Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT ILMU DENGAN METODOLOGI

PENELITIAN

I. PENGERTIAN TENTANG FILSAFAT, ILMU, DAN


FILSAFAT ILMU SUDAH DISAMPAIKAN DENGAN CUKUP
LENGKAP.

Dapat Disimpulkan :
Pengetahuan / Ilmu : segala sesuatu yang dapat diketahui dan
dikenal oleh manusia (‘ilm) yang dilengkapi dengan otak dan kalbu
serta mempunyai kemampuan berpikir dan berdzikir :
1. Sains (“Ilmu Pengetahuan”), berkaitan dengan berpikir
2. Ma’rifah (“Ilmu Pengenalan”) berkaitan dengan berdzikir.
Sains :
1. Sasins alamiah
2. Sains Sosial
Filsafat : sikap dan cara berpikir (dengan sifat-sifat tertentu)
terhadap dan mengenai kehidupan dan alam semesta sebagai
obyek.
Filsafat Ilmu : Filsafat mengenai Ilmu
1. Keberadaan :
a. Ontology
b. Metafisika
2. Pengetahuan dan kebenaran :
a. Epistemologi
b. Logika
c. Metodologi
3. Nilai :
a. Aksiologi
b. Etika
c. Estetika
A. Berpikir dan Berdzikir bagian dari filsafat.
Menurut Hidayat Nataatmadja,
1. Berpikir dibedakan menjadi :
a. Berpikir transitif, berpikir obyektif (=‘berpikir’) berpikir
diarahkan keluar kedunia pbyek, berpikir rasional
kognitif (Subyek terhadap obyek)
b. Berpikir intrasitif, berpikir transcendental (=’berzikir’)
berpikir diarahkan ke dalam ke dunia subyek
fitriahkan (subyek terhadap maha subyek)
B. ‘Pohon Sains’
1. rumpun ilmu-ilmu alam (natural sciences)/sains
kealaman (alamiah) plus metematika dan cabang-
cabangnya
a. ilmu-ilmu fisik (physical sciences)
b. ilmu-ilmu hayat (life sciences)/biologi
(biological sciences)
2. rumpun-rumpun ilmu social (social sciences)/sain
social plus humaniora (sastra, sejarah, dsb.)
Sistematika utama diatas pada dasarnya sama, sistematika
selanjutnya berbeda-beda, misalnya:
Sistematika lanjutan :
Ilmu-ilmu fisik : fisika, kimia, astronomi, ilmu kebumian
(Earth sciences)
Ilmu-ilmu hayat : i) Fisiologi, ekologi, anatomi/morfologi,
genetika
ii) Botani, zoology, mikrobiologi,
biokimia, biofisika
Ilmu-ilmu social : psikologi, sosiologi, antropologi, ekonomi,
dsb.
C. Sains dan Teknologi
Disamping sains sebagai pengetahuan dasar, juga dikenal
teknologi sebagai pengetahuan terapan
Apa yang dimaksud sains sudah jelas.
Teknologi berarti dua macam :
(1) Hasil penerapan sains
(2) Hasil teknik atau rekayasa (Technology,
Engineering)
Sistematika lain sains sebagai pengetahuan dasar dan
teknologi sebagai pengetahuan terapan :
(1) Sains dasar (Basic science)(ada yang menyebutkan sains
murni)
(2) Sains Terapan (Applied science)
(3) Teknologi (Technology)
Contoh :
Sains Dasar Sains Terapan Teknologi
Fisiologi Fisiologi tanaman Pertanian
tumbuhan Fisiologi ternak Perternakan
Fisiologi Hewan Mikrobiologis medis Kedokteran
Mikrobiologi Dst. Dst.
Dst.

II. PENGERTIAN TENTANG METODOLOGI SERTA


PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUDAH
DISAMPAIKAN SEKEDARNYA
1. METODOLOGI
Konsep teoritis berbagai metode berlandaskan
filsafat tertentu
Berbagai metode (dan teknik) sebagai catatan (prosedur,
cara)
Metode dan teknik :
Prosedur/cara untuk mencapai sesuatu metode
berkaitan dengan otak alat pikiran (konsep), aktivitas
mental, misalnya metode penelitian, perancangan
eksperimen, metode pengukuran dan pengumpulan data,
dsb.
Teknik berkaitan dengan tangan; alat tangan (obyek),
aktivitas fisik, misalnya : instrumensi, analisis kimia,
dsb.
2. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN (RESEARCH AND
DEVELOPMENT) :
Kegiatan memperluaskan khazanah pengetahuan, baik
sains maupun teknologi, dari pengetahuan yang ada,
a. Yang berkaitan dengan sains dikenal sebagai
penelitian :
i) penelitian dasar (basic research)
ii) penelitian terapan (applied research)
b. Yang berkaiatan ddengan teknlogi dikenal
sebagai pengembangan baik penerapan sains yang
menghasilkan teknologi maupun memperluas
khazanah pengetahuan teknologi.

