Anda di halaman 1dari 8

1

JURNAL KERJA PRAKTEK

Kajian Penyebaran Infomasi Gempabumi di


Pusat Gempa Regional VII Studi Kasus Gempa
Kudus 22 Mei 2019
Lintang Kinasih Wibawaning Utomo, dan A. Fauzi M. S.Si, M.T
Jl. Wates Km. 8, Dusun Jitengan, Kel. Balecatur, Kec. Gamping, Pereng Kembang, Balecatur,
Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55294
e-mail: stageof.yogya@bmkg.go.id
Abstrak— Gempabumi (earthquake) adalah peristiwa bergetar daerah perbatasan pertemuan antar lempeng dan juga
atau bergoncangnya bumi karena pergerakan/pergeseran lapisan menimbulkan terjadinya sesar-sesar regional yang selanjutnya
batuan pada kulit bumi secara tiba‐tiba akibat pergerakan menjadi daerah pusat sumber gempa juga. Pulau jawa yang
lempeng‐lempeng tektonik. Berbeda dengan letusan gunung api terlihat saat sekarang adalah akibat adanya pergerakan dua
dan bencana alam lain yang didahului dengan tanda‐tanda atau lempeng yang bergerak saling mendekat dan mengalami
gejala‐gejala yang muncul sebelum kejadian, gempabumi selalu
tabrakan, dimana proses tersebut relatif bergerak menyerong
datang secara mendadak dan mengejutkan sehingga
menimbulkan kepanikan umum yang luar biasa karena sama (oblique) antara lempeng samudra hindia pada bagian barat
sekali tidak terduga sehingga tidak ada seorang pun yang sempat daya dan lempeng Benua Asia bagian tenggara (eurasian),
mempersiapkan diri. Penulisan judul ini diharapkan dapat dimana lempeng samudra hindia akan menyusup ke lempeng
mempelajari proses diseminasi informasi gempabumi di pusat asia tenggara. BMKG atau Badan Meteorologi, Klimatologi
gempa regional VII serta dapat mengetahui proses diseminasi dan Geofisika mempunyai tugas yang salah satunya adalah
event gempabumi di Kudus pada tanggal 22 Mei 2019. Adapun Melaksanakan pertukaran data gempa bumi antar stasiun
langkah yang telah dilakukan dalam pembuatan laporan ini dengan kebutuhan dan menggunakan teknologi yang tersedia
berupa studi literatur terhadap gempabumi , penggunaan serta melaksanakan pengiriman phase data gempa bumi
SeisComP3, parameter gempabumi serta event gempabumi yang
percepatan tanah dan informasi terkait ke stasiun lain, Balai
terjadi di Kudus pada tanggal 22 Mei 2019. Kemudian
pengambilan data yang ada saat terjadinya gempabumi dan Besar Meteorologi dan Geofisika dan kantor pusat dalam
riwayat diseminasi yang masih ada. Dari langkah yang telah kondisi penting dan atas permintaan sesuai dengan prosedur. Di
dilakukan, didapatkan suatu kronologi peristiwa gempabumi Stasiun Geofisika Kelas 1 Yogyakarta menjadi pusat gempa
yang terjadi di Kudus pada tanggal 22 Mei 2019. Dari hasil kajian regional tujuh sehingga melakukan pertukaran data terhadap
analisis gempabumi di Kudus pada tanggal 22 Mei 2019 stasiun yang lainnya, disamping itu stasiun geofisika
didapatkan kesimpulan bahwa proses diseminasi terdiri dari: melakukan diseminasi terhadap informasi gempabumi yang
Pengolahan sinyal gempabumi yang terekam pada sensor masuk terhadap masyarakat dengan teknologi yang tersedia.
seismograph, analisis parameter yang didapatkan dari pengolahan Proses diseminasi informasi gempabumi ini dilakukan dengan
sinyal, respon dari masyarakat, dan penyebaran informasi kepada
prosedur yang sudah ada sebelumnya. Dengan adanya
masyarakat dengan menggunakan media sosial yang ada seperti
twitter, facebook, dan Instagram. Dan dari analisis kronologi penyebaran informasi ini masyarakat dapat mengetahui
kejadian Stasiun Geofisika Kelas 1 Yogyakarta membutuhkan informasi lengkap mengenai gempabumi yang telah terjadi
waktu 3 (tiga) menit untuk mengirimkan hasil analisis SeisComP3 seperti halnya besarnya kekuatan gempa, lokasi pusat gempa,
ke grup whatsapp lalu disusul dengan Stasiun Kelas III Sawahan dan hal-hal yang dapat menambah wawasan serta himbauan
yang mengirim dalam waktu 7 (tujuh) menit dari waktu kejadian terhadap peristiwa alam gempabumi.
gempabumi. Serta dibutuhkan waktu 22 menit dihitung dari Tektonik lempeng merupakan konsep dari ilmu geologi yang
waktu terjadinya gempabumi, Stasiun Geofisika Kelas I relatif baru, yang diperkenalkan sekitar tahun 1960-an dan
Yogyakarta mengirimkan hasil analisis gempabumi yang berupa:
Shakemap, Narasi, Epic, dan Parameter ke media sosial yang ada
konsep ini telah merubah pandangan dan pemahaman kita
yaitu twitter, facebook, dan instagram. terhadap planet bumi yang dinamis. Teori tektonik lempeng
pada dasarnya adalah suatu teori yang menjelaskan mengenai
Kata Kunci— Diseminasi, Gempabumi, Kudus sifat-sifat bumi yang mobil/dinamis yang disebabkan oleh gaya
yang berasal dari dalam bumi. Konsep dari tektonik lempeng
adalah bahwasanya lapisan kerak Bumi (litosfir) terpecah-
I. PENDAHULUAN
pecah dalam 13 lempeng besar dan beberapa lempeng kecil.
I NDONESIA terletak di daerah dengan tingkat aktivitas
gempabumi tinggi, hal tersebut sebagai akibat bertemunya
Gempabumi (earthquake) adalah peristiwa bergetar atau
bergoncangnya bumi karena pergerakan/pergeseran lapisan
tiga lempeng tektonik utama dunia yakni: Samudera India – batuan pada kulit bumi secara tiba‐tiba akibat pergerakan
Australia di sebelah selatan, Samudera Pasifik di sebelah
lempeng‐lempeng tektonik. Gempabumi yang disebabkan oleh
Timur dan Eurasia, dimana sebagian besar wilayah Indonesia
aktivitas pergerakan lempeng tektonik disebut gempabumi
berada di dalamnya. Pergerakan relatif ketiga lempeng
tektonik. Namun selain itu, gempabumi bisa saja terjadi akibat
tektonik tersebut dan dua lempeng lainnya, yakni laut Philipina
dan Carolina mengakibatkan terjadinya gempa-gempabumi di aktifitas gunung berapi yang disebut sebagai gempabumi
2
JURNAL KERJA PRAKTEK

