Anda di halaman 1dari 11

ARAHAN PENGEMBANGAN PENGGUNAAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN

AMURANG BARAT, KABUPATEN MINAHASA SELATAN

Iskandar Sillia1, Rieneke L.E. Sela, ST, MT2, dan Ir. Sonny Tilaar, MSi3
1
Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulanggi Manado
2&3
Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi Manado

Abstrak. Dalam perkembangannya sebuah wilayah perkotaan, penggunaan lahannya akan


semakin meningkat seiring dengan pertambahan penduduk yang ada pada wilayah tersebut, hal ini
tidak bisa dipungkiri bahwa manusia membutuhkan lahan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Pertambahan penduduk yang tidak di imbangi dengan ketersediaan lahan menyebabkan banyak
penduduk yang akan memanfaatkan lahan untuk permukiman yang tidak sesuai dengan karakteristik
lahan permukiman. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu arahan pengembangan penggunaan lahan
permukiman, dalam pengembangan lahan permukiman yang baru dan tepat. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi kesesuaian lahan permukiman di Kecamatan Amurang Barat dan menetapkan
arahan pengembangan penggunaan lahan permukiman di Kecamatan Amurang Barat. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara deskriptif dan superimpose (overlay)
data-data fisik dasar yang berkaitan dengan kesesuaian lahan untuk permukiman, kemudian dioverlay
lagi dengan kawasan lindung dan arahan rencana pola ruang kawasan budidaya sehingga dapat
mentapkan arahan pengembangan penggunaan lahan permukiman berdasarkan karakteristik lahan
yang sesuai untuk di kembangkan. Hasil studi, diketahui bahwa tidak semua wilayah Kecamatan
Amurang Barat kesesuaian lahannya sesuai untuk permukiman. Berdasarkan penjumlahan parameter
kesesuaian lahan didapatkan dua fungsi lahan yaitu lahan yang sesuai untuk permukiman dan lahan
sesuai bersyarat untuk permukiman. Berdasarkan (overlay) kesesuaian lahan, kawasan lindung dan
arahan rencana kawasan budidaya pengembangan penggunaan lahan permukiman di Kecamatan
Amurang Barat dapat diarahkan pada sebagian wilayah Kelurahan Rumoong Bawah karena memiliki
daya dukung lahan yang sesuai.

Kata Kunci : Lahan, Permukiman, Kesesuaian lahan, Pengembangan Lahan

PENDAHULUAN kegiatan sosial dan ekonomi kota (Branch,


Kota adalah suatu entitas yang utuh, ada 1996 dalam Sobirin dkk, 2015).
relasi fungsi sosial ekonomi, politik, budaya, Dalam perkembangannya sebuah wilayah
dan lainnya, yang prosesnya bukan serta perkotaan, penggunaan lahannya akan semakin
merta, ada begitu saja, ada suatu proses meningkat seiring dengan pertambahan
kultural yang panjang. kota yang pada penduduk yang ada pada wilayah tersebut, hal
umumnya berawal dari suatu permukiman ini tidak bisa dipungkiri bahwa manusia
kecil, yang secara spasial mempunyai lokasi membutuhkan lahan untuk memenuhi
strategis bagi kegiatan perdagangan. Seiring kebutuhan hidup mereka. Pertambahan
dengan perjalanan waktu kota mengalami penduduk yang semakin menigkat,
perkembangan sebagai akibat dari mengakibatkan permintaan akan tempat
pertambahan penduduk, perubahan sosial tinggal semakin tinggi. Pertambahan penduduk
ekonomi dan budayanya serta interaksinya yang tidak diimbangi dengan ketersediaan
dengan kota-kota lain dan daerah disekitarnya. lahan menyebabkan banyak penduduk yang
Secara fisik perkembangan suatu kota akan memanfaatkan lahan untuk permukiman
dapat dicirikan dari penduduknya yang yang tidak sesuai dengan karakteristik lahan
semakin bertambah dan makin padat, permukiman. Maka dari itu dibutuhkan suatu
bangunan-bangunan yang semakin rapat dan arahan pengembangan penggunaan lahan
wilayah terbangun terutama permukiman yang permukiman, dalam pengembangan lahan
cenderung semakin luas, serta semakin permukiman yang baru dan tepat.
lengkapnya fasilitas kota yang mendukung Oleh karena itu, berdasarkan
permasalahan yang telah diuraikan di atas