III. HUBUNGAN ANTARA FILASAFAT ILMU DENGAN


METODOLOGI PENELITIAN
Dalam format susulan penelitian serta tesis dan
disertasi tercantum tinjauan atau kajian pustaka yang pada
hakikatnya bertujuan untuk menyusun kerangka pemikiran
(penalaran) yang menghasilkan pernyataan-pernyataan
sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sebagai
masalah penelitian.
Penalaran, proses penyimpulan berdasarkan proporsi-
proporsi yang sudah diketahui (benar) sbg premis (dengan
susunan tepat) yang menghasilkan proporsi lain/baru
(benar) sebagai konkulasi melalui prsedur yang sah sehingga
penalaran itu logis (sesuai dengan logika), sudah
disampaikan cukup lengkap.
Dirumuskan ringkas,
Kerangka penalaran merupakan rangkaian berbagai
penalaran yang menghasilkan konkulasikonkulsi menuju
konkulasi akhir (sebagai jawaban atas pertanyaan sebagai
masalah penelitian) dalam suatu kerangka tertentu
(umumnya sebagai hipotesis).
Logika-Penalaran
1. Logika Tradisional Formal Deduktif
(Aristoteles)(Logika Kelas)-Penalaran deduktif
(deduksi):penalaran deduktif langsung dan penalaran
deduktif tak langsung (silogisme)
Berdasarkan proposisi (tunggal) kategorik (tanpa
syarat)
(a) penalaran deduksi langsung, dari satu
premis dihasilkan satu konkulasi melalui:
(i) Oposisi subalternat (ketercakupan) dua
proposisi kategorik (proposisi A sebagai premis
dan oposisi I sebagai konkulasi)
(ii) Konversi, pertukaran tempat s dan P dalam dua
proposisi kategorik yang ekivalen (S-P → P-S):
proposisi E→E, proposisi I→I, proposisi A→I;
proposisi O tak dapat dikonversi
(iii) Obversi, pengubahan kualitas proposisi
dan penggantian P dengan komplemennya (Non-
P)dua proposisi kategorik yang ekivalen (S=P→P-
S) ≠ non P dan S ≠ non-P dan S ≠ P → S = non-
P): proposisi A ↔ E, proposisi I↔O.
(iv)Kontraposisi, pertukaran tempat komplemen S
(non-S) dan komplemen P (non-P)
Dua proposisi kategorik yang ekivalen
(S=P→non–P=non-S): proposisi O→O, proposisi
E→O, proposisi I tak dapat dikontraposisi
(v) Inversi, penggantian S dengan komplemen S
(non-S) dan P dengan komplemen P (non-P) dua
proposisi I dan O tak dapat diinversi
 Semua oposisi (dikontradiktorik A-O dan dan
E-I, kontrarik A-E, sub kontrik I-O, sub alternative A-I
dan E-O) dapat digunakan sebagai penguji kebenaran
pernyataan / simpulan)
 Konversi, obverse, kontraoposisi, dan inverse
berguna untuk mengungkapkan pikiran dengan
berbagai cara guna memperoleh efek yang berlainan,
tetapi mengandung amanat yang sama.
(b) Penalaran deduktif tak langsung
(silogisme kategorik atau silogisme saja)
Berdasarkan proposisi kategorik , terdiri atas tiga
proposisi, dua sebagai premis (premis mayor dan
premis minor) dan satu sebagai konkulasi
berurutan.
Silogisme mengandung tiga term (S dalam proposisi
minor dan konklusi, P dalam proposisi mayor dan
konklusi, dan m = term tengah dalam kedua
premis)

Silogisme :
(i) ‘Tunggal’ satu silogisme
(ii) Hiperlengkap lebih dari dua silogisme tersusun
(polisilogisme dan sorites) dan dengan
penjelasan (epikirema)
(iii) Tak lengkap (entimema), tanpa premis
mayor, tanpa premis minor, tanpa konkulasi;
tanpa konkulasi dan premis mayor atau minor
(sorites=entimema polisilogisme)
Bentuk [kombinasi antara figura (posisi m:4)
dengan modus (jenis proposisi A, E, I, O sebagai
premis mayor, premis minor, konkulasi:64):256]
yang sah (24):

(i)

(ii)

(iii)

(iv)

