Anda di halaman 1dari 27

Emergency Nursing

PROJECT BASED LEARNING


Dosen Pengampu: Ns. M.Fathoni, S.Kep, MNS

Keperawatan Gawat Darurat


Gempa Bumi

Semester 6/ PSIK
KELOMPOK 2

1. 135070218113005 Ahmada Hakim Al Haki


2. 135070218113006 Iftitah Dwi Kharisma
3. 135070218113008 Ulfa Fauziyah Hayati
4. 135070218113014 Mira Wahyu K.
5. 135070218113031 Septin Rahma S.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
KEDIRI
2016

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Salam sejahtera bagi kita semua.

i
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena hanya
dengan taufiq dan hidayahNya kami dapat mengikuti materi kuliah Emergency
Nursing dengan sebaik-baiknya. Untuk meningkatkan pemahaman kami dalam
mengkaji materi emergensi yang berhubungan dengan keperawatan gawat
darurat pada pasien dengan gagguan khusus, kami menyusun sebuah makalah
dengan judul, “Keperawatan Gawat Darurat Trauma Pelvis”. Semoga makalah ini
bermanfaat walau belum sempurna, tetapi semoga membawa manfaat bagi kita
semua.
Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Selanjutnya kami
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu kami, terutama
kepada pembimbing kami, Ns. M. Fathoni, S.Kep, MNS yang telah membimbing
kami sehingga makalah ini dapat kami susun dengan sebaik mungkin.

Demikian dua kata pengantar ini, kurang lebihnya kami mohon maaf bila
ada tulisan atau kalimat yang salah dalam makalah ini.

Kediri, 25 Agustus 2016

Penyusun:

PSIK/ KELOMPOK 2

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang...................................................................... 1

ii
1.2 Tujuan Penulisan.................................................................. 1
1.2.1Tujuan Umum................................................................. 1
1.2.2Tujuan Khusus................................................................ 2
1.3 Manfaat Penulisan................................................................ 2
BAB II STUDI PUSTAKA...................................................................... 3
2.1 Definisi................................................................................. 3
2.2 Etiologi................................................................................. 3
2.3 Klasifikasi............................................................................. 4
2.7 Managemen Resiko Bencana Gempa Bumi....................... 6
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...................................................... 8
3.1 Kasus................................................................................... 8
3.2 Pengkajian Gawat Darurat.................................................. 9
3.3 Analisa Data......................................................................... 11
3.4 Prioritas Diagnosa............................................................... 11
3.5 Rencana Asuhan Keperawatan........................................... 13
3.6 Evaluasi............................................................................... 16
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................ 17
4.1 Pengkajian........................................................................... 17
4.2 Diagnosa Keperawatan....................................................... 18
4.3 Intervensi Kegawatdaruratan............................................... 18
BAB V PENUTUP................................................................................. 20
5.1 Kesimpulan......................................................................... 20
5.2 Saran................................................................................... 20
BAB VI LESSON LEARNT................................................................... 21
6.1 Pelajaran yang diambil....................................................... 21
6.2 Implikasi.............................................................................. 21
6.3 Rekomendasi...................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, gempa, kekeringan, angin topan
dan tanah longsor. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam antara lain berupa gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit. Sedangkan
bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat dan teror (BNPB,
2007). Bila dilihat dari faktor geografis, geologis, hidrologis dan demografis,
Indonesia merupakan negara yang wilayahnya rawan terhadap bencana,
baik bencana alam, non alam, maupun bencana sosial. Secara geografis,
Indonesia rawan terhadap.
Bencana gempa bumi maupun tsunami diakibatkan karena
wilayahnya terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik di dunia, yaitu
lempeng benua Asia dan benua Australia, serta lempeng samudera Hindia
dan samudera Pasifik. Indonesia juga rawan terhadap bencana letusan
gunung api, mengingat Indonesia memiliki 129 gunung berapi aktif yang
dapat meletus kapan saja. Curah hujan yang ekstrem, perbukitan dengan
lereng sedang hingga terjal, dengan jenis tanah lolos air tinggi dan
kurangnya vegetasi berakar kuat dan dalam juga merupakan faktor-faktor
kerentanan lainnya terhadap bencana gempa maupun gerakan/tanah
longsor. Selain itu, dari aspek demografis, keanekaragaman ras, budaya
dan agama sering jadi pemicu konflik sosial yang terjadi di Indonesia
(Depkes, 2009).
Secara geografis Indonesia merupakan kepulauan yang terletak
pada pertemuan empat lempeng tektonik, yaitu lempeng Benua Asia,
Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada
bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc)

1
yang memanjang dari Pulau Sumatera-Jawa-Nusa Tenggara-Sulawesi,
yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang
sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi
sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi,
tsunami, banjir dan tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia
merupakan salah satu Negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi
di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat
(Arnold, 1986).

