Semester 6/ PSIK
KELOMPOK 2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
i
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena hanya
dengan taufiq dan hidayahNya kami dapat mengikuti materi kuliah Emergency
Nursing dengan sebaik-baiknya. Untuk meningkatkan pemahaman kami dalam
mengkaji materi emergensi yang berhubungan dengan keperawatan gawat
darurat pada pasien dengan gagguan khusus, kami menyusun sebuah makalah
dengan judul, “Keperawatan Gawat Darurat Trauma Pelvis”. Semoga makalah ini
bermanfaat walau belum sempurna, tetapi semoga membawa manfaat bagi kita
semua.
Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Selanjutnya kami
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu kami, terutama
kepada pembimbing kami, Ns. M. Fathoni, S.Kep, MNS yang telah membimbing
kami sehingga makalah ini dapat kami susun dengan sebaik mungkin.
Demikian dua kata pengantar ini, kurang lebihnya kami mohon maaf bila
ada tulisan atau kalimat yang salah dalam makalah ini.
Penyusun:
PSIK/ KELOMPOK 2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang...................................................................... 1
ii
1.2 Tujuan Penulisan.................................................................. 1
1.2.1Tujuan Umum................................................................. 1
1.2.2Tujuan Khusus................................................................ 2
1.3 Manfaat Penulisan................................................................ 2
BAB II STUDI PUSTAKA...................................................................... 3
2.1 Definisi................................................................................. 3
2.2 Etiologi................................................................................. 3
2.3 Klasifikasi............................................................................. 4
2.7 Managemen Resiko Bencana Gempa Bumi....................... 6
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...................................................... 8
3.1 Kasus................................................................................... 8
3.2 Pengkajian Gawat Darurat.................................................. 9
3.3 Analisa Data......................................................................... 11
3.4 Prioritas Diagnosa............................................................... 11
3.5 Rencana Asuhan Keperawatan........................................... 13
3.6 Evaluasi............................................................................... 16
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................ 17
4.1 Pengkajian........................................................................... 17
4.2 Diagnosa Keperawatan....................................................... 18
4.3 Intervensi Kegawatdaruratan............................................... 18
BAB V PENUTUP................................................................................. 20
5.1 Kesimpulan......................................................................... 20
5.2 Saran................................................................................... 20
BAB VI LESSON LEARNT................................................................... 21
6.1 Pelajaran yang diambil....................................................... 21
6.2 Implikasi.............................................................................. 21
6.3 Rekomendasi...................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang memanjang dari Pulau Sumatera-Jawa-Nusa Tenggara-Sulawesi,
yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang
sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi
sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi,
tsunami, banjir dan tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia
merupakan salah satu Negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi
di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat
(Arnold, 1986).
a.
a.2.2 Tujuan Khusus
BAB II
STUDI PUSTAKA
b.1Definisi
b.2Etiologi
3
terjadi. Kejadian ini sangat jarang terjadi dan pengaruhnya juga tidak
terlalu besar.
a. Gempa bumi dengan magnitudo kurang dari 5,0 SR. dan terjadi di
darat atau di laut. Kemungkinannya sangat kecil untuk menimbulkan
kerusakan atau ancaman tsunami di kawasan pantai Indonesia.
b. Gempa bumi dengan magnitudo di atas 5,0 SR dan terjadi di darat.
Ada kemungkinan terjadi kerusakan lokal.
4
c. Gempa bumi dengan magnitudo antara 5,0 sampai dengan 7,0 SR
yang terjadi di Laut, kemungkinan tidak terjadi tsunami.
d. Gempa bumi dengan magnitudo lebih besar atau sama dengan 7,0
SR. yang terjadi di Laut dan membangkitkan gelombang tsunami.
Kemungkinan akan dapat memukul/menghempas kawasan pantai di
Indonesia.
a. Gempa Bumi Dalam : Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang
hiposentrumnya berada lebih dari 300km di bawah permukaan bumi.
Gempa bumi dalam pada umumnya tidak terlalu berbayaha. Tempat
yang pernah mengalami adalah di bawah laut jawa, laut sulawesi,
dan laut flores.
b. Gempa Bumi Menengah : Gempa bumi menengah adalah gempa
bumi yang hiposentrumnya berada antara 60 km sampai 300 km di
bawah permukaan bumi. Gempa bumi menengah pada umumnya
menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa. Tempat
yang pernah terkena antara lain : Sepanjang pulau Sumatera Bagian
Barat, pulau Jawa bagian selatan, sepanjang teluk Tomini, Laut
Maluku, dan Kepulauan Nusa Tenggara.