Dengan syarat memnuhi ketentuan keharusan sifat


premis dan konklusi
(universal/particular,afirmatif/negatif)
Silogisme merupakan penalaran deduktif standar
(penalaran langsung nonstandar)
2. Logika tradisional formal deduktif (lanjut) (logika
proposional/simbolik)-penalaran deduktif (deduksi)
berupa silogisme.
Berdasarkan proposisi majemuk (dengan syarat)
proposisi majemuk terdiri atas dua proposisi (tunggal)
kategorik yang dihubungkan oleh konektif sebagai
operator proposisional
(i) proposisi (majemuk) negative (=kontradiktor suatu
proposisi afirmatif)
(ii) proposisi (majemuk) konyugtif (dengan konektif ‘dan’,
’sedangkan’, ‘tetapi’ inklusif)
(iii) proposisi (majemuk) disyungtif (dengan konektif
‘tetapi’ inklusif)
(iv) proposisi (majemuk) kondisional atau implikatif
(‘kalau’..,maka…)
(v) proposisi (majemuk) bikondisional
atau biimplikatif
(a) silogisme (proposional) kondisional
premis mayor berupa proposisi (majemuk) kondisional
(proposisi kategorik anggota yang menyatakan
kondisional anteseden, yang dikondisikan = konsekuens)
premis minor berupa proposisi (tunggal) kategorik (ada
yang menyebut silogisme hipotetik)
(i) modus ponens
(premis minor berupa proposisi (tunggal) kategorik
(ada yang menyebut silogisme hipotetik)
(ii) modus tollens
(premis minor menyangkal konsekuens premis mayor),
konklusinya anteseden premis mayor
(b) silogisme (proposional) hipotetik
premis mayor dan premis minor berupa proposisi
(majemuk) kondisional, konklusinya juga proposisi
kondisional dengan anteseden = anteseden premis mayor
dan dengan konsekuens = konsekuens premis minor
(c) Silogisme (proposional) disyungtif atau alternative
Berdasarkan proposisi (majemuk) disyungtif premis
mayor berupa proposisi disyungtif (inklusif) premis minor
menyangkal salah satu alternative konklusi alternative
yang tak disangkal
Menurut Herman Soewardi :
Proposisi kondisional (relasi sebab akibat) ada 10 macam
(i) reversible dan irreversible
(ii) deterministic dan stokastik X→ Y
(iii) koekstensif dan sekwensial
(iv) Necessary dan substitutable
X→Y dalam Z
(v) Sufficient dan contingent
Proposisi majemuk, selain dijadikan dasar silogisme
(yang merupakan sebagian dari penalaran sederhana),
juga dijadikan dasar penalaran-penalaran lain.
Penalaran sederhana, bersama ekuevalensi (mis HK.
Demogran : ‘Nor’, ‘Nand’) dan tantologi (proposisi
majemuk yang selalu benar) digunakan dalam table
kebenaran atau metode deduksi sebagai cara meneliti
penalaran.
Penaran-penalaran lain misalnya :
(a) reduction Ad Absurdum
(membuktikan kebenaran suatu proposisi melalui
negasinya yang teruji salah)
(b) Dilema (proposisi kondisional
dan proposisi disyungtif)
(i) dilemma konstruktif (=dua modus ponens)
(ii) dilemma destruktif (=dua modus tollens) yang
dapat digunakan untuk memaksakan konklusi
tertentu (walaupun dapat dilumpuhkan dengan
retorasi)
3. Logika material induktif – penalaran induktif (induksi):
(a) generalisasi induktif, diikuti dengan deduksi
(b) analogi induktif
(c) induksi berdasarkan hubungan kausal
(metode John Stuart Mill):
(i) metode persamaan
(ii) metode perbedaan
(iii) metode variasi
(iv) metode residu
(v) gabungan metode persamaan-metode perbedaan
semuanya sudah disampaikan cukup jelas
jadi, hubungan antara filasafat, ilmu dengan metologi
penelitian adalah :
Logika penalaran digunakan dalam metode pemecahan
masalah yang kita hadapi dalam rangka pengembangan
pengetahuan (sains dan teknologi) yang masih perlu
diperbincangkan disampaikan kepada anda melalui soal
(2) UAS!
FILSAFAT PRENIAL : PARADIGMA BARU SAINS
(Rujukan : Jalaluddin Rahmat)

