Anda di halaman 1dari 14

METODELOGI

Studi Kegempaan untuk Bendungan Pada Jalur Sesar Baribis


di WS Cimanuk Cisanggarung

1. PENDAHULUAN

Pada akhir-akhir Ini sering terjadi defisit /krisis kekurangan air di musim kemarau di
seluruh Indonesia, khususnya di Provinsi Jawa Barat terus meningkat. Defisit air ini
mengakibatkan terjadinya pembagian air secara bergiliran di wilayah Jawa Barat
berlangsung terus menerus. Masalah ini berujung pada terganggunya berbagai kegiatan
terutama kegiatan pertanian yang merupakan salah satu penopang penting pertumbuhan
ekonomi baik daerah maupun nasional.

Disisi lain, Sungai Cipanas yang merupakan salah satu sungai besar yang mengalir di
wilayah Provinsi Jawa Barat, sampai saat ini belum banyak dimanfaatkan untuk
pengairan. Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung sebagai salah satu stake
holders nasional yang bergerak dalam bidang pengembangan/pemanfaatan sumber air
tertarik untuk memanfaatkan aliran sungai Cipanas sebagai sumber air dengan
berencana membangun Bendungan Cipanas di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa
Barat.

Namun demikian, secara geologi Cipanas terletak tidak terlalu jauh dari Sesar (Sesar
aktif) yang membentang tidak jauh dari lokasi rencana poros bendungan. Kondisi geologi
demikian, telah menimbulkan dugaan bahwa Cipanas kemungkinan merupakan salah
satu bagian dari sistem Sesar tersebut. Keberadaan sesar, apalagi sesar aktif yang
memotong rencana As (poros) - Bendungan tentu sangat riskan dari sisi keamanan
bendungan, sehingga memerlukan perencanaan dan desain khusus..

Sehubungan dengan itu, untuk verifikasi dan memberikan kepastian apakah Cipanas
merupakan sesar atau bukan dan bersifat aktif atau pasif maka dipandang perlu untuk
melakukan pengukuran geofisika metoda gempa bumi mikro (Micro Erth Quakes/ MEQ)
di lokasi rencana bendungan Cipanas dan sekitarnya. Dari data ini juga diharapkan dapat
memberikan gambaran sampai sejauh mana pengaruh aktivitas gempa vulkanik pada
distribusi gempa mikro di daerah rencana bendungan.

Metodelogi 1
2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud pengukuran gempa bumi mikro (Micro Earth Quakes/ MEQ) di lokasi rencana
bendungan Cipanas dan sekitarnya, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat adalah
untuk studi dan verifikasi status Cipanas berupa sesar aktif atau bukan.
Tujuan pengukuran gempa bumi mikro yang terjadi di lokasi rencana bendungan Cipanas
dan sekitarnya adalah untuk mengetahui:
1. Sebaran pusat gempa bumi secara vertikal (hypocenter).
2. Sebaran pusat gempa bumi secara horizontal (epycenter).
3. Besaran (Magnitude) gempa bumi dan frekuensinya.
4. Mekanisme gempabumi yang terjadi (focal Mechanism).

3. LOKASI PENGUKURAN DAN KESAMPAIAN KE LOKASI

Lokasi pengukuran gempa bumi mikro tertetak di lokasi sepanjang jalur sesar Beribis di
wilayah WS Cimanuk Cisanggarung. rencana bendungan Cipanas, Kabupaten
Sumedang, Provinsi Jawa Barat (Gambar 1). Lokasi dapat dicapai dengan menggunakan
kendaraan roda 4 dari Kota Sumedang ke arah utara selama 1 – 1,5 jam atau dari Kota
Cirebon ke arah selatan selama 1 jam.

Rencana Bendungan

Gambar 1. Peta Lokasi Rencana Cipanas, Sumedang.