5
bumi dengan kecepatan antara 7-14 km/detik. Getaran ini berasal
dari hiposentrum
b. Gempa Akibat Gelombang Sekunder : Gelombang Sekunder
(gelombang transversal) adalah gelombang atau getaran yang
merambat, seperti gelombang primer dengan kecepatan yang sudah
berkurang, yakni 4-7 km/detik. Gelombang sekunder tidak dapat
merambat melalui lapisan cair.
6
6. Perencanaan tataguna lahan dan permukiman yang menggabungkan
kepedulian akan bencana dan pengurangan resiko.
7. Penggunaan peralatan komunikasi untuk pengurangan resiko akibat bencana
yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bencana,
pendidikan, pelatuhan dan penelitian.
8. Manajemen kesiapsiagaan dan kedaruratan berdasarkan pada pemahaman
resiko.
9. Kerjasama dan koordinasi antar kota dalam satu program mega city.
7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
Kasus gempa bumi Yogyakarta yang terjadi pada 27 Mei 2006
mengakibatkan berbagai akibat yang merugikan. Daerah yang mengalami dampak
yang paling parah adalah kabupaten Bantul yang terletak disebelah selatan dari
KotamadyaYogyakarta dan sepanjang jalur patahan hinggake kota Klaten, Jawa
Tengah. Dataran ini merupakan daerah dengan tingkat kepadatan penduduk yang
cukup tinggi, dimana orang-orang yang tinggal pada desa-desa yang dibatasi oleh
persawahan. Jumlah korban di DIY dan Jateng adalah 5.743 orang meninggal dan
38.423 orang luka- luka (data 12 Juni 2005, jam 18.00 WIB). Korban luka-luka
dirawat di beberapa rumah sakit yang ada di DIY dan Jateng. Akibat gempa
tersebut, 126.932 keluarga kehilangan rumah, 183.399 keluarga rumahnya rusak
berat,dan 259.816 keluarga rumahnya rusak ringan (data tanggal 12 Juni 2005,
jam 18.00, Media Center).
8
grimace; Tn. X tampak melokalisir nyeri. Dari hasil pemeriksaan X-Ray terdapat
fraktur pada tibia kaki kanan.
A. Identitas pasien
Nama : Tn. X
Umur : 35 tahun
Alamat : DIY Jawa Tengah
Agama : islam
MRS : 27 Mei 2006
B. Riwayat Kesehatan
a. Alasan MRS: Tertimpa almari karena gempa yang menyebabkan kaki
kanan patah dan tangan kanan terluka
b. Riwayat penyakit sekarang: Tn. X berusia 35 tahun mengeluh kaki dan
tangan kanannya nyeri dan susah digerakkan, Saat ini Tn.X membutuhkan
bantuan untuk berpindah tempat. Dari Hasil pemeriksaan fisik ditemukan
krepitasi, edem, memar, pada kaki kanan dan luka terbuka di tangan
kanan, luka tampak merah, lembab. Skala nyeri 6; Suhu Tubuh 38,5 C;
TD:140/90mmHg; HR: 108x/menit; RR: 20 x/menit; wajah tampak grimace;
Tn. X tampak melokalisir nyeri. Dari hasil pemeriksaan X-Ray terdapat
fraktur pada tibia kaki kanan.
c. Riwayat penyakit dahulu: Pasien tidak pernah menderita penyakit yang
serius yang sampai harus masuk di rumah sakit dan juga tidak ada riwayat
penyakit hypertensi maupun alergi.
9
e) B5 (Bowel) : Abdomen nyeri (-), BAB normal, TKTP (nasi
lembek), mual (-), muntah (-), peristaltik (+).
f) B6 (Bone) : nyeri pada tibia kaki kanan, kelembaban kulit
normal, turgor kulit normal, oedema (-).
10
tibia kaki kanan ↓
Gangguan mobilitas
fisik
DS: Terjadi gempa bumi Kerusakan integritas
- Pasien mengeluh nyeri di ↓
kulit
Berusaha
kaki kanan dan tangan
menyelamatkan diri
kanan
↓
- Klien mengeluh terdapat
Luka di tangan kanan
luka di tangan kananya ↓
Luka berwarna merah
DO:
dan lembab
- RR : 20 x/menit
↓
- Nadi : 108 x/menit
Kerusakan integritas
- Temperature 38,5 ° C
- TD 140/90 mmHg kulit
- wajah tampak grimace
- pasien melokalisir nyeri
- luka terbuka di tangan
kanan, luka tampak
merah, lembab
11
3.5Rencana Asuhan Keperawatan
NO Dx Keperawatan Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1 Nyeri akut b.d. Setelah dilakukan tindakan NIC: Pain Managment NIC: Pain Managment
terputusnya asuhan keperawatan selama
1. Kaji karakteristik, lokasi, durasi, 1. Mengetahui respon nyeri
kontinuitas tulang 3x24 jam, nyeri yang dirasakan
tibia akibat trauma frekuensi, dan kualitas nyeri. yang dirasakan klien dan
klien berkurang. 2. Observasi reaksi non verbal
sebagai temuan dalam
terkait ketidaknyamanan
KH: pengkajian.