 kekecewaan atas paradigma sains modern


mulai muncul jelas tahun 70-an :
Atronot Edgar Mitchell (1973) mendirikan “institute of noetic
sciences” (netic-dari bahasa yunani : nous = jiwa tau ruh)
untuk mengetahui dan mengembangkan jiwa dan ruh (mind
dan spririt) buat kebahagiaan manusia
 Paradigma Baru :
Peran jiwa dalam berbagai fenomena “Basic Stuff of The
Universe” adalah “jiwa” bukan “materi” disebut oleh Willis
Harman: “Metafisika M3”
Ada macam-macam metafisika :
M1, M2, dan M3
(1) Metafisika M1 :
Metafisika positivisme – semua kejadian bermula dari
materi, kesadaran hanyalah faal otak, sentuhan adalah
kerja tangan.
(2) Metafisika M2
Dunia dapat dikaji oleh 2 cara :
Pertama Metter-energy (dikaji oleh sains) dan edua Mind-
Spirit (cara mengetahui lain, misalnya mistisme)
(3) Metafisika M3
Hakikat alam semesta adalah kesadaran “jiwa” atau
kesadaran pokok, materi-energi muncul dari padanya
realitas ada di dunia fisik melalui intuisi yang dalam,
kesadaran yang pertama ada, bukan produk akhir evolusi
materian
 “The aquarian conspiracy” (Mailyn Ferguson, tahun
80-an)
Mempertanyakan asumsi-asumsi sains modern pada saat sains
mengejutkan karena ruang angkasa (outer space).
Para ilmuan tertarik pada ruang batiniah (inner space), pada
wujud batiniah (inner being), pada jiwa dan kesadaran
(consuousness)
 Paradigma yang melihat ked ala bathin disebut
dengan berbagai nama :
- Postpositivisme
- Monismetransendental
- Naturalistik
- Metafisika M3
Jalaluddin Rakhmat menyebutnya “kearifan Perenial” (Sophia
Perennial istilah itu ada dalam “De Perenni Philo-Sophia” dari
Agustinus Steuchus, 1546, surat Leibniz, 1715, “The Perennial
Philosophy” dari Aldous Huxley, 1945).
 Agama agama dunia berbentuk eksosteris dan esosteris,
Eksosteris : tampak pada bentuk-bentuk peribadatan,
arsitektur, kitab suci, dan sebagainya.
Esosteris : merupakan tradisi spiritual hanya diketahui oleh
kelompok kecil, disiplin meditatif.
Agama agama berbeda pada bentuk eksosteris yang didasarkan
pada pengalaman spiritual yang universal (Kearifan Perennial,
Huxley).
 Salah satu bagian unsur ilahiah, yaitu jiwa, terungkap pada
jiwa itu sendiri dan melalui refleksinya dalam perilaku
eksternal pada jiwa orang lain.
Jadi, kearifan perennial didasarkan pada upya menggapai
unsur ilahiah melalui eksplorasi alam batiniah kita.
Pengatahuan yang diperoleh bukan pengetahuan yang
terpecah-pecah seperti dalam sains reduksionistik melainkan
pengetahuan holistik.
 Paradigma kearifan perennial dan implikasinya pada
metodologi.
 Prioritas jiwa di atas materi menimbulkan pandangan
epistemologi yang berbeda kita tidak akan mengetahui
realita hanya melalui penginderaan fisik pengetahuan
diperoleh melalui akses pada “alam batiniah” (deep see) jiwa
mengkonstruksi realitas (terbukti dengan mekanika
kuantum) dengan mempengaruhi, menyebabkan, dan
membentuk realitsa.
 Evolusi ruhaniah: kearifan perennial melihat alam
semesta bergerak secara teleologis menuju Yang Maha Esa,
melihat evolusi sebagai kemunculan struktur, proses, dan
hukum-hukum baru yang sebelumnya tidak ada yang
secara kualitatif dan kuantitatif berbeda dan perubahan itu
menuju ke tingkat lebih tinggi.
(Samuel Alexander, Loyd Morgan, C. D. Brood, Joseph
Needham, Michael Polanyi, dsb.).
 Evolusi Emergent mengakui berbagai tingkat
eksistensi di alam semesta, Alexander menyebut empat:
- ruang dan waktu
- materi
- kehidupan
- ketuhanan
 Hierarki Pengetahuan
Reduksionisme tidak bisa dipertahankan, hukum pada
tingkat eksistensi yang satu tidak bisa di terapkan pada
tingkat eksistensi lain. Harman mengusulkan hierarki sains.
Meister Eckhart:
“the knower and the known are one”.
Ibnu Arabi:
“mataku tidak melihat selain wajahnya, dan telingaku tidak
mendengar selain Firman-Nya.”
Itulah kearifan perennial!
 Sains modern yang didasarkan pada positivisme yang
materialistis dan reduksionistis telah terbukti gagal secara
filosofis dan sosial. “inner mind” dan “spirit” penting kerinduan
pada kearifan perennial yang bersejarah panjang dalam upaya
manusia mencari kebenaran.
 Roger Sperry
Perkembangan konseptual telah mendekatkan kita pada
perpaduan antara sains dengan agama.
 Sayyid Hussein Nasr
Dalam Islam kearifan perennial telah menjadi tradisi lama
jauh sebelum ilmuwan Islam mengambil sains barat yang
positivistik.
Di barat kearifan telah menjadi “escape into higher order”
sebuah struktur disipatif yang lahir karena guncangan dan
krisis.

Anda mungkin juga menyukai