Metodelogi 2
4. LINGKUP PEKERJAAN

1. Persiapan alat dan personil sesuai dengan yang direncanakan.


2. Menentukan lokasi untuk penempatan alat seismograph.
3. Melakukan pemasangan alat, pengukuran, pengambilan data tiap hari dan
monitoring selama kegiatan berlangsung.
4. Melakukan analisis untuk mengetahui:
a. Sebaran pusat gempa bumi secara vertikal (hypocenter).
b. Sebaran pusat gempa bumi secara horizontal (epycenter).
c. Menghitung besaran (Magnitude) gempa bumi dan frekuensinya.
d. Mekanisme gempa bumi yang terjadi (vocal Mechanism).
5. Membuat laporan mingguan yang berisi event-event gempa bumi dan hasil
analisis pada item 4 yang bersifat mingguan dan kumulatif.
6. Membuat laporan akhir.

5. HASIL AKHIR YANG DIHARAPKAN

Hasil akhir yang diharapkan dari kegiatan ini tidak kurang dari:

1. Peta sebaran pusat gempa secara vertikal (hypocenter) di lokasi pengukuran dan
sekitarnya.
2. Peta sebaran pusat gempa secara horizontal (epicenter) di lokasi pengukuran dan
sekitarnya.
3. Grafik besaran (magnitude) dan frekuensinya.
4. Peta sebaran gempabumi volkanik dan tektonik di lokasi pengukuran dan
sekitarnya.seperti pada item 1 sampai 3 diatas.
5. Laporan akhir yang bermuara pada status Cipanas, berkaitan dengan
kemungkinan sebagai sesar, di lokasi rencana bendungan Cipanas.

6. WAKTU PELAKSANAAN

Waktu pelaksanaan pekerjaan adalah selama 3(tiga) bulan (3 Bulan) dengan rincian:
- Mobilisasi dan pemasangan peralatan : 1 minggu,
- Pengumpulan data gempa : 8 minggu,
- Demobilisasi peralatan, pengolahan data dan pelaporan : 3 minggu.

7. METODOLOGI

7.1. Gempa Mikro

Metodelogi 3
Gempabumi (earthquake) adalah suatu peristiwa terjadinya pelepasan energi pada suatu
lokasi di bawah permukaan maupun pada permukaan bumi karena terjadinya deformasi
sebagai akibat adanya tekanan atau tarikan terhadap batuan yang mempunyai sifat
elastisitas. Energi gempa tersebut selanjutnya merambat di dalam medium bumi dalam
bentuk gelombang seismik ke segala arah melalui pergerakan partikel penyusun
meterial bumi.

Secara umum ada dua type penjalaran gelombang dalam medium batuan:

1. Gelombang Badan (body wave):


a. Gelombang Primer atau disebut juga gelombang P atau gelombang
Compressional, merupakan gelombang longitudinal yang mana arah
rambat gelombang searah dengan arah getarannya.
b. Gelombang Sekunder atau disebut juga gelombang S atau gelombang
Shear, merupakan gelombang transversal yang mana arah rambat
gelombang tegak lurus dengan arah getarannya.

2. Gelombang Permukaan (surface wave) bergerak di atas permukaan bumi.


Gelombang permukaan disebut juga Long waves atau Simply L Waves, yaitu
gelombang yang bertanggung jawab atas kebanyakan dari kerusakan yang
berhubungan dengan gempa bumi, karena gelombang tersebut menyebabkan
vibrasi-vibrasi kuat. Gelombang permukaan berasal dari gelombang Badan yang
mencapai permukaan. Gelombang permukaan terbagi dua yaitu:

a. Gelombang Rayleigh (R wave), merupakan gelombang dengan gerakan


partikel material bergerak ellips dengan gerak vertikal.
b. Gelombang Love Q, merupakan gelombang dengan gerakan partikel
material bergerak transversal pada bidang horizontal.

Berdasarkan sumber enegi, gelombang seismik dapat timbul karena proses alamiah
(pasif) atau sengaja dibuat (aktif) untuk tujuan studi, survei geoteknik atau kegiatan
eksplorasi pertambangan. Sumber energi pasif biasanya berasal dari sumber alami.
Sedangkan sumber energi gelombang seismik aktif bisa berasal dari ledakan yang
sengaja dibuat, benda jatuh, vibrasi, atau gangguan lain yang dibikin pada batuan.

Metodelogi 4
Studi terhadap gempa tidak lepas dari pembahasan terhadap lima parameter utama
gempa yaitu:

1. Kedalaman hipocenter.

2. Jarak episenter.

3. Besaran (magnitude) energi gempa yang dilepas, biasanya diukur dengan


Skala Richter.

4. Kondisi geologi.

5. Besar derajat kerusakan yang dirasakan manusia, biasanya diukur dengan


skala Modified Mercalli (MM) dalam skala I-XII.

Gempa mikro (micro erath quakes) didefinisikan sebagai gelombang seismik yang
memiliki magnitudo kecil, biasanya kurang dari 3 Skala Richter, yang berasal dari
bermacam-macam sumber (aktif maupun pasif) dipermukaan maupun dibawah
permukaan bumi.

Sesuai dengan maksud pengukuran gempa bumi mikro (Micro Earth Quakes/ MEQ) di
lokasi rencana bendungan Cipanas dan sekitarnya, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa
Barat adalah untuk studi dan verifikasi status Cipanas berupa sesar aktif atau bukan,
maka sumber gempa mikro adalah bersifat alamiah atau berasal dari alam.

Sumber gempa mikro alamiah diantaranya berasal dari:

 Aktivitas tektonik skala kecil dalam proses mencari keseimbangan karena adanya
tekanan atau tarikan pada batuan (proses geodinamika) yang
berkesinambungan. Aktivitas pada bidang patahan, rekahan dan retakan karena
ada proses tekanan fluida.

 Aktivitas vulkanik karena pergerakan magma, gerakan fluida dalam reservoir


panasbumi atau perubahan struktur batuan karena adanya proses pendinginan
instrusi magma.

 Aktivitas fluida dalam reservoir hidrokarbon yang berasosiasi dengan proses


geodinamika atau pergerakan pasang surut air laut..

Metodelogi 5
Sebagaimana disinggung dalam latar belakang, bahwa lokasi rencana bendungan juga
berdekatan dengan daerah dimana manifestasi panasbumi banyak muncul. Oleh karena
itu gempa mikro yang berasal dari gempa Vulkanik-A, Vulkanik-B, Tremor maupun
guguran batuan bisa saja terjadi.

7.2. Peralatan

Peralatan yang akan digunakan selama pengukuran dan monitoring gempa mikro adalah
empat buah seismometer;

1. 3 (Tiga) alat dipasang dengan membuat jaringan segitiga, dimana lokasi rencana
bendungan berada ditengah jaringan.

2. 1 (Satu) alat seismometer disimpan di basecamp sebagai cadangan untuk


pengganti bila ada masalah dengan salah satu alat selama pengukuran.

Peralatan Digital Seismograph Short Period ini terdiri dari :

- Taurus Seismic Data Digitizer dan


- Recorder, Short Period Seismometer Lennartz Electronic GmbH tipe Le-3Dlite 3
komponen (velocity sensitive sensor),
- GPS Timing,
- Solar Panel, dan
- Accessory Cabinet dengan desain kuat dan tahan/ anti air.

Spesifikasi teknis lebih lanjut dan tampilan peralatan dapat dilihat pada Gambar 5.

Metodelogi 6
Spesifikasi Teknis Seismograph

Digitizer

Manufaktur : Nanometrics Seismological Instruments


Type : Taurus Digital Seismograph

Channel : 3 standard, field


upgradebale to 6 or
9 with external
Trident digitizer
Sampling : Simultaneous
Input Voltage : Selectable 2V, 4V,
Range 8V, 16V, 40V peak-
to-peak differential
Nominal Sensitivity : 1 count/µV (gain=1)
Hardware gain : 0.4, 1, 2, 4, 8
selectable
Input impedance : 43 k or high-Z (> 9
selectable MΩ)
Digital filter : 140 dB attenuation
at output Nyquist
Dynamic range : >141 dB @100 sps
(max sine wave
above shorted input)
Shorted input noise : 0.7 µV RMS typical at
100 sps, unity gain
Sample rates : 10, 20, 40, 50, 80,
100, 120, 200, 250,
500 sps
Software Gain : User configurable
0.001 to 100
High Pass filter : User configurable
0.001 to 1 Hz
Sensor types : Broadband active
and short period
passive
Sensor Power : Supply power pass-
through to sensor (9-
36 VDC, 1A). Over
current protected.
Sensor power can be
switched on/off from
user interface.
Auto mass : Configurable delayed Gambar 5. Taurus Digitial Seismograph
centering and immediate auto-
centering mass
position threshold
with configurable

