang mempengaruhi adalah kegiatan angkat
junjung, sikap dan cara kerja, ruang gerak.
Beberapa permasalahan di atas sangat umum ditemukan di industri garmen. Dan
seperti kebanyakan yang terjadi di industri, terkadang penyelesaian permaslahan
tersebut mendapatkan resistansi dari manajemen.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa industri garmen di Indonesia masih
banyak permasalahan yang merugikan pekerja atau buruh pabrik. Masalah-
masalah yang muncul berkaitan dengan aspek pendidikan, skill dan pengalaman
kerja, upah buruh yang rendah, kesejahteraan pekerja belum diperhatikan, jam
kerja yang tidak teratur dan sebagainya. Para pekerja industri garmen umumnya
adalah wanita yang baru lulus SMP/SMA, sebagian dari pekerja wanita sudah
berkeluarga dan memiliki anak sehingga konsentrasinya terbagi kedalam
pekerjaan dan rumah tangga, hal ini disebabkan karena faktor ekonomi yang tidak
mencukupi sehingga wanita yang sudah memiliki anak harus ikut mencari
penghasilan. Tak jarang para pekerja wanita tersebut mendapatkan perlakuan yang
tidak manusiawi dari rekan kerja maupun atasan seperti kekerasan seksual,
perlakuan kasar berupa ucapan dan fisik.
Dari permasalahan yang ada, dapat disederhanakan bahwa permasalahan
keselamatan dan kesehatan kerja di industri garmen terkait dengan pekerja itu
sendiri dan komitmen manajemen terhadap masalah K3. Untuk itu perlu dibangun
program-program keselamatan dan kesehatan kerja yang dipayungi oleh
komitmen dan kebijakan manajemen.
Sesuai dengan skema yang disusun oeh James Reason dalam bukunya Managing
the Risks of Organizational Accidents, bahwa penyebab dasar suatu insiden atau
kecelakaan kerja adalah kesalahan pada organisasi/ manajemen. Berdasarkan
model tersebut, maka perlu disusun Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang mencakup mulai dari komitmen dan kebijakan manajemen
hingga penerapan K3 di tempat kerja dan pekerja.
Pelaksanaan program K3 tidak akan berjalan efektif jika persoalan-persoalan
tersebut belum diatasi oleh pihak-pihak terkait, sehingga dalam penyusunan
program K3 diharapkan dapat mengakomodir aspek-aspek yang terkait. cross
cutting issue dalam K3 dapat direfleksikan dalam suatu program K3 perusahaan
seperti aspek psikologis sosial pekerja, budaya, kesadaran akan pentingnya
kesehatan dan keselamatan kerja dalam meningkatkan kesejahteraan pekerja serta
meningkatkan komitmen manajemen dalam melaksanakan program K3 untuk
mendukung kelangsungan usaha yang kompetitif.
Berikut ini program K3 yang dapat diimplementasikan oleh perusahaan garmen
berdasarkan isu-isu yang saling berkaitan.
TUJUAN HASIL PROGRAM
Kecelakaan Penerapan/Sertifikat Menyusun Sistem Manajemen K3
Nihil (Zero Standar SMK3 berdasar standar Sistem Manajemen
Accident ) K3
Di Tempat Kerja
Sarana untuk Susunan kepanitian Membentuk Panitia Pembina
membahas isu- terdiri dari perwakilan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
isu dalam K3 pekerja dan (P2K3) dan Unit
serta masalah manajemen Tanggap Darurat
yang berkaitan
dengan pekerja
Mengendalikan Register bahaya dan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan
bahaya-bahaya resiko Pengendalian Resiko
yang muncul
ditempat kerja
untuk
menghindari
kecelakaan
kerja dan PAK
Melindungi Semua pekerja Penyediaan peralatan K3 (APD,
pekerja dari mendapatkan APD Rambu, Tanda Bahaya & Poster K3
bahaya dan yang sesuai serta dan Papan Informasi K3)
resiko di mendapatkan
tempat kerja informasi tentang K3
Mempersiapka Pekerja memahami Penyediaan Aset Tanggap Darurat
n dalam prosedur dalam (Alarm Bahaya, Detektor Kebakaran,
menghadapi menghadapi situasi Hidran,
situasi darurat gawat darurat Tabung Pemadam/APAR, Kotak P3K,
seperti Radio Komunikasi dan Sarana
kecelakaan Berkumpul
kebakaran Darurat)
gempa bumi,
dll.
