Anda di halaman 1dari 11

TUGAS FILSAFAT MANUSIA

“METODE & PARADIGMA ILMU PENGETAHUAN”

DOSEN PEMBIMBING :

ARCIVID CHORYNIA RUBY, S.Psi, M.Psi, Psikolog

Disusun Oleh:

YULIA DWI JAYANTI (201960067)

SUNOTO (201960068)

ADRIAN HADI Y (201960070)

OLIVIA WINARTI (201960071)

PROGAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2020
A. METODE ILMU PENGETAHUAN

Metode diartikan ilmu yang mempelajari tentang metode-metode. Berasal dari bahasa
yunani yaitu Methodos. Menurut bahasa (etimologi), metode berasal dari bahasa yunani,
yaitu meta (sepanjang), hodos (jalan). Jadi metode adalah suatu ilmu tentang cara atau
langkah-langkah yang ditempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut istilah "Metodologi" berasal dari bahasa yunani yakni methodos dan logos,
methodos berarti cara, kiat dan seluk beluk yang berkaitan dengan upaya menyelesaikan
sesuatu, sementara logos berarti ilmu pengetahuan, cakrawala dan wawasan. Dengan
demