Anda di halaman 1dari 4

REVIEW JURNAL

“PERAN PETA KERENTANAN BENCANA TSUNAMI UNTUK


PEMETAAN KADASTER DI WILAYAH PESISIR BANTEN”

Oleh :
Liadira Kusuma Widya 3513100006
Aji Kusumaning Asri 3513100026
Elpidia Agata 3513100071

Dosen :
Yanto Budisusanto, ST. M.Eng.

KADASTER A

JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2014
0
PERAN PETA KERENTANAN BENCANA TSUNAMI UNTUK PEMETAAN KADASTER DI WILAYAH PESISIR
BANTEN
Oleh : Kris Sunarto
Geospatial Information Agency (BIG)

Kepastian tanda batas kepemilikan tanah diperlukan untuk mencegah konflik yang signifikan. Ada
tiga alasan pokok prioritas surta diantaranya mendesaknya kebutuhan lahan yang akan dipetakan,
ketersediaan data, sarana prasarana dan dana yang terbatas dan tingkat kemudahan maupun kesulitan
dalam pelaksanaan. Oleh karena itu perlu adanya berbagai pendekatan yang dilakukan yaitu
pertimbangan nilai fungsi penting maupun sifat dinamika perubahan status lahan. Berikut ini hal-hal
yang mendukung perlunya cara prioritas seperti :
a. Tenaga kerja sarjana yang siap pakai dengan jumlah banyak baik tenaga dari negara atau pihak
outsoursing.
b. Sarana dan prasarana surta seperti alat ukur, alat pantau, alat rekam, yang sudah semakin canggih
dan mudah dioperasikan didukung dengan tempat kegiatan surta, adanya titik-titik geodesi dalam
berbagai level dan peta-peta garis sebagai data dasar survey dan pemetaan akan yang
memperlancar pemetaan dengan cepat dan akurat.
c. Adanya penarikan dana kepada masyarakat jika khas negara tidak mencukupi.
d. Hambatan yang timbul dari kemudahan dan kelimpahan serta kelemahan kooerdinasi yang
membekukan aktivitas.

Latar belakang
Wilayah pesisir Banten sangat bervariatif, mulai dari wilayah yang sangat cepat berkembang sampai
yang masih sangat terbelakang. Wilayah pesisir Banten memiliki potensi terjadinya bencana tsunami
baik dalam skala kecil ataupun besar khususnya wilayah pesisir barat dan utara yang didominasi
kawasan bisnis, kawasan industri dan kawasan pemukiman yang berbeda dengan wilayah pesisir selatan
yang didominasi oleh lahan pertanian. Mengetahui adanya potensi terjadinya tsunami maka
dibutuhkanlah peta kerentanan dengan data pemanfaatan lahan yang dapat memberikan informasi
tentang daerah yang perlu diprioritaskan yang meliputi daerah berprioritas tinggi, sedang dan rendah.
Dengan adanya pemetaan kadaster disertai kebijakan sistem prioritas digunakan untuk meminimalkan
resiko kerusakan atau hilangnya tanda batas kepemilikan tanah oleh bencana alam.

Metode
Dalam penelitian ini ada beberapa data yang digunakan diantaranya :
a. Peta Batas Administrasi dari RBI Digital 1 : 25000, khususnya wilayah kecamatan pesisir wilayah
Provinsi Banten. Produksi BAKOSURTANAL
b. Citra radar, khususnya adalah SRTM imagery
c. Peta Ketinggian tempat berskala 1 : 25000 hasil klasifikasi dari citra SRTM
d. Peta Kelas Lereng berskala 1 : 25000 hasil klasifikasi dari citra SRTM
e. Citra berskala besar Ikonos/Quickbird
Setelah mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, langkah selanjutnya adalah mengklasifikasi
peta digital dan peta ketinggian lereng kemudian scoring. Langkah selajutnya melakukan analisis /

1
overlay yang menghasilkan kompilasi peta kerentanan terhadap bencana tsunami, kemudian dilakukan
teknis prioritas menggunakan skor prioritas yang pada akhirnya menghasilkan peta arahan prioritas
untuk pemetaan kadaster.

