1,2022
ISSN 2442-3262
ABSTRAK
Permukiman sejak lama telah menjadi salah satu kebutuhan utama bagi masyarakat.
Peningkatan kebutuhan akan lahan permukiman pada lokasi studi disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti peningkatan pertumbuhan penduduk, ketersediaan lahan, dan sebagai kawasan peruntukan
permukiman menurut arahan RTRW Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2013-2033. Selain itu, wilayah
lokasi studi merupakan akses utama menuju Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Likupang,
dimana kawasan ini diarahkan sebagai pusat investasi dengan tujuan sebagai penggerak ekonomi, yang
berarti tingkat aktivitas masyarakat cukup tinggi sehingga memiliki potensi pengembangan wilayah.
Namun terdapat resiko penyimpangan fungsi kawasan jika proses pengembangan kawasan permukiman
dilakukan tanpa adanya kajian atau arahan yang memadai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi kesesuaian lahan permukiman eksisting dengan menggunakan arahan kesesuaian lahan,
yang didapatkan dari analisis kemampuan dan kesesuaian lahan dengan menggunakan dua jenis metode,
yakni metode spasial dan deskripti kuantitatif. Hasilnya arahan kesesuaian lahan yang mendominasi
wilayah lokasi studi adalah Arahan Kawasan Lindung dengan total luas 13.694,78 Ha. Sedangkan kelas
kesesuaian lahan permukiman yang mendominasi lokasi studi adalah Kelas Sangat Sesuai, yakni seluas
299,17 Ha pada Kecamatan Kalawat, 487,34 Ha pada Kecamatan Airmadidi, 352,64 Ha pada
Kecamatan Kauditan dan 185,77 Ha pada Kecamatan Kema. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
sebagian besar kawasan permukiman yang ada telah menempati lahan yang memiliki kesesuaian untuk
kawasan permukiman, sehingga proses pembangunan tetap dapat dilakukan dengan mengikuti tata batas
sesuai arahan yang ada agar tercipta kawasan permukiman yang aman berkelanjutan dan tidak
berdampak negatif terhadap lingkungan.
Kata Kunci: Evaluasi, Kemampuan, Kesesuaian, Lahan, Permukiman
ABSTRACT
Settlement has long been one of the main needs for the community. The increasing need for
settlement land is caused by several factors, such as increase in population, land availability, and North
Minahasa Regency Spatial Plan (RSP) 2013-2033 that make District of Kalawat, Airmadidi dan
Kauditan as the settlement area designation location. In addition, the study area act as the main access
to the National Tourism Strategic Area (NTSA) of Likupang, in which this area is directed as an
investment center with the aim of being an economic driver. However there is a risk of deviation from
the main function of the area if the process of developing a settlement area is not supported by adequate
studies and directionsThe purpose of this research is to evaluate the land suitability of the existing
settlements using land suitability directions, which are obtained from the analysis of land suitability
and capability using two types of methods, namely spatial methods and quantitative descriptions.The
result is that the land suitability directive that dominates the study area is the Protected Area Directive
with a total area of 13.694,78 Ha. While the land suitability class for settlements that dominates the
study location is the Very Appropriate Class, which is 299,17 Ha in Kalawat District, 487,34 Ha in
Airmadidi District, 352,64 Ha in Kauditan District and 185,77 Ha in Kema District. These results
indicate that most of the existing residential areas have occupied land that has a suitability for a
settlement area.
Keywords: Capability, Evaluation, Land, Settlement, Suitability
penunjang kehidupan. Dimana kriteria kawasan Kestabilan Pondasi, SKL Ketersediaan Air,
permukiman menurut Peraturan Menteri SKL Untuk Drainase, SKL Pembuangan
Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2007 Limbah, SKL Terhadap Erosi, dan SKL
sebagai berikut: Bencana Alam.