a.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini antara lain:

a.2.1 Tujuan Umum

Membantu mahasiswa memahami tentang konsep keperawatan


pada klien dengan bencana gempa bumi.

a.
a.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah:

a. Untuk memahami konsep bencana gempa bumi


b. Untuk memahami asuhan keperawatanm pada kasus pasien
dengan bencana gempa bumi

c. Untuk memahami penatalaksanaan yang dapat dilakukan


pada pasien dengan bencana gempa bumi

a.3 Manfaat Penulisan

Tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah:

a. Mahasiswa mampu memahami konsep bencana gempa bumi


b. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada
pasien dengan bencana gempa bumi
2
c. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan yang dapat
dilakukan pada pasien dengan bencana gempa bumi

BAB II
STUDI PUSTAKA

b.1Definisi

Gempa bumi adalah suatu peristiwa alam dimana terjadi getaran


pada permukaan bumi akibat adanya pelepasan energi secara tiba-tiba dari
pusat gempa. Energi yang dilepaskan tersebut merambat melalui tanah
dalam bentuk gelombang getaran. Gelombang getaran yang sampai ke
permukaan bumi disebut gempa bumi (Badan Meteorologi dan Geofisika)

b.2Etiologi

Menurut pendapat beberapa ahli, sebab-sebab terjadinya gempa


bumi adalah sebagai berikut :

a) Runtuhnya gua-gua besar yang berada di bawah permukaan tanah.


Namun, kenyataannya keruntuhan yang menyebabkan terjadinya
gempa bumi tidak pernah terjadi.

b) Tabrakan meteor pada permukaan bumi. Bumi merupakan salah satu


planet yang ada dalam susunan tata surya. Dalam tata surya kita
terdapat ribuan meteor atau batuan yang bertebaran mengelilingi
orbit bumi. Sewaktu-waktu meteor tersebut jatuh ke atmosfir bumi
dan kadang-kadang sampai ke permukaan bumi. Meteor yang jatuh
ini akan menimbulkan getaran bumi jika massa meteor cukup besar.
Getaran ini disebut gempa jatuhan, namun gempa ini jarang sekali

3
terjadi. Kejadian ini sangat jarang terjadi dan pengaruhnya juga tidak
terlalu besar.

c) Letusan gunung berapi. Gempa bumi ini terjadi akibat adanya


aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus.
Gempa bumi jenis ini disebut gempa vulkanik dan jarang terjadi bila
dibandingkan dengan gempa tektonik. Ketika gunung berapi meletus
maka getaran dan goncangan letusannya bisa terasa sampai dengan
sejauh 20 mil. Sejarah mencatat, di Indonesia pernah terjadi letusan
gunung berapi yang sangat dahsyat pada tahun 1883 yaitu
meletusnya Gunung Krakatau yang berada di Jawa barat. Letusan ini
menyebabkan goncangan dan bunyi yang terdengar sampai sejauh
5000 Km. Letusan tersebut juga menyebabkan adanya gelombang
pasang “Tsunami” setinggi 36 meter dilautan dan letusan ini
memakan korban jiwa sekitar 36.000 orang. Gempa ini merupakan
gempa mikro sampai menengah, gempa ini umumnya berkekuatan
kurang dari 4 skala Richter.

d) Kegiatan tektonik. Semua gempa bumi yang memiliki efek yang


cukup besar berasal dari kegiatan tektonik. Gaya-gaya tektonik biasa
disebabkan oleh proses pembentukan gunung, pembentukan
patahan, gerakan-gerakan patahan lempeng bumi, dan tarikan atau
tekanan bagian-bagian benua yang besar. Gempa ini merupakan
gempa yang umumnya berkekuatan lebih dari 5 skala Richter.
b.3Klasifikasi

Gempa bumi/tsunami akan diikelompokan berdasarkan pada kriteria


dan katagori yang didefinisikan sebagai berikut:

a. Gempa bumi dengan magnitudo kurang dari 5,0 SR. dan terjadi di
darat atau di laut. Kemungkinannya sangat kecil untuk menimbulkan
kerusakan atau ancaman tsunami di kawasan pantai Indonesia.
b. Gempa bumi dengan magnitudo di atas 5,0 SR dan terjadi di darat.
Ada kemungkinan terjadi kerusakan lokal.

4
c. Gempa bumi dengan magnitudo antara 5,0 sampai dengan 7,0 SR
yang terjadi di Laut, kemungkinan tidak terjadi tsunami.

d. Gempa bumi dengan magnitudo lebih besar atau sama dengan 7,0
SR. yang terjadi di Laut dan membangkitkan gelombang tsunami.
Kemungkinan akan dapat memukul/menghempas kawasan pantai di
Indonesia.

