Abstrak : Kecamatan Maluk salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat,
Kata Kunci:
Nusa Tenggara Barat. Dalam pelaksanaan pembangunan dari waktu ke waktu, peranan atau
Analisis DPSIR fungsi lahan sebagai “ruang” tempat pelaksanaan kegiatan pembangunan semakin penting.
Kondisi tersebut membuat Kecamatan Maluk menjadi lokasi berprospek tinggi bagi para
Kemampuan Lahan pengembang industri pertambangan karena akan dibangun industri smelter. Penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk melihat kemampuan lahan di Kecamatan Maluk menggunakan
Kecamatan Maluk satuan kemampuan lahan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) dari berbagai kriteria. Hasil
analisis satuan kemampuan lahan telah diperoleh hasil Zona I kemampuan tinggi
dikembangkan dengan luas 1.303,12 ha, Zona II kemampuan cukup dikembangkan dengan
Keywords: luas 2.309,77 ha, Zona III kemampuan sedang untuk dikembangkan dengan luas 1.850,20
ha, Zona IV kemampuan kurang mampu dikembangkan dengan luas 1.637,61 ha. Dan Zona V
Analysis DPSIR tidak mampu dikembangkan dengan luas 0,29 ha. Selanjutnya akan dilakukan analisis DPSIR
(Driving Force-Pressure-State-Impact-Respon) adalah suatu kerangka umum untuk
Land Ablility mengorganisir informasi tentang keadaan lingkungan. Berdasarkan hasil analisis DPSIR
terdapat tiga isu yang berkembang dimasyarakat sebagai faktor pemicu di Kecamatan Maluk,
Maluk District yaitu: Kondisi infrastruktur jalan dengan startegi meningkatkan ketersediaan infrastruktur,
Kerawanan bencana dengan strategi mitigasi bencana dan Kenaikan harga lahan akibat
pembangunan smelter dengan strategi optimalisasi lahan.
Abstract: Maluk District is one of the sub-districts in West Sumbawa Regency, West Nusa
Tenggara. In the implementation of development from time to time, the role or function of land
as a "space" where the implementation of development activities is increasingly important.
These conditions make Maluk District a high-prospective location for mining industry
developers because a smelter industry will be built. This research was conducted with the aim
to see the ability of land in the District of Maluk using land capability units with Geographic
Information Systems (GIS) of various criteria. The results of the analysis of land capability units
have obtained the results of Zone I high capacity developed with an area of 1,303.12 ha, Zone
II capability sufficiently developed with an area of 2,309.77 ha, Zone III capability is being
developed with an area of 1,850.20 ha, Zone IV capability of underprivileged developed with
an area of 1,637.61 ha. And Zone V cannot be developed with an area of 0.29 ha.
Furthermore, DPSIR (Driving Force-Pressure-State-Impact-Response) analysis is a general
framework for organizing information about the state of the environment. Based on the DPSIR
analysis there are three issues that develop in the community as a trigger factor in Maluk
Subdistrict, namely: Road infrastructure conditions with strategies to increase infrastructure
availability, Disaster vulnerability with disaster mitigation strategies and land price increases
due to smelter construction with land optimization strategies.
—————————— ——————————
BAB I PENDAHULUAN melakukan perubahan guna mewujudkan kondisi
1.1 Latar Belakang yang lebih baik.
Pembangunan dan pengembangan wilayah Dalam pelaksanaan pembangunan dari
merupakan dinamika daerah menuju kemajuan waktu ke waktu, peranan atau fungsi lahan sebagai
yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut “ruang” tempat pelaksanaan kegiatan
merupakan konsekuensi logis dalam memajukan pembangunan semakin penting. Tuntutan
kondisi sosial, ekonomi dan fisik suatu daerah itu kebutuhan hidup penduduk untuk mencapai
sendiri. Pembangunan juga sering diartikan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi semakin
sebagai suatu perubahan dan merupakan sesuatu banyak, sehingga volume dan jenis kegiatan
yang semestinya terjadi dalam masyarakat, baik semakin banyak yang memerlukan ruang.
masyarakat maju maupun masyarakat yang sedang Bersamaan dengan volume dan jenis kegiatan
berkembang. Pembangunan sebagai upaya untuk
1
ekonomi yang meningkat tersebut, jumlah sumber daya alam dengan menelaah kemampuan
penduduk semakin bertambah pula. dan kesesuaian lahan agar pemanfaatan lahan
Disamping itu pertumbuhan penduduk yang dapat dilakukan secara optimal dengan tetap
semakin meningkat mendorong masyarakat untuk memperhatikan keseimbangan ekosistem.
melaksanakan aktivitas ekonomi, untuk memenuhi Data-data yang dibutuhkan dalam aspek fisik
kebutuhannya guna mencapai kesejahteraan. dan lingkungan ini adalah: Klimatologi, Topografi,
Kecamatan Maluk salah satu kecamatan Geologi, Hidrologi, Sumber Daya Mineral/Bahan
yang berada di Kabupaten Sumbawa Barat dengan Galian, Bencana Alam, dan Penggunaan Lahan.
luas wilayah 3.885,41 Ha. Kecamatan Maluk 2.2 Analisis DPSIR
terbagi menjadi lima desa yaitu Desa Pasir Putih, Pada tahun 1994, Organizational for
Desa Maluk, Desa Bukit Damai, Desa Mantun, dan Economic Co-operation and Development (OECD)
Desa Benete. Jumlah penduduk berdasarkan hasil mempublikasikan bahwa model awal dari indikator
sensus 2015 sebanyak 13.156 jiwa, dalam kondisi lingkungan adalah dalam susunan
perkembangannya yaitu pada tahun 2019 14.646 Pressure-State-Response (PSR), yang didefinisikan
jiwa. sebagai aktivitas-aktivitas manusia yang
Selanjutnya jika dilihat dari sudut komposisi memberikan pressure terhadap lingkungan
penggunaan lahan Kecamatan Maluk, maka sehingga menyebabkan perubahan terhadap
dominasi penggunaan lahan di Kecamatan Maluk kualitas dan kuantitas sumber daya alam.
dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok
besar, yaitu lahan terbangun dan lahan tidak
terbangun.
Oleh karena itu perlu diketahui faktor
pemicu, tekanan terhadap lingkungan yang
dihasilkan, keadaan lingkungan, dampak yang
dihasilkan dari perubahan lingkungan dan
kemungkinan adanya respon dari masyarakat
untuk memberikan informasi yang jelas dengan
menggunakan analisis DPSIR untuk Gambar 2.1 Model DPSIR
pengembangan wilayah Kecamatan Maluk. DPSIR model adalah sebuah model yang
1.2 Maksud dan Tujuan digunakan dalam sebuah penugasan untuk
1.3.1 Maksud menentukan berbagai macam indikator yang akan
Adapun maksud dari penelitian yang dipilih untuk mendapatkan hasil akhir dari
dilakukan di Kecamatan Maluk Kabupaten penugasan (Kristensen, 2004) dan (Gabrielsen &
Sumbawa Barat adalah untuk menganalisis Bosch, 2003).
DPSIR terhadap sumber daya lahan. Driving forces mendeskripsikan sosial,
1.3.2 Tujuan demografi dan pengembangan ekonomi dalam
Adapun tujuan dari penelitian yang masyarakat dan perubahan yang sama dalam gaya
dilakukan di Kecamatan Maluk adalah untuk hidup, pola produksi dan konsumsi di seluruh
menentukan faktor pemicu, tekanan terhadap tingkatan. Dalam melaksanakan perubahan yang
lingkungan yang dihasilkan, keadaan sama di seluruh tingkatan, diperlukan primary
lingkungan, dampak yang dihasilkan dari driving forces dan secondary driving forces yang
perubahan lingkungan dan kemungkinan saling mendukung kebutuhan masing-masing.
adanya respon dari masyarakat melalui analisis Secara spesifik dari sudut pandang primary driving
DPSIR. forces: (i) dapat berupa pertumbuhan dan
pengembangan populasi dan aktivitas dari setiap
BAB II TINJAUAN PUSTAKA individu, (ii) dapat menyebabkan perubahan di
2.1 Kemampuan Lahan seluruh tingkatan produksi dan konsumsi.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Sedangkan dari sudut pandang secondary driving
No. 20/PRT/M/2007 tentang Teknik Analisis Aspek forces dapat berupa alat transportasi, tempat
Fisik & Lingkungan, Ekonomi Serta Sosial Budaya hiburan dan budaya.
Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang Pressure, Driving forces membawa aktivitas-
menjelaskan bahwa analisis aspek dan lingkungan aktivitas manusia seperti transportasi dan produksi
adalah analisa untuk mengenali karakteristik makanan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
2
Aktivitas-aktivitas inilah yang menyebabkan 3.2 Pendekatan Penelitian
pressure mempengaruhi lingkungan, sebagai Pendekatan yang digunakan adalah metode
akibat dari proses produksi atau konsumsi yang deskriptif dengan analisis kuantitatif dan kualitatif
dapat dibagi menjadi 3 tipe: penggunaan sumber untuk melihat secara umum wilayah studi guna
daya alam yang berlebihan, perubahan terhadap mendapatkan informasi langsung berdasarkan
lahan yang digunakan, emisi (bahan kimia, sampah teknik-teknik pengambilan data yang digunakan.
hasil produksi, radiasi dan polusi suara) terhadap 3.3 Metode Pengumpulan Data
udara, air dan tanah. Metode pengumpulan data menurut ahli
State, Setelah aktivitas-aktivitas manusia metode pengumpulan data berupa suatu
memaksa terjadi perubahan terhadap lahan dan pernyataan (statement) tentang sifat, keadaan,
menimbulkan emisi, maka keadaan dari kegiatan tertentu dan sejenisnya. Pengumpulan
lingkungan akan terpengaruh. Pengaruh yang data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
ditimbulkan menyebabkan kualitas dan kuantitas dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan
dari kondisi fisika, biologi dan kimia menjadi penelitian (gulo, 2002: 10).
berubah. Seperti kualitas udara, air dan tanah Untuk melengkapi data dan informasi yang
serta ekosistem dan kesehatan manusia sendiri. diperoleh, maka dapat dilakukan dengan survey
Impact, Setelah keadaan fisika, kimia dan skunder. Kegiatan survey skunder dilakukan untuk
biologi dari lingkungan berubah, maka akan mendapatkan data kepustakaan dan literatur yang
berpengaruh terhadap fungsi dari lingkungan, berkaitan dengan semua aspek objek penelitian.
seperti kualitas ekosistem dan kesehatan manusia, Survey skunder dilakukan ke instansi-instasi yang
ketersediaan sumber daya dan biodiversity. terkait atau dalam lingkup penelitian.
Impact digunakan untuk mendeskripsikan 3.4 Metode Analisis Data
perubahan-perubahan, dalam kondisi ini, polusi Analisis dilakukan untuk memahami kondisi
udara yang menyebabkan perubahan unsur-unsur pembentuk runag serta hubungan
keseimbangan radiasi, peningkatan temperatur sebab akibat terbentuknya kondisi ruang wilayah,
udara belum dapat dikatakan impact. Suatu dengan memperhatikan kebijaksanaan
keadaan bisa dikatakan impact jika ketersediaan pembangunan wilayah yang ada. Dalam penelitian
spesies di udara, air dan darat berubah dan dapat ini menggunakan alat:
mempengaruhi manusia serta kesehatannya dalam
menggunakan sumber daya. 1. Analisis GIS
Response, Response mengacu kepada Overlay adalah prosedur penting dalam
respon-respon dari masyarakat baik secara individu analaisis SIG (Sistem Informasi Geografis).
maupun berkelompok. Sebuah respon dari Metode overlay adalah suatu sisitem
masyarakat atau pembuat kebijakan merupakan informasi dalam bentuk grafis yang dibentuk
hasil dari dampak yang tidak diinginkan dan dapat dari penggabungan berbagai peta individu
mempengaruhi bagian mana saja dari sebuah (memiliki informasi/database yang spesifik).
rantai diantara driving forces dan impacts. Overlay peta dilakukan minimal dengan 2
Beberapa respon-respon dari masyarakat akan jenis peta yang berbeda secara teknis
ditanggapi sebagai respon negatif karena respon- dikatakan harus ada polygon yang terbentuk
respon tersebut bertujuan membuat model baru dari 2 jenis peta yang dioverlaykan. Jika
yang lebih umum dalam pola konsumsi dan dilihat data atributnya, maka akan terdiri dari
produksi. Responrespon lain akan ditanggapi informasi peta pembentukya (Prahasta, Eddy.
sebagai respon positif apabila bertujuan untuk 2006).
meningkatkan efisiensi dari produk-produk dan
proses-proses, melalui pengembangan dan
pelaksanaan teknologi yang sehat untuk
masyarakat.
Mei
Juni
Januari
April
Agustus
Maret
Oktober
November
Desember
September
4
C. Geologi untuk dikembangkan dan sebagai acuan bagi
Adapun jenis geologi yang ada di Kecamatan arahan kesesuaian lahan. Untuk lebih jelasnya
Maluk dapat dikelompokkan dalam tiga jenis yaitu: dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.4 Bobot Satuan Kemampuan Lahan
1. Aluvium dan Endapan Pantai: jenis geologi
No Satuan Kemampuan Lahan Bobot
ini cenderung bertekstur kasar yang dekat
1. SKL Morfologi 5
dengan aliran air yang diendapkan oleh 2. SKL Kemudahan Dikerjakan 1
sungai maupun diendapkan oleh laut. 3. SKL Kestabilan Lereng 5
2. Batuan Gunung Api Tua: jenis geologi ini 4. SKL Kestabilan Pondasi 3
biasanya berbutir halus atau memiliki 5. SKL Ketersediaan Air 5
lubang-lubang yang ditinggalkan. Batuan 6. SKL Drainase 5
ini salah satu jenis batuan yang paling
7. SKL Terhadap Erosi 3
umum ditemukan di permukaan bumi,
8. SKL Pembuangan Limbah 0
khususnya di lautan.
9. SKL Bencana Alam 5
D. Hidrologi
Di Kecamatan Maluk terdapat 1 titik lokasi Sumber: Peraturan Menteri PU
mata air yang terdapat di Desa Bukit Damai yang No.20/PRT/M/2007
mengaliri desa lainnya melalui jaringan sungai. Kesembilan SKL tersebut akan diberikan
Dapat dilihat pada peta berikut. skor dan di overlay sehingga akan menghasilkan
E. Bencana Alam peta kemampuan lahan kawasan. Pembagian
Potensi bencana yang terdapat di kelasifikasi berdasarkan dari total nilai, dibuatkan
Kecamatan Maluk yaitu bencana alam tsunami dan beberapa kelas yang memperhatikan nilai
pergerakan tanah tinggi. Rawan Bencana Tsunami minimum dan maksimum dari nilai total.
Maluk diklasifikasikan menjadi dua yaitu, tsunami 1. SKL Morfologi
dengan jarak hingga 10 meter dan tsunami kedua Tujuan analisis satuan kemampuan
10 hingga 20 meter. morfologi adalah memilah bentuk bentang
F. Penggunaan Lahan alam/morfologi pada perkotaan Maluk atau
kawasan perencanaan yang mampu untuk
Adapun jenis penggunaan lahan yang ada di
dikembangkan sesuai dengan fungsinya.
Kecamatan Maluk dapat dilihat pada tabel dan Berikut adalah hasil analisis SKL morfologi.
peta penggunaan lahan berikut ini. Tabel 4.5 Hasil Analisis SKL Morfologi
Tabel 4.3 Penggunaan Lahan Morfologi Kelerengan SKL Morfologi
No Penggunaan Lahan Luas (Ha)
Satuan Nilai Satuan Nilai Kemampuan Nilai
1 Hutan Lindung 77,32
Datar 5 0-2% 5 Kemampuan 5
2 Hutan Produksi tetap 157,90 Lahan Tinggi
3 Hutan Produksi Terbatas 685,46 Perbukitan 2 2-5% 4 Kemampuan 4
4 Permukiman 129,28 Lahan
Cukup
5 Sawah 397,31 Pegunungan 1 5-15% 3 Kemampuan 3
6 Perkebunan 168,45 Lahan
Sedang
7 Tegalan 2082,53 15- 2 Kemampuan 2
8 Lapangan 1,70 25% Lahan
9 Komersial 8,71 Kurang
25- 1 Kemampuan 1
10 Pertambangan 123,96 40% Lahan
11 Pergudangan 19,48 Rendah
12 Perkantoran 2,81 Sumber: Hasil Analisis, 2020
13 Pendidikan 5,45
14 Peribadatan 1,50
15 Pelayanan Umum 3,71
16 Kawasan Wisata 19,82
Total 3.885,41
Sumber: Hasil Olahan Arcgis, 2020
6
Tabel 4.9 Hasil Analisis SKL Ketersediaan Air
Guna Lahan Curah Hujan DAS SKL Ketersediaan 7. SKL Terhadap Erosi
Air
Lahan Nilai mm/ Nilai Kondisi Nilai Kemampuan Nilai Tujuan mengetahui ketahanan lahan
tahun
Terbangun 1 0-750 1 Baik 5 Ketersediaan 3
terhadap erosi adalah untuk memperoleh
Merata Air Sedang gamabaran batasan pada masing-masing
Non 2 750- 2 Ketersediaan 4
Terbangun 1250 Air Cukup tingkatan kemampuan terhadap erosi,
Sumber: Hasil Analisis, 2020 mengetahui daerah yang peka terhadap
erosi. Pada kawasan erosi tinggi artinya
tingkatan kikisan atau kerentanan terhadap
terjadinya erosi tinggi, sehingga sangat
berbahaya apabila dijadikan sebagai
kawasan permukiman atau budidaya.
Tabel 4.11 Hasil Analisis SKL Terhadap Erosi