1. Tidak memiliki keadaan muka bumi
berbentuk yang sangat bergelombang Kesembilan SKL kemudian digunakan sebagai
(kelerengan <25%); input data untuk menghasilkan klasifikasi
2. Memiliki pasokan air dengan jumlah kemampuan lahan, dengan pembobotan di
yang cukup, dimana air yang dikelola setiap SKL sebagai berikut:
oleh pemerintah suplai air di antara 60
– 100 liter/orang/hari; Tabel 1 Pembobotan SKL
3. Berlokasi di luar kawasan rawan
bencana;
4. Tidak memiliki kualitas drainase
buruk;
5. Berlokasi di luar atau jauh dari wilayah
perairan, rel kereta dan bandara serta Sumber: Hasil Analisa, 2021
fasilitas penerbangan lainnya
6. Berlokasi di luar kawasan lindung; Menggunakan nilai maksimum dan minimum
7. Berlokasi di luar kawasan budidaya dari total nilai yang sudah didapatkan
pertanian/penyangga; selanjutnya dibuat beberapa kelas, dengan nilai
8. Berlokasi jauh dari sawah irigasi minimum yang dapat diperoleh adalah 32 dan
teknis. nilai maksimum yang dapat diperoleh adalah
160, dengan pembagian klasifikasi menurut
Kemampuan Lahan nilai yang dihasilkan sebagai berikut:
Kemampuan lahan adalah penilaian
karakteristik suatu lahan (tanah) secara Tabel 2 Klasifikasi Kemampuan Lahan
sistematis dengan indikator – indikator yang
berperan sebagai faktor – faktor penghambat
atau sebagai potensi dengan hasil akhir
pengelompokan kualitas atau sifat lahan. Proses
penghitungan karakteristik lahan yang
dilakukan dengan sistematis, menghasilkan
kategori-kategori dilihat berdasarkan sifat dari
potensi dan hambatan dengan penggunaan yang Sumber: Hasil Analisa, 2021
berkelanjutan dikenal sebagai Klasifikasi
Kemampuan Lahan (Soil Society of America, Kesesuaian Lahan
1982 dalam Sitorus, 1985: 67). Tujuan utama Kesesuaian lahan merupakan penilaian
dari klasifikasi kemampuan lahan adalah untuk terhadap suatu lahan, dilihat penggunaan dan
mengetahui jenis kegiatan atau aktivitas yang pemanfaatannya apakah telah sesuai dan
dapat dilakukan dilihat dari potensi dan dan arahan-arahan yang dan peruntukannya atau
pembatasnya agar dapat berkelanjutan. Dalam tidak. Kemudian menurut (FAO 1976),
melakukan klasifikasi kemampuan lahan, maka klasifikasi kesesuaian lahan adalah proses
diperlukan satuan kemampuan lahan, atau membandingkan persyaratan penggunaan lahan
lokasi/wilayah yang dikelompokan berdasarkan yang diinginkan dengan kualitas lahan di lokasi
kesamaan karakteristik atau sifat-sifat dari atau wilayah pengembangan. Dalam Modul
lahan yang ada. Menurut Modul Terapan Terapan Permen. PU Nomor 20 Tahun 2007
Permen. PU Nomor 20 Tahun 2007 yang sebagai acuan, dimana terdapat 7 (tujuh)
digunakan sebagai acuan, terdapat sembilan tahapan analisis yang harus dilalui, yakni:
analisis satuan kemampuan lahan (SKL) yang Arahan Tata Ruang Pertanian, Arahan Rasio
harus dilalui untuk menghasilkan kemampuan Tutupan Lahan, Arahan Ketinggian Bangunan,
lahan, yakni: SKL Morfologi, SKL Kemudahan Arahan Pemanfaatan Air Baku, Perkiraan Daya
Dikerjakan, SKL Kestabilan Lereng, SKL Tampung Lahan, Persyaratan Pembatas
Pengembangan, dan Evaluasi Penggunaan fisik lahan dari kawasan perkebunan secara
Lahan yang Ada terhadap Arahan Kesesuaian umum memiliki kesamaan dengan kriteria
Lahan, dengan hasil akhir arahan kesesuaian kawasan perkebunan/resapan air, hanya
lahan. Rumus sturges kemudian digunakan saja kawasan perkebunan diprioritaskan
untuk menghitung banyaknya proyeksi kelas sebagai kawasan perkebunan sehingga sulit
dalam analisis kesesuaian lahan, dapat dilihat untuk dilakukan pengembangan kawasan
dibawah ini. terbangun, namun masih memungkinkan.