Berikut dibawah ini adalah Klasifikasi Gempa Bumi berdasarkan


Pusat Gempanya (Hiposentrum) dan Gelombang getaran yang dihasilkan
oleh gempa bumi. Menurut Kedalaman Pusat Gempa (Hiposentrum)

a. Gempa Bumi Dalam : Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang
hiposentrumnya berada lebih dari 300km di bawah permukaan bumi.
Gempa bumi dalam pada umumnya tidak terlalu berbayaha. Tempat
yang pernah mengalami adalah di bawah laut jawa, laut sulawesi,
dan laut flores.
b. Gempa Bumi Menengah : Gempa bumi menengah adalah gempa
bumi yang hiposentrumnya berada antara 60 km sampai 300 km di
bawah permukaan bumi. Gempa bumi menengah pada umumnya
menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa. Tempat
yang pernah terkena antara lain : Sepanjang pulau Sumatera Bagian
Barat, pulau Jawa bagian selatan, sepanjang teluk Tomini, Laut
Maluku, dan Kepulauan Nusa Tenggara.

c. Gempa Bumi Dangkal : Gempa Bumi Dangkal adalah gempa bumi


yang hiposentrumnya berada kurang dari 60 km dari permukaan
bumi. Gempa Bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang
besar. Tempat yang pernah terkena antara lain : Pulau Bali, Pulau
Flores, Yokyakarta, dan Jawa Tengah.

Menurut Gelombang / Getaran Gempa

a. Gempa Akibat Gelombang Primer : Gelombang primer (gelombang


longitudinal) adalah gelombang / getaran yang merambat di tubuh

5
bumi dengan kecepatan antara 7-14 km/detik. Getaran ini berasal
dari hiposentrum
b. Gempa Akibat Gelombang Sekunder : Gelombang Sekunder
(gelombang transversal) adalah gelombang atau getaran yang
merambat, seperti gelombang primer dengan kecepatan yang sudah
berkurang, yakni 4-7 km/detik. Gelombang sekunder tidak dapat
merambat melalui lapisan cair.

c. Gempa Akibat Gelombang Panjang : Gelombang Panjang adalah


gelombang yang merambat melalui permukaan bumi dengan
kecepatan 3-4 km/detik. Gelombang ini berasal dari episentrum (titik
permukaan bumi yang berada tepat diatas pusat gempa) dan
gelombang inilah yang banyak menimbulkan kerusakan di bumi.

b.4Manajemen Resiko Bencana Gempa Bumi

Tujuan dari Rancangan manajemen resiko bencana adalah menyiapkan :


1. rancangan kerangka kerja institusi dan legal untuk menyampaikan sistem
Manajemen Resiko Bencana
2. penggabungan program pelatihan Manajamen Resiko Bencana ke dalam
proses internal pemerintah dan aktivitas bisnis secara terus menerus di dalam
wilayah dengan memperkenalkan Rencana Manajemen Risiko Bencana
sebagai praktek perencanaan yang kritis yang diambil oleh wilayah tersebut
sebagai aturan dasar.
Rencana Mitigasi Bencana Gempa bumi meliputi beberapa elemen
sebagai berikut:
1. Identifikasi bencana dan kerentanannya serta evaluasi resiko bencana
tersebut.
2. Strategi pengurangan bencana yang bersumber dari wilayah dan dimiliki oleh
pemegang kebijakan.
3. Seperangkat peraturaan, perundang-udangan dan regulasi yang menyediakan
kerangka kerja yang komprehensif untuk interaksi antara berbagai organisasi
dan insitusi yang berbeda.
4. Mekanisme koordinasi institusi yang kuat
5. Sistem yang solid untuk mengendalikan pemenuhan dan penguatan code dan
standar untuk konstruksi bangunan yang aman

6
6. Perencanaan tataguna lahan dan permukiman yang menggabungkan
kepedulian akan bencana dan pengurangan resiko.
7. Penggunaan peralatan komunikasi untuk pengurangan resiko akibat bencana
yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bencana,
pendidikan, pelatuhan dan penelitian.
8. Manajemen kesiapsiagaan dan kedaruratan berdasarkan pada pemahaman
resiko.
9. Kerjasama dan koordinasi antar kota dalam satu program mega city.