1
maka perlu dilakukan penelitian tentang permukiman harus memperhatikan beberapa
“arahan pengembangan penggunaan lahan karakteristik lahan. Beberapa karakteristik
permukiman di Kecamatan Amurang Barat, lahan itu antara lain :
Kabupaten Minahasa Selatan” untuk 1. Topografi datar sampai bergelombang
menciptakaan strategi perencanaan/arahan (kelerengan lahan 0 - 25%).
penggunaan lahan permukiman yang baru. 2. Tersedia sumber air, baik air tanah maupun
Hasil dari laporan ini dapat dijadikan pedoman air yang diolah oleh penyelenggara dengan
bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM
dimasa yang akan datang serta dapat dijadikan suplai air antara 60 liter/org/hari - 100
bahan referensi bagi penelitian selanjutnya. liter/org/hari.
Tujuan dari penelitian ini adalah 3. Tidak berada pada daerah rawan bencana
mengidentifikasi kesesuaian lahan (longsor, banjir, erosi , abrasi).
permukiman di Kecamatan Amurang Barat 4. Drainase baik sampai sedang.
dan menetapkan arahan pengembangan 5. Tidak berada pada wilayah sempadan
penggunaan lahan permukiman di Kecamatan sungai, pantai, waduk, danau, mata air,
Amurang Barat. saluran pengairan, rel kereta api dan daerah
aman penerbangan.
TINJAUAN PUSTAKA 6. Tidak berada pada kawasan lindung.
Lahan 7. Tidak terletak pada kawasan budi daya
Lahan merupakan bagian dari lansekap pertanian/penyangga.
(Landscape) yang mencakup lingkungan fisik 8. Menghindari sawah irigasi teknis.
termasuk iklim, topografi/relief, tanah, Menurut Prayogo Mirhad dalam Eko
hidrologi, dan vegetasi alami (natural Budiharjo (1984) lahan yang sesuai untuk
vegetatiton) yang semuanya mempengaruhi dikembangkan sebagai permukiman bukan
potensi penggunaannya (FAO, 1976 dalam yang secara ekonomis telah sukar
Ali Kabul Mahi, 2015). dikembangkan secara produktif, misal : bukan
Menurut Bintarto (1977) Lahan dapat daerah persawahan, bukan daerah kebun-
diartikan sebagai land settlemen yaitu suatu kebun yang baik,bukan daerah usaha seperti
tempat atau daerah dimana penduduk pertokoan, perkantoran, hotel, pabrik/industri.
berkumpul dan hidup bersama, dimana mereka
dapat menggunakan lingkungan setempat Penggunaan Lahan
untuk mempertahankan, melangsungkan dan Penggunaan lahan merupakan aspek
mengembangkan hidupnya. penting karena penggunaan lahan
mencerminkan tingkat peradaban manusia
Pengembangan lahan yang menghuninya. Menurut Arsyad (1989)
Menurut Tjuk Kuswartojo, dkk (2005) penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai
yang dimaksud dengan pengembangan “bentuk intervensi (campur tangan) manusia
permukiman adalah peningkatan kualitas terhadap lahan dalam rangka memenuhi
kehidupan dalam kaitannya dengan perumahan kebutuhan hidupnya baik materil maupun
yang dibangun. Pengembangan bertujuan spiritual”.
untuk memajukan atau memperbaiki atau Sedangkan penggunaan lahan Menurut
meningkatkan sesuatu yang sudah ada Lindgren (1985) penggunaan lahan adalah
Jayadinata, J.T (1999). semua jenis penggunaan sumber daya lahan
Dalam pengembangan lahan permukiman oleh manusia baik untuk pertanian, lapangan
baru harus diketahui karakteristik lahan yang olah raga, rumah mukim serta kegiatan lain
sesuai untuk dikembangkan. Tujuannya adalah sepanjang masih ada keterkaitannya dengan
agar pendirian permukiman dapat memenuhi lahan.
hak warga negara atas tempat tinggal yang
layak dalam lingkungan yang sehat, aman, Kesesuaian Lahan
serasi dan teratur, serta menjamin kepastian Kesesuaian lahan diartikan sebagai hal
bermukim seperti yang diatur dalam (UU No.1 sesuai dan tidak sesuainya tanah untuk
Tahun 2011). pemanfaatan tertentu, Kamus Penataan Ruang
Berdasrkan Peraturan Menteri Pekerjaan (2009). Sedangkan menurut Sitorus (1998),
Umum No.41 Tahun 2007 mengenai pedoman Kesesuaian lahan (land suitability) merupakan
Teknis Kawasan Budidaya, pendirian tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu

2
penggunaan tertentu. Jadi kesesuaian lahan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi
adalah spesifikasi dari kemampuan lahan. sebagai lingkungan tempat tinggal atau
Tingkat kesesuaian mengandung pengertian lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
perbandingan antara tingkat pemanfaatan mendukung perikehidupan dan penghidupan.
dengan daya dukung lahan, menjadi ukuran Menurut Hadi Sabari Yunus (1987),
untuk kelayakan penggunaan lahan. permukiman dapat diartikan sebagai bentukan
Menurut Notohadiprawiro (1991), kesesuaian baik buatan manusia maupun alami dengan
lahan adalah gambaran kemanfaatan lahan segala kelengkapannya yang digunakan
yang pada intinya akan dapat mempengaruhi manusia sebagai individu maupun kelompok
kemampuan lahan. Aspek yang perlu untuk bertempat tingal baik sementara maupun
diperhatikan dalam kesesuaian lahan adalah : menetap dalam rangka menyelenggarakan
1. Jenis tanah kehidupannya.
2. Intensitas curah hujan Infrastruktur Perumahan dan Permukiman
3. Kemiringan lahan Ketersediaan infrastruktur memberikan
4. Rawan bencana dampak terhadap sistem sosial dan sistem
ekonomi yang ada di masyarakat. Maka
Kriteria Fungsi kawasan infrastruktur perlu dipahami sebagai dasar-
Perhitungan dalam penentuan klasifikasi dasar dalam mengambil kebijakan, J.
lahan potensial untuk permukiman adalah Kodoatie, (2005).
dengan hasil skoring dari kesesuaian lahan. Dalam kawasan permukiman sangat
Jumlah skoring adalah penjumlahan pada penting dalam kelengkapan infrastruktur
masing-masing kriterianya dan menentukan permukiman. Infrastruktur permukiman yaitu
kelas interval yang diinginkan dengan cara kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
mengurangi skor tertinggi dengan skor memungkinkan lingkungan dapat berfungsi
terendah, kemudian membaginya dengan sebagaimana mestinya. Infrastruktur
jumlah interval yang diinginkan. Perhitungan permukiman yang akan dibahas yaitu :
tersebut menggunakan rumus/formula yang 1. Jaringan Jalan dan Drainase
dirumuskan oleh Sturgess dalam Rofiq Fuady 2. Jaringan Listrik dan Air Bersih
Akbar (2005), yaitu : Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2010-
Keterangan: 2030
Ki : Kelas interval Hasil kajian terhadap ketersediaan lahan
Xt : Data tertinggi efektif yang layak untuk pelaksanaan
Xr : Data terendah pembangunan perumahan dan permukiman
k : Jumlah kelas yang diinginkan maka tidak semua wilayah Kabupaten
Minahasa Selatan memiliki kemampuan dan
Permukiman daya dukung lahan yang baik, karena ada
Permukiman merupakan tempat tinggal beberapa faktor yang dijadikan sebagai bahan
manusia dan sekaligus berfungsi sebagai kajian penentuan kelayakan lahan tersebut,
pendukung perikehidupan dan penghidupan yaitu :
para penghuninya. 1. Tidak berada pada kawasan yang rawan
terhadap bahaya terjadinya bencana, seperti
Dalam Undang-undang Republik sempadan pantai yang rawan tsunami, tanah
Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang longsor, gempa, dan banjir.
Perumahan dan Kawasan Permukiman, dalam 2. Memiliki kemiringan lereng (slope) yang
Pasal 1 (5) mendefinisikan permukiman relatif datar atau tidak berada pada daerah
sebagai bagian dari lingkungan hunian yang yang curam dan terjal.
terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan 3. Tidak merupakan kawasan yang dilindungi
yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas atau dikonservasi, seperti kawasan hutan,
umum, serta mempunyai penunjang kegiatan cagar alam dan budaya, kawasan DAS,
fungsi lain dari kawasan perkotaan atau kawasan sekitar mata air, dsb.
kawasan perdesaan. Sedangkan pada Pasal 1 Dengan adanya kriteria-kriteria di atas,
(3) mendefinisikan kawasan permukiman maka hasil analisa memperlihatkan bahwa
sebagai bagian dari lingkungan hidup di luar wilayah Kabupaten Minahasa Selatan masih
kawasan lindung, baik berupa kawasan memungkinkan untuk dilakukan

