Anda di halaman 1dari 10

Analisis DPSIR Terhadap Kemampuan Lahan

Untuk Pengembangan Wilayah Kecamatan Maluk


Arya Ibnu Hamdi1, Anissyah2
Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Muhammadiyah Mataram, Email: aryaibnuhamdi15@ummat.ac.id

INFO ARTIKEL ABSTRAK

Abstrak : Kecamatan Maluk salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat,
Kata Kunci:
Nusa Tenggara Barat. Dalam pelaksanaan pembangunan dari waktu ke waktu, peranan atau
Analisis DPSIR fungsi lahan sebagai “ruang” tempat pelaksanaan kegiatan pembangunan semakin penting.
Kondisi tersebut membuat Kecamatan Maluk menjadi lokasi berprospek tinggi bagi para
Kemampuan Lahan pengembang industri pertambangan karena akan dibangun industri smelter. Penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk melihat kemampuan lahan di Kecamatan Maluk menggunakan
Kecamatan Maluk satuan kemampuan lahan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) dari berbagai kriteria. Hasil
analisis satuan kemampuan lahan telah diperoleh hasil Zona I kemampuan tinggi
dikembangkan dengan luas 1.303,12 ha, Zona II kemampuan cukup dikembangkan dengan
Keywords: luas 2.309,77 ha, Zona III kemampuan sedang untuk dikembangkan dengan luas 1.850,20
ha, Zona IV kemampuan kurang mampu dikembangkan dengan luas 1.637,61 ha. Dan Zona V
Analysis DPSIR tidak mampu dikembangkan dengan luas 0,29 ha. Selanjutnya akan dilakukan analisis DPSIR
(Driving Force-Pressure-State-Impact-Respon) adalah suatu kerangka umum untuk
Land Ablility mengorganisir informasi tentang keadaan lingkungan. Berdasarkan hasil analisis DPSIR
terdapat tiga isu yang berkembang dimasyarakat sebagai faktor pemicu di Kecamatan Maluk,
Maluk District yaitu: Kondisi infrastruktur jalan dengan startegi meningkatkan ketersediaan infrastruktur,
Kerawanan bencana dengan strategi mitigasi bencana dan Kenaikan harga lahan akibat
pembangunan smelter dengan strategi optimalisasi lahan.

Abstract: Maluk District is one of the sub-districts in West Sumbawa Regency, West Nusa
Tenggara. In the implementation of development from time to time, the role or function of land
as a "space" where the implementation of development activities is increasingly important.
These conditions make Maluk District a high-prospective location for mining industry
developers because a smelter industry will be built. This research was conducted with the aim
to see the ability of land in the District of Maluk using land capability units with Geographic
Information Systems (GIS) of various criteria. The results of the analysis of land capability units
have obtained the results of Zone I high capacity developed with an area of 1,303.12 ha, Zone
II capability sufficiently developed with an area of 2,309.77 ha, Zone III capability is being
developed with an area of 1,850.20 ha, Zone IV capability of underprivileged developed with
an area of 1,637.61 ha. And Zone V cannot be developed with an area of 0.29 ha.
Furthermore, DPSIR (Driving Force-Pressure-State-Impact-Response) analysis is a general
framework for organizing information about the state of the environment. Based on the DPSIR
analysis there are three issues that develop in the community as a trigger factor in Maluk
Subdistrict, namely: Road infrastructure conditions with strategies to increase infrastructure
availability, Disaster vulnerability with disaster mitigation strategies and land price increases
due to smelter construction with land optimization strategies.