vulkanik. Pergerakan tiba‐tiba dari lapisan batuan di dalam dalam pembuatan laporan kerja praktek ini diantaranya:
bumi menghasilkan energi yang dipancarkan ke segala arah magnitudo gempa, Depth hiposenter, latitude (lintang),
berupa gelombang gempabumi atau gelombang seismik. Ketika longitude (bujur), respon masyarakat, jarak episenter, waktu
gelombang ini mencapai permukaan bumi, getarannya dapat kejadian gempa (origin time).
merusak segala sesuatu di permukaan bumi seperti bangunan Shakemap (Peta Tingkat Guncangan) merupakan suatu peta
dan infrastruktur lainnya sehingga dapat menimbulkan korban yang menunjukkan besarnya gempabumi yang terjadi dalam
jiwa dan harta benda. satuan percepatan, shakemap digunakan sebagai salah satu
Gelombang seismik adalah gelombang elastik gempabumi bahan penyebaran informasi kepada masyarakat kemudian
yang menjalar ke seluruh bagian dalam bumi dan melalui dijelaskan dalam suatu narasi. Di dalam hasil olahan shakemap
terdapat parameter-parameter terhadap gempa yang terjadi,
permukaan bumi, akibat adanya lapisan batuan yang patah
seperti: tanggal dan waktu kejadian, magnitudo, kedalaman
secara tiba‐tiba atau adanya suatu ledakan. Dapat juga
hiposenter, skala intensitas gempabumi. Terdapat dua jenis
dianalogikan sebagai gelombang yang menjalar seperti pada shakemap yaitu shakemap modelling dan shakemap corrected.
suatu kolam air yang dijatuhkan di atasnya sebutir batu. Air Perbedaannya terletak pada input yang dimasukkan, jika pada
mengalami gangguan dan gelombangnya terpancar keluar dari shakemap modelling data yang digunakan adalah hanya dengan
pusat awalnya mencapai jarak terjauh kolam. Akan tetapi memasukkan nilai event yang terekam pada SeisComP3 tetapi
partikel air yang terganggu tersebut tak bergeser dalam arah pada penggunaan shakemap corrected juga memasukkan
pergerakan gelombang. Gelombang utama gempabumi bumi informasi gempa terasa berdasarkan skala MMI dari laporan
terdiri dari dua tipe, yaitu gelombang badan (body wave) dan masyarakat.
gelombang permukaan (surface wave). Gelombang seismik Narasi merupakan suatu teks untuk menyampaikan berita
merambat dalam lapisan bumi sesuai dengan prinsip yang gempa melalui media suara maupun media visual yang
berlaku pada perambatan gelombang cahaya: pembiasan ditujukan kepada masyarakat. Narasi dipergunakan untuk
dengan koefisien bias, pemantulan dengan koefisien pantul, menyanpaikan shakemap dalam bentuk tertulis, di dalam narasi
hukum‐hukum Fermat, Huygens, Snellius, dan lain‐lain. terdapat poin-poin yang harus disampaikan kepada masyarakat
Kekuatan gempabumi atau magnitudo adalah ukuran yang diantaranya ada: kekuatan gempa, waktu terjadinya
kekuatan gempabumi yang menggambarkan besarnya energi gempabumi, tempat terjadinya gempabumi dan hal-hal
yang terlepas pada saat gempabumi terjadi dan hasil pendukung kelengkapan informasi gempabumi.
pengamatan seismograf. Selain Skala Richter ada beberapa
definisi magnitudo yang dikenal dalam kajian gempa bumi II. METODOLOGI
adalah Ms yang diperkenalkan oleh Guttenberg menggunakan
fase gelombang permukaan gelombang Rayleigh, Mb (body A. Alat dan Bahan
waves magnitudo) diukur berdasar amplitudo gelombang Data yang digunakan pada pengerjaan laporan ini adalah
badan, baik P maupun S. sebagai berikut:
SeiscomP3 yang merupakan software untuk membaca a) SeiscomP3
seismometer pada layar monitor, sensor seismograf yang b) Shakemap
digunakan software SeiscomP3 ditanam di sekitar daerah c) Narasi
patahan bumi dan menggunakan sistem multistation. d) Parameter
SeisComP3 terdapat di BMKG pusat jakarta dan seluruh e) Gempabumi yang terjadi di Kudus tanggal 22 Mei
BMKG regional atau balai wilayah, di dalamnya terdapat 2019 pukul 11:22:22 WIB
tampilan untuk sistem review interaktif bagi operator yang
hasilnya diperoleh dari proses otomatis MasterPro disebut B. Langkah Kerja
ClientPro. ClientPro terdiri dari empat macam fasilitas Pada saat sensor seismograf mendeteksi adanya gempa maka
tampilan, antara lain adalah Traceview, Mapview, akan dtampilkan di software SeisComP3 yang ada di stasiun
OriginLocatorView, EventSummaryView. SeisComp3 akan yang merasakan, tampilan awal pada SeiComP3 yang ada pada
mendeteksi gempabumi secara otomatis jika terjadi suatu Mapview
gelombang di suatu tempat, baik gelombang dari gempabumi
ataupun tidak. Sehingga alat ini harus aktif secara terus-
menerus sehingga dapat merekam gelombang gempabumi yang
dideteksi oleh stasiun pencatat gempabumi. Rekaman data
seismograf yang diterima akan dirubah menjadi sinyal-sinyal
digital yang akan diolah secara otomatis oleh perangkat
seiscomp3, sinyal digital tersebut diterima dalam bentuk
gelombang yang berasal dari stasiun-stasiun yang meraskan
gempa seismik. Gelombang yanag diterima kemudian akan
dilakukan proses picking manual pada gelombang P (primer) Gambar 2.1 Tampilan layar MapView
dan gelombang S (Sekunder). Pada mapview tersebut menampilkan dimana saja letak
Parameter gempa merupakan poin-poin yang harus stasiun yang disimbolkan dengan bentuk segitiga berwarna,
diperhatikan terhadap informasi gempabumi yang akan warna pada stasiun menunjukkkan besarnya kecepatan rambat
disampaikan kepada masyarakat. Parameter yang diperhatikan gelombang seismik.
Simbol segitiga atau sensor gempabumi akan berkedip dan
3
JURNAL KERJA PRAKTEK

