UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
PALU
2022
BAB I PENDAHULUAN
Gempa bumi menurut penyebab terjadinya dibedakan menjadi tigas jenis, yaitu :
1. Gempa Tektonik
Gempa tektonik adalah gempa bumi yang terjadi akibat pergeseran lapisan
lempeng bumi akibat terlepasnya energi di zona penunjaman. Gempa
tektonik menghasilkan kekuatan yang cukup besar.
2. Gempa Vulkanik
Gempa vulkanik adalah gempa bumi yang terjadi akibat letusan gunung
berapi yang aktif.
3. Gempa Runtuhan
Gempa runtuhan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh tanah longsor,
gua- gua yang runtuh dan sejenisnya. Tipe gempa seperti ini berdampak
kecil dan wilayahnya sempit.
b. Berdasarkan Kedalamannya
Gempa bumi menurut kedalamannya dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Gempa Bumi Dangkal
Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada
kurang dari 60 km dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya
menimbulkan kerusakan yang besar.
2. Gempa Bumi Menengah
Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada
diantara 60 km sampai 300 km dibawah permukaan bumi. Gempa bumi ini
menimbulkan kerusakaan ringan dan getarannya terasa.
3. Gempa Bumi Dalam
Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih
dari 300 km dibawah permukaan bumi.
Dalam suatu wilayah atau daerah yang rawan bencana diperlukan upaya
penanggulangan bencana (disaster management) yang diatur dalam UU No 24
Tahun 2007. Upaya penanggulangan bencana tersebut meliputi penetapan
kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat, rehabilitasi (baik pemulihan fisik maupun psikis) dan
rekonstruksi.
Kegiatan-kegiatan manajemen bencana meliputi pencegahan (prevention),
mitigasi (mitigation), kesiapan (preparedness), peringatan dini (early warning),
tanggap darurat (response), bantuan darurat (relief), pemulihan (recovery),
rehabilitasi (rehabilitation), dan rekonstruksi (recontruction).
2.2 Pembahasan
Bencana gempa bumi di Kota Palu terjadi pada tanggal 28 September
2018 pukul 18.02 WITA. Pusat gempa berada di 26 km utara Donggala dan 80
km barat laut kota Palu dengan kedalaman 10 km. Guncangan gempa bumi
dirasakan di Kabupaten Donggala, Kota Palu, Kabupaten Parigi Moutong,
Kabupaten Sigi, Kabupaten Poso, Kabupaten Tolitoli, Kabupaten Mamuju
hingga Kota Samarinda, Balikpapan dan Makassar. Gempa bumi berdurasi
selama 3-7 menit. Akibat guncangan gempa bumi muncul gejala likuefaksi dan
tsunami. Gejala likuefaksi adalah fenomena tanh dimana tanah yang jenuh
kehilangan kekuatan dan kekakuan akibat adanya tegangan (getaran gempa
bumi atau tegangan yang mendadak) sehingga tanah yang padat berubah wujud
menjadi cairan.
Dampak yang ditimbulkan dari benacana gempa bumi yaitu jatuhnya
korban jiwa, kerusakan bangunan dan infrastruktur, dan dampak sosial maupun
psikis terhadap korban jiwa. Kerusakan total sebanyak 66.390 rumah hancur.
Jumlah korban jiwa yang tewas sebanyak 2.045 jiwa , 632 luka-luka dan
sisanya 16.732 penduduk mengungsi .
Untuk meminimalisir bencana gempa bumi, perlu dilakukan siklus
manajemen kebencanaan. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dibagi
menjadi tiga tahap yaitu tahap pra bencana, tanggap darurat, dan pasca
bencana.