——————————  ——————————
BAB I PENDAHULUAN melakukan perubahan guna mewujudkan kondisi
1.1 Latar Belakang yang lebih baik.
Pembangunan dan pengembangan wilayah Dalam pelaksanaan pembangunan dari
merupakan dinamika daerah menuju kemajuan waktu ke waktu, peranan atau fungsi lahan sebagai
yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut “ruang” tempat pelaksanaan kegiatan
merupakan konsekuensi logis dalam memajukan pembangunan semakin penting. Tuntutan
kondisi sosial, ekonomi dan fisik suatu daerah itu kebutuhan hidup penduduk untuk mencapai
sendiri. Pembangunan juga sering diartikan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi semakin
sebagai suatu perubahan dan merupakan sesuatu banyak, sehingga volume dan jenis kegiatan
yang semestinya terjadi dalam masyarakat, baik semakin banyak yang memerlukan ruang.
masyarakat maju maupun masyarakat yang sedang Bersamaan dengan volume dan jenis kegiatan
berkembang. Pembangunan sebagai upaya untuk
1
ekonomi yang meningkat tersebut, jumlah sumber daya alam dengan menelaah kemampuan
penduduk semakin bertambah pula. dan kesesuaian lahan agar pemanfaatan lahan
Disamping itu pertumbuhan penduduk yang dapat dilakukan secara optimal dengan tetap
semakin meningkat mendorong masyarakat untuk memperhatikan keseimbangan ekosistem.
melaksanakan aktivitas ekonomi, untuk memenuhi Data-data yang dibutuhkan dalam aspek fisik
kebutuhannya guna mencapai kesejahteraan. dan lingkungan ini adalah: Klimatologi, Topografi,
Kecamatan Maluk salah satu kecamatan Geologi, Hidrologi, Sumber Daya Mineral/Bahan
yang berada di Kabupaten Sumbawa Barat dengan Galian, Bencana Alam, dan Penggunaan Lahan.
luas wilayah 3.885,41 Ha. Kecamatan Maluk 2.2 Analisis DPSIR
terbagi menjadi lima desa yaitu Desa Pasir Putih, Pada tahun 1994, Organizational for
Desa Maluk, Desa Bukit Damai, Desa Mantun, dan Economic Co-operation and Development (OECD)
Desa Benete. Jumlah penduduk berdasarkan hasil mempublikasikan bahwa model awal dari indikator
sensus 2015 sebanyak 13.156 jiwa, dalam kondisi lingkungan adalah dalam susunan
perkembangannya yaitu pada tahun 2019 14.646 Pressure-State-Response (PSR), yang didefinisikan
jiwa. sebagai aktivitas-aktivitas manusia yang
Selanjutnya jika dilihat dari sudut komposisi memberikan pressure terhadap lingkungan
penggunaan lahan Kecamatan Maluk, maka sehingga menyebabkan perubahan terhadap
dominasi penggunaan lahan di Kecamatan Maluk kualitas dan kuantitas sumber daya alam.
dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok
besar, yaitu lahan terbangun dan lahan tidak
terbangun.
Oleh karena itu perlu diketahui faktor
pemicu, tekanan terhadap lingkungan yang
dihasilkan, keadaan lingkungan, dampak yang
dihasilkan dari perubahan lingkungan dan
kemungkinan adanya respon dari masyarakat
untuk memberikan informasi yang jelas dengan
menggunakan analisis DPSIR untuk Gambar 2.1 Model DPSIR
pengembangan wilayah Kecamatan Maluk. DPSIR model adalah sebuah model yang
1.2 Maksud dan Tujuan digunakan dalam sebuah penugasan untuk
1.3.1 Maksud menentukan berbagai macam indikator yang akan
Adapun maksud dari penelitian yang dipilih untuk mendapatkan hasil akhir dari
dilakukan di Kecamatan Maluk Kabupaten penugasan (Kristensen, 2004) dan (Gabrielsen &
Sumbawa Barat adalah untuk menganalisis Bosch, 2003).
DPSIR terhadap sumber daya lahan. Driving forces mendeskripsikan sosial,
1.3.2 Tujuan demografi dan pengembangan ekonomi dalam
Adapun tujuan dari penelitian yang masyarakat dan perubahan yang sama dalam gaya
dilakukan di Kecamatan Maluk adalah untuk hidup, pola produksi dan konsumsi di seluruh
menentukan faktor pemicu, tekanan terhadap tingkatan. Dalam melaksanakan perubahan yang
lingkungan yang dihasilkan, keadaan sama di seluruh tingkatan, diperlukan primary
lingkungan, dampak yang dihasilkan dari driving forces dan secondary driving forces yang
perubahan lingkungan dan kemungkinan saling mendukung kebutuhan masing-masing.
adanya respon dari masyarakat melalui analisis Secara spesifik dari sudut pandang primary driving
DPSIR. forces: (i) dapat berupa pertumbuhan dan
pengembangan populasi dan aktivitas dari setiap
BAB II TINJAUAN PUSTAKA individu, (ii) dapat menyebabkan perubahan di