3
pembangunan dan pengembangan perumahan berada di pesisir pantai dan sebagian lagi tidak
dan permukiman baru dalam skala kecil dan berada di pesisir pantai dengan batas-batas
besar sesuai dengan karakteristik kawasan wilayah sebagai berikut :
masing-masing.  Sebelah Utara berbatasan dengan Laut
Sulawesi
METODOLOGI PENELITIAN  Sebelah Timur berbatasan dengan
Metode penelitian merupakan cara ilmiah Kecamatan Amurang
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan  Sebelah Selatan berbatasan dengan
kegunaan tertentu Sugiyono (2013). Kecamatan Motoling Timur
Untuk menjawab permasalahan yang  Sebelah Barat berbatasan dengan
sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan Kecamatan Tenga
penelitian, maka metode analisis yang yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
cara deskriptif dan superimpose (over lay)
data-data fisik dasar yang berkaitan dengan
kesesuaian lahan untuk perumahan, data
tersebut antara lain jenis tanah, intensitas
curah hujan, kemiringan lahan dan daerah
rawan bencana serta penyediaan infrastruktur
perumahan yang dioverlay untuk mengetahui
kesesuaian lahan permukiman, tahapan
analisis yang dilakukan meliputi :
1. Mengidentifikasi kesesuaian lahan di
Kecamatan Amurang Barat yang dapat Gambar 1 Peta Administrasi Kecamatan
dimanfaatkan untuk penggunaan lahan Amurang Barat
permukiman berdasarkan analisis beberapa
aspek yaitu : analisis jenis tanah, intensitas Mengidentifikasi kesesuaian lahan
curah hujan, kemiringan lahan dan daerah permukiman di Kecamatan Amurang Barat
rawan bencana serta penyediaan Mengidentifikasi kesesuaian lahan di
infrastruktur. Hasil dari analisis kesesuian Kecamatan Amurang Barat yang dapat
lahan ini berupa peta kesesuaian lahan dimanfaatkan untuk penggunaan lahan
untuk permukiman yang menginformasikan permukiman berdasarkan analisis beberapa
fungsi lahan pada daerah penelitian yang aspek yaitu : analisis jenis tanah, intensitas
terdiri dari : 1) sesuai, 2) sesuai bersyarat curah hujan, kemiringan lahan dan daerah
dan 3) tidak sesuai. rawan bencana serta penyediaan infrastruktur.
2. Menetapkan arahan pengembangan Berdasarkan fakor-faktor tersebut dilakukan
penggunaan lahan permukiman yaitu tumpang tindih peta (overlay). Hasil dari
dengan dilakukan penilaian dan analisis kesesuian lahan ini berupa peta
pembobotan terhadap data kesesuaian lahan kesesuaian lahan untuk permukiman yang
kemudian dioverlay lagi dengan kawasan menginformasikan fungsi lahan pada daerah
lindung dan arahan rencana pola ruang penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat
kawasan budidaya sehingga dapat pada tabel dan hasil analisis berikut ini :
mentapkan arahan pengembangan
penggunaan lahan permukiman di Kemiringan Lereng
Kecamatan Amurang Barat, Kabupaten Kemiringan lereng di Kecamatan
Minahasa Selatan berdasarkan karakteristik Amurang Barat bervariasi antara 0-8 % sampai
lahan yang sesuai untuk dikembangkan. dengan >40% .Kemiringan lereng diklasifikasi
ke dalam lima kelas. dapat dilihat pada tabel 1
HASIL DAN ANALISIS dan gambar 2 sebagai berikut :
Gambaran Umum Wilayah Kecamatan
Amurang Barat
Kecamatan Amurang Barat merupakan
salah satu kecamatan yang berada di
kabupaten minahasa selatan yang terdiri dari
10 (Sepuluh) desa/kelurahan yang sebagian

4
Tabel 1
Kemiringan Lereng Kecamatan Amurang
Barat
Nilai Keleren Klasifi Luas Prese
Kelas gan kasi (Ha) ntase
Lereng
I 0-8 % Datar 4.295 41,53
II 8-15 % Landai 1.081 10,45
III 15-25 % Agak 2.198 21,25
Curam
IV 25-40 % Curam 1.707 16,50
V >45 % Sangat 1.059 10,24
Curam Gambar 2 Peta Kelerengan Kecamatan
Jumlah 10.340 100 Amurang Barat
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
wilayah Kecamatan Amurang Barat memiliki
Intensitas Curah hujan
lima kelas kemiringan lereng yaitu :
Curah hujan di Kecamatan Amurang
1. 0-8% (Datar),
Barat berdasarkan peta digital curah hujan
2. 8-15% (Landai),
kabupaten minahasa selatan, diklasifikasi ke
3. 15-25% (Agak Curam),
dalam dua kategori. dapat dilihat pada tabel 2
4. 25-40% (Curam)
dan peta intensitas curah hujan pada gambar 3
5. dan >45% (Sangat Curam)
sebagai berikut :
Secara keseluruhan kemiringan lereng 0-8%
Tabel 2
(Datar) mendominasi wilayah Kecamatan
Intensitas Curah Hujan di Kecamatan
Amurang Barat yaitu seluas 4.295 ha atau
Amurang Barat
41,53% dari luas keseluruhan wilayah
Present
Kecamatan dengan penyabaran di Kecamatan Intensitas Luas
Amurang Barat yang meliputi : Desa No Hujan Kategori ase
(mm/hari) (Ha)
Rumoong Bawah, Elusan, Kapitu, %
Kawangkoan Bawah, Pondos, Rumoong 9.079,2
Bawah, Teep, Teep Trans, Tewasen dan 1 13,6 – 20,7 Rendah 87,78
8
Wakan. Kemirinan lereng 8-15% (Landai) di 1.260,4
Kecamatan Amurang Barat meliputi : Elusan, 2 20,7 – 27,7 Sedang 12,15
6
Kawangkoan Bawah, Pondos, Rumoong Jumlah 10.340 100
Bawah, Teep Trans, Tewasen, dan Wakan Intensitas curah hujan wilayah
dengan luas 1.081 ha. Kemiringan lereng 15- Kecamatan Amurang Barat di klasifikasi
25% (Agak Curam) di Kecamatan Amurang dalam dua kategori yaitu :
Barat meliputi : Desa Rumoong Bawah, 1. 13,6-20,7 (Rendah) dan
Elusan, Kapitu, Kawangkoan Bawah, Pondos, 2. 20,7-27,7 (Sedang).
Rumoong Bawah, Tewasen, Wakan dengan Secara keseluruhan intensitas curah hujan
luas 2.198 ha. Kemiringan lereng 25-40% 13,6-20,7 (Rendah) yang mendominasi
(Curam) di Kecamatan Amurang Barat wilayah kecamatan Amurang Barat dengan
meliputi : Desa Rumoong Bawah, Elusan, luas 9.079,28 ha atau 87,78%. dengan
Kawangkoan Bawah, Pondos, Rumoong penyebaran di kecamatan Amurang Barat yang
Bawah, Tewasen dan Wakan dengan luas meliputi : Desa Rumoong Bawah, Elusan,
1.707 ha. Sedangkan kemiringan lereng >45% Kapitu, Kawangkoan Bawah, Pondos,
(Sangat Curam) yang ada di Kecamatan Rumoong Bawah, Teep, Teep Trans, Tewasen
Amurang Barat meliputi : Elusan, dan Wakan. Sedangkan intensitas curah hujan
Kawangkoan Bawah, Rumoong Bawah dan 20,7-27,7 (Sedang) di kecamatan Amurang
Wakan dengan luas 1.059 ha. Barat yang meliputi : Desa Rumoong Bawah,
Kawangkoan Bawah dan Rumoong Bawah
dengan luas 1.260,46 ha atau 12,15%. Peta
intensitas curah hujan di Kecamatan Amurang