Manajemen bencana gempa bumi meliputi 4 komponen yaitu :


 Komponen 1 memfokuskan pada pemahaman bagaimana manajemen resiko
bencana di organisasikan dan disampaikan, termasuk pelatihan yang di
informasikan ke pihak lain. Investigasi lapangan dan pencarian literatur dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kesenjangan, keperluan dan hambatan
untuk melakukan pengurangan resiko dan untuk mendokumentasikan Profil
kota dan Informasi Pelatihan.
 Komponen 2 memastikan adanya pemahaman akan bencana, pengembangan
kapasitas atau insrastruktur, penguatan institusi untuk mendukung
implementasi Rencana Awal Manajemen Resiko Bencana.
 Komponen 3 menggabungkan kajian resiko bencana dan pilihan yang efektif
untuk mengkomunikasikan tentang resiko bencana kepada pengambil
keputusan, perencana, pendidik, tokoh masyarakat, dan pejabat lokal.
 Komponen 4 dipusatkan pada penyediaan dukungan teknis dan logistik untuk
pengembangan dan implementasi kesepakatan manajemen Resiko Bencana
dalam suatu kota.

7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus
Kasus gempa bumi Yogyakarta yang terjadi pada 27 Mei 2006
mengakibatkan berbagai akibat yang merugikan. Daerah yang mengalami dampak
yang paling parah adalah kabupaten Bantul yang terletak disebelah selatan dari
KotamadyaYogyakarta dan sepanjang jalur patahan hinggake kota Klaten, Jawa
Tengah. Dataran ini merupakan daerah dengan tingkat kepadatan penduduk yang
cukup tinggi, dimana orang-orang yang tinggal pada desa-desa yang dibatasi oleh
persawahan. Jumlah korban di DIY dan Jateng adalah 5.743 orang meninggal dan
38.423 orang luka- luka (data 12 Juni 2005, jam 18.00 WIB). Korban luka-luka
dirawat di beberapa rumah sakit yang ada di DIY dan Jateng. Akibat gempa
tersebut, 126.932 keluarga kehilangan rumah, 183.399 keluarga rumahnya rusak
berat,dan 259.816 keluarga rumahnya rusak ringan (data tanggal 12 Juni 2005,
jam 18.00, Media Center).

Berdasarkan data tersebut, salah satu korban Tn. X berusia 35 tahun


mengeluh kaki dan tangan kanannya nyeri dan susah digerakkan, saat terjadi
gempa dan Tn. X berusaha menyelamatkan diri keluar rumah kaki kanannya
tertimpa almari. Saat ini Tn.X membutuhkan bantuan untuk berpindah tempat. Dari
Hasil pemeriksaan fisik ditemukan krepitasi, edem, memar, pada kaki kanan dan
luka terbuka di tangan kanan, luka tampak merah, lembab. Skala nyeri 6; Suhu
Tubuh 38,5 C; TD:140/90mmHg; HR: 104x/menit; RR: 20x/menit; wajah tampak

8
grimace; Tn. X tampak melokalisir nyeri. Dari hasil pemeriksaan X-Ray terdapat
fraktur pada tibia kaki kanan.

3.2 Pengkajian Gawat Darurat

A. Identitas pasien
Nama : Tn. X
Umur : 35 tahun
Alamat : DIY Jawa Tengah
Agama : islam
MRS : 27 Mei 2006

Tanggal Pengakjian : 27 Mei 2006

B. Riwayat Kesehatan
a. Alasan MRS: Tertimpa almari karena gempa yang menyebabkan kaki
kanan patah dan tangan kanan terluka
b. Riwayat penyakit sekarang: Tn. X berusia 35 tahun mengeluh kaki dan
tangan kanannya nyeri dan susah digerakkan, Saat ini Tn.X membutuhkan
bantuan untuk berpindah tempat. Dari Hasil pemeriksaan fisik ditemukan
krepitasi, edem, memar, pada kaki kanan dan luka terbuka di tangan
kanan, luka tampak merah, lembab. Skala nyeri 6; Suhu Tubuh 38,5 C;
TD:140/90mmHg; HR: 108x/menit; RR: 20 x/menit; wajah tampak grimace;
Tn. X tampak melokalisir nyeri. Dari hasil pemeriksaan X-Ray terdapat
fraktur pada tibia kaki kanan.
c. Riwayat penyakit dahulu: Pasien tidak pernah menderita penyakit yang
serius yang sampai harus masuk di rumah sakit dan juga tidak ada riwayat
penyakit hypertensi maupun alergi.

d. Riwayat penyakit keluarga: Pasien tidak memiliki keluarga yang


memepunyai penyakit menurun atau genetik.

C. Observasi dan Pemeriksaan Fisik


1. Kesadaran umum : compos mentis
2. Tanda-tanda vital :
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 108 x/menit
Temperature : 38,5 °C
RR : 20 x/menit
3. Body System
a) B1 (Breathing) : Pernafasan 20x/menit, Wheezing (-), Ronchi (-),
batuk (-).
b) B2 (Bleeding) : Kepala pusing (-), muka grimace, luka pada tangan
kanan (+).
c) B3 (Brain) : Kesadaran kompos metis
d) B4 (Bladder) : BAK spontan, warna urine kuning jernih.