2.1 Kemampuan Lahan seluruh tingkatan produksi dan konsumsi.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Sedangkan dari sudut pandang secondary driving
No. 20/PRT/M/2007 tentang Teknik Analisis Aspek forces dapat berupa alat transportasi, tempat
Fisik & Lingkungan, Ekonomi Serta Sosial Budaya hiburan dan budaya.
Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang Pressure, Driving forces membawa aktivitas-
menjelaskan bahwa analisis aspek dan lingkungan aktivitas manusia seperti transportasi dan produksi
adalah analisa untuk mengenali karakteristik makanan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
2
Aktivitas-aktivitas inilah yang menyebabkan 3.2 Pendekatan Penelitian
pressure mempengaruhi lingkungan, sebagai Pendekatan yang digunakan adalah metode
akibat dari proses produksi atau konsumsi yang deskriptif dengan analisis kuantitatif dan kualitatif
dapat dibagi menjadi 3 tipe: penggunaan sumber untuk melihat secara umum wilayah studi guna
daya alam yang berlebihan, perubahan terhadap mendapatkan informasi langsung berdasarkan
lahan yang digunakan, emisi (bahan kimia, sampah teknik-teknik pengambilan data yang digunakan.
hasil produksi, radiasi dan polusi suara) terhadap 3.3 Metode Pengumpulan Data
udara, air dan tanah. Metode pengumpulan data menurut ahli
State, Setelah aktivitas-aktivitas manusia metode pengumpulan data berupa suatu
memaksa terjadi perubahan terhadap lahan dan pernyataan (statement) tentang sifat, keadaan,
menimbulkan emisi, maka keadaan dari kegiatan tertentu dan sejenisnya. Pengumpulan
lingkungan akan terpengaruh. Pengaruh yang data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
ditimbulkan menyebabkan kualitas dan kuantitas dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan
dari kondisi fisika, biologi dan kimia menjadi penelitian (gulo, 2002: 10).
berubah. Seperti kualitas udara, air dan tanah Untuk melengkapi data dan informasi yang
serta ekosistem dan kesehatan manusia sendiri. diperoleh, maka dapat dilakukan dengan survey
Impact, Setelah keadaan fisika, kimia dan skunder. Kegiatan survey skunder dilakukan untuk
biologi dari lingkungan berubah, maka akan mendapatkan data kepustakaan dan literatur yang
berpengaruh terhadap fungsi dari lingkungan, berkaitan dengan semua aspek objek penelitian.
seperti kualitas ekosistem dan kesehatan manusia, Survey skunder dilakukan ke instansi-instasi yang
ketersediaan sumber daya dan biodiversity. terkait atau dalam lingkup penelitian.
Impact digunakan untuk mendeskripsikan 3.4 Metode Analisis Data
perubahan-perubahan, dalam kondisi ini, polusi Analisis dilakukan untuk memahami kondisi
udara yang menyebabkan perubahan unsur-unsur pembentuk runag serta hubungan
keseimbangan radiasi, peningkatan temperatur sebab akibat terbentuknya kondisi ruang wilayah,
udara belum dapat dikatakan impact. Suatu dengan memperhatikan kebijaksanaan
keadaan bisa dikatakan impact jika ketersediaan pembangunan wilayah yang ada. Dalam penelitian
spesies di udara, air dan darat berubah dan dapat ini menggunakan alat:
mempengaruhi manusia serta kesehatannya dalam
menggunakan sumber daya. 1. Analisis GIS
Response, Response mengacu kepada Overlay adalah prosedur penting dalam
respon-respon dari masyarakat baik secara individu analaisis SIG (Sistem Informasi Geografis).
maupun berkelompok. Sebuah respon dari Metode overlay adalah suatu sisitem
masyarakat atau pembuat kebijakan merupakan informasi dalam bentuk grafis yang dibentuk
hasil dari dampak yang tidak diinginkan dan dapat dari penggabungan berbagai peta individu
mempengaruhi bagian mana saja dari sebuah (memiliki informasi/database yang spesifik).
rantai diantara driving forces dan impacts. Overlay peta dilakukan minimal dengan 2
Beberapa respon-respon dari masyarakat akan jenis peta yang berbeda secara teknis
ditanggapi sebagai respon negatif karena respon- dikatakan harus ada polygon yang terbentuk
respon tersebut bertujuan membuat model baru dari 2 jenis peta yang dioverlaykan. Jika
yang lebih umum dalam pola konsumsi dan dilihat data atributnya, maka akan terdiri dari
produksi. Responrespon lain akan ditanggapi informasi peta pembentukya (Prahasta, Eddy.
sebagai respon positif apabila bertujuan untuk 2006).
meningkatkan efisiensi dari produk-produk dan
proses-proses, melalui pengembangan dan
pelaksanaan teknologi yang sehat untuk
masyarakat.