akan berubah warna sesuai dengan kecepatan rambat supaya mendapat nilai residual yang kecil. Pada tampilan tab
gelombangnya mengindikasikan bahwa sensor tersebut location akan terdapat gambar lokasi serta parameter dari sinyal
mendeteksi adanya perubahan amplitudo secara ekstrim pada yang sudah diambil seperti: kedalaman hiposenter, latitude,
stasiun tersebut namun jika berkedip secara bersamaan maka longitude, fase yang digunakan, residu, azimuth gap.
sistem mengindikasikan adanya gempabumi. Warna abu-abu
menunjukkan bahwa stasiun tersebut tidak aktif, warna hitam
menunjukkan bahwa stasiun tersebut tidak terdefinisi
sedangkan deretan warna semakin ke bawah menunjukkan
semakin cepat penjalaran gelombang seismik. Pada saat banyak
stasiun yang berkedip-kedip maka alarm sinyal gempabumi
pada SeiscomP3 akan berbunyi dan banyak stasiun yang
merekam adanya sinyal gempabumi. Perlu diamati sinyal yang
masuk pada TraceView
Berikut sistem akuisisi data digital yang diterima
ditampilkan pada layar Traceview Gambar 2.4 Tampilan layar Tab Locator
Pada saat picking sangat diperhatikan pada hasil latitude dan
longitude yang dihasilkan, akan lebih baik jika koreksinya
bernilai kecil. Kemudian pada residual dan azimuth gap sangat
diharapkan agar bernilai kecil, residual diharapkan terdistribusi
di garis tengah, jika terdapat sebaran stasiun yang letaknya jauh
dari garis tengah maka stasiun akan di re-analisa kembali,
apabila setelah dianalisa kembali tidak bisa mendapatkan hasil
yang lebih baik maka stasiun tersebut dapat dinonaktifkan. Pada
azimuth gap berarti menunjukkan seberapa besar sudut rapat
terhadap lokasi gempa. Setelah selesai pada tab Location dapat
Gambar 2.2 Tampilan layar TraceView berpindah pada tab Magnitude untuk melihat seberapa besar
Pada tampilan traceview akan menunjukkan sinyal digital kekuatan (skala richter) pada gempabumi yang didapatkan
berupa gelombang seismik yang diterima, dari tampilan dengan cara klik ‘compute magnitude’ saat selesai menganalisa
tersebut juga terdapat stasiun mana saja yang merekam gelombang, Perlu diperhatikan agar terdapat nilai yang
perubahan sinyal. Kemudian klik tengah pada mouse untuk mencapai 100% sebelum klik ‘OK’ sehingga dapat
membuat event gempa yang terjadi, membuat event gempa menghasilkan nilai magnitude. Kemudian ‘commit’ pada layar
dengan mengganti waktu dan tanggal kejadian. Sebenarnya ID Locator untuk menyimpan hasil dari analisis yang terlihat
SeisComP3 secara otomatis dapat menentukan gelombang P pada layar event summary view. berikut tampilannya
pada beberapa stasiun yang terekam sehingga dapat di langsung
diperoleh parameter gempabumi, namun pengambilan
gelombang P secara otomatis tersebut perlu untuk cermati
kembali, apabila posisi pengambilan kurang tepat maka pertu
untuk dianalisa ulang sehingga didapatkan parameter baru yang
lebih akurat. Diteruskan dari tampilan pada traceview langkah
selanjutnya adalah mengambil sinyal yang terekam dari
traceview di tampilan pada Tab Locator, pada tampilan di Tab
Locator dan TraceView dapat terlihat stasiun mana saja yang
merekam perubahan sinyal lebih dulu sehingga apabila sudah
terdapat beberapa stasiun yang masuk dapat segera dilakukan Gambar 2.5 Tampilan layar EventSummary View
picking sinyal P dan S agar mendapatkan lokasi dari sinyal yang Pada tampilan layar tersebut dapat melakukan pengiriman
diterima, pengambilan gelombang P diharapkan tidak data agar dapat melakukan pertukaran data dengan stasiun yang
mengandalkan pada autopicking dan theoritical picking karena lain dengan klik pada ‘send this data’. Parameter dari
origin time belum tentu bisa tepat. gempabumi serta peta lokasi dari sumber gempabumi akan
ditampilkan oleh EventView. EventView ini juga berfungsi
sebagai penghasil event log dan mengaktifkan alarm berupa text
to speech, alarm tersebut akan memberikan peringatan bahwa
telah terjadi gempabumi pada suatu tempat.
Hasil analisa dari SeisComP3 akan dikirimkan ke perangkat
untuk didiseminasikan terlebih dahulu ke grup whatsapp dan
pertukaran data ke stasiun yang lain seperti yang terlihat pada
gambar 2.6.
Dari tampilan tersebut salin teks pada kolom ‘Pesan Pendek
Bahasa Indonesia’ dan klik pada ‘kirim informasi ini’ kemudian
Gambar 2.3 Tampilan layar Tab Locator pilih aplikai whatsapp. Grup whatsapp yang digunakan dapat
Diusahakan agar memilih gelombang atau sinyal yang jelas dilihat pada gambar 2.7.
4
JURNAL KERJA PRAKTEK