1. Tahap Pra Bencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pra bencana
menurut Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 5 Tahun 2011 tentang
penyelenggaraan penanggulangan meliputi dua situasi yaitu saat tidak terjadi
bencana dan saat terdapat potensi terjadinya bencana.
a. Saat tidak terjadi bencana
• Melakukan perencanaan penanggulaan bencana
• Melakukan pengurangan risiko bencana
• Melakukan analisis perencanaan pembangunan yang tepat
• Melakukan persyaratan analisis risiko bencana
• Melaksanakan dan menegakkan rencana tata ruang
• Melakukan pendidikan dan pelatihan
Perencanaan penanggulangan bencana dapat berupa pengenalan dan
pengkajian ancaman bencana, analisis kemungkinan dampak bencana, pilihan
tindakan pengurangan risiko bencana dan penentuan mekanisme kesiapan
terhadap penanggulangan dampak bencana. Kegiatan yang dapat dilakukan
dalam pengurangan risiko bencana adalah pengembangan budaya sadar
bencana, pengenalan dan pemantauan risiko bencana, dan perencanaan
partisipasi penanggulangan bencana. Dalam tahap pencegahan, menurut pasal
24 Perda Kota Palu Nomor 5 Tahun 2011 kegiatan yang bisa dilakukan yaitu
melakukan pemantauan menggunakan tenologi secara berangsur terhadap
daerah atau wilayah yang berpotensi menjadi bahaya bencana, melakukan
penguatan ketahanan sosial masyarakat, melakukan penataan ruang dan
pengelolaan lingkungan hidup, dan melakukan pemetaan tentang lokasi dan
tempat gempa.
Gambar 2.1 Pemetaan daerah/ zona rawan bencana di Kota Palu
Tata ruang dan wilayah Kota Palu diatur dalam Peraturan Daerah Kota Palu
Nomor 16 untuk tahun 2010-2030.
b. Saat terdapat potensi terjadinya bencana
• Kesiapsiagaan
• Peringatan Dini
• Mitigasi
Dalam tahap kesiapsiagaan kegiatan yang dapat dilakukan adalah kegiatan
penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan, memasang dan menguji sistem
peringatan dini, memasang petunjuk tentang karakteristik bencana dan
penyelamatan di tempat-tempat rawan bencana, penyiapan lokasi evakuasi dan
melakukan penyusunan prosedur tanggap darurat bencana. Kawasan atau daerah
yang digunakan sebagai ruang evakuasi bencana di Palu ditetapkan di kawasan
Stadion Gawalise, Kelurahan Duyu Kecamatan Palu Barat; kawasan lokasi eks
MTQ Bukit Jabal Nur kelurahan Talise, Kecamatan Palu Timur; kawasan sebelah
timur kelurahan mamboro dan kawasan industri Palu di Kecamatan Palu Utara; dan
Lapangan Watulemo di Kelurahan Tanamodin di Kecamatan Palu Selatan.
2. Tanggap Darurat
Tanggap darurat dilakukan saat bencana terjadi. Pada bencana gempa
bumi palu, kegiatan tanggap darurat yang dilakukan adalah evakuasi dan
penyelamatan korban khususnya yang tergolong kelompok rentan, penentuan
status keadaan darurat bencana dan melakukan pemenuhan kebutuan dasar
yang meliputi penyediaan pangan, sandang, hunian sementara, kesehatan,
sanitasi dan tempat ibadah.
3. Pasca Bencana
Tahap pasca bencana meliputi rekonstruksi dan rehabilitasi. Pada
bagian rekonstruksi kegiatan yang dapat dilakukan adalah pembangunan
kembali prasarana dan sarana; meningkatkan kondisi sosial, ekonomi, dan
budaya; membangun bangunan atau hunian yang tepat sesuai dengan standar
bangunan dengan penggunaan peralatan yang baik. Tahap rehabilitasi berupa
pemulihan kondisi sosial dan psikis korban bencana gempa bumi palu,
pemberian pelayanan kesehatan dan bantuan perbaikan rumah masyarakat.