5
Barat dapat dilihat pada gambar 3 sebagai Rawan Longsor
berikut. Rawan longsor di Kecamatan Amurang
Barat berdasarkan analisis peta digital,
diklasifikasi ke dalam dua kelas. dapat dilihat
pada tabel 4 berikut :
Tabel 4
Kelas, lokasi dan luas tingkat kerentanan
longsor Kec.Amurang Barat
No Tingkat Lokasi Luas Present
Kerentan (Ha) ase
an (%)
Tewasen 38

1 Agak Pondos 9 3,41


Gambar 3 Peta Intensitas Curah Hujan Rawan
Kecamatan Amurang Barat Kawangko 9
an Bawah
Kepekaan Tanah Terhadap Erosi Rumoong 730
Bawah
Jenis tanah di Kecamatan Amurang Barat 3 Rawan 63,84
Elusan 205
berdasarkan analisis peta digital, diklasifikasi
Wakan 112
ke dalam satu kelas dapat dilihat pada tabel 3
Jumlah 1.640 100
dan gambar 3 sebagai berikut :
Tabel 3 Tingkat kerentanan longsor klasifikasi
Jenis tanah Kecamatan Amurang Barat rawan di Kecamatan Amurang Barat seluas
No Jenis Klasifi Luas Presentase
dapat dilihat pada tabel 4 adalah seluas 1.047
Tanah kasi ha atau 63,84% yang tersebar di Rumoong
(Ha) % Bawah, Elusan, dan Wakan. Tingkat
1 Latosol Sedang 10.340 100 kerentanan klasifikasi Agak Rawan seluas 56
Jumlah 10.340 100 ha atau 3,41% yang tersebar di Tewasen,
Jenis tanah di wilayah Kecamatan Amurang Pondos, dan Kawangkoan Bawah. Sedangkan
Barat di dominasi oleh jenis tanah Latosol daerah yang tidak rawan terhadap bencana
dengan Luas 10.340 Ha atau 100% yang longsor adalah Teep, Kapitu, Teep Trans, dan
tersebar di Desa Rumoong Bawah, Elusan , Desa Rumoong Bawah. Peta rawan longsor
Kapitu , Kawangkoan Bawah, Pondos, dapat dilihat pada gambar 5 berikut.
Rumoong Bawah, Teep, Teep Trans, Tewasen
dan Wakan.

Gambar 5 Peta Rawan Longsor Kecamatan


Amurang Barat
Gambar 4 Peta Jenis Tanah Kecamatan
Amurang Barat Rawan Banjir
Rawan banjir di Kecamatan Amurang
Barat berdasarkan analisis peta digital
diklasifikasi ke dalam satu kelas. dapat dilihat
pada tabel 5 berikut :