4. Kawasan perkebunan/permukiman terbatas
merupakan kawasan merupakan wilayah
yang diarahkan sebagai lahan budidaya
khususnya budidaya pertanian, seperti
tanaman pangan seperti sawah dan kebun
campuran. Lahan pada kawasan ini
Dan berikut dibawah ini merupakan uraian memiliki kemampuan pengembangan
karakteristik serta faktor potensi dan pembatas lahan yang agak tinggi sehingga selain
dari masing-masing kelas arahan kesesuaian memiliki fungsi budidaya pertanian,
lahan: kawasan ini juga dapat difungsikan sebagai
lahan kawasan permukiman. Namun
1. Kawasan lindung merupakan kawasan pengembangan kawasan permukiman pada
dengan karakteristik lahan dengan kawasan ini harus dilakukan secara terbatas
morfologi gunung/pegunungan, dan sesuai kebutuhan lahan permukiman.
kemiringan lereng >40%, terletak pada 5. Kawasan permukiman merupakan wilayah
ketinggian >1.500 mdpl, dan memiliki jenis dengan lahan yang diprioritaskan sebagai
tanah yang mudah terkena erosi. Secara lokasi pengembangan kawasan
umum kawasan lindung difungsikan permukiman. Lahan pada kawasan ini
sebagai wilayah perlindungan bagi sumber memiliki kemampuan pengembangan yang
daya alam, contohnya hutan lindung atau sangat tinggi, hal ini karena kawasan ini
hutan suaka, sehingga tidak dapat dijadikan merupakan kawasan yang paling sesuai
sebagai lokasi pengembangan kawasan dilihat dari karakteristik fisik lahan yang
budidaya khususnya kawasan terbangun telah dinilai berdasarkan aspek kemampuan
karena karakteristik fisik lahannya yang dan kesesuaian lahan.
dapat menjadi faktor penghambat.
2. Kawasan perkebunan/resapan air Arahan Peruntukan Kawasan Permukiman
merupakan kawasan yang dapat berfungsi berdasarkan RTRW Kabupaten Minahasa
sebagai kawasan lindung dan budidaya dan Utara 2013-2033
terletak di antara kawasan lindung dan Dalam RTRW Kabupaten Minahasa Utara
kawasan budidaya. Contoh budidaya pada 2013-2033 dijelaskan bahwa perkembangan
kawasan ini seperti hutan produksi terbatas, permukiman, baik perkotaan (urban settlement)
perkebunan (tanaman keras), kebun campur ataupun perdesaan (rural settlement) harus
dan lain-lain. Kawasan perkebunan/resapan berdasarkan pada permukiman saat ini (existing),
air biasanya berlokasi di bukit/perbukitan, dengan Kawasan Siap Bangun (KASIBA) dan
dan merupakan lahan yang memiliki faktor Lingkungan Siap Bangun (LISIBA) di
penghambat untuk dikembangkan sebagai Kecamatan Kalawat, Airmadidi, Kauditan,
kawasan terbangun, namun memiliki Talawaan dan Wori. Kebutuhan ruang untuk
potensi budidaya kawasan perkebunan kawasan permukiman berdasarkan hasil analisis
tanpa resiko memberikan dampak negatif hingga akhir tahun perencanaan 2027 adalah
bagi kawasan lindung di sekitarnya. seluas 4.561,48 Ha, tersebar di seluruh wilayah
3. Kawasan perkebunan merupakan wilayah kecamatan.
yang dikembangkan sebagai lahan
budidaya tanaman tahunan, seperti hutan Evaluasi Kesesuaian Lahan Permukiman
produksi tetap, hutan tanaman industri, terhadap Arahan Kesesuaian Lahan
hutan rakyat, perkebunan (tanaman keras), Dalam penelitian ini, evaluasi yang
dan tanaman buah – buahan. Karakteristik dimaksud adalah penilaian kesesuaian lahan
Dengan melihat arahan kesesuaian lahan untuk Dengan melihat arahan kesesuaian lahan untuk
arahan kawasan permukiman, kelas kawasan arahan kawasan permukiman, kelas kawasan
permukiman dan perkebunan/Permukiman permukiman dan perkebunan/Permukiman
terbatas Kecamatan Kalawat memiliki total luas terbatas Kecamatan Airmadidi memiliki total
845,34 Ha, serta kawasan permukiman luas 1.392,32 Ha, serta kawasan permukiman
eksisting yang masuk ke dalam kelas eksisting yang masuk ke dalam kelas
kesesuaian lahan permukiman yang memiliki kesesuaian lahan permukiman yang memiliki
potensi pengembangan, yakni kelas sangat potensi pengembangan, yakni kelas sangat
sesuai dan cukup sesuai memiliki total luas sesuai dan cukup sesuai memiliki total luas
430,75 Ha. Maka artinya Kecamatan Kalawat 507,47 Ha, maka artinya Kecamatan Airmadidi
masih memiliki 414,59 Ha lahan yang sesuai masih memiliki 884,85 Ha lahan yang dapat
untuk dijadikan lokasi pengembangan kawasan dijadikan lokasi pengembangan kawasan
permukiman. Berikut ini Peta Evaluasi permukiman. Berikut ini Peta Evaluasi
Kesesuaian Lahan permukiman Terhadap Kesesuaian Lahan permukiman Terhadap
Arahan Kesesuaian lahan Kecamatan Kalawat. Arahan Kesesuaian lahan Kecamatan
Airmadidi.
