Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH MANAJEMEN BENCANA

GEMPA BUMI

DOSEN PENGAMPU : Kaimuddin, S.Pd., STr.Kep.,M.Kes

NAMA KELOMPOK 15:

Fitri Asweni PO71201230117

Andi Hiriyati PO71201230118

Fifit Anggaraini PO71201230115

Dewi Sartika PO71201230121

Rohana PO71201230119

JURUSAN D4 KEPERAWATAN KOTA JAMBI

POLTEKKES KEMENKES JAMBI


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan Rahmat serta
KaruniaNya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulilah
tepat pada waktunya yang berjudul " GEMPA BUMI"

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita. semua tentang Teori
manajemen bencana gempa bumi dilihat dari berbagai aspek kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna,oleh karena itu kritik. dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harap kan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampai kan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusun makalah ini dari awal sampai akhir Semoga Allah SWT senantiasa meridhai usaha kita
Amin.
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang .......................................................................................................... 1
Rumusan Masalah..................................................................................................... 1
Tujuan ....................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dasar teori .................................................................................................................3
Pembahasan ...............................................................................................................5
BAB III PEMBAHASAN
Scenario manajanemen bencana ..............................................................................10
Pengornasisasian .....................................................................................................19
Metode .....................................................................................................................19
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan ..............................................................................................................21
Saran ........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan letak geografis 6 LU-11 LS dan


95 BT-141 BT serta berada pada pertemuan lempeng sirkum pasifik dan sirkum
mediterania yang sering terjadi rawan bencana. Maka dari itu, negara Indonesia
sering dilanda bencana gempa bumi, baik itu gempa yang berskala kecil ataupun
skala besar. Negara Indonesia juga berada pada Pasific Ring Of Fire yang
merupakan jalur gunung api aktif dunia.

Sulawesi merupakan pulau yang termasuk dalam wilayah rawan yang terjadi
gempa bumi dikarenakan Pulau Sulawesi terdapat patahan kerak bumi (sesar)
yang cukup besar yaitu sesar Palu Koro. Korban jiwa dan kerusakan yang
ditimbulkan dari bencana-bencana tersebut mengalami peningkatan karena
kurangnya pengetahuan dan wawasan masyarakat terhadap bencana tersebut dan
cara penanggulannya. Oleh karena itu, penyusunan makalah ini untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kebencanaan khususnya gempa
bumi, serta cara penanggulangan dan mitigasi yang tepat.

Dalam hal ini, studi kasus bencana yang digunakan adalah bencana gempa bumi
di Palu. Gempa bumi di Palu berkekuatan 7,4 SR sehingga membuat kerusakan di
beberapa titik di Palu.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut

1. Apa saja faktor-faktor terjadinya gempa bumi ?


2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan setelah bencana gempa bumi
disekitar Kota Palu?
3. Bagaimana mitigasi untuk gempa bumi di Palu ?

1
1.3 Tujuan Penelitian

1. Menjelaskan penyebab terjadinya gempa bumi


2. Menganalisis terhadap akibat-akibat yang ditimbulkan dari gempa bumi
3. Menjelaskan cara menanggulangi dan mitigasi terhadap bencana gempa
bumi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Dasar Teori

Bencana adalah peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan


masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana
dibedakan menjadi tiga yaitu bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa yang disebabkan
alam. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa non
alam seperti gagal teknologi, gagal modernisasi, dan wabah penyakit. Bencana
sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh manusia seperti konflik antar
masyarakat.

Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi pada permukaan bumi
akibat terlepasnya energi secara tiba tiba dari bawah permukaan sehingga
menciptakan gelombang seismik. Gempa bumi disebabkan oleh pergerakan
lempeng bumi atau letusan gunung berapi. Frekuensi dan ukuran gempa bumi
dapat diukur dengan bantuan alat Seismograf. Skala yang digunakan adalah
Richter, dimana skala ini yang dilaporkan oleh observatorium seismologi
nasional.

Menurut Kaharuddin (2011) titik-titik gempa umumnya bergenarasi pada daerah


persinggungan dan perpotongan patahan atau daerah tumbukan lempeng, dimana
pada bagian ini lempeng-lempeng bumi saling berinteraksi dan menghalangi laju
pergerakannya sehingga dapat menampung dan melepaskan energi dalam bentuk
gempa bumi.