6
Tabel 5 berpengaruh pada dimensi saluran dimana
Kelas, Lokasi dan Luas Tingkat semakin besar curah hujan, semakin besar pula
Kerentanan Banjir Kec.Amurang Barat debit air yang dihasilkan dan makin besar pula
dimensi saluran drainasenya.
No Tingkat Lokasi Luas Present
Kerentana (Ha) ase Untuk penyediaan jaringan listrik dan air
n (%) bersih, walaupun relatif mudah tetapi
1 Rawan Tewasen 25 22,00 kemiringan lahan cukup mempengaruhi
Teep 22,00 pembuatan jaringan listrik dan pemasangan
Kapitu 24,32 distribusi air bersih dimana semakin miring
lahan akan semakin sulit pemasangannya dan
Agak Tewasen 12 13,51 semakin tinggi biayanya. Curah hujan
Rawan Teep 13,51 berpengaruh terhadap besarnya debit air
Kapitu 5,40 sebagai bahan baku air bersih bagi PDAM,
Jumlah 37 100 dengan curah hujan yang tinggi maka
ketersediaan air baku untuk jaringan listrik dan
Tingkat kerentanan banjir klasifikasi air bersih sangat mencukupi.
rawan di Kecamatan Amurang Barat dapat Tabel 6
dilihat pada tabel 5 adalah seluas 25 Ha yang Skor Minimal dan Maksimal. Penyediaan
tersebar di Tewasen, Teep dan Kapitu. Infrastruktur
Klasifikasi agak rawan meliputi wilayah No Variabel Skor Skor
Tewasen, Teep dan Kapitu seluas 12 Ha peta minimal maksimal
rawan banjir dapat dilihat pada gambar 6
berikut : 1 2 3 4
1 Kemiringan 20 100
2 lahan 15 75
3 Jenis tanah 10 50
Curah hujan
Jumlah 45 225
Hasil superimpose variabel-variabel
tersebut di atas, didapat tingkat kemudahan
penyediaan infrastruktur yang terdiri dari
jaringan jalan, drainase, listrik dan air bersih
berdasarkan nilai untuk masing-masing
Gambar 6 Peta Rawan Banjir Kecamatan
variabel seperti tertera pada tabel 7 berikut :
Amurang Barat
Tabel 7
Analisis Penyediaan Infrastruktur Klasifikasi Penyediaan Infrastrutur
Tingkat kemudahan penyediaan No Kelas Kisaran skor Deskripsi
infrastruktur jalan dipengaruhi oleh
kemiringan lahan serta karakteristik tanah. 1 I 45-105 Mudah
Kemiringan lahan berkaitan dengan teknis 2 II 105-165 Cukup
pembuatan jalan. Dengan demikian, semakin
sulit
curam lahan maka semakin sulit penyediaan
jaringan jalan. 3 III 165-225 Sangat
Demikian halnya dengan penyediaan sulit
drainase yang dipengaruhi oleh kemiringan
lahan, karakteristik tanah serta curah hujan. Untuk menentukan klasifikasi tingkat
Semakin curam kemiringan lahan, pembuatan kesulitan penyediaan infrastruktur, dengan
drainase membutuhkan biaya yang lebih mahal rumus Sturgess dalam Rofiq Fuady Akbar
karena memerlukan kontruksi khusus seperti (2005), yaitu :
terjunan ataupun dengan tangga selokan untuk
mengurangi gerusan pada badan saluran dari
derasnya air yang mengalir. Curah hujan

7
Keterangan:
Ki : Kelas interval
Xt : Data tertinggi
Xr : Data terendah
k : Jumlah kelas yang diinginkan

Tabel 8
Luas Lahan Untuk Penyediaan Infrastruktur

Mu Sang
Desa/ Luas Cuk
dah at
No Kelurah wilayah up
sulit
an (ha) sulit
(ha) (ha)
(ha) Gambar 7 Peta Lahan Untuk Penyediaan
1 Pondos 428 398 31 - Infrastruktur di Kecamatan Amurang Barat
2 Elusan 1.612 996 613 -
3 Tewasen 1.477 1.43 42 - Hasil overlay kesesuaian lahan dengan
3 memperhitungkan faktor kemiringan lereng
4 Teep 69 69 - - lahan, jenis tanah, intensitas curah hujan dan
5 Kapitu 86 86 - - daerah rawan bencana serta penyediaan
6 Kawangk 2.170 1.78 368 - infrastruktur maka dapat diketahui bahwa
oan 8 tidak semua wilayah Kecamatan Amurang
Bawah Barat kesesuaian lahannya sesuai untuk
7 Rumoon 3.591 1.89 1.69 - permukiman. Berdasarkan penjumlahan
g Bawah 1 7 parameter tersebut didapatkan dua fungsi
8 Desa 144 91 53 -
lahan yaitu lahan yang sesuai untuk
Rumoon
g Bawah
permukiman dan lahan sesuai bersyarat untuk
9 Wakan 576 362 214 -
permukiman. Kesesuaiann lahan permukiman
10 Teep 235 235 - - dapat dilihat pada tabel 9 berikut :
Trans Tabel 9
Jumlah 10.340 7.33 3.00 - Kesesuaian Lahan Untuk Permukiman di
4 6 Kecamatan Amurang Barat Berdasarkan
Hasil analisis lahan penyediaan untuk Analisis Superimpose (Overlay)
infrastruktur diperoleh lahan dalam dua kelas No Kategori Lokasi Luas
yaitu: mudah dan cukup sulit. Untuk kategori
Ketersediaan (Ha)
cukup sulit adalah pada wilayah yang
mempunyai kemiringan diatas 25% dan jenis Desa Rumoong 91
tanah latosol agak peka terhadap erosi serta Bawah
intensitas curah hujan rendah sampai sedang.
Luas wilayah tersebut adalah 7.334 ha yang Kawangkoan 1788
terdapat pada Pondos, Elusan, Tewasen, Bawah
Kawangkoan Bawah, Rumoong Bawah, Desa
Rumoong Bawah, Wakan dan Teep Trans. Pondos 398
Sedangkan wilayah yang mudah tingkat Rumoong 1891
penyediaan infrastrukturnya adalah wilayah
1 Sesuai Bawah
yang mempunyai kemiringan < 8 % dan
antara 8 – 25 %, dengan kemiringan yang Elusan 996
tidak terlalu curam tersebut, dan jenis tanah Kapitu 86
latosol agak peka terhadap erosi serta
intensitas curah hujan rendah sampai sedang. Teep 69
Luas wilayah tersebut adalah 3.006 ha yang Teep Trans 235
terdapat pada Pondos, Elusan, Tewasen, Teep,
Kapitu, Kawangkoan Bawah, Rumoong Tewasen 1433
Bawah, Desa Rumoong Bawah, Wakan dan Wakan 362
Teep Trans.