9
e) B5 (Bowel) : Abdomen nyeri (-), BAB normal, TKTP (nasi
lembek), mual (-), muntah (-), peristaltik (+).
f) B6 (Bone) : nyeri pada tibia kaki kanan, kelembaban kulit
normal, turgor kulit normal, oedema (-).

3.3 Analisa Data


Data Etiologi Masalah
DS: Terjadi gempa bumi Nyeri Akut
- Pasien mengeluh nyeri di ↓
Tertimpa almari pada
kaki kanan dan tangan
kaki kanan
kanan

- skala nyeri 8
Terjadi kompresi pada
DO:
tulang tibia kanan
- RR : 20 x/menit ↓
- Nadi : 108 x/menit Terputusnya kontinuitas
- Temperature 38,5 ° C tulang tibia
- TD 140/90 mmHg ↓
- wajah tampak grimace Fraktur tibia
- pasien melokalisir nyeri ↓
- hasil pemeriksaan X-Ray Nyeri Akut
fraktur tibia
- hasil pemeriksaan fisik
terdapat edem, memar,
krepitasi pada tibia kaki
kanan
- terdapat luka di tagan
kanan
DS: Terjadi gempa bumi Gangguan mobilitas
- Pasien mengeluh nyeri di ↓
fisik
Tertimpa almari pada
tangan kanan
kaki kanan
DO:

- wajah tampak grimace Terjadi kompresi pada
- pasien melokalisir nyeri
tulang tibia kanan
- dari hasil pemeriksaan

fisik terdapat luka di Terputusnya kontinuitas
tangan kanan tulang tibia
- ↓
- hasil pemeriksaan X-Ray Fraktur tibia

fraktur tibia
Nyeri Akut
- hasil pemeriksaan fisik

terdapat krepitasi pada Kaki susah digerakkan

10
tibia kaki kanan ↓
Gangguan mobilitas
fisik
DS: Terjadi gempa bumi Kerusakan integritas
- Pasien mengeluh nyeri di ↓
kulit
Berusaha
kaki kanan dan tangan
menyelamatkan diri
kanan

- Klien mengeluh terdapat
Luka di tangan kanan
luka di tangan kananya ↓
Luka berwarna merah
DO:
dan lembab
- RR : 20 x/menit

- Nadi : 108 x/menit
Kerusakan integritas
- Temperature 38,5 ° C
- TD 140/90 mmHg kulit
- wajah tampak grimace
- pasien melokalisir nyeri
- luka terbuka di tangan
kanan, luka tampak
merah, lembab

3.4 Prioritas Diagnosa


1. Nyeri akut b.d. terputusnya kontinuitas tulang tibia akibat trauma

2. Kerusakan integritas kulit b.d. faktor mekanik akibat trauma

3. Gangguan imobilitas fisik b.d. nyeri pada kaki

11
3.5Rencana Asuhan Keperawatan
NO Dx Keperawatan Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1 Nyeri akut b.d. Setelah dilakukan tindakan NIC: Pain Managment NIC: Pain Managment
terputusnya asuhan keperawatan selama
1. Kaji karakteristik, lokasi, durasi, 1. Mengetahui respon nyeri
kontinuitas tulang 3x24 jam, nyeri yang dirasakan
tibia akibat trauma frekuensi, dan kualitas nyeri. yang dirasakan klien dan
klien berkurang. 2. Observasi reaksi non verbal
sebagai temuan dalam
terkait ketidaknyamanan
KH: pengkajian.
3. Ciptakan lingkungan yang
2. Mengetahui reaksi non
NOC : Pain Level nyaman pada klien untuk
verbal pada klien an
istirahat.
Indikator 1 2 3 4 5 keadaan yang
4. Kaji area atau daerah yang
menimbulkan
Reported mempengaruhi respon nyeri
pain
5. Ajarkan klien untuk ketidaknyamanan pada
mengurangi rasa nyeri dengan klien
TD 3. Memberikan kenyamanan
teknik non farmakologi
Restlessnes 6. Monitor penerimaan klien untuk klien agar dapat
s terhadap management nyeri istirahat.
Nadi 4. Mengetahui dan membantu
NIC : Analgesic Administration dalam menurunkan faktor
Facial
expresssions penyebab nyeri
1. Kolaborasi terkait pemberian
5. Membantu dalam
of pain analgesik dengan dokter
mengurangi rasa nyeri
2. Tentukan pilihan analgesik

13
Keterangan: terkait tipe dan beratnya nyeri pada klien terkait post
1. Severe 3. Berikan analgesik tepat waktu
operasi dengan teknik non
2. Substantial
dan sesuai dosis yang
3. Moderate farmakologi
4. Mild diberiakn dokter 6. Mengetahui penerimaan
5. None 4. Monitor TTV sebelum dan
serta ekspresi pada klien
NOC : Pain Control sesudah pemberian analgesik
terhadap managment nyeri
pertama serta evaluasi
Indikator 1 2 3 4 5 NIC : Analgesic
keefektifan pemberian
Penggunaan administration
analgesik
analgesik
1. Mengurangi rasa nyeri
Melaporkan yang dirasakan klien serta
perubahan
memberikan rasa nyaman
tanda gejala
pada klien dengan
nyeri
farmakologi.
Respon 2. Mempercepatan
pengontrolan penurunan rasa nyeri yang
nyeri dirasakan oleh klien
3. Mengetahui pilihan
Keterangan:
analgesik yang tepat pada
1. Never demonstrated kondisi nyeri yang
2. Rarely demonstrated
3. Sometimes demonstrated dirasakan klien dan
4. Often demonstrated mempercepat dalam
5. Consistenly demonstrated
menyembuhkan atau

14
mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan klien
4. Mengetahui efek dari
pemberian analgesik pada
klien, dan mengetahui
adakah alergi pada klien
2 Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan NIC: NIC:
kulit b.d. faktor keperawatan 3x 24 jam integritas 1. inspeksi luka pada setiap 1. mengetahui kondisi luka
mekanik akibat kulit kembali membaik mengganti balutan 2. mengidentifikasi kondisi
trauma
KH: kaji luka terhadap luka
NOC: Skin Integrity karakteristik tersebut: 3. mengidentifikasi kondisi
2. Lokasi, luas dan kedalaman
Indikator 1 2 3 4 5 luka
3. Adanya dan karakter
Suhu,
4. memantau kondisi
eksudat, termasuk
elastisitas,
proses penyembuhan
kekentalan, warna dan bau
hidrasi, dan
4. Ada atau tidaknya granulasi perbaikan luka
sensasi
atau epitelialisasi 5. Mengetahui kondisi luka
Perfusi 5. Ada atau tidaknya jaringan
6. Mengethui tanda-tanda
jaringan nekrotik, Deskripsikan
Keutuhan infeksi pada luka
warna, bau dan banyaknya
kulit 7. Mengetahui apakah luka
6. Ada atau tidaknya tanda-
Eritema mengalami
tanda infeksi luka setempat
sekitar kulit 7. Ada atau tidaknya penyembuhan atau
Penyusutan
perluasan luka kejaringan mengarah pada

15
luka dibawah kulit dan keparahan
pembentukan saluran sinus 8. Untuk mendukung
Keterangan: 8. Ganti balutan secara
proses penyembuhan
1. tidak ada intensif
luka
2. sedikit
3. sedang
4. banyak
5. sangat banyak
3 Gangguan imobilitas Setelah dilakukan tindakan NIC : NIC:
fisik b.d. nyeri pada keperawatan 3x24 jam mobilitas 1. Memantau tanda-tanda
Exercise therapy : ambulation
kaki fisik mulai mengalami pemulihan: 1. Monitoring vital sign vital pada pasien
KH: sebelm/sesudah latihan dan 2. Membantu klien agar
NOC: lihat respon pasien saat latihan segera mampu
2. Konsultasikan dengan terapi melakukan aktivitas fisik
- Joint Movement
fisik tentang rencana ambulasi secara mandiri
Indikator 1 2 3 4 5
Range of
sesuai dengan kebutuhan 3. Membantu klien untuk
Motion pada 3. Bantu klien untuk mobilisasi dan
sendi menggunakan tongkat saat menurunkan
berjalan dan cegah terhadap kemungkinan cedera
cedera 4. Membantu klien untuk
- Mobility
4. Ajarkan pasien atau tenaga berlatih mobilisasi
Indikator 1 2 3 4 5
Kemampuan kesehatan lain tentang teknik 5. Mengetahui kemampuan

16
untuk ambulasi klien mobilisasi
bergerak 5. Kaji kemampuan pasien dalam 6. Membantu klien agar
Keterangan : mobilisasi segera mampu
6. Latih pasien dalam pemenuhan melakukan mobilisasi
1. Severely compromised
2. Subtastantially compromised kebutuhan ADLs secara dengan mandiri
3. Moderately compromised mandiri sesuai kemampuan 7. Mengurangi resiko
4. Mildly compromised
5. Not compromised 7. Dampingi dan Bantu pasien cedera pada klien
saat mobilisasi dan bantu 8. memberikan klien
penuhi kebutuhan ADLs. bantuan untuk mobilisasi
8. Berikan alat Bantu jika klien 9. Membantu klien untuk
memerlukan. mobilisasi
9. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan

17
3.6 Evaluasi

1. S: Klien menyampaikan jika nyeri yang dirasakan berkurang

O: Wajah klien tampak normal, TTV dalam rentang normal

A: Skala nyeri yang dirasakan klien menurun, kondisi klien mulai


mengalami pemulihan

P: Lanjutkan terapo farmakologi dan non farmakologi untuk menurunkan


nyeri

2. S: Klien menyampaikan jika nyeri ditangannya mulai berkurang

O: Suhu tubuh klien normal, luka tidak lembab

A: Kondisi luka mengaami perbaikan

P: Lanjutkan intervensi untuk memantau kondisi integritas kulit membaik

3. S: Klien merasakan nyeri di kaki mulai berkurang

O: Klien tidak terlalu melokalisir nyeri

A: Skala nyeri berkurang, kondisi fraktur mengalami perbaikan

P: Lanjutkan intervensi sampai mengalami penyembuhan

16
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian

a. Primary survey

 A (airway): tidak terjadi permasalahan pada jalan nafas dibuktikan


dengan tidak adanya sumbatan berupa benda asing, darah,
bronkospasme, sputum, dan lendir.

 B (Breathing): pernafasan klien 20 x/menit, tidak ada wheezing, tidak


ada ronkhi, dan tidak batuk.

 C (Circulation): nadi 108x/menit, reguler, TD: 140/90 mmHg, CRT


normal, Akral hangat, ada edema pada kaki kanan

 D (Disability): tingkat kesadaran compos mentis,

 E (Eksposure): terdapat luka di tangan kanan dan fraktur tibia pada kaki
kanan

b. Secondary survey

 Hasil pemeriksaan head to toe:

a. Kepala
 Palpasi : tidak ada benjolan
 Inspeksi : tidak pusing, muka kemerahan, rambut bersih
b. Mata
 Inspeksi : pupil mata isokor
c. Telinga
 Inspeksi:
Tidak ada serumen (kiri/kanan), bentuk simetris (kiri/ kanan)
 Palpasi:
Tidak ada benjolan (kiri/kanan), nyeri (-/-)
d. Hidung
 Inspeksi:
Tidak ada secret, pernafasan agak sesak
 Palpasi:
Benjolan tidak ada, nyeri tidak ada.
e. Mulut dan faring
 Inspeksi: tenggorokan panas, gigi lengkap, tidak ada caries,
f. Leher
 Inspeksi: Tidak ada pembesaran vena jugularis.
 Palpasi: Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid.

17
g. Thoraks
 Inspeksi:
Bentuk dada normal, tidak ada kelainan tulang belakang.
 Auskultasi:
Suara nafas normal, wheezing (-), ronchi (-)
 Pada jantung tidak ada ictus cordis, perkusi jantung normal,
bunyi jantung normal
 Pada payudara ukuran, bentuk, dan kesimetrisan payudara
normal, warna aerola coklat, puting susu tidak ada ulcus dan
pembengkakan, tidak ada secret.
h. Abdomen
Bentuk abdomen datar dan simetris, tidak ada jaringan parut dan
lesi, tidak ada oedema, tidak ada nyeri abdomen, peristaltik (+).
i. Ekstremitas atas (Tangan)
 Inspeksi: terdapat luka pada tangan kanan, luka berwarna
merah, dan lembab
j. Ekstremitas bawah (Kaki)
 Inspeksi: Ada oedema (kanan), dan memar (kanan)
 Palpasi: terdapat krepitasi
 Klien telah dilakukan pemeriksaan penunjang:
- X-Ray : Fraktur tibia kaki kanan

4.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d. terputusnya kontinuitas tulang tibia akibat trauma


tertimpa almari saat gempa bumi

2. Kerusakan integritas kulit b.d. faktor mekanik akibat trauma ingin


menyelamatkan diri saat gempa

3. Gangguan imobilitas fisik b.d. nyeri pada kaki yang mengakibatkan


klien kesakitan dan susah untuk bergerak

4.3 Intervensi Kegawatdaruratan

1. Lakukan pemeriksaan fisik, kemudian setelah di temukan tanda-tanda


fraktur segera lakukan imobilisasi area fraktur

2. Kemudian untuk menentukan letak fraktur dan menegakkan diagnosa


lakukan pemeriksaan X-Ray

18
3. Ternyata dari kasus diatas ditemukan fraktur tibia di kaki kanan yang
mengalami nyeri, bengkak dan memar

4. Untuk meredakan nyeri lakukan kolaborasi dengan dokter untuk


memberikan terapi farmakologi (analgesic)

5. Untuk menangani luka pada tangan kanan hentikan perdarahan dan


lakukan perwatan luka.

19
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Gempa bumi adalah suatu peristiwa alam dimana terjadi getaran


pada permukaan bumi akibat adanya pelepasan energi secara tiba-tiba dari
pusat gempa. Energi yang dilepaskan tersebut merambat melalui tanah
dalam bentuk gelombang getaran. Gelombang getaran yang sampai ke
permukaan bumi disebut gempa bumi.