Gempa bumi mempunyai nilai parameter yang diantaranya adalah sebagai berikut

a. Waktu terjadinya gempa bumi (Origin Time)

3
waktu kejadian gempa bumi adalah waktu terlepasnya total tegangan yang
berbentuk penjalaran gelombang gempa bumi dan dinyatakan dalam hari, tanggal,
bulan, tahun, jam, menit, dan detik dalam satuan UTC (Universal Time
Coordinate)

b. Lokasi pusat gempa bumi (Episenter)

c. Kedalaman Gempa Bumi (Depth)

Kedalaman gempa bumi dihitung dalam besaran jarak dengan satuan kilometer
(km).

d. Kekuatan Gempa Bumi (Magnitudo)

Jenis-jenis gempa bumi dibedakan menjadi dua jenis yaitu berdasarkan penyebab
dan kedalamannya.

a. Berdasarkan Penyebabnya

Gempa bumi menurut penyebab terjadinya dibedakan menjadi tigas jenis, yaitu :

1. Gempa Tektonik
Gempa tektonik adalah gempa bumi yang terjadi akibat pergeseran lapisan
lempeng bumi akibat terlepasnya energi di zona penunjaman. Gempa tektonik
menghasilkan kekuatan yang cukup besar.
2. Gempa Vulkanik
Gempa vulkanik adalah gempa bumi yang terjadi akibat letusan gunung berapi
yang aktif.
3. Gempa Runtuhan
Gempa runtuhan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh tanah longsor, gua-
gua yang runtuh dan sejenisnya. Tipe gempa seperti ini berdampak kecil dan
wilayahnya sempit.
b. Berdasarkan Kedalamannya
Gempa bumi menurut kedalamannya dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Gempa Bumi Dangkal

4
Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang
dari 60 km dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan
kerusakan yang besar.
2. Gempa Bumi Menengah
Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada diantara
60 km sampai 300 km dibawah permukaan bumi. Gempa bumi ini menimbulkan
kerusakaan ringan dan getarannya terasa.
3. Gempa Bumi Dalam
Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih dari
300 km dibawah permukaan bumi.
Dalam suatu wilayah atau daerah yang rawan bencana diperlukan upaya
penanggulangan bencana (disaster management) yang diatur dalam UU No 24
Tahun 2007. Upaya penanggulangan bencana tersebut meliputi penetapan
kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat, rehabilitasi (baik pemulihan fisik maupun psikis) dan
rekonstruksi.
Kegiatan-kegiatan manajemen bencana meliputi pencegahan (prevention),
mitigasi (mitigation), kesiapan (preparedness), peringatan dini (early warning),
tanggap darurat (response), bantuan darurat (relief), pemulihan (recovery),
rehabilitasi (rehabilitation), dan rekonstruksi (recontruction).

2.2. Pembahasan
Bencana gempa bumi di Kota Palu terjadi pada tanggal 28 September 2018 pukul
18.02 WITA. Pusat gempa berada di 26 km utara Donggala dan 80 km barat laut
kota Palu dengan kedalaman 10 km. Guncangan gempa bumi dirasakan di
Kabupaten Donggala, Kota Palu, Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Sigi,
Kabupaten Poso, Kabupaten Tolitoli, Kabupaten Mamuju hingga Kota Samarinda,
Balikpapan dan Makassar.
Gempa bumi berdurasi selama 3-7 menit. Akibat guncangan gempa bumi muncul
gejala likuefaksi dan tsunami. Gejala likuefaksi adalah fenomena tanh dimana
tanah yang jenuh kehilangan kekuatan dan kekakuan akibat adanya tegangan

