Seringnya terjadi bencana alam di tanah air berupa, tanah longsor, banjir bandang,
meluapnya sungai, gelombang laut (Abrasi) merupakan indikator rusaknya lahan
baik itu dihutan maupun di lahan konservasi. Dengan demikian banyak tudingan
yang mengarah pada kurangnya tindakan konsevatif terhadap pemerintah maupun
masyarakat pelaku konservatif. Akibat dari semua itu adalah kerusakan sarana
prasarana yang ada, kerugian material yang nilainya sangat besar bahkan tidak
sedikit jiwa dan raga yang melayang.
Dalam menghadapi situasi dan kondisi tersebut diatas biasanya sangat lambat dan
saling mencari kambing hitam siapa yang harus bertanggung jawab. Oleh karena itu
diperlukan pemikiran dan tindakan yang serius dari berbagai pihak. Tanpa adanya
tindakan yang serius maka akan muncul permasalahan-permaalahan baru yang
sangat komplek karena akan menyangkut dari berbagai segi kehidupan.
Keterpaduan antara berbagai unsur sangat diperlukan, antara lain masyarakat,
pemerintah dan pelaku konservasi. Masyarakat harus menyadari pentingnya
keberadaan dan manfaat lingkungan sehingga tanpa ada paksaan dan dengan
kesadaran sendiri turut menjaga lingkungan. Tanpa adanya partisipasi dan peran
serta dari masyarakat sendiri kecil kemungkinan untuk terwujud lingkungan yang
baik. Permasalahan tentang kesadaran masyarakat terhadap lingkungan
merupakan permasalahan yang sangat rumit. Hal ini terjadi karena banyaknya
kepentingan-kepentingan yang masuk dalam kehidupan masyarakat itu sendiri.
Pemerintah dalam hal ini dinas terkait merupakan instansi yang harus menfasilitasi,
mengendalikan dan memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang
terjadi. Keberadaan dinas terkait merupakan dukungan resmi bahwa pemerintah
benar-benar serius menangani konservasi dan rehabilitasi lahan. Oleh karena itu
berbagai macam program kegiatan selalu diarahkan pada suatu tindakan yang
mengarah pada pemulihan atau pengembalian fungsi lahan. Dukungan fisik
maupun financial dari pemerintah selalu dialokasikan hampir setiap tahun melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) maupun Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN).
Keberadaan pelaku konservasi juga harus bertanggungjawab atas keberhasil
konservasi dan rehabilitasi lahan. Para pelaku konservasi yang hanya memikirkan
keuntungan justru akan menghambat keberhasilan pemulihan lahan bahkan akan
memperparah atau mempercepat kerusakan lahan. Oleh karena itu mental dan
pengawasan menjadi kunci utama dalam pelaksanaan tindakan konservasi dan
rehabilitasi lahan.
Upaya yang sering dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan konservasi dan
rehabilitasi lahan, yang mungkin sekarang dianggap masih relevan untuk diterapkan
dilapangan, yaitu konservasi dengan system sipil tehnis dan system vegetatif.
Dimana system sipil tehnis ini diarahkan pada pembangunan kontruksi sedangkan
system vegetatif diarahkan pada kegiatan penanaman.
Konservasi system vegetatif dilakukan dengan melakukan penanaman di lahanlahan kosong dan lahan-lahan yang dianggap tidak produktif. Penanaman pohon
dilakukan dengan harapan lahan-lahan yang kosong akan tertutup oleh tanaman
sehingga jika terjadi turun hujan air yang datang terus masuk dalam tanah menjadi
air bawah tanah yang kemudian menjadi sumber mata air sehingga keberadaan
sumber mata air terus keluar sepanjang tahun. Tidak diharapkan air hujan yang
jatuh langsung mengalir menjadi air permukaan sehingga akan merusak tanah dan
mengakibatkan bencana alam karena tidak ada kendali terhadap aliran air
permukaan.
Konservasi system sipil tehnis dilakukan dengan membangun bangunan-bangunan
konservasi. Hal ini dilakukan untuk menghambat dan mengendalikan air permukaan
sehingga arus aliran permukaan dapat dikendalikan dan dapat diarahkan sehingga
tidak akan merusak tanah maupun lingkungan. Dilain pihak diharapkan dengan
dibangunnya bangunan konservasi mampu untuk menampung sedimentasi,
sehingga pengrusakan tanah bagian permukaan/atas masih terkendali.
Upaya konservasi dan rehabilitasi dengan kedua system tersebut diatas dilakukan
secara bersama-sama sehingga tingkat keberhasillannya dalam pemulihan lahan
sangat tinggi. Dalam melakukan penanaman pohon perlu dilakukan observasi
lapangan guna mengetahui jenis tanaman apa yang sesuai dengan lokasi dan
kondisi didaerah tersebut terutama berkaitan dengan ketinggian tempat, iklim dan
curah hujan. Sedangkan untuk bangunan konservasi observasi lapangan dilakukan
untuk mengetahui tingkat kelerengan tempat yang nantinya digunakan untuk
menentukan bangunan apa yang cocok dan sesuai dengan lokasi tersebut. Dengan
demikian diharapkan tunjuan dan manfaat dari bangunan tersebut sangat tepat.
Ketepatan dalam menganalisa lokasi tempat kegiatan merupakan salah satu factor
penentu keberhasilan dari kegiatan konservasi dan rehabilitasi lahan.