Gempa bumi seharusnya bukan lagi menjadi hal yang membuat
masyarakat kaget. Karena bagaimanapun, Indonesia merupakan wilayah yang
potensi terjadinya gempabumi cukup besar. Gempa bumi dari skala terkecil
hingga terbesar jika dihitung pertahun bisa terjadi dalam jumlah ribuan. Yang
harus sekarang dilakukan oleh publik adalah apa yang harus disiapkan
sebelum, sesaat dan setelah gempa bumi terjadi.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah membangun budaya sadar
bencana. Mitigasi dan edukasi terkait bencana salah satunya gempabumi harus
diperkuat mulai dari dini. Masyarakat seharusnya sudah mulai membudayakan
perilaku sadar bencana. Memperbanyak dan merutinkan latihan-latihan
penyelamatan yang dilakukan jika terjadi gempabumi, juga bisa menjadi salah
satu cara dalam membentuk sebuah kebiasaan yang bermanfaat jika
gempabumi yang sebenarnya terjadi.
Selain itu tata ruang kota juga diperhatikan. Wilayah-wilayah rawan
dan memiliki potensi risiko tinggi saat gempabumi terjadi juga perlu dihindari
agar tidak terjadi kepadatan penduduk di wilayah tersebut. Building code
menjadi salah satu hal wajib yang juga perlu diperhatikan dalam membangun
sesuatu. Apalagi wilayah Jakarta yang memiliki banyak gedung tinggi.
Gedung-gedung tinggi yang telah dibangun, perlu dilakukan pemeriksaan
kekuatan gedung ketika gempabumi besar terjadi. Gedung-gedung yang baru
akan dibangun, harus benar-benar memperhatikan building code yang telah
ditetapkan.
Jika proses mitigasi ini terus difokuskan dan digencarkan, maka korban
akan jauh bisa dikurangi bahkan dihindari jika gempa terjadi.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap makalah tersebut dapat disimpulkan
bahwa
1. Faktor pemicu gempa bumi di Palu adalah diakibatkan karena adanya
aktivitas sesar Palu-Koro dan kawasan daratan sekitar pusat gempa
disusun oleh batuan berumur yang sebagian telah mengalami
pelapukan.
2. Dampak yang ditimbulkan oleh bencana gempa bumi di Palu yaitu
dampak fisik dan sosial. Dampak fisik yang ditimbulkan berupa 66.930
rumah rusak, akses infrastruktur banyak terputus, dan memakan banyak
korban jiwa. Dampak sosial yang ditimbulkan berupa timbulnya trauma
terhadap psikologis korban jiwa.
3. Mitigasi untuk gempa bumi Palu dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap pra
bencana, tanggap bencana dan pasca bencana. Untuk pra bencana,
kegiatan pencegahan yang dilakukan yaitu pemetaan terhadap lokasi
rawan bencana gempa palu, melakukan penataan ruang wilayah,
edukasi tentang kebencanaan gempa bumi dan bangunan tahan gempa
kepada masyarakat. Kegiatan kesiapsiagaan yang dilakukan yaitu
memasang petunjuk dan instruksi tentang penanganan dan
penyelematan terhadap bencana gempa, dan menyiapkan lokasi
evakuasi sementara. Untuk tanggap darurat, kegiatan yang dapat
dilakukan yaitu melakukan evakuasi korban bencana dan melakukan
pemenuhan kebutuhan korban bencana. Untuk pasca bencana, kegiatan
yang dapat dilakukan membuat dan memperbaiki hunian yang rusak,
pemulihan kondisi sosial, ekonomi dan budaya pada korban gempa
bumi Palu.
3.2 Saran
Masyarakat perlunya diberikan edukasi terkait mitigasi bencana gempa
bumi supaya masyarakat tidak bingung ketika terjadi bencana tersebut dan
mengurangi dampak yang ditimbulkan dari bencana tersebut. Untuk
instansi terkait
DAFTAR PUSTAKA