5
(getaran gempa bumi atau tegangan yang mendadak) sehingga tanah yang padat
berubah wujud menjadi cairan.
Dampak yang ditimbulkan dari benacana gempa bumi yaitu jatuhnya korban jiwa,
kerusakan bangunan dan infrastruktur, dan dampak sosial maupun psikis terhadap
korban jiwa. Kerusakan total sebanyak 66.390 rumah hancur. Jumlah korban jiwa
yang tewas sebanyak 2.045 jiwa , 632 luka-luka dan sisanya 16.732 penduduk
mengungsi .
Untuk meminimalisir bencana gempa bumi, perlu dilakukan siklus manajemen
kebencanaan. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dibagi menjadi tiga
tahap yaitu tahap pra bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana.
1. Tahap Pra Bencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pra bencana menurut
Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 5 Tahun 2011 tentang penyelenggaraan
penanggulangan meliputi dua situasi yaitu saat tidak terjadi bencana dan saat
terdapat potensi terjadinya bencana.
a. Saat tidak terjadi bencana
 Melakukan perencanaan penanggulaan bencana
 Melakukan pengurangan risiko bencana
 Melakukan analisis perencanaan pembangunan yang tepat
 Melakukan persyaratan analisis risiko bencana
 Melaksanakan dan menegakkan rencana tata ruang
 Melakukan pendidikan dan pelatihan
Perencanaan penanggulangan bencana dapat berupa pengenalan dan
pengkajian ancaman bencana, analisis kemungkinan dampak bencana, pilihan
tindakan pengurangan risiko bencana dan penentuan mekanisme kesiapan
terhadap penanggulangan dampak bencana. Kegiatan yang dapat dilakukan
dalam pengurangan risiko bencana adalah pengembangan budaya sadar
bencana, pengenalan dan pemantauan risiko bencana, dan perencanaan
partisipasi penanggulangan bencana. Dalam tahap pencegahan, menurut pasal
24 Perda Kota Palu Nomor 5 Tahun 2011 kegiatan yang bisa dilakukan yaitu
melakukan pemantauan menggunakan tenologi secara berangsur terhadap

6
daerah atau wilayah yang berpotensi menjadi bahaya bencana, melakukan
penguatan ketahanan sosial masyarakat, melakukan penataan ruang dan
pengelolaan lingkungan hidup, dan melakukan pemetaan tentang lokasi dan
tempat gempa.

Gambar 2.1 Pemetaan daerah/ zona rawan bencana di Kota Palu


Tata ruang dan wilayah Kota Palu diatur dalam Peraturan Daerah Kota Palu
Nomor 16 untuk tahun 2010-2030.
b. Saat terdapat potensi terjadinya bencana
 Kesiapsiagaan
 Peringatan Dini
 Mitigasi
Dalam tahap kesiapsiagaan kegiatan yang dapat dilakukan adalah kegiatan
penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan, memasang dan menguji
sistem peringatan dini, memasang petunjuk tentang karakteristik bencana
dan penyelamatan di tempat-tempat rawan bencana, penyiapan lokasi
evakuasi dan melakukan penyusunan prosedur tanggap darurat bencana.
Kawasan atau daerah yang digunakan sebagai ruang evakuasi bencana di
Palu ditetapkan di kawasan Stadion Gawalise, Kelurahan Duyu Kecamatan
Palu Barat; kawasan lokasi eks MTQ Bukit Jabal Nur kelurahan Talise,
Kecamatan Palu Timur; kawasan sebelah timur kelurahan mamboro dan
kawasan industri Palu di Kecamatan Palu Utara; dan Lapangan Watulemo
di Kelurahan Tanamodin di Kecamatan Palu Selatan.

7
2. Tanggap Darurat
Tanggap darurat dilakukan saat bencana terjadi. Pada bencana gempa bumi
palu, kegiatan tanggap darurat yang dilakukan adalah evakuasi dan
penyelamatan korban khususnya yang tergolong kelompok rentan, penentuan
status keadaan darurat bencana dan melakukan pemenuhan kebutuan dasar
yang meliputi penyediaan pangan, sandang, hunian sementara, kesehatan,
sanitasi dan tempat ibadah.
3. Pasca Bencana
Tahap pasca bencana meliputi rekonstruksi dan rehabilitasi. Pada bagian
rekonstruksi kegiatan yang dapat dilakukan adalah pembangunan kembali
prasarana dan sarana; meningkatkan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;
membangun bangunan atau hunian yang tepat sesuai dengan standar
bangunan dengan penggunaan peralatan yang baik. Tahap rehabilitasi berupa
pemulihan kondisi sosial dan psikis korban bencana gempa bumi palu,
pemberian pelayanan kesehatan dan bantuan perbaikan rumah masyarakat.
Gempa bumi seharusnya bukan lagi menjadi hal yang membuat masyarakat kaget.
Karena bagaimanapun, Indonesia merupakan wilayah yang potensi terjadinya
gempabumi cukup besar. Gempa bumi dari skala terkecil hingga terbesar jika
dihitung pertahun bisa terjadi dalam jumlah ribuan. Yang harus sekarang
dilakukan oleh publik adalah apa yang harus disiapkan sebelum, sesaat dan
setelah gempa bumi terjadi.