Analisa
Dengan menggunakan teknik scoring antara peta ketinggian dan lereng dapat di hasilkan peta
kerentanan terhadap bencana tsunami yang dalam analisa ini didapatkan jika tinggi gelombang
tsunaminya mencapai 5 meter maka gambar peta yang dihasilkan juga berbeda dan dampak kerusakan
yang terjadi lebih parah . Sebaliknya, jika tinggi gelombang tsunami mencapai 2.5 m maka kerusakan
yang dihasilkan juga lebih rendah.
Urutan Prioritas Pelaksanaan Pemetaan Kadaster
a. Wilayah perkotaan/Ibu Negara dan Propinsi
b. Kota dan tepi kota, kawasan wisata
c. Kawasan komersial dan industri
d. Pemukiman khusus dan desa padat
e. Pedesaan-perkampungan-pekarangan
f. Sawah-lading-tegal
g. Perkebunan dan hutan produksi
h. Wilayah pesisir datar ancaman tsunami dengan perkampungan
i. Wilayah pesisir yang ulai berkembang
j. Areal pertambangan
k. Perbukitan dan semak belukar, lahan marginal
l. Pegununganan, hutan serta laut dangkal

Jumlah penduduk yang selalu bertambah di wilayah pesisir Banten, berdampak pada pertumbuhan
jumlah persil tanah sehingga menyebabkan persil tanah tersebut terpecah-pecah. Pemekaran wilayah
administrasi akibat otonomi daerah menyebabkan adanya perubahan status kepemilikan tanah yang
berpengaruh pada kebutuhan pemetaan kadaster baru. Beban kerumitan pemetaan kadastral dengan
skala besar dan tingkat revisi baik untuk kepentingan hukum atau pajak membutuhkan tempo yang
sangat cepat.
Peningkatan intensitas tsunami berbanding lurus dengan luas wilayah terdampak sehingga semakin
tinggi intensitas tsunami maka semakin luas pula wilayah terdampaknya. Prioritas pemetaan kadaster
tergantung pada kerusakan wilayah akibat kontaminasi obyek terhadap air laut yang sampai saat ini
dianggap tidak ringan. Daerah Pantai Utara banten merupakan wilayah yang relatif bebas tsunami
sehingga sangat prospektif untuk kawasan industri, pemukiman dan bisnis. Untuk wilayah pesisir barat
provinsi Banten memiliki tiga kelas prioritas dimana kawasan industri berpenduduk padat dan kawasan
wisata berpenduduk padat menduduki prioritas tertinggi, kawasan pertanian dan perkampungan
menduduki prioritas sedang dan wilayah yang belum terbangun menduduki prioritas terendah.
Sedangkan untuk wilayah pesisir selatan Banten pada umumnya merupakan perbukitan yang masih
berkembang sehingga prioritas pemetaan kadasternya sangat rendah.

2
Kesimpulan
Prioritas wilayah untuk dilakukan pemetaan kadastrial dapat diketahui atas dasar kualitas,
kepentingan serta potensi ekonomis lahan. Kajian peta lereng dan peta ketinggian merupakan dasar
asumsi kerentanan bencana tsunami di wilayah pesisir Banten yang luas wilayah terdampaknya
bergantung pada kondisi topografis setempat. Tingkat kerentanan bencana tsunami dapat dijadikan
dasar pertimbangaan penentuan prioritas dengan alasan apakah bencana tersebut bisa merusak tanda
batas pemilikan lahan atau tidak, karena kerusakan tanda batas merupakan sumber konflik ketahanan
negara. Kerentanan wilayah pesisir Barat Provinsi Banten yang merupakan kawasan industri penting
sangat diprioritaskan dibanding kawasan pesisir selatan yang hanya didominasi oleh lahan pertanian.
Selain itu di wilayah pesisir utara Banten yang merupakan daerah berpotensi ekonomi tinggi juga sangat
diprioritaskan untuk dilakukan pemetaan kadastral. Sehingga dalam hal ini pemetaan kadatral sangat
perlu dilakukan untuk menjadi bahan pertimbangan terhadap kebijakan pembuatan peta kerentanan
bencana tsunami khususnya di wilayah pesisir Banten.

Daftar Pustaka
Anonim. 2007. Geographical Information System (GIS) Workbook, Vol. I, October 2007
Bakosurtanal. 1992. Spesifikasi Teknis Pembuatan Data Digital Rupa Bumi secara Fotogrametris
Keperluan Pembentukan Large Scale Digital Topographic Database dan Peta Digital Rupabumi
skala 1 : 5000, Dokumen No. 25/1992 ISSN No. 0126-4982
Gabriel Triwibowo. 2006. Merenungkan 45 Thun Setelah UUPA Diundangkan, Badan Pertanahan
Nasional, jakarta, 31 Oktober 2006
Institut Teknologi Bandung. 2007. Kelompok Keilmuan Surveying dan Kadaster, Fakultas Ilmu dan
teknologi Kebumian, Bandung.
Sunarno. 2002 Koordinasi dan Kerjasama antar Instansi Pemetaan dalam Mewujudkan Sistem Informasi
Perpetaan Penataan Ruang. Keynote speech Menkimpraswii, Lokakarya Perpetaan untuk
Mendukung Penataan Ruang Nasional, Jakarta, 17 Juli 2002.
Tamtomo. 2007. Survei Potensi Tanah pada Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Jakarta, 14
Pebruari 2007

Anda mungkin juga menyukai