narasi, parameter gempabumi. Berikut adalah informasi


penyebaran informasi gempabumi Kudus tanggal 22 Mei 2019
di media sosial.

Gambar 2.9 Tampilan penyebaran informasi gempabumi di Twitter

Gambar 2.6 Tampilan layar perangkat untuk diseminasi

Gambar 2.10 Tampilan penyebaran informasi gempabumi di Facebook

Gambar 2.7 Tampilan layar grup whatsapp

Gambar 2.11 Tampilan penyebaran informasi gempabumi di Instagram


Gambar 2.8 Tampilan layar grup whatsapp
Grup dengan tanda kotak biru merupakan grup yang
C. Kasus Gempabumi di Kudus tanggal 22 Mei 2019
digunakan untuk penyebaran informasi setelah proses analisis
Penginformasian parameter gempabumi di stasiun yang
pada SeisComP3. Tiap grup memiliki peran berbeda pada grup
berada di Pusat Gempa Regional VII berdasarkan pesan di
Gempa M<5 untuk menghubungkan dengan seluruh stasiun
geofisika dengan BMKG Pusat, grup Gempa PGR VII Yogya aplikasi whatsapp
menghubungkan dengan stasiun geofisika yang berada di PGR Tabel 2.1 Selisih Waktu Pengiriman
VII, grup Info Gempa BMKG PGR VII menghubungkan
dengan stakeholder, dan grup BMKG DIY menghubungkan Stasiun Waktu Pengiriman (WIB) Selisih
dengan. Dari grup tersebut dapat diketahui respon terhadap
Banjarnegara 11.35 00:13:00
gempabumi yang terjadi, kemudian pada gambar diatas pada
kotak merah terdapat sosial media yang lainnya seperti twitter Yogyakarta 11.25 00:03:00
dan facebook, pada sosial media tersebut banyak masyarakat Sawahan 11.29 00:07:00
yang menggunakannya sehingga dapat dipantau saat terjadinya Tretes - -
gempa. Karangkates - -
Setelah mendapat respon dari masyarakat dapat dilakukan
pembuatan shakemap corrected. Input yang digunakan pada
untuk membuat shakemap corrected diantaranya adalah: D. Diagram alir
Parameter, magnitudo, koordinat lokasi, epic. Dari data tersebut
Praktikum ini dilakukan seperti diagram alir pada gambar
dihasilkan berupa bentuk shakemap yang dapat digunakan
2.12.
untuk diseminasi kepada masyarakat, kemudian dibuat narasi
untuk menjelaskan shakemap serta himbauan kepada
masyarakat. Langkah selanjutnya adalah penyebaran informasi
gempabumi dengan menggunkan sosial media, komponen yang
harus diikutsertakan dalam diseminasi adalah shakemap, epic,
5
JURNAL KERJA PRAKTEK