Metodelogi 7
repeat interval and
maximum retry limit.
Timing system : Internal DCXO clock
disciplined to GPS.
Timing accuracy : <100 µsec
GPS receiver : Internal 12 channel
receiver
GPS antenna : External active
antenna supplied
with 5m cable.
Duty cycle : Auto-adaptive,
selectable always-on, 10 min,
30 min.
Compact Flash : 2 to 16 Gbyte
1.8” ATA disk drive : 40 Gbyte
Interfaces : 10/100Base-T
Ethernet, RS-232
serial1
Protocols : UDP/IP unicast/multicast
HTTP (POST and GET)
RS-232 serial with IP drivers
Power system : Protected electronic resettable fuse design with configurable low
voltage disconnect and restart, reverse battery and short circuit
protection
Ultra-low power : 750mW @ 12V, 3-channel continuous recording @100 sps, <100 µsec
mode timing precision,Compact Flash recording
Low power : 1.2W @ 12V; 3-channel continuous recording @100 sps, continuous
serial data acquisition (external geodetic GPS or equivalent), <100
µsectiming precision, internal disk or Compact Flash recording.
Communications : 2.3W typical; 3-channel continuous recording @ 100 sps, <100 µsec
mode timing precision, real-time Ethernet or serial communications
Configuration : 3.3W typical. All systems operational including colour graphics display

Metodelogi 8
Seismometer

Manufaktur : Lennartz Electronic GmbH


Type : LE-3Dlite MkII

Power supply : 10…16 V DC


unstabilized
Typical power : 8 mA (3D), 3 mA (1D)
consumption @
12 V DC
Transduction : 400V/m/s, precisely
factor adjusted
Damping : 0.707 critical, precisely
adjusted
Dimensions : 95 mm diameter, 65
mm height (1D: 85
mm dia./55 mm
height)
Weight : 1.6 kg (1D: 1.2 kg)
Temperature : -15…+60 °C
range
RMS noise @ 1 : < 3 nm/s Gambar 6 LE-3Dlite Mk II
Hz
Dynamic range : 136 dB

Gambar 7 Self Noise Seismometer


Lennartz LE-3Dlite MkII

Metodelogi 9
7.3. Penempatan Peralatan dan Akuisisi Data

Monitoring seismik dilakukan pada beberapa bulan hingga tahunan secara menerus
dengan menggunakan alat mulai dari 3 hingga 200 alat adalah hal yang biasa dilakukan
dalam studi mikro seismik untuk kegempaan, panas bumi maupun hidrokarbon. Jaringan
yang lebih luas juga dapat dikembangkan dari sasaran utama studi dengan lintasan
(raypath) memotong pusat daerah studi..

Idealnya, jaringan alat seismik (seismometer) untuk setiap stasiun terdiri dari peralatan
perekam dengan sensor 3-komponen perioda pendek (1-40 Hz) dan digital GPS sistem
waktu. Jaringan seismometer dirancang dengan bentuk poligon.

Sasaran utama perancangan jaringan adalah untuk meliput daerah studi yaitu rencana
bendungan Cipanas dengan memasang seismometer cukup dekat ke sasaran untuk
mendeteksi event dengan besaran (magnitude) rendah.
Pemasangan seismometer diusahakan sedapat mungkin dekat dengan singkapan batuan
untuk menghilangkan bising (noise) dan tingginya pelemahan gelombang seismik yang
berasosiasi dengan keberadaan formasi yang mempunyai kecepatan rendah seperti tuf,
tanah dan sedimen lainnya.
Pada daerah yang gembur/ lunak harus dibuat galian sedalam 1-2 meter kemudian pada
bagian dasar diisi batu dan disemen agar bisa kontak dengan batuan induk (country
rocks). Setelah itu baru alat seismometer diletakkan diatasnya.

Total stasiun gempabumi mikro yang di pasang adalah 8 (delapan) buah.