8
Desa Rumoong 53 merupakan dasar dalam memberikan
rekomendasi pengarahan pemanfaatan ruang
Bawah termasuk pula untuk kawasan permukiman,
Kawangkoan 368 maka perlu dilakukan analisis keselarasan
Bawah
termasuk pula untuk kawasan permukiman.
Sesuai Hasil dari overlay kesesuaian lahan, kawasan
2 Pondos 31 lindung dan arahan rencana kawasan budidaya
Bersyarat dapat dilihat pada tabel 10 berikut :
Rumoong Bawah 1697
Tabel 10
Elusan 613 Hasil Overlay Keselarasan Dengan RTRW
Tewasen 42
No Keterangan Luas
Wakan 214
Lahan yang dapat
Hasil analisis di ketahui luas untuk 1 57 Ha
dikembangkan
kategori sesuai adalah 7.334 hektar sedangkan
luas untuk kategori sesuai bersyarat adalah Lahan yang tidak dapat
3.006 hektar dari luas keseluruhan yang ada di 2 10.283 Ha
dikembangkan
kecamatan amurang barat. Distribusi spasial
kondisi kesesuaian lahan untuk permukiman di Total 10.340 Ha
Kecamatan Amurang Barat dapat dilihat Hasil overlay dapat diketahui lahan yang
gambar 8 berikut : dapat dikembangkan seluas 57 hektar dan
lahan yang tidak dapat dikembangkan seluas
10.283 hektar. Pengembangan penggunaan
lahan permukiman di Kecamatan Amurang
Barat dapat diarahkan pada sebagian wilayah
Kelurahan Rumoong bawah karena memiliki
daya dukung lahan yang sesuai. Lahan yang
dapat dikembangkan dapat diperuntukan
sebagai kawasan permukiman terencana.
Diperlukan peningkatan pelayanan lingkungan
hunian, upaya yang harus dilakukan melalui
penyediaan prasarana, sarana dan utilitas
umum sehingga kebutuhuan lingkungan
Gambar 8 Peta kesesuaian lahan hunian dapat memadai. Peta arahan
Permukiman di Kecamatan Amurang Barat pengembangan penggunaan lahan permukiman
dapat dilihat pada gambar 9 berikut :
Arahan Pengembangan Penggunaan Lahan
Permukiman
Pengembangan penggunaan lahan
permukiman harus memperhatikan
karakteristik lahan yang sesuai untuk
dikembangkan agar pendirian permukiman
dapat memenuhi hak warga negara atas tempat
tinggal yang layak dalam lingkungan yang
sehat, aman, serasi dan teratur, serta menjamin
kepastian bermukim.
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian
lahan permukiman dengan menggunakan
metode analisis superimpose, di Kecamatan Gambar 9 Peta arahan pengembangan
Amurang Barat diperoleh lahan dalam dua penggunaan lahan permukiman di Kecamatan
kategori yaitu lahan sesuai dan sesuai Amurang Barat
bersyarat yang terdapat pada tiap Desa dan
Kelurahan. Namun, dilakukan overlay dengan
kawasan lindung dan arahan rencana pola
ruang kawasan budidaya mengingat RTRW

