Anda di halaman 1dari 6

SUMBERDAYA TANAH

SEBAGAI BASIS LINGKUNGAN HIDUP

Bumi serta kekayaan yang terkandung di dalamnya dan segala sesuatu yang
berada di permukaannya adalah rahmat Allah Sang Maha Pencipta yang harus kita
syukuri dengan memanfaatkan sebaik-baiknya, bukan saja untuk generasi sekarang tetapi
juga untuk generasi yang akan datang. Oleh karena itu tanah sebagai bagian terluar dari
kulit bumi harus dikelola dengan baik dan tepat agar manfaat dan hasilnya dapat
diperoleh secara maksimal dan lestari.
Kegiatan pembangunan pada umumnya menyangkut pendayagunaan sumberdaya
alam, khususnya tanah sebagai ruang atau tempat berlangsungnya kegiatan berbagai
aspek yang berkepentingan dengan proses pembangunan tersebut. Pendayagunaan tanah
oleh manusia, dengan eksploitasi, penggunaan atau pemanfaatan, menimbulkan
perubahan-perubahan dalam ekosistem sehingga mempengaruhi sumberdaya lain beserta
lingkungannya, yang akibatnya akan dirasakan pula oleh manusia. Perubahan
penggunaan tanah dari lahan pertanian ke industri atau pemukiman, sedikit banyak
menimbulkan masalah lingkungan hidup. Masalah lingkungan hidup ini ada yang
langsung mempengaruhi kesejahteraan masyarakat, seperti kesehatan, kegiatan usaha,
erosi dan banjir, perpindahan penduduk (migrasi) dan akibat-akibat lain. Ada pula yang
tidak langsung dirasakan, seperti kerusakan ekosistem alam, berupa merosotnya
produktivitas dan diversifitas jenis biota, serta akselerasi proses erosi yang disebabkan
oleh eksploitasi.
Tanah merupakan sumberdaya alam fisik abiotik yang mempunyai peranan amat
penting dalam berbagai segi kehidupan manusia. Tanah diperlukan oleh manusia untuk :
1. Tempat atau ruang untuk tinggal dan penghidupan, seperti perumahan, perdagangan
dan industri, dan lain-lain.
2. Bercocok tanam, beternak, memelihara ikan, hutan, dan sebagainya.
Tanah mendukung berbagai pertumbuhan vegetasi alam, terutama hutan yang
hasil-hasilnya dan manfaatnya sangat diperlukan manusia, kemudian padang rumput
tempat margasatwa dan hewan ternak merumput, yang kedua-duanya diperlukan
manusia. Tanah juga mengandung bahan-bahan tambang berupa mineral, logam,

1
batubara, minyak bumi, gas bumi, dan sebagainya, yang kesemuanya diperlukan
manusia. Oleh karena itu tanah merupakan sumberdaya alam yang banyak diperebutkan,
sehingga diperlukan penatagunaan dan pengelolaan tanah yang baik.
Salah satu aspek pengelolaan tanah adalah penggunaan tanah. Data yang tepat
mengenai penggunaan tanah pada waktu ini sukar diperoleh karena:
a. Belum ada standarisasi klasifikasi penggunaan tanah.
b. Belum ada survey atau sensus yang menyeluruh secara berkala, sehingga perubahan
penggunaan tanah belum dapat diketahui dengan cepat, sementara di lapangan sudah
berubah fungsi maupun peruntukannya.
c. Perkembangan penduduk dan pemukiman serta industri yang cepat tidak diimbangi
dengan sensus penggunaan tanah yang cepat pula.
Standarisasi dalam klasifikasi penggunaan tanah adalah suatu keharusan, karena
sering terjadi penggunaan tanah rangkap. Misalnya tanah sawah yang digunakan untuk
perkebunan tebu, kolam ikan atau pengembalaan ternak, atau tanah hutan yang
digunakan untuk perladangan atau pertanian tanah kering.
Penggunaan tanah ternyata ditentukan oleh beberapa keadaan, yaitu: (a) Jenis
tanah dan sifat-sifatnya (kimia, fisika dan biologi tanah); (b)Keadaan lapangan,
topografi, relief dan ketinggian serta iklim; (c) Aksesibilitas pencapaian; (d) Kemampuan
atau kesesuaian tanah; (e) Tekanan penduduk.
Tanah yang subur lebih banyak digunakan untuk lahan pertanian dan biasanya
berpenduduk padat. Misalnya, pulau Jawa yang jika dibandingkan dengan pulau-pulau
lain memiliki tanah yang lebih subur, pertaniannya lebih maju dan kepadatan
penduduknya paling tinggi (59 % penduduk Indonesia tinggal di P. Jawa).
Tanah pada keadaan topografi yang tidak berat (datar, landai, bergelombang atau
berbukit rendah) lebih banyak digunakan daripada tanah yang lapangannya berat. Oleh
karena itu penggunaan tanah di bawah ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut (m
dapl.) adalah paling banyak, sebab keadaan lapangannya relatif lebih ringan daripada di
atas 1000 m dapl.
Pada umumnya, tanah yang lebih mudah dicapai lebih dahulu digunakan daripada
yang letaknya jauh dan sukar dicapai. Hal ini terutama berlaku bagi pemukiman yang