Untuk mikro seismik, seismometer diprogram dengan jumlah sampel 250-500
sampel/detik.
Data yang kedua diprogram dalam jumlah sampel yang berbeda yaitu 50 sampel/ detik.
Tiga buah seismometer akan dipasang dengan membuat jaringan segitiga dimana lokasi
rencana bendungan berada ditengah jaringan.
Tata letak (lay out) sementara;
- seismometer pertama dipasang di dusun Buluhpayung,
- seismometer kedua dipasang di dusun Dano,
- seismometer ketiga dipasang di dekat as-bendungan,
- seismometer 4 dan 5 dipasang di seberang sungai di dusun Somangkar dan di
bagian selatannya seperti yang diperlihatkan pada Gambar 8.

Metodelogi 10
- Juga untuk seismometer 6,7 dan 8. Jarak tiap seismometer ke lokasi bendungan
antara 2-3 km. Namun demikian penempatan alat ini akan dievaluasi kembali
setelah beberapa waktu dilakukan pengukuran di lapangan. Jaringan ini akan
mengukur mikro seismik dalam posisi tetap secara berlanjut selama enam
minggu.

S1
S2

S3
S5

S4
S8

S7
S6

Seismometer

Gambar 8. Penempatan delapan buah seismometer di lokasi rencana Cipanas.

7.4. Pengolahan Data

Data-data gelombang seismik yang telah terekam, kemudian diproses atau diolah untuk
suatu tujuan atau kepentingan tertentu. Misalnya, dengan menggunakan rekaman data
seismik gempa bumi (tektonik) dapat ditentukan pusat dan kedalaman gempa bumi yang
bersangkutan. Sedangkan pada gunung berapi dapat digunakan untuk memperkirakan
jenis aktivitas gunung berapi tersebut, seperti gerakan magma, guguran lava padat,
gejala-gejala akan terjadinya letusan dan aktivitas panas bumi, dan lain-lain.

Parameter gempa yang tercatat oleh seismograf meliputi:


 Tipe gelombang gempa: gelombang P dan S.
 Waktu datang gelombang gempa.
 Amplitudo atau simpangan maksimum dari gelombang yang tercatat.

Metodelogi 11
Dari parameter gempa yang tercatat pada seismograf, kita dapat menentukan jarak
gempa, lokasi, kekuatan, waktu terjadinya dan kedalaman suatu gempa. Melalui data
seismogram bisa didapatkan banyak informasi gempabumi sehingga diketahui parameter
gempabumi seperti: magnitude, kedalaman, lokasi, waktu asal gempabumi, termasuk
juga mekanisme fokus. Dengan menganalisis mekanime fokus, kita bisa menganalisis
sistem gaya-gaya tektonik yang bekerja pada suatu daerah.

Focal Mechanism Solutions (FMS) atau mekanisme fokus adalah hasil dari analisa
bentuk gelombang yang dihasilkan oleh gempabumi dan direkam oleh seismograf.
Sehingga dalam hal ini, mekanisme fokus, yang nantinya akan diperoleh dalam bentuk
bola fokal akan merepresentasikan karakter 3 dimensi dari gelombang seismik yang
dipancarkan. Mekanisme fokus memberikan tambahan informasi mengenai parameter
gempa bumi seperti jenis sesar gempabumi.

Jadi dari rekaman seismometer dari 3 alat seismograf yang ditempatkan di lapangan kita
dapat menentukan: Parameter gempa baik akibat oleh aktifitas tektonik, vulkanik maupun
panas bumi dan dapat juga menetukan mekanisme sumber gempa.

 Analisa Seismogram

Spektrum pada prinsipnya merupakan distribusi didalam domain frekuensi baik itu secara
distribusi amplituda, fasa, energi maupun daya dari suatu sinyal. Sehingga distribusi dari
tiap-tiap besaran tersebut adalah di dalam domain frekuensi, maka diperlukan suatu
operasi pokok transformasi Fourier, yang nantinya akan mengubah domain waktu
menjadi domain frekuensi. Di dalam domain frekuensi, perhitungan akan lebih mudah
dilakukan daripada di dalam domain waktu.