Terdengar bunyi  Bunyi alarm ini


alarm pada mengindikasikan
perangkat cukup banyak
SeisComP3 stasiun yang
mendeteksi sinyal
gempabumi

Sinyal yang  Event berupa


terekam pada tanggal dan waktu
TraceView dibuat penerimaan sinyal
event gempabumi

Picking sinyal P  Picking sinyal P


dan S dari stasiun dan S dari akuisisi
yang masuk data yang masuk
dilakukan dengan
Gambar 2.12 Diagram Alir Diseminasi di Pusat Gempa Regional VII cara manual

III. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Analisa sinyal P  Parameter berupa


dan S yang sudah koreksi latitude
A. Kronologi Peristiwa
Tabel 3.1 Kronologi Peristiwa diambil dengan dan longitude,
Waktu Kejadian Keterangan Durasi memperhatikan azimuth gap,
Rabu, 22 Origin Time: Dihitung parameter residual
Mei 2019 04:22:22 UTC sejak  Koreksi latitude,
11:22:22 WIB waktu longitude,
terjadinya azimuth gap
gempabumi nilainya semakin
Pukul Sensor seimograf  Perubahan sinyal kecil maka
11:22:22 mendeteksi adanya yang terekam semakin baik
WIB perubahan sinyal dapat terlihat dari  Residual akan
yang terekam. perbedaan lebih baik jika
amplitudo sinyal memiliki nilai <1
yang terakuisisi RMS

Perubahan sinyal  Segitiga yang Menghitung  Nilai magnitudo


yang terekam berkedip-kedip magnitudo didapatkan dari
diketahui melalui menandakan klik compute
layar MapView stasiun yang magnitude dan
terlihat dari segitiga merekam pastikan hasil
yang berkedip- perubahan sinyal analisis ada yang
kedip dan  Perubahan warna bernilai 100%
mengalami menunjukkan
perubahan warna adanya perubahan ‘commit’ hasil  Hasil analisis ini
pada kecepatan analisis pada Tab menentukan
rambat Locator parameter
gelombang yang gempabumi yang
terdeteksi telah terjadi
6
JURNAL KERJA PRAKTEK

Hasil pada layar  Perangkat lain facebook,


eventsummary view yang dapat instagram dan
diperiksa kembali mendiseminasikan lain sebagainya.
kemudian hasil dari analisis Pukul 11.29 Stasiun Geofisika 7 Menit
dikirimkan ke gempabumi yang WIB Sawahan Kelas III
perangkat lain terjadi mengirimkan
untuk  Dikirimkan data parameter gempa
didiseminasikan ke stasiun yang serta hasil olahan
lainnya dan sinyal gempa ke
stasiun pusat grup whatsapp

Terdapat respon

Mengirim hasil  Grup whatsapp dari masyarakat

analisis dengan merupakan salah bahwa gempabumi

menggunakan grup satu aplikasi dirasakan

Whatsapp yang media sosial yang


sudah disepakati sebelumnya sudah Membuat  Shakemap dibuat
disepakati dan Shakemap berdasarkan
dapat menjadi parameter yang
wadah untuk dihasilkan dari
menyampaikan SeisComP3 serta
informasi respon dari
gempabumi dalam masyarakat yang
waktu relatif merasakan
singkat. gempabumi