Anonim, 2007. Pedoman Kriteria Teknis Wirawan, R., Kumurur V., Warouw F., 2019.
Kawasan Budidaya Peraturan Daya Dukung Lingkungan Berbasis
Menteri Nomor 41/PRT/M/2007. Kemampuan Lahan Di Kota Palu.
Departemen Pekerjaan Umum. Jurnal Spasial Vol 6. Nomor 1,
Jakarta. 2019. Fakultas Teknik Universitas
Sam Ratulangi. Manado.
Anonim, 2008. Modul Terapan Pedoman
Teknik Analisis Aspek Fisik & Missah, R., Sela, R., dan Takumansang, E.
Lingkungan, Ekonomi Serta Sosial 2019. Analisis Kesesuaian Lahan
Budaya Dalam Penyusunan Permukiaman Berdasarkan
Rencana Tata Ruang. Direktorat Rencana Tata Ruang Wilayah
Jenderal Penataan Ruang. Jakarta. (RTRW) Kabupaten Minahasa
Tenggara (Studi Kasus: Kecamatan
Anonim, 2010. “Buku Rencana Tata Ruang Ratahan). Jurnal SPasial Vol 6,
Wilayah Kabupaten Minahasa Utara Nomor 2, 2019. Fakultas Teknik
2010-2030”. Dinas Pekerjaan Umum Universitas Sam Ratulangi.
Dan Perumahan Rakyat. Minahasa Manado.
Utara, Sulawesi Utara:
Da Costa, A., Mononimbar W., Takumansang
Kowal, R., Rogi, O., Karongkong H., 2019. E., 2016. Analisis Kesesuaian
Evaluasi Kesesuaian Lahan Lahan permukiman Kabupaten
permukiman Di Kecamatan Luwuk Sorong. Jurnal Spasial Vol 6,
Selatan, Kabupaten Banggai, Nomor 3, 2016. Fakultas Teknik
Sulawesi Tengah. Jurnal Spasial Vol Universitas Sam Ratulangi.
6. Nomor 3, 2019 ISSN 2442-3262, Manado.
12. Fakultas Teknik Universitas Sam
Ratulangi. Manado. Welang, C., Mononimbar W., Poli H., 2016.
Kesesuaian Lahan permukiman
Satria, M., Rahayu, S., 2013. Evaluasi Pada Kawasan Rawan Bencana
Kesesuaian Lahan permukiman Di Gunung Berapi Di Kota Tomohon.
Kota Semarang Bagian Selatan. Jurnal Spasial Vol 3, Nomor 3,
Journal Vo. 2, Nomor 1 (2013). 2016. Fakultas Teknik Universitas
Departemen Geografi Lingkungan, Sam Ratulangi. Manado.
Fakultas Geografi, Universitas
Gadjah Mada. Kabupaten Sleman, Minggu, J., Poluan R., Supardjo S., 2019.
DIY. Analisis Kesesuaian Lahan Di
Kabupaten Minahasa Selatan (Studi
Nurkholis, A., 2016. Analisis Kemampuan Dan Kasus: Kecamatan Amurang Timur,
Kesesuaian Lahan, Di Das Sembung. Kecamatan Amurang, dan
Kabupaten Sleman. DIY: Kecamatan Amurang Barat). Jurnal
Departemen Geografi Lingkungan, Spasial Vol 6, Nomor 3, Tahun
Fakultas Geografi, Universitas 2019. Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada. Sam Ratulangi. Manado.