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah membangun budaya sadar bencana.
Mitigasi dan edukasi terkait bencana salah satunya gempabumi harus diperkuat
mulai dari dini. Masyarakat seharusnya sudah mulai membudayakan perilaku
sadar bencana. Memperbanyak dan merutinkan latihan-latihan penyelamatan yang
dilakukan jika terjadi gempabumi, juga bisa menjadi salah satu cara dalam
membentuk sebuah kebiasaan yang bermanfaat jika gempabumi yang sebenarnya
terjadi.

Selain itu tata ruang kota juga diperhatikan. Wilayah-wilayah rawan dan memiliki
potensi risiko tinggi saat gempabumi terjadi juga perlu dihindari agar tidak terjadi

8
kepadatan penduduk di wilayah tersebut. Building code menjadi salah satu hal
wajib yang juga perlu diperhatikan dalam membangun sesuatu. Apalagi wilayah
Jakarta yang memiliki banyak gedung tinggi. Gedung-gedung tinggi yang telah
dibangun, perlu dilakukan pemeriksaan kekuatan gedung ketika gempabumi besar
terjadi. Gedung-gedung yang baru akan dibangun, harus benar-benar
memperhatikan building code yang telah ditetapkan.

Jika proses mitigasi ini terus difokuskan dan digencarkan, maka korban akan jauh
bisa dikurangi bahkan dihindari jika gempa terjadi.

9
A. Skenario Simulasi Bencana Gempa Bumi
NO WAKTU PERISTIWA (AKTIVITAS) TINDAKAN NARASI PARTISIPAN

1. 17.00 Pada pagi yang sangat cerah kegiatan masyarakat berjalan seperti Direktur pada saat ini mengadakan
Wib biasanya, beberapa masyarakat yang akan berangkat kerja, beberapa meeting dan dilanjutkan dengan
petani yang sedang menanam padi di sawah, anak-anak bersiap-siap peninjauan lapangan, yakni pelayanan
untuk berangkat sekolah dan lain sebagainya. dimasing masing unit pelayanan

2. 17.30 Terjadi Gunjangan Gempa Bumi dan sirine gempa bumi berbunyi, Seluruh Pengunjung dan beberapa Perawat: “Mohon
Wib sehingga hampir seluruh pasien dan keluarga yang saat itu membesuk perawat panik dan segera menyadari bapak dan Ibu jangan
menjerit dan panik, beberapa pigora di dalam dan luar ruangan ada gunjangan saat gempa masih panik, segera bawa
berjatuhan di hampir seluruh ruangan RSUK, demikian juga beberapa berlangsung Para pengunjung dan barang pribadi yang
kaca gedung pecah, tabung gas di kamar ICU juga tak luput ikut perawat menyadari ada gempa dan penting lalu ikuti
terhempas, aliran listrik seketika itu padam mereka mulai berlindung di bawah meja panduan petugas
dan di pojok ruangan. Saat gunjangan evakuasi menuju titik
meredah secara berlahan mereka keluar kumpul”
dengan membentuk formasi evakuasi
melalui jalur evakuasi dan menuju titik
kumpul yang sudah ditentukan di pandu
oleh perawat yang saat itu bertugas.

3. 17.31 Pihak Direktur RSUK menerima pesan singkat dari BMKG Via BPBD Direktur RSUK melalui pesawat HT, Direktur : Mohon
Wib Kabupaten terkait dengan Gempa yang terjadi yakni berkekuatan 8,6 memberikan arahan agar semua kepada seluruh
SR yang berpusat di 10 km wilayah selatan Kecamatan Puger dengan penghuni Ruangan untuk tenang, pengunjung dan
kedalaman 5 m dibawah tanah. Gempa susulan masih terus terjadi Direktur Rumah sakit memberitahukan karyawan rumah sakit
meski skalanya berkurang menuju ke normal kodisi dampak gempa bumi yang cukup untuk tenang, sesuai
dasyat dan langsung memerintahkan informasi dari BPBD
Petugas Asesement dan Petugas SAR bahwa baru saja terjadi

10
untuk melakukan identifikasi terhadap gempa yang berpusat di
seluruh ruangan laut selatan pantai
puger. Mohon untuk
segera berkumpul di
titik kumpul yang telah
ditetapkan

Direktur : kami
perintahkan kepada
Petugas asesment dan
petugas SAR untuk
segera menyisir
ruangan, dan apabila
terdapat korban untuk
segera di evakuasi!