 Penentuan Episenter dan Hiposenter

Dalam menentukan posisi kejadian gempa (episenter/hiposenter) beragam metoda biasa


digunakan antara lain: metoda lingkaran dengan tiga stasiun, metoda hyperbola, metoda
titik berat, metoda gerak partikel dan metoda geiger. Untuk perhitungan ini dibutuhkan
koordinat stasiun pengamatan, model struktur kecepatan realistis yang mengkarakterisasi
area jaringan stasiun pengamatan dan setidaknya di butuhkan 3 data waktu tiba
gelombang P dan S (Tp dan Ts). Walaupun demikian, penggunaan data waktu tiba

Metodelogi 12
gelombang P saja bukan merupakan masalah jika gempa terjadi dalam area jaringan
stasiun pengamat.

Salah satu cara penentuan hiposenter adalah dengan analisis beda waktu tiba. Dasar
perhitungan hiposenter dengan analisis beda waktu menggunakan rumus sebagai berikut
: (Siswowidjoyo, S.1981)

( X – X i)2 + ( Y – Y i)2 + ( Z - Z i)2 = (t i – t0 )2 Vp2

(t i – t0 ) Vp = ( S – P )i k

Koefisien jarak (k) merupakan konstanta dari rumus Omori :

Dimana :

i = 1,2,3 dan 4 ( stasiun ke-i )

X,Y,Z = koordinat sumber gempa yang tidak di ketahui

(X,Y,Z)i = koordinat stasiun seismograf

k = koefisien jarak

ti = waktu tiba gelombang P

t0 = saat terjadinya gempa yang tidak diketahui

Vp = cepat rambat gelombang P

Vs = cepat rambat gelombang S

D = Jarak hiposenter S – P = beda waktu tiba gel S dan P

Untuk memudahkan penjelasan, diumpamakan koordinat titik sumber adalah S yaitu


Xi,Yi, Zi. Dan koordinat stasiun diumpamakan titik H yaitu X, Y, Z. Dengan kedua
koordinat tersebut, dapat di hitung panjang garis SH atau D, yaitu :

SH2 = ( Y – Y i)2 + ( X – X i)2

D2 = SH2 + ( Z - Z i)2

D2 = ( X – X i)2 + ( Y – Y i)2 + ( Z - Z i)2

Metodelogi 13
Dengan contoh penurunan rumus diatas, bila digunakan untuk kasus 3 stasiun
seismograf, di dapat 3 rumusan pula, sebagai berikut :

D2 = ( X – X 1)2 + ( Y – Y1)2 + ( Z - Z 1)2

D2 = ( X – X 2)2 + ( Y – Y2)2 + ( Z - Z 2)2

D2 = ( X – X 3)2 + ( Y – Y3)2 + ( Z - Z 3)2

Analisa dengan cara diatas memerlukan ketelitian pembacaan waktu tiba gelombang P
dan S atau lebih dikenal dengan istilah (S – P) (Siswowidjojo, 1998)

Atlas adalah suatu paket perangkat lunak untuk analisis data seismik. Software atlas
menyediakan antarmuka data grafis untuk melihat, mengedit, dan merelokasi evet
gempa yang direkam oleh jaringan seismik atau array. Selain itu software pemrosesan
dan analisa gempabumi yang menggunakan OS Windows, deteksi otomatis dan terdapat
alarm jika terjadi gempa. Dapat untuk memproses lokasi gempabumi dengan metode
multi station 3 komponen dan menganalisa spektrum gelombang dari signal seismik.
Terdapat sarana digital filter signal dan tampilan hasil analisa dalam peta.

8. LAPORAN

8.1. Laporan Mingguan

Laporan mingguan berisi semua kegiatan yang dilakukan selama seminggu termasuk di
dalamnya perjalanan, pencarian lokasi yang ideal, pemasangan alat dan analisis data
untuk memperoleh jumlah event gempa yang terjadi dalam kurun waktu seminggu.

8.2. Laporan Bulanan

Laporan bulanan adalah kumpulan kegiatan mingguan dimana event gempa sudah
dijumlahkan.

8.3. Laporan Akhir

Laporan akhir berisi semua kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengolahan,
hasil analisis, peta-peta hingga kesimpulan dari seluruh kegiatan.

Metodelogi 14

Anda mungkin juga menyukai