9
KESIMPULAN DAN SARAN hasilnya tidak mengakibatkan kerugian
bagi warga setempat.
Kesimpulan b. Masyarakat dalam membangun hunian
Berdasarkan pada pembahasan harus mengacu pada rencana yang telah
sebelumnya, maka kesimpulan akhir yang ditetapkan oleh pemerintah sehingga
dapat diperoleh adalah sebagai berikut : pengembangan pembangunan perumahan
a. Hasil overlay mengidentifikasi kesesuaian dan permukiman sesuai dengan
lahan permukiman dengan peruntukkan lahannya.
memperhitungkan faktor kemiringan
lereng lahan, jenis tanah, intensitas curah DAFTAR PUSTAKA
hujan dan daerah rawan bencana serta
penyediaan infrastruktur maka dapat Anonim. Badan Nasional Penanggulangan
diketahui bahwa tidak semua wilayah Bencana, Indeks Risiko Bencana
Kecamatan Amurang Barat kesesuaian Indonesia Tahun 2013
lahannya sesuai untuk permukiman.
Berdasarkan penjumlahan parameter Anonim. Peraturan menteri pekerjaan umum
tersebut didapatkan dua fungsi lahan yaitu No.41/PRT/M/2007 Pedoman kriteria
lahan yang sesuai untuk permukiman dan teknis kawasan budidaya
lahan sesuai bersyarat untuk permukiman.
Hasil analisis di ketahui luas untuk Anonim. Rencana Tata Ruang Wilayah
kategori sesuai adalah 7.334 hektar (RTRW) Kabupaten Minahasa Selatan
sedangkan luas untuk kategori sesuai Tahun 2010-2030
bersyarat adalah 3.006 hektar dari luas Anonim. Undang-Undang Republik Indonesia
keseluruhan yang ada di Kecamatan Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Amurang Barat. Perumahan dan Kawasan
b. Lahan untuk pengembangan penggunaan Permukiman
lahan permukiman di Kecamatan
Amurang Barat diperoleh lahan dalam Bintarto. 1983 Urbanisasi dam
dua kategori yaitu lahan dapat Permasalahannya, Yogyakarta: Galia
dikembangkan seluas 57 hektar dan lahan Indonesia, Jakarta.
yang tidak dapat dikembangkan deluas
10.283 hektar. Pengembangan Budihardjo, Eko. 1984. Sejumlah Masalah
penggunaan lahan permukiman di Permukiman Kota. Bandung : Alumni
Kecamatan Amurang Barat dapat
diarahkan pada sebagian wilayah Direktorat Jenderal Penataan Ruang Pekerjaan
Kelurahan Rumoong bawah karena Umum. 2009. Kamus Tata Ruang
memiliki daya dukung lahan yang sesuai. Edisi 1. Jakarta.
Lahan yang dapat dikembangkan
Faudy, A.R. 2005 Pemanfaatan Citra Landsat
diperuntukan sebagai kawasan
Thematic Mapper Untuk Estimasi
permukiman terencana. Diperlukan
Kerentanan Banjir Daerah Aliran
peningkatan pelayanan lingkungan
Sungai Kupang, Jawa Tengah. Tesis.
hunian, upaya yang harus dilakukan
Fakultas Geografi. Universitas Gadjah
melalui penyediaan prasarana, sarana, dan
Mada; Yogyakarta
utilitas umum sehingga kebutuhan
lingkungan hunian dapat memadai. Jayadinata, J.T, 1999. Tata Guna Tanah dalam
Perencanaan Pedesaan, Perkotaan
Saran dan Wilayah, Edisi Ketiga, ITB,
Saran yang dapat diberikan berdasarkan Bandung
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pemerintah daerah Kabupaten Minahasa Kuswartojo, Tjuk, 2005. Perumahan dan
Selatan agar lebih memperhatikan dan Pemukiman di Indonesia upaya
memberikan arahan terhadap rencana membuat perkembangan kehidupan
lokasi pengembangan dan pembangunan yang berkelanjutan. Bandung; ITB
perumahan dan permukiman khususnya
dalam penggunaan lahan. sehingga

10
Lindgren, D. 1985. Land Use Planning and
Remote Sensing. Dordrecht : Martinus
Nijhoff Publishers.

Mahi Ali Kabul. 2015. Survei Tanah ;


Evaluasi dan Perencanaan
Penggunaan Lahan Edisi 2 : Graha
Ilmu

Notohadiprawiro, T. 1991. Tanah dan


lingkungan. Kursus AMDAL Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Yogyakarta.

Robert, J.Kodoatie, (2005), Pengantar


Manajemen Infrastruktur, Edisi
Revisi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Sobirin & Rizka Nurul Fatimah. 2015. Urban


Heat Island Kota Surabaya.
Geoedukasi Volume IV Nomor 2,
Oktober 2015

Sitanala, Arsyad. 1989. Konservasi Tanah dan


Air. Bogor: Penerbit IPB Press.

Sitorus, S. R. P., 1998. Evaluasi Sumberdaya


Lahan. Tarsito, Bandung.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif


Kualitatif dan R & D. Bandung :
Alfabeta.

Yunus, Hadi Sabari. 1987. Geografi


Permukiman dan Beberapa
Permasalahan Permukiman di Indonesia.
Yogyakarta: Fakultas Geografi,
Universitas Gadjah Mada

11

Anda mungkin juga menyukai