2
seringkali dimulai dari pantai ataupun di tepi-tepi sungai, sehingga penggunaan tanahpun
akan dimulai di sekitar tempat-tempat pemukiman tersebut.
Berdasarkan pengamatan dan pengalamannya, orang dapat menilai kesuburan,
kemampuan dan kesesuaian tanah untuk pertanian, dan peruntukan lainnya. Seringkali
dengan melihat tumbuhnya jenis-jenis pohon atau semak-semak tertentu dan melihat
keadaan lapangan dan lingkungannya orang dapat menentukan tingkat kesuburan dan
kemampuan atau kesesuaian tanah. Sudah tentu tanah yang lebih besar kemampuannya
akan lebih sesuai bagi berbagai kepentingan dan lebih banyak digunakan.
Makin tinggi jumlah penduduk, penggunaan tanah makin banyak dan makin
“intensif”. Tekanan jumlah penduduk ini pengaruhnya besar sekali terhadap kemampuan
dan kesesuaian tanah, sehingga di beberapa daerah di tiap propinsi di seluruh wilayah
Indonesia (bukan saja di pulau Jawa) terjadi tanah-tanah rusak dan kerusakan lingkungan
hidup yang tak terkendali, karena kemampuan daya tampung tanah atau kesesuaiannya
sudah sangat dilampaui. Sementara di daerah-daerah lainnya berpenduduk sangat jarang.
Hal ini tidak terlepas dari tingkat kesuburan tanah yang rendah atau kemampuan dan
kesesuaian lahan yang rendah pula.
Berdasarkan fakta-fakta kerusakan yang ditimbulkan akibat penggunaan tanah
yang melampaui batas kemampuannya, maka pendekatan penatagunaan tanah adalah
sangat penting dalam upaya mempertahankan tingkat produktivitas dan kelestarian
sumberdaya tanah, sekaligus mendukung kelestarian fungsi dan produktivitas lingkungan
hidup.
Dalam kaitannya dengan lingkungan hidup, penatagunaan tanah merupakan basis
utama, sehingga harus didukung oleh usaha-usaha yang mendasar melalui kegiatan:
perencanaan, rehabilitasi, pengawetan dan pendayagunaan tanah yang optimum. Dengan
demikian kebijaksanaan penggunaan tanah bagi sektor pertanian maupun bagi
kepentingan lainnya dalam program pembangunan harus bersifat menyeluruh.
Pengalaman membuktikan bahwa usaha-usaha pengelolaan yang dilakukan secara
terpisah oleh masing-masing sektor, tanpa landasan pendekatan interdisiplin yang
berinteraksi dan integral, seringkali menimbulkan bentrokan kepentingan antara satu
sektor dengan sektor lain, misalnya antara sektor kehutanan dengan sektor pertanian, atau
antara sektor kehutanan dengan sektor peternakan, atau sektor pertanian dengan sektor