 Memiliki tujuan
untuk mengetahui Pukul 11.35 Stasiun Geofisika 13 Menit
respon dari Banjarnegara Kelas
masyarakat yang III mengirimkan

berada di regional parameter gempa


VII BMKG serta hasil olahan
sinyal gempa ke

Pukul 11.25 Stasiun Geofisika 3 Menit grup whatsapp

WIB Kelas 1 Yogyakarta Pukul 11.39 BMKG Pusat  Melalui sosial 17 Menit
mengirimkan mengirimkan berita media (twitter,
parameter gempa parameter facebook,
serta eventsummary gempabumi Kudus instagram)
view ke grup 22 Mei 2019
whatsapp
Pukul 11.42 Stasiun Geofisika  Shakemap 20 Menit
Memperhatikan  Respon berupa Kelas I Yogyakarta Corrected
respon masyarakat keadaan pada mengirimkan hasil

lokasi gempa Shakemap ke grup

(dirasakan/tidak whatsapp

dirasakan)
 Respon dari sosial Pukul 11.44 Stasiun Geofisika  Sosial media 22 Menit

media seperti Kelas I Yogyakarta (twitter, facebook,


whatsapp, twitter, mengirimkan instagram)
7
JURNAL KERJA PRAKTEK

Shakemap dan
parameter
gempabumi Kudus
22 Mei 2019 ke
media sosial

Pukul 11.55 Stasiun Geofisika  Narasi 33 Menit


Banjarnegara gempabumi
mengirimkan narasi dibuat sebagai
gempabumi Kudus bentuk penjelasan Gambar 3.2 Tampilan respon masyarakat saat terjadi gempabumi di Facebook

22 Mei 2019 ke dari shakemap


dari waktu terjadinya gempabumi, Stasiun Geofisika Kelas I
grup whatsapp Yogyakarta mengirimkan hasil analisis gempabumi yang
berupa: Shakemap, Narasi, Epic, dan Parameter ke media sosial
Pukul 12.16 Stasiun Geofisika  Shakemap 54 Menit yang ada yaitu twitter, facebook, dan instagram.
III Banjarnegara Corrected
Berikut adalah narasi dari gempabumi yang terjadi di Kudus
pada tanggal 22 Mei 2019
Kelas mengirimkan
hasil shakemap GEMPABUMI TEKTONIK M 4.2 MENGGUNCANG KABUPATEN

gempabumi Kudus KUDUS

22 Mei 2019 ke
Hari Rabu, tanggal 22 Mei 2019, pada pukul 11.22.22 WIB, sebagian
grup whatsapp masyarakat di daerah Kudus, Demak, Jepara dan sekitarnya dikejutkan dengan
adanya goncangan gempabumi. Dari hasil analisa BMKG diperoleh parameter
B. Pembahasan gempabumi dengan kekuatan M=4.2 SR Pusat gempabumi ini berada di darat
Pada kronologi kejadian tersebut terlihat Stasiun Geofisika pada koordinat 6.69 Lintang Selatan dan 110.78 Bujur Timur, sekitar 14 KM
Kelas 1 Yogyakarta membutuhkan waktu 3 menit untuk Barat Laut Kudus- Jawa Tengah, pada kedalaman hiposenter 10 kilometer.
mengirimkan hasil analisis SeisComP3 ke grup whatsapp lalu
Berdasarkan laporan dari masyarakat, guncangan tersebut dirasakan di
disusul dengan Stasiun Kelas III Sawahan yang mengirim
dalam waktu 7 menit dari waktu kejadian gempabumi. Serta Kudus, Demak, Jepara II-III MMI. Hingga saat ini belum ada laporan dampak
membutuhkan waktu 13 menit Stasiun Kelas III Banjarnegara kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut.
mengirimkan hasil analisis dan parameter kemudian menunggu Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter,
respon dari masyarakat yang merasakan gempabumi, seperti gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas
berikut:
sesar lokal. Hingga saat ini. Hasil monitoring BMKG belum menunjukkan
adanya aktivitas gempabumi susulan. Kepada masyarakat dihimbau agar tetap
tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan
melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi (Instagram/Twitter
@infoBMKG), website (www.bmkg.go.id), atau melalui Mobile Apps (iOS
dan Android @infobmkg)