BAB III METODELOGI PENELITIAN


3.1 Lokasi Penlitian
Lokasi Penelitian yang dilakukan berada di,
Kecamatan Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat,
Gambar 3.1 Simulasi Overlay GIS
Nusa Tenggara Barat.
3
2. Analisis Kemampuan Lahan
Dalam menganalisis satuan
kemammpuan lahan Data-data yang
dibutuhkan dalam aspek fisik dan lingkungan
ini adalah: Klimatologi, Topografi, Geologi,
Hidrologi, Sumber Daya Mineral/Bahan
Galian, Bencana Alam, dan Penggunaan
Lahan. Setelah itu diberi bobot lalu
melakukan overlay dengan aplikasi ArcGIS.
3. Analisis DPSIR (Driving, Pressure, State,
Impact dan Response).
Untuk mengetahui faktor pemicu,
tekanan terhadap lingkungan yang
dihasilkan, keadaan lingkungan, dampak Gambar 4.1 Administrasi Kecamatan Maluk
yang dihasilkan dari perubahan lingkungan
dan kemungkinan adanya respon dari 4.1.2 Aspek Fisik Lingkungan
A. Topografi
masyarakat untuk memberikan informasi
yang jelas dengan menggunakan analisis Kondisi topografi suatu wilayah yang sangat
DPSIR. berpengaruh dalam kesesuaian lahan dan banyak
mempengaruhi penataan lingkungan alami. Kondisi
BAB IV PEMBAHASAN topografi berpengaruh terhadap terjadinya longsor
4.1 Gambaran Umum Wilayah dan terhadap kontruksi bangunan serta kestabilan
4.1.1 Luas Wilayah tanah. Dilihat dari topografi, Kecamatan Maluk
Kecamatan Maluk terbagi menjadi lima desa yaitu berada di ketinggian 0 hingga 750 mdpl. Untuk
Maluk, Benete, Bukit Damai, Mantun dan Pasir lebih jelasnya dapat dilihat pada peta berikut.
Selain itu Kondisi lereng berpengaruh terhadap
Putih dengan luas sekitar 3.885, 41 Ha.
Batas-batas Kecamatan Maluk yaitu: terjadinya longsor dan terhadap kontruksi
bangunan serta kestabilan tanah. Dilihat dari
Sebelah Utara : Kecamatan Jereweh
Sebelah Barat : Selat Alas topografi, Kecamatan Maluk berada di ketinggian
Sebelah Selatan : Kecamatan Sekongkang 0-2% hingga 25-40%. Untuk lebih jelasnya dapat
Sebelah Timur : Kecamatan Jereweh dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2 Kemiringan Lereng
Tabel 4.1 Nama Desa dan Luas Wilayah No Kemiringan Keterangan
No Nama Desa Luas (Ha) Lereng
1. Maluk 963, 49 1. 0-2% Datar
2. Benete 1.537, 31 2. 2-5% Landai
3. Bukit damai 326, 32 3. 5-15% Agak Curam
4. Mantun 494, 17 4. 15-25% Curam
5. Pasir Putih 564, 12 5. 25-40% Sangat Curam
Jumlah 3. 885, 41 Sumber: RTRW Kab. Sumbawa Barat
Sumber: Analisis ArcGIS, 2020 B. Klimatologi
Dari tabel diatas Desa Benete merupakan Kecamatan Maluk termasuk salah satu
desa terluas yang mencapai 1.537, 31 Ha dan daerah yang beriklim tropis dipengaruhi oleh 2
yang terkecil yaitu Desa Bukit Damai dengan luas musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.
326, 32 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada 200 188
135
peta berikut. 150 Curah Hujan
100 59
20 815 713 815 28 21
50 114 212 3 25 13 Hari Hujan
0 (hari)
Juli
Februari