3
pengembangan industri dan perkembangan pemukiman. Dengan berlandaskan
pendekatan interdisplin yang terintegrasi dalam perencanaan tata ruang wilayah dan tata
guna tanah, bentrokan kepentingan itu dapat dihindarkan, atau setidak-tidaknya informasi
mengenai penggunaan tanah dapat diketahui oleh lapisan masyarakat yang
berkepentingan. Dan dampaknya terhadap lingkungan hidup dapat diperkirakan sejak
awal, sehingga kontrol sosial yang sehat dan dinamis terhadap penatagunaan tanah dan
lingkungan dapat terjadi sebelum sesuatu program dilaksanakan.
Jelaslah kiranya, bahwa untuk penatagunaan tanah dan lingkungan hidup yang
baik diperlukan pemikiran yang luas, metode yang tepat dan organisasi perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan yang kuat. Untuk memenuhi maksud tersebut dasar-dasar
pengelolaan tanah dalam kaitannya dengan azas-azas kemampuan dan kesesuaian tanah
bagi kepentingan penatagunaan tanah dan lingkungan hidup meliputi kerangka pemikiran
sebagai berikut:
1. Pengelolaan tanah dan lingkungan hidup mencakup masalah pengolahan tanah,
budidaya tanaman dan pembinaannya, yang tujuannya mengusahakan agar penurunan
daya produksi tanah sebagai akibat pengusahaan tanah diimbangi dengan tindakan
“pemulihan” dan pembinaan, sehingga manfaat maksimal dari tanah dapat diperoleh
dengan terus menerus (lestari).
2. Pertimbangan ekonomis dan ekologis-geografis serta kapabilitas/kesesuaian harus
berimbang, karena pengelola harus mengusahakan tercapainya kesejahteraan
masyarakat dengan mempertahankan kelestarian sumberdaya tanah dan lingkungan.
3. Untuk mencegah tumbukan kepentingan antara sektor-sektor yang memanfaatkan
tanah perlu dicari pendekatan interdisiplin atau pengintegrasian dalam perencanaan
pengelolaan, khususnya integrasi dalam perencanaan tata ruang wilayah dan tataguna
tanah.
Ruang lingkup kegiatan pengelolaan tanah itu mecakup inventarisasi,
perencanaan, pelaksanaan pengelolaan dan pengawasan dalam berbagai kategori tingkat
yang berkepentingan.
Karena sumberdaya tanah merupakan bagian integral dari suatu ekosistem yang
berinterkasi dengan berbagai kegiatan manusia, maka diperlukan metoda inventarisasi
dan perencanaan, serta organisasi pelaksanaan dan pengawasan yang bersifat

4
multidisiplin dan berintegrasi, dengan tujuan untuk menyerasikan usaha-usaha
pengelolaan tanah dan lingkungan yang optimal. Misalnya budidaya tanaman sangat erat
kaitannya dengan ketersediaan air, sementara kini budidaya tanaman umumnya masih
tergantung pada curah hujan (rainpeds cultivation). Melalui pendekatan multidisiplin
dimungkinkan dengan penyediaan air dari sumber air tanah. Untuk keperluan
penyelidikan sumber air tanah serta kemungkinan cadangannya perlu diteliti oleh ahli
geologi bukan oleh ahli pertanian.
Dalam pengelolaan tanah dan lingkungan, sumberdaya manusia pengelola
memiliki peran yang sangat penting. Keberhasilan pengelolaan tanah dan lingkungan
tergantung pada pengetahuan dan keterampilan para pengelola dan kesadaran serta sikap
masyarakat. Banyaknya jumlah penduduk juga menentukan kemungkinan berhasil atau
tidaknya pengelolaan tanah dan lingkungan. Oleh karena itu di samping kegiatan-
kegiatan yang langsung menangani pengelolaan tanah dan lingkungan, diperlukan juga
kegiatan penunjang berupa pendidikan, latihan, penyuluhan, penanganan rehabilitasi dan
pembinaan. Pada tataran yang luas dan komprehensif diperlukan adanya keberanian
penegakkan Undang-undang dan peraturan-peraturan dalam bidang pengelolaan tanah
dan lingkungan hidup.
Salah satu kasus penggunaan tanah sebagai faktor produksi pertanian merupakan
faktor pembatas dalam pengembangan agribisnis. Pertama, ketersediaanya relatif
semakin langka dibandingkan dengan faktor lainnya. Kebutuhan akan tanah pertanian
semakin kompetitif dengan kebutuhan lain yang desakannya lebih besar, seperti
pemukiman, industri, perluasan kota, dan lain-lain. Kedua, distribusi penguasaan lahan di
masyarakat tidak merata, dan di beberapa daerah terdapat kesenjangan yang lebar antara
satu dengan lainnya.
Sebagai gambaran umum bahwa tanah mempunyai kaitan luas dengan berbagai
kepentingan yang sangat mendasar dan memerlukan solusi yang integral dalam melestari-
kan kemampuan dan manfaatnya dapat dilihat pada Gambar berikut. Dalam hal ini jelas
sekali hubungan kepentingan dan akibat yang ditimbulkannya, serta rehabilitasi yang
harus dilakukan sehingga pendayagunaan tanah yang optimum dapat dilakukan secara
simultan.

5
TANAH

KOTA INDUSTRI PERHUBUNGAN PERTANIAN REKREASI


/TAMBANG KEHUTANAN

TANAH PENGAWETAN/ TANAH TANAH TAMAN


MARJINAL REHABILITASI MARJINAL TANDUS NASIONAL
DSB.

DAERAH PERENCANAAN KOTA REHABILITASI PENGAWETAN


SLUM DAN WILAYAH

TANAH YANG DIREHABILITASI


PENDAYAGUNAAN TANAH YANG
OPTIMUM

Gambar . Sistem Lingkungan Tanah.

Anda mungkin juga menyukai