Petugas Asesment dan


Petugas SAR : SIap
Perintah dilaksanakan

4. 17.45 Petugas Asesment 4 personil dan Petugas SAR 16 personil meniyisir di Komunikasi IC mengatur jalannya
Wib berbagai ruangan dengan membagi 2 sektor yaitu sektor selatan dan penanganan evakuasi hingga pelayanan
sektor utara serta melaporkan kondisi ruangan kepada Direktur kepada para korban di tenda
sebagai Incident Comainder melalui alkom penampungan

5. Petugas Asesment menemukan titik api disalah satu tangga darurat Petugas Asesment :
dan langsung melaporkan kepada Incident Comainder dan Incident Komandan Lapor,
Comainder langsung memerintahkan kepada petugas pemadam terlihat titik api di
kebakaran untuk menuju lokasi kebakaran tangga darurat lantai 2
ruang rawat inap,

11
mohon untuk segera
perintahkan petugas
pemadam kebakaran
untuk memadamkan api
menggunakan APAR.

Direktur : Terimakasih
laporannya. Kepada
Petugas Pemadam
Kebakaran untuk segera
menuju ke tangga
darurat lantai 2
dikarenakan ada titik api
yang perlu dipadamkan
menggunakan APAR

Petugas Pemadam
Kebakaran : Siap
Perintah segera kami
laknsakan

Petugas Pemadam
Kebakaran : Lapor
Komandan, api sudah
berhasil kami padamkan
di tangga darurat lantai
2, selanjutnya mohon
petunjuk untuk perintah
berikutnya

12
Direktur : Terimakasih
laporannya, sementara
untuk petugas
pemadam kebakaran
silahkan kembali ke
tempat semula dan
tetap standby untuk
perintah selanjutnya

Petugas Pemadam
Kebakaran : Siap
Komandan

6. 18.00 Tim SAR RSUK sektor utara mendapati 1 pasien di ruang ICU Komunikasi IC memberikan komando Tim SAR 1 : Mohon ijin
Wib meninggal dunia dan 1 orang luka berat, untuk pasien yang luka evakuasi kepda korban pada ruang IC melaporkan komandan,
berat diminta disarankan oleh Tim SAR kepada IC untuk mendapat untuk dibawa ke tenda Penampungan Tim SAR menemukan 1
perawatan oleh perawat yang bertugas disela- sela Tim SAR sementara, untuk dilakukan langkah- orang pasien di ruang
mengevakuasi pasien yang meninggal langkah yang semestinya oleh Tim ICU meninggal dunia,
Kesehatan selanjutkan kami akan
melakukan evakuasi.

Direktur : Oke segera


lakukan tindakan
evakuasi

Tim SAR 1 : Siap


Komandan! Mohon ijin
komandan, baru saja
kami menemukan
pasien dalam kondisi

13
luka berat dan
membutuhkan
perawatan sesegera
mungkin, dan akan kami
beri perawatan di disini.

Direktur : baik, apabila


lokasi disana dipandang
aman dan
memungkinkan, segera
beri pertolongan, dan
apabila sudah selesai
segera dibawa ke tenda
penampungan

Tim SAR 1 : Siap


Laksanakan komandan.

7. 18. 15 Tim SAR sektor selatan menemukan 2 pasien luka berat pada ruang … Komunikasi IC memerintahkan beberapa Tim SAR 1:
WIB . dan menyarankan kepada IC untuk segera mengevakuasi ke tenda perawat untuk melakukan perawatan “Komandan, lapor, 1
penampungan sementara sekaligus melakukan perawatan sementara kepada pasien yang selamat korban laki laki ditemukan
di lantai 2 dalam kondisi
tidak sadarkan diri dan
mengalami pendarahan
akibat patah tulang
terbuka dibagian paha
sebelah kiri. Saat ini
sedang proses stabilisasi
korban, dan sesegera
mungkin akan dievakuasi