Mei
Juni
Januari

April

Agustus
Maret

Oktober
November
Desember
September

Gambar 4.2 Klimatologi Kecamatan Maluk

4
C. Geologi untuk dikembangkan dan sebagai acuan bagi
Adapun jenis geologi yang ada di Kecamatan arahan kesesuaian lahan. Untuk lebih jelasnya
Maluk dapat dikelompokkan dalam tiga jenis yaitu: dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.4 Bobot Satuan Kemampuan Lahan
1. Aluvium dan Endapan Pantai: jenis geologi
No Satuan Kemampuan Lahan Bobot
ini cenderung bertekstur kasar yang dekat
1. SKL Morfologi 5
dengan aliran air yang diendapkan oleh 2. SKL Kemudahan Dikerjakan 1
sungai maupun diendapkan oleh laut. 3. SKL Kestabilan Lereng 5
2. Batuan Gunung Api Tua: jenis geologi ini 4. SKL Kestabilan Pondasi 3
biasanya berbutir halus atau memiliki 5. SKL Ketersediaan Air 5
lubang-lubang yang ditinggalkan. Batuan 6. SKL Drainase 5
ini salah satu jenis batuan yang paling
7. SKL Terhadap Erosi 3
umum ditemukan di permukaan bumi,
8. SKL Pembuangan Limbah 0
khususnya di lautan.
9. SKL Bencana Alam 5
D. Hidrologi
Di Kecamatan Maluk terdapat 1 titik lokasi Sumber: Peraturan Menteri PU
mata air yang terdapat di Desa Bukit Damai yang No.20/PRT/M/2007
mengaliri desa lainnya melalui jaringan sungai. Kesembilan SKL tersebut akan diberikan
Dapat dilihat pada peta berikut. skor dan di overlay sehingga akan menghasilkan
E. Bencana Alam peta kemampuan lahan kawasan. Pembagian
Potensi bencana yang terdapat di kelasifikasi berdasarkan dari total nilai, dibuatkan
Kecamatan Maluk yaitu bencana alam tsunami dan beberapa kelas yang memperhatikan nilai
pergerakan tanah tinggi. Rawan Bencana Tsunami minimum dan maksimum dari nilai total.
Maluk diklasifikasikan menjadi dua yaitu, tsunami 1. SKL Morfologi
dengan jarak hingga 10 meter dan tsunami kedua Tujuan analisis satuan kemampuan
10 hingga 20 meter. morfologi adalah memilah bentuk bentang
F. Penggunaan Lahan alam/morfologi pada perkotaan Maluk atau
kawasan perencanaan yang mampu untuk
Adapun jenis penggunaan lahan yang ada di
dikembangkan sesuai dengan fungsinya.
Kecamatan Maluk dapat dilihat pada tabel dan Berikut adalah hasil analisis SKL morfologi.
peta penggunaan lahan berikut ini. Tabel 4.5 Hasil Analisis SKL Morfologi
Tabel 4.3 Penggunaan Lahan Morfologi Kelerengan SKL Morfologi
No Penggunaan Lahan Luas (Ha)
Satuan Nilai Satuan Nilai Kemampuan Nilai
1 Hutan Lindung 77,32
Datar 5 0-2% 5 Kemampuan 5
2 Hutan Produksi tetap 157,90 Lahan Tinggi
3 Hutan Produksi Terbatas 685,46 Perbukitan 2 2-5% 4 Kemampuan 4
4 Permukiman 129,28 Lahan
Cukup
5 Sawah 397,31 Pegunungan 1 5-15% 3 Kemampuan 3
6 Perkebunan 168,45 Lahan
Sedang
7 Tegalan 2082,53 15- 2 Kemampuan 2
8 Lapangan 1,70 25% Lahan
9 Komersial 8,71 Kurang
25- 1 Kemampuan 1
10 Pertambangan 123,96 40% Lahan
11 Pergudangan 19,48 Rendah
12 Perkantoran 2,81 Sumber: Hasil Analisis, 2020
13 Pendidikan 5,45
14 Peribadatan 1,50
15 Pelayanan Umum 3,71
16 Kawasan Wisata 19,82
Total 3.885,41
Sumber: Hasil Olahan Arcgis, 2020

4.2 Kemampuan Lahan


Dalam hal ini untuk mengalisis kemampuan
lahan mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan
Umu No.20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknik
Anlisis Fisik & Lingkungan. Tujuan dari Analisis
Satuan Kemampuan Lahan (SKL) adalah untuk
memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan
5
Gambar 4.3 Satuan Kemampuan Lahan Morfologi

2. SKL Kemudahan Dikerjakan


Tujuan analisa SKL Kemudahan
dikerjakan adalah untuk mengetahui tingkat
kemudahan lahan di wilayah atau kawasan
untuk digali atau dimatangkan dalam proses
pengembangan kawasan.
Tabel 4.6 Hasil Analisis SKL Kemudahan
Dikerjakan
Jenis Tanah Kelerengan Topografi SKL Kemudahan
Dikerjakan
Satuan Nilai Satuan Nilai Satuan Nilai Kemampuan Nilai
Litosol 3 0-2% 5 0-100 5 Kemampuan 5
m Lahan Tinggi Gambar 4.5 Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan
2-5% 4 100- 3 Kemampuan 4
250 m Lahan Sedang Lereng
5-15% 3 250- 2 Kemampuan 3
500 m Lahan Rendah
15- 2 500- 1 Kemampuan 2 4. SKL Kestabiilan Pondasi
25% 750 m Lahan Sangat Tujuan analisis satuan kemampuan
25- 1 Rendah
40% lahan pondasi adalah untuk mengetahui
Sumber: Hasil Analisis, 2020 tingkat kemampuan lahan untuk mendukung
bangunan berat dalm pengembangan
perkotaan, serta jenis-jenis pondasi yang
sesuai untuk masing-masing tingkatan.
Tabel 4.8 Hasil Analisis SKL Kestabilan Pondasi

Sumber: Hasil Analisis, 2020


Gambar 4.4 Satuan Kemampuan Lahan
Kemudahan Dikerjakan

3. SKL Kestabilan Lereng


Tujuan analisis kesetabilan lereng
adalah untuk mengetahui tingkat
kemantapan lereng diwilayah pengembangan
dalam menerima beban.
Tabel 4.7 Hasil Analisis SKL Kestabilan Lereng
Topografi Kelerengan Morfologi SKL Kestabilan
Lereng
Satuan Nilai Satuan Nilai Satuan Nilai kemampuan Nilai
0-100 5 0-2% 5 Datar 5 Kemampuan 5
m Lahan Tinggi
100- 3 2-5% 4 Perbukitan 2 Kemampuan 4 Gambar 4.6 Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan
250 m Lahan Pondasi
Sedang
250- 2 5-15% 3 Pegunungan 1 Kemampuan 3
500 m Lahan 5. SKL Ketersediaan Air
Kurang
500- 1 15- 2 Kemampuan 2 Tujuan analisis SKL ketersediaan air
750 m 25% Lahan adalah untuk mengetahui tingkat
25- 1 Rendah
40% ketersediaan dan kemampuan penyediaan
Sumber: Hasil Analisis, 2020 air pada masing-masing tingkatan, guna
pengembangan kawasan.