Peran perawat yang berbeda pada periode setelah bencana (yaitu, sebagai
dokter, seorang komunikator, seorang pemimpin, dan penyedia dukungan
psikososial). Selain itu, peran perawat spesialis, dibutuhkan untuk memberikan
pendidikan kepada korban pasca bencana, membantu peran perawat bencana.

5.2 Saran

1) Sebagai mahasiswa keperawatan, hendaknya kita memahami konsep


penyakit trauma dada mulai dari definisi sampai dengan asuhan
keperawatan disebabkan oleh pasien dengan bencana gempa bumi.

2) Sebagai mahasiswa keperawatan, hendaknya kita memahami tindakan


keperawatan emergensi yang dapat dilakukan pada pasien dengan
bencana gempa bumi.

3) Sebagai mahasiswa keperawatan, hendaknya kita memahami


manajemen keperawatan pada pasien dengan bencana gempa bumi.

20
BAB VI
LESSON LEARNT

6.1 Pembelajaran yang Dapat Diambil

Perawat terlibat aktif dalam penanggulangan kesehatan untuk


bencana Gempa bumi dan tsunami melanda pantai timur Jepang pada 11
Maret 2011. Peran perawat saat teerjadi bencana antara lain:
(1) melakukan peran keperawatan
(2) peran keperawatan spesialis, dan
(3) pendidikan kesiapsiagaan.
Pada saat kondisi bencana perawat juga membantu untuk mobilisasi asien
dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, dari satu daerah ke daerah lain atau dari
daerah ke rumah sakit. Dalam hal ini koordinasi sangat penting, memastikan klien
mendapatkan perawatan yang tepat, waktunya juga tepat dan efisien.

6.2 Implikasi

Peran perawat yang berbeda pada periode setelah bencana (yaitu,


sebagai dokter, seorang komunikator, seorang pemimpin, dan penyedia dukungan
psikososial). Selain itu, peran perawat spesialis, dibutuhkan untuk memberikan
pendidikan kepada korban pasca bencana, membantu peran perawat bencana.

a. Peran keperawatan:

Lingkungan kerja di bencana sering sangat berbeda dari,


lingkungan pekerjaan rutin sehari-hari. Aspek yang paling berpengaruh
setelah bencana yaitu kekurangan sumber daya. Perawat bekerja
termasuk di pusat-pusat evakuasi, rumah sakit setempat, dan panti jompo.
Pasokan air ke tempat-tempat tersebut terbatas, dan pasokan peralatan
medis juga terbatas. yang dilihat disini yaitu bagaimana peran perawat
menyesuaikan dengan lingkungan, kondisi pasca bencana dan
keterbatasan kebutuhan-kebutuhan hidup.

21
b. Peran perawat spesialis

Peran perawat yang telah spesialis di lokasi bencana yaitu untuk


memberikan pertolongan untuk menangani: pengendalian infeksi,
perioperatif, neonatal, dan onkologi. Peran perawat kesehatan masyarakat
terutama berkaitan dengan pengawasan kesehatan penduduk di pusat-
pusat evakuasi besar

c. Pendidikan Kesiapsiagaan

Untuk pendidikan kesiapsiagaan ini bertujuan untuk menambah


pengetahuan perawat tentang berbagai hal terkit bencana alam, misalnya
radiasi nuklir. Hal ini akan dapat memungkinkan perawat mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan bencana. Perawat mampu
melindungi diri sendiri danjuga menyelamatkan korban bencana.

6.3 Rekomendasi

Untuk meningkatkan kemampuan bagi perawat becana perawat


perlu mengikuti pelatihan kusus perawat bantuan bencana. Pelatihan
tersebut saat ini menjadi syarat wajib bagi perawat yang ingin mendaftar
sebagai perawat bencana. Pengembangan pendidikan bencana bagi
perawat sangat penting karenan saat tugas di daerah bencana sudah
mampu untuk menyesuaikan diri, mampu menerima realitas bagimamana
rasanya menjadi perawat di daerah bencana.

22
DAFTAR PUSTAKA

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2012. Standar Operating Procedure


(Sop) Indonesia Tsunami Early Warning System : Jakarta

Benson, Charlote Dkk. 2007. Perangkat Untuk Mengarusutamakan Risiko


Bencana. Switzerland. Provention Consortium

Muktaf, Akhmad Haifani.2008. Manajemen Resiko Bencana Gempa Bumi (Studi


Kasus Gempabumi Yogyakarta 27 Mei 2006). Sekolah Tinggi Teknologi
Nuklir : Yogyakarta

Mayumi Kako, Jamie Ranse, dkk. 2014. What Was the Role of Nurses During the
2011Great East Earthquake of Japan? An Integrative Review of the Japanese
Literature. Jepang: Prehospital and Disaster Medicine

23

Anda mungkin juga menyukai