3. Ciptakan lingkungan yang
2. Mengetahui reaksi non
NOC : Pain Level nyaman pada klien untuk
verbal pada klien an
istirahat.
Indikator 1 2 3 4 5 keadaan yang
4. Kaji area atau daerah yang
menimbulkan
Reported mempengaruhi respon nyeri
pain
5. Ajarkan klien untuk ketidaknyamanan pada
mengurangi rasa nyeri dengan klien
TD 3. Memberikan kenyamanan
teknik non farmakologi
Restlessnes 6. Monitor penerimaan klien untuk klien agar dapat
s terhadap management nyeri istirahat.
Nadi 4. Mengetahui dan membantu
NIC : Analgesic Administration dalam menurunkan faktor
Facial
expresssions penyebab nyeri
1. Kolaborasi terkait pemberian
5. Membantu dalam
of pain analgesik dengan dokter
mengurangi rasa nyeri
2. Tentukan pilihan analgesik
13
Keterangan: terkait tipe dan beratnya nyeri pada klien terkait post
1. Severe 3. Berikan analgesik tepat waktu
operasi dengan teknik non
2. Substantial
dan sesuai dosis yang
3. Moderate farmakologi
4. Mild diberiakn dokter 6. Mengetahui penerimaan
5. None 4. Monitor TTV sebelum dan
serta ekspresi pada klien
NOC : Pain Control sesudah pemberian analgesik
terhadap managment nyeri
pertama serta evaluasi
Indikator 1 2 3 4 5 NIC : Analgesic
keefektifan pemberian
Penggunaan administration
analgesik
analgesik
1. Mengurangi rasa nyeri
Melaporkan yang dirasakan klien serta
perubahan
memberikan rasa nyaman
tanda gejala
pada klien dengan
nyeri
farmakologi.
Respon 2. Mempercepatan
pengontrolan penurunan rasa nyeri yang
nyeri dirasakan oleh klien
3. Mengetahui pilihan
Keterangan:
analgesik yang tepat pada
1. Never demonstrated kondisi nyeri yang
2. Rarely demonstrated
3. Sometimes demonstrated dirasakan klien dan
4. Often demonstrated mempercepat dalam
5. Consistenly demonstrated
menyembuhkan atau
14
mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan klien
4. Mengetahui efek dari
pemberian analgesik pada
klien, dan mengetahui
adakah alergi pada klien
2 Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan NIC: NIC:
kulit b.d. faktor keperawatan 3x 24 jam integritas 1. inspeksi luka pada setiap 1. mengetahui kondisi luka
mekanik akibat kulit kembali membaik mengganti balutan 2. mengidentifikasi kondisi
trauma
KH: kaji luka terhadap luka
NOC: Skin Integrity karakteristik tersebut: 3. mengidentifikasi kondisi
2. Lokasi, luas dan kedalaman
Indikator 1 2 3 4 5 luka
3. Adanya dan karakter
Suhu,
4. memantau kondisi
eksudat, termasuk
elastisitas,
proses penyembuhan
kekentalan, warna dan bau
hidrasi, dan
4. Ada atau tidaknya granulasi perbaikan luka
sensasi
atau epitelialisasi 5. Mengetahui kondisi luka
Perfusi 5. Ada atau tidaknya jaringan
6. Mengethui tanda-tanda
jaringan nekrotik, Deskripsikan
Keutuhan infeksi pada luka
warna, bau dan banyaknya
kulit 7. Mengetahui apakah luka
6. Ada atau tidaknya tanda-
Eritema mengalami
tanda infeksi luka setempat
sekitar kulit 7. Ada atau tidaknya penyembuhan atau
Penyusutan
perluasan luka kejaringan mengarah pada
15
luka dibawah kulit dan keparahan
pembentukan saluran sinus 8. Untuk mendukung
Keterangan: 8. Ganti balutan secara
proses penyembuhan
1. tidak ada intensif
luka
2. sedikit
3. sedang
4. banyak
5. sangat banyak
3 Gangguan imobilitas Setelah dilakukan tindakan NIC : NIC:
fisik b.d. nyeri pada keperawatan 3x24 jam mobilitas 1. Memantau tanda-tanda
Exercise therapy : ambulation
kaki fisik mulai mengalami pemulihan: 1. Monitoring vital sign vital pada pasien
KH: sebelm/sesudah latihan dan 2. Membantu klien agar
NOC: lihat respon pasien saat latihan segera mampu
2. Konsultasikan dengan terapi melakukan aktivitas fisik