14
di titik kumpul”

Direktur:

“Siap, informasi diterima,


sesegera mungkin korban
dievakuasi, segera”

Tim SAR 2:

“Komandan, lapor,
ditemukan 1 korban
wanita di lantai 3 dengan
kondisi sadar serta
mengalami patah tulang
lengan bawah sisi kanan
dan patah tulang kering
sisi kiri, saat ini sedang
proses stabilisasi korban.
Korban teridentifikasi
sebagai Ny. Y”

Direktur

“jika korban sudah stabil,


segera evakuasi ke titik
kumpul”

Tim SAR 2

“Siap Komandan, saat ini


kami sudah siap untuk

15
mengevakuasi”

8. 19.00 Petugas Asesment sektor selatan menemukan titik api yang sangat Komunikasi IC memerintahkan evakuasi Petugas Asesment
wib besar dan segera melaporkan kepada IC dan IC disarnakan untuk pada pasien patah tulang maupun
“Mohon ijin komandan,
menghubungi Pemadam Kebakaran pasien luka berat lainnya, disaat yang
di lantai 3 sebelah
sama IC melakukan komunikasi dengan
selatan telah terjadi
BPBD dan BASARNAS untuk melakukan
kebakaran akibat dari
tindakan penyelamatan pencarian pada
konsleting pada gardu
puing puing reruntuhan bangunan
listrik, mohon untuk
segera menghubungi
petugas pemadam
kebakaran mengingat
kobaran api yang sangat
besar”

Direktur

“terimakasih, segera
kami hubungi Petugas
Kebakaran:

Direktur

“Selamat Siang, kami


dari Rumah Sakit Umum
Kaliwates melaporkan
bahwa di Rumah Sakit
Umum Kaliwates telah
terjadi kebakaran yang
diakibatkan oleh

16
konsleting pada gardu
listrik, mohon untuk
segera kirimkan petugas
pemadam kebakaran
mengingat apinya
sangat besar”

PMK

“Siap Terimakasih,
mohon di tunggu
petugas kami akan
segera menuju lokasi”

9. 19.30 BPBD dan Basarnas datang di lokasi bencana gempa bumi Rumah Petugas Asesement atas perintah IC BPBD, Basarnas dan
Sakit Umum Kaliwates untuk melakukan koordinasi dan mencari melakukan koordinasi dengan Direktur saling
kemungkinan ada pasien yang tertimpa reruntuhan dengan BASARNAS dan BPBD tentang data2 berkoordinasi
menggunakan alat-alat yang dibutuhkan pasien yang mungkin ada yang menjadi
korban reruntuhan

10. 20.00 Dari data Tim Asesment diperkirakan ada pasien yang tertimpa IC menyerahkan sepenunya komando
reruntuhan di lantai 3 yaitu 1 orang pasien anak anak di ruang …… Pencarian korban reruntuhan kepada
pasien …….., dan maka atas usulan BPBD maka dibentuk TIM Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik
Gabungan untuk melakukan pencarian korban reruntuhan yang BPBD Kab. Jember
dipimpin oleh Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kab.
Jember

11. 20.15 IC gabungan memerintahkan pencarian kepada Tim Gabungan yang Komunikasi IC Tim Gabungan dengan
terdiri dari BPBD , BASARNAS dan Relawan dengan berbagai alat berbagai element gabungan
untuk menemukan korban

17
12. 21.30 Tim Gabungan berhasil menemukan korban dalam kondisi masih Komunikasi IC Gabungan dengan Tim
selamat di bawah reruntuhan tempat tidur pasien meski dalam SAR Gabungan dalam mengevakuasi
keadaan tak sadarkan diri dan segera mengevakuasi vertikal menuju pasien yang baru diketemukan
tenda kesehatan

13 Simulasi dinyatakan selesasi

18
B. Pengorganisasian Tim

1. Direktur

2. Perawat

3. Assesment

4. TIM SAR

5. Bassarnas

6. BPD

7. Relawan

C. Metode

Tahap-Tahap Penanganan Bencana :

1. Mitigasi adalah langkah yang memiliki tahap awal penanggulangan bencana


alam untuk mengurangi dan memperkecil dampak bencana. Mitigasi adalah
langkah yang juga dilakukan sebelum bencana terjadi. Contoh kegiatannya
antara lain membuat peta wilayah rawan bencana, pembuatan bangunan tahan
gempa, penanaman pohon bakau, penghijauan hutan, serta memberikan
penyuluhan dan meningkatkan kesadaran masyarakat yang tinggal di wilayah
rawan bencana.

2. Berikutnya, langkah dari mitigasi adalah perencanaan. Perencanaan dibuat


berdasarkan bencana yang pernah terjadi dan bencana lain yang mungkin akan
terjadi. Tujuannya adalah untuk meminimalkan korban jiwa dan kerusakan
sarana-sarana pelayanan umum yang meliputi upaya mengurangi tingkat
risiko, pengelolaan sumber-sumber daya masyarakat, serta pelatihan warga di
wilayah rawan bencana.

3. Langkah ketiga mitigasi adalah respons, yang merupakan upaya


meminimalkan bahaya yang diakibatkan bencana. Tahap ini berlangsung
sesaat setelah terjadi bencana. Rencana penanggulangan bencana dilaksanakan
dengan fokus pada upaya pertolongan korban bencana dan antisipasi
kerusakan yang terjadi akibat bencana.

19
4. Hal yang tak kalah penting dari upaya mitigasi adalah pemulihan. Langkah
ini merupakan langkah yang perlu diambil setelah bencana terjadi guna
mengembalikan kondisi masyarakat seperti semula.

Pada tahap ini, fokus diarahkan pada penyediaan tempat tinggal sementara
bagi korban serta membangun kembali saran dan prasarana yang rusak. Selain
itu, juga perlu dilakukan evaluasi terhadap langkah penanggulangan bencana
yang dilakukan.

Berdasarkan siklus waktunya, kegiatan penanganan bencana dapat dibagi 4


kategori :

1. Kegiatan sebelum bencana terjadi.

2. Kegiatan saat bencana terjadi.

3. Kegiatan tepat setelah bencana terjadi.

4. Kegiatan pasca bencana yang meliputi pemulihan, penyembuhan,


perbaikan, dan rehabilitasi.

20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap makalah tersebut dapat disimpulkan bahwa
1. Faktor pemicu gempa bumi di Palu adalah diakibatkan karena adanya aktivitas
sesar Palu-Koro dan kawasan daratan sekitar pusat gempa disusun oleh batuan
berumur yang sebagian telah mengalami pelapukan.
2. Dampak yang ditimbulkan oleh bencana gempa bumi di Palu yaitu dampak
fisik dan sosial. Dampak fisik yang ditimbulkan berupa 66.930 rumah rusak,
akses infrastruktur banyak terputus, dan memakan banyak korban jiwa.
Dampak sosial yang ditimbulkan berupa timbulnya trauma terhadap psikologis
korban jiwa.
3. Mitigasi untuk gempa bumi Palu dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap pra
bencana, tanggap bencana dan pasca bencana. Untuk pra bencana, kegiatan
pencegahan yang dilakukan yaitu pemetaan terhadap lokasi rawan bencana
gempa palu, melakukan penataan ruang wilayah, edukasi tentang kebencanaan
gempa bumi dan bangunan tahan gempa kepada masyarakat. Kegiatan
kesiapsiagaan yang dilakukan yaitu memasang petunjuk dan instruksi tentang
penanganan dan penyelematan terhadap bencana gempa, dan menyiapkan
lokasi evakuasi sementara. Untuk tanggap darurat, kegiatan yang dapat
dilakukan yaitu melakukan evakuasi korban bencana dan melakukan
pemenuhan kebutuhan korban bencana. Untuk pasca bencana, kegiatan yang
dapat dilakukan membuat dan memperbaiki hunian yang rusak, pemulihan
kondisi sosial, ekonomi dan budaya pada korban gempa bumi Palu.
B. Saran

Masyarakat perlunya diberikan edukasi terkait mitigasi bencana gempa bumi


supaya masyarakat tidak bingung ketika terjadi bencana tersebut dan mengurangi
dampak yang ditimbulkan dari bencana tersebut. Untuk instansi terkait

21
DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana


Peraturan Daerah Kota Palu No 16 Tahun 2010-2030 tentang Penataan Tata Ruang dan
Wilayah Kota
Peraturan Daerah Kota Palu No 11 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana

22

Anda mungkin juga menyukai