Mengatur Terdapat prosedur- Pengendalian Operasional (Prosedur
aktifitas prosedur yang Keselamatan Kerja, Ijin Kerja Aman,
pekerjaan berkaitan dengan Induksi
sesuai dengan keselamatan dalam K3)
aturan bekerja
keselamatan
Pekerja Seluruh pekerja Mengadakan Pelatihan untuk
memahami dan mendapatkan tarining menigkatkan skill dan pengetahuan
memiliki skill yang dibutuhkan pekerja tentang K3 (Dasar K3,
dalam hal Bahaya di tempat kerja, Cara Kerja
bekerja yang Aman, P3K dan
aman dan Tanggap Darurat)
selamat
Memantau dan Pelaksanaan Melakukan Pemantauan K3 secara
meminimalisir pemantauan berkala seperti suhu, kelembaban
bahaya-bahaya lingkungan kerja udara, debu, kebisingan
ditempat kerja secara berkala
Melaporkan Meeting dilakukan Meeting Berkala (Presentasi Kinerja
hasil/kinerja setiap bulan K3)
pelaksanaan
K3
Membudayaka Seluruh pekerja Safety talk, toolbox meeting dan
n K3 dalam mengikuti kegiatan safety briefing
setiap aktivitas safety talk, dll
pekerjaan
Meningkatkan Pekerja mendapatkan Program safety reward dan
peran serta penghargaan bagi punishment
pekerja dalam yang melaksanakan
kegiatan K3 program K3 dengan
baik
Memastikan Hasil inspeksi Melakukan inspeksi K3 secara rutin
pelaksanaan
program K3
berjalan
dengan baik
Memantau Seluruh pekerja Melakukan pemeriksaan kesehatan
kesehatan mendapatkan pekerja secara berkala
pekerja dan pemeriksaan secara
menghindari berkala
paparan
sumber bahaya
Menghindari Prosedur jam kerja Membuat prosedur tentang aturan
kecelakaan aman jam kerja yang aman untuk
akibat menghindari fatigue, jam istirahat
kelelahan yang cukup
dalam bekerja
Mengatasi Setiap sudut ruangan Menyediakan air minum disetiap
keluhan tersedia air minum ruangan untuk pekerja
pekerja
tentang
kehausan
selama bekerja
Menyediakan Klinik pengobatan Menyediakan klinik untuk pekerja
sarana tersedia
pengobatan
bagi pekerja
Menciptakan Dibentuknya sistem Memberikan advokasi dan
rasa aman bagi pelaporan dan perlindungan kepada pekerja
pekerja selama penyelesaian masalah terhadap kekerasan yang menimpa
bekerja pekerja
Dari penyusunan program K3 tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Pelatihan kompetensi tertentu memberikan pengetahuan khusus kepada pekerja
mengenai ilmu/ keterampilan spesifik di bidang/ bagian kerjanya. Diharapkan
dengan mendapatkan pelatihan ini, minimal pekerja yang belum memiliki
pengalaman kerja mengetahui prosedur yang benar dalam melaksanakan
pekerjaannya.
b. Penyusunan SOP memberikan aturan-aturan tentang bagaimana dan apa yang
boleh serta tidak boleh dilakukan selama bekerja atau selama ada di tempat kerja.
Dengan menaati batasan-batasan yang ada, prekondisi tindakan tidak selamat
dapat dihindari.
c. OHS Toolbox Meeting sebagai media 2 arah dari pihak HSE dan pekerja untuk
menyampaikan informasi-informasi tentang keselamatan. Di samping itu sebagai
sarana pelatihan kepada pekerja tentang keselamatan spesifik pada bidang/ bagian
tertentu.
d. OHS Inspection merupakan cara dari HSE untuk mengevaluasi kelayakan K3
yang ada di tempat kerja serta menemukan dan merekomendasikan perbaikan atas
ketidaksesuaian yang ditemukan di tempat kerja. Di samping itu, sesekali
diadakan inspeksi bersama jajaran manajemen dengan tujuan agar manajemen
mengetahui kondisi terkini pekerja dan tempat kerja khususnya mengenai
permasalahan K3.
e. OHS Forum merupakan forum mediasi antara HSE dan jajaran manajemen (level
supervisor ke atas) untuk membahas isu, permasalahan, dan ketidaksesuaian
terkait K3 yang tidak dapat diselesaikan di level pekerja atauHSE, di dalamnya
termasuk tentang pengaturan jam kerja, lembur, dan tata krama hubungan atasan
dan bawahan.
f. 5R (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin) bermaksud menciptakan tempat kerja yang
nyaman dan aman bagi pekerja itu sendiri. Dengan begitu diharapkan stres akibat
kenyamanan ruang kerja dan permasalahan ergonomi di tempat kerja dapat
dihindari.
g. OHS Award sebagai wadah pemberian penghargaan bagi jajaran pekerja dan
manajemen yang berprestasi dalam menerapkan K3, termasuk yang melaksanakan
rekayasa administratif dan rekayasa teknis untuk tujuan menciptakan pekerjaan
yang lebih selamat.
h. Poster K3 berfungsi sebagai pengingat bagi seluruh pekerja tentang pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja dalam menunjang produktivitas.
i. Pemeriksaan kesehatan sebagai komitmen manajemen melindungi sumber daya
manusianya dan sebagai usaha preventif kehilangan jam kerja orang.
j. Sertifikasi SMK3 yang dapat dicapai memberikan nilai tambah bagi perusahaan
sehingga memberikan motivasi bagi manajemen dan pekerja untuk tetap
mempertahankan prestasi K3 yang telah dicapai.