- Joint Movement
fisik tentang rencana ambulasi secara mandiri
Indikator 1 2 3 4 5
Range of
sesuai dengan kebutuhan 3. Membantu klien untuk
Motion pada 3. Bantu klien untuk mobilisasi dan
sendi menggunakan tongkat saat menurunkan
berjalan dan cegah terhadap kemungkinan cedera
cedera 4. Membantu klien untuk
- Mobility
4. Ajarkan pasien atau tenaga berlatih mobilisasi
Indikator 1 2 3 4 5
Kemampuan kesehatan lain tentang teknik 5. Mengetahui kemampuan
16
untuk ambulasi klien mobilisasi
bergerak 5. Kaji kemampuan pasien dalam 6. Membantu klien agar
Keterangan : mobilisasi segera mampu
6. Latih pasien dalam pemenuhan melakukan mobilisasi
1. Severely compromised
2. Subtastantially compromised kebutuhan ADLs secara dengan mandiri
3. Moderately compromised mandiri sesuai kemampuan 7. Mengurangi resiko
4. Mildly compromised
5. Not compromised 7. Dampingi dan Bantu pasien cedera pada klien
saat mobilisasi dan bantu 8. memberikan klien
penuhi kebutuhan ADLs. bantuan untuk mobilisasi
8. Berikan alat Bantu jika klien 9. Membantu klien untuk
memerlukan. mobilisasi
9. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
17
3.6 Evaluasi
16
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
a. Primary survey
E (Eksposure): terdapat luka di tangan kanan dan fraktur tibia pada kaki
kanan
b. Secondary survey
a. Kepala
Palpasi : tidak ada benjolan
Inspeksi : tidak pusing, muka kemerahan, rambut bersih
b. Mata
Inspeksi : pupil mata isokor
c. Telinga
Inspeksi:
Tidak ada serumen (kiri/kanan), bentuk simetris (kiri/ kanan)
Palpasi:
Tidak ada benjolan (kiri/kanan), nyeri (-/-)
d. Hidung
Inspeksi:
Tidak ada secret, pernafasan agak sesak
Palpasi:
Benjolan tidak ada, nyeri tidak ada.
e. Mulut dan faring
Inspeksi: tenggorokan panas, gigi lengkap, tidak ada caries,
f. Leher
Inspeksi: Tidak ada pembesaran vena jugularis.
Palpasi: Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid.
17
g. Thoraks
Inspeksi:
Bentuk dada normal, tidak ada kelainan tulang belakang.
Auskultasi:
Suara nafas normal, wheezing (-), ronchi (-)
Pada jantung tidak ada ictus cordis, perkusi jantung normal,
bunyi jantung normal
Pada payudara ukuran, bentuk, dan kesimetrisan payudara
normal, warna aerola coklat, puting susu tidak ada ulcus dan
pembengkakan, tidak ada secret.
h. Abdomen
Bentuk abdomen datar dan simetris, tidak ada jaringan parut dan
lesi, tidak ada oedema, tidak ada nyeri abdomen, peristaltik (+).
i. Ekstremitas atas (Tangan)
Inspeksi: terdapat luka pada tangan kanan, luka berwarna
merah, dan lembab
j. Ekstremitas bawah (Kaki)
Inspeksi: Ada oedema (kanan), dan memar (kanan)
Palpasi: terdapat krepitasi
Klien telah dilakukan pemeriksaan penunjang:
- X-Ray : Fraktur tibia kaki kanan
18
3. Ternyata dari kasus diatas ditemukan fraktur tibia di kaki kanan yang
mengalami nyeri, bengkak dan memar
19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Peran perawat yang berbeda pada periode setelah bencana (yaitu, sebagai
dokter, seorang komunikator, seorang pemimpin, dan penyedia dukungan
psikososial). Selain itu, peran perawat spesialis, dibutuhkan untuk memberikan
pendidikan kepada korban pasca bencana, membantu peran perawat bencana.
5.2 Saran
20
BAB VI
LESSON LEARNT
6.2 Implikasi
a. Peran keperawatan:
21
b. Peran perawat spesialis
c. Pendidikan Kesiapsiagaan
6.3 Rekomendasi
22
DAFTAR PUSTAKA
Mayumi Kako, Jamie Ranse, dkk. 2014. What Was the Role of Nurses During the
2011Great East Earthquake of Japan? An Integrative Review of the Japanese
Literature. Jepang: Prehospital and Disaster Medicine
23