6
Tabel 4.9 Hasil Analisis SKL Ketersediaan Air
Guna Lahan Curah Hujan DAS SKL Ketersediaan 7. SKL Terhadap Erosi
Air
Lahan Nilai mm/ Nilai Kondisi Nilai Kemampuan Nilai Tujuan mengetahui ketahanan lahan
tahun
Terbangun 1 0-750 1 Baik 5 Ketersediaan 3
terhadap erosi adalah untuk memperoleh
Merata Air Sedang gamabaran batasan pada masing-masing
Non 2 750- 2 Ketersediaan 4
Terbangun 1250 Air Cukup tingkatan kemampuan terhadap erosi,
Sumber: Hasil Analisis, 2020 mengetahui daerah yang peka terhadap
erosi. Pada kawasan erosi tinggi artinya
tingkatan kikisan atau kerentanan terhadap
terjadinya erosi tinggi, sehingga sangat
berbahaya apabila dijadikan sebagai
kawasan permukiman atau budidaya.
Tabel 4.11 Hasil Analisis SKL Terhadap Erosi

Gambar 4.7 Satuan Kemampuan Lahan Sumber: Hasil Analisis, 2020


Ketersediaan Air
6. SKL Drainase
Tujuan anlisis Satuan Lemampuan
Lahan Drainase adalah untuk mengetahui
tingkatan kemampuan lahan dalam
mengalirkan air hujan secara alami, sehingga
kemungkinan genangan baik bersisfat lokal
maupun meluas dapat dihindari.
Tabel 4.10 Hasil Analisis SKL Drainase
Topografi Kelerengan Curah Hujan SKL Drainase
Satuan Nilai Satuan Nilai mm/ Nilai Kemampuan Nilai
tahun
0-100 5 0-2% 5 0- 1 Kemudahan 3
m 750 Drainase
Tinggi Gambar 4.9 Satuan Kemampuan Lahan Terhadap
100- 3 2-5% 4 750- 2 Kemudahan 2
250 m 1250 Drainas Erosi
250- 2 5-15% 3 Cukup
500 m
500- 1 15- 2
8. SKL Pembuangan Limbah
750 m 25% Tujuan analisis satuan kemamapuan
25- 1
40% pembuangan limbah adalah untuk
Sumber: Hasil Analisis, 2020 mengetahui daerah-daerah yang mampu
untuk ditempati sebagai lokasi
penampungan akhir dan pengolahan limbah
pada maupun cair.
Tabel 4.12 Hasil Analisis SKL Pembuangan Limbah

Sumber: Hasil Analisis, 2020


Gambar 4.8 Satuan Kemampuan Lahan Drainase
7
aspek fisik di Kecamatan Maluk diperoleh hasil
total nilai kemampuan lahan dengan
menggabungkan setiap item atau kesembilan
satuan kemampuan lahan dengan teknik overlay.
Nilai dari masing-masing SKL akan di kalikan
dengan bobot SKL itu sendiri, yang kemudian hasil
tersebut akan dijumlahkan dengan keseluruhan
SKL. Berikut adalah penentuan nilai kemampuan
lahan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.14 Hasil Analisis Satuan Kemampuan
Lahan
No Zona Klasifikasi Kemampuan Luas
Lahan
Gambar 4.10 Satuan Kemampuan Lahan 1 Zona V Tidak Mampu 0,29
Pembuangan Limbah Dikembangkan
2 Zona IV Kurang Mampu 1637,61
Dikembangkan
9. SKL Bencana Alam 3 Zona III Kemampuan Sedang 1850,20
Tujuan analisis satuan kemampuan Dikembangkan
lahan terhadapa bencana alam adalah untuk 4 Zona II Cukup Mampu 2309,77
Dikembangkan
mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam
5 Zona I Kemampuan Tinggi 1303,12
menerima bencana alam khususnya dari sisi Dikembangkan
geologi, untuk menghindari atau mengurang Sumber: Hasil Analaisis, 2020
kerugian dari korban akibat adanya bencana
tersebut. Selain itu analisis ini juga
bermanfaat dalam antisipasi ataupun
menghindari pemanfaatan lahan yang
berpotensi terjadinya bencana alam.
Tabel 4.13 Hasil Analisis SKL Rawan Bencana

Gambar 4.12 Kemampuan Lahan Kecamatan


Sumber: Hasil Analisis, 2020 Maluk
4.3 Analisis DPSIR (Driving, Pressure, State,
Impact dan Response)
DPSIR (Driving Force-Pressure-State-Impact-
Respon) adalah suatu kerangka umum untuk
mengorganisir informasi tentang keadaan
lingkungan. Kerangka berpikir dalam proses DPSIR
merupakan model memberikan konteks yang
general dan dapat diterapkan pada berbagai
masalah wilayah. Analisi DPSIR terdiri dari 5 bagian
yaitu;
a. Driving Force (Faktor Pemicu)
Menjelaskan tentang isu-isu yang sedang
Gambar 4.11 Satuan Kemampuan Lahan Rawan berkembang di masyarakat.
Bencana b. Pressur (tekanan) Menjawab tentang
pertanyaan mengapa terjadi
Berdasarkan dari hasil kajian satuan permasalahan tersebut.
kemampuan lahan (SKL) yang mengacu pada
8
c. State (Kondisi Eksisting) State dilihat pada gambar 4.13 mengenai bagan analisis
menjelaskan mengenai apa yang terjadi DPSIR Peningkatan Infrastruktur Jalan.
dan keadaan lingkungan pada saat ini.
d. Impact (dampak) Merupakan dampak Pressures
yang timbul dengan adanya isu dan Belum meningkatnya
kondisi yang sangat
penaggulangan isu. Driving Forces
mempengaruhi
Masih banyak jalan yang
e. Responese (tanggapan) Adalah apa saja kurang baik
yang harus dilakukan untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan yang terjadi
State
dengan melibatkan stakeholders. • Jalan yang rusak
Pendekatan ini didasarkan pada konsep • Kurangnya akses jalan
Response
rantai hubungan sebab akibat yang dimulai dengan • Pemenuhan prasarana
faktor pendukung yang dalam pengembangan yang masih kurang akses
jalan
sumber daya lahan di Kecamatan Maluk. • Meningkatkan kondisi Impact
Analisis DPSIR di Kecamatan Maluk telah jalan yang rusak Jalan yang rusak menuju
• Perbaiakan jalan tempat wisata
disusun berdasarkan masing-masing mengakibabkat kesulitan
permasalahan dan isu yang berkembang di pengunjung untuk sampai
tujuan
masyarakat sebagai faktor pemicu dan rumusan
strategi sebagai respon. Gambar 4.13 Bagan Analisis DPSIR Peningkatan
Adapun permasalahan dan isu yang Infrastruktur Kondisi Jalan di Kecamatan Maluk
berkembang dimasayarakat sebagai faktor pemicu Dari penjelasan diatas strategi yang tepat
di Kecamatan Maluk: guna perkembangan wilayah Kecamatan Maluk
1) Kondisi infrastruktur jalan yaitu dengan meningkatkan ketersediaan
Dalam pengaruhnya terhadap infrastruktur dengan berbagai kegiatan, yaitu.
kemampuan lahan, kondisi jalan sangat 1 Melakukan perbaikan jalan
mempengaruhi lahan yang mempunyai 2 Pemenuhan prasarana yang masih kurang.
kemampuan tinggi untuk pengembangan Analisis DPSIR Kerawanan Bencana
suatu wilayah. Kerwanan bencana yang ada di Kecamtan
2) Kerawanan bencana Maluk yaitu bencana longsor karna lokasi
Kondisi topografi yang datar dan dekat permukiman yang dekat dengan bukit. Untuk lebih
pantai menjadikan Kecamatan Maluk jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.14 mengenai
rawan terhadap bencana longsor. bagan analisis DPSIR kerawanan bencana.
3) Kenaikan harga lahan akibat
Pressures
pembangunan smelter Menimbulkan masalah
Adanya pembangunan smelter yang bencana alam terhadap
kerusakan infrastruktur,
dimana telah masuk dalam RPJMN Driving Forces
rumah dan lain-lain.
Rawan bencana longsor
(Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional), dan berlokasi di
empat desa yaitu sebagian Desa Maluk, State
Bukit Damai, Mantun, dan Benete dengan Adanya sebagian
permukiman yang yang
luas 850ha. Lokasi industri smelter ini dekat dengan perbukitan
berada pada kemampuan lahan zona I Response
dan zona II yang menjadikan kenaikan • Perlunya pengetahuan
Kesiapsiagaan bila
harga lahan di Kecamatan Maluk. terjadinya longsor Impact
Adapun rincian terhadap analisis DPSIR Rawan bencana longsor
yang ada mengakibabkat
untuk Kecamatan Maluk dapat dilihat uraian ketidaknyaman masyarakt
berikut. yang tinggal di dekat bukit

Analisis DPSIR Kondisi Infrastruktur Jalan


Kurangnya peningkatan kondisi jalan, masih Gambar 4.14 Bagan Analisis DPSIR Kerawanan
bnyaknya jalan yang rusak sehingga masyarakat Bencana
susah mengakses jalan tersebut, apalagi jalan Dari penjelasan diatas strategi yang tepat
tersebut menghubungkan wisata pantai di guna perkembangan wilayah Kecamatan Maluk
Kecamatan Maluk. Untuk lebih jelasnya dapat
9
yaitu dengan mitigasi bencana dengan berbagai BAB V PENUTUP
kegiatan, yaitu. Kesimpulan
1 Perlunya kesiapsiagaan masyarakat 1) Analisis kemampuan lahan di Kecamatan Maluk
terhadap bencana dengan sembilan kriteria yaitu, satuan
2 Melakukan pemetaan terhadap lokasi kemampuan lahan morfologi, kemudahan
rawan bencana dikerjakan, kestabilan lereng, kestabilan
Analisis DPSIR Kenaikan Harga Lahan Akibat pondasi, ketersediaan air, drainase, terhadap
Pembangunan Smelter erosi, pembuangan limbah, dan bencana alam
Kenaikan harga lahan akan terjadi bila yang menghasilkan lima zona kemampuan
suatu wilayah menjadi pusat perkotaan, karena lahan di Kecamatan Maluk yaitu.
dilihat dari kemampuan lahan tersebut.  Zona I kemampuan tinggi dikembangkan
Kemampuan lahan pada zona I dan zona II dengan luas 1.303,12 ha.
merupakan lokasi akan dibangunnya industri  Zona II kemampuan cukup dikembangkan
smelter. pembangunan smelter yang dimana telah dengan luas 2.309,77 ha.
masuk dalam RPJMN (Rencana Pembangunan  Zona III kemampuan sedang untuk
Jangka Menengah Nasional), dan berlokasi di dikembangkan dengan luas 1.850,20 ha.
empat desa yaitu sebagian Desa Maluk, Bukit  Zona IV kemampuan kurang mampu
Damai, Mantun, dan Benete dengan luas 850ha. dikembangkan dengan luas 1.637,61 ha.
Industri smelter bukan industri eksploitasi, tidak  Zona V tidak mampu dikembangkan dengan
ada sumber daya alam yang akan berdampak pada luas 0,29 ha.
alam. Terlebih akan dibangun juga industri 2) Analisis DPSIR terdapat tiga isu yang
turunannya yang akan menolah limbah industri berkembang dimasyarakat sebagai faktor
smelter. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pemicu di Kecamatan Maluk, yaitu.
gambar 4.15 mengenai bagan analisis DPSIR
 Kondisi infrastruktur jalan dengan startegi
Kenaikan Harga Lahan
meningkatkan ketersediaan infrastruktur.
Pressures  Kerawanan bencana dengan strategi mitigasi
Karena rencana
pembangunan smelter yang
bencana
Driving Forces menjadi meningkatnya  Kenaikan harga lahan akibat pembangunan
Kenaikan harga lahan ekonomi masyarakat dan
karena akan dibangunnya tenaga kerja
smelter dengan strategi optimalisasi lahan
industri smelter
DAFTAR PUSTAKA
State
• Rencana pembangunan Prahasta, Eddy. 2006. Sistem Informasi Geografis
smelter menyebabkan (Membangun Web Based GIS dengan
Response terjadinya harga lahan
• Untuk mengurangi meningkat karena untuk Mapserver). Bandung : CV. Informatika.
dampak masyarakat dan bermukimnya para Prahasta, Eddy. 2005. Konsep - Konsep
pemerintah menetapkan tenaga kerja.
lahan pertanian pangan
Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung :
berklanjutan agar CV. Informatika.
menetapkan lahan yang
Impact Kecamatan Maluk Dalam Angka 2016-2020.
tidak bisa di bangun.
Dampak yang timbul yaitu Kantor Badan Pusat Statistik
berkurangnya atau
terjadinya alih fungsi lahan Kabupaten Sumbawa Barat.
yang awalnya pertanian Departemen Pekerjaan Umum. 2007. Peraturan
menjadi lahan terbangun.
Menteri Pekerjaan Umum No.
20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis
Gambar 4.15 Bagan Analisis DPSIR Kenaikan
Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan,
Harga Lahan Akibat Pembangunan Smelter
Ekonomi Serta Sosial Budaya dalam
Dari penjelasan diatas strategi yang tepat
Penyususnan Rencana Tata Ruang. Jakarta.
guna perkembangan wilayah Kecamatan Maluk
Gulo, W. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: PT.
yaitu dengan optimalisasi lahan dengan berbagai
Grasindo.
kegiatan, yaitu.
Oecd 1993. Decision Support System and Expert
1 Menjaga ketahanan pangan yang
Systems: Management Support Systems. 4th
berkelanjutan
Ed. Prentice Hall international, Inc.
2 Membuat kebijakan lahan pertanian
pangan berkelanjutan (LP2B).
10

Anda mungkin juga menyukai