Banjarnegara, 22 Mei 2019


Gambar 3.1 Tampilan respon masyarakat saat terjadi gempabumi di Twitter
Respon diatas merupakan respon masyarakat dari aplikasi Kepala Stasiun Geofisika Klas III Banjarnegara
twitter, masyarakat merespon 1 (satu) hingga 5 (lima) menit
dari waktu kejadian gempabumi. Kemudian ada juga respon SETYOAJIE PRAYOEDHIE
masyarakat di media sosial facebook pada gambar 3.2.
Gambar 3.2 merupakan respon masyarakat dari media sosial
facebook. Dari respon yang ada sudah cukup sebagai tanda
bahwa gempabumi di Kudus tanggal 22 Mei 2019 dirasakan.
Langkah selanjutnya adalah pembuatan shakemap corrected
berdasarkan lokasi persisnya kejadian gempabumi dirasakan.
Dalam waktu 17 menit BMKG Pusat mengirimkan hasil
analisis pada SeisComP3 ke media sosial (twitter, facebook,
instagram). Kemudian disusul dalam waktu 22 menit dihitung
8
JURNAL KERJA PRAKTEK

dan shakemap corrected yang didapatkan [6] Sunarjo M., Taufik Gunawan, Sugeng Pribadi, 2012, Gempabumi
Edisi Populer, Penerbit Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika Jl. Angkasa I No.2 Kemayoran, Jakarta, Indonesia 10720.
[7] Noor Djauhari, 2014, Pengantar Geologi: Tektonik Lempeng,
Universitas Pakuan, Penerbit Deepublish.
[8] Katalog Gempabumi Signifikan dan Merusak tahun 1821-2017,
Pusat Gempabumi dan Tsunami, Badan Meteorologi, Klimatologi,
dan Geofisika.
[9] Young, Hugh D., Freedman, Roger A., 2004, Fisika Universitas
Edisi Kesepuluh/ Jilid 2, copyright Addison Weslay Longman Inc,
Penerbit Erlangga.
[10] Harpur. Alexander, 2014, The Nature of Visible Magnitude.
Diterbitkan tahun 1856, The British Library.

Gambar 3.3 Tampilan Shakemap

IV. KESIMPULAN
Dari hasil kajian analisis gempabumi di Kudus pada tanggal
22 Mei 2019 didapatkan kesimpulan bahwa proses diseminasi
terdiri dari: Pengolahan sinyal gempabumi yang terekam pada
sensor seismograph, analisis parameter yang didapatkan dari
pengolahan sinyal, respon dari masyarakat, dan penyebaran
informasi kepada masyarakat dengan menggunakan media
sosial yang ada seperti twitter, facebook, dan Instagram. Dan
dari analisis kronologi kejadian Stasiun Geofisika Kelas 1
Yogyakarta membutuhkan waktu 3 (tiga) menit untuk
mengirimkan hasil analisis SeisComP3 ke grup whatsapp lalu
disusul dengan Stasiun Kelas III Sawahan yang mengirim
dalam waktu 7 (tujuh) menit dari waktu kejadian gempabumi.
Serta dibutuhkan waktu 22 menit dihitung dari waktu terjadinya
gempabumi, Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta
mengirimkan hasil analisis gempabumi yang berupa:
Shakemap, Narasi, Epic, dan Parameter ke media sosial yang
ada yaitu twitter, facebook, dan instagram.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah Subhanahu
Wata’ala yang telah memberikan segala rahmatNya sehingga
penulisan laporan ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih
juga ditujukan kepada dosen Bapak Anas Fauzi dan Bu Nana
selaku pembimbing serta Nurul Hidayah selaku teman
seperjuangan yang telah memberikan nasihat.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (www.bmkg.go.id).
[2] Journal of geological resources, 2007, Pennsylvania State
University, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
(Indonesia).
[3] Tiar Prasetya, 2006, Gempa bumi: ciri dan cara menanggulanginya,
Universitas Michigan, Penerbit GitaNagari.
[4] Sukir Maryanto, 2016, Seismik Vulkanologi, Penerbit Universitas
Brawijaya Press.
[5] Bambang Ruwanto, 2008, Mengenal Bencana Alam: Gempa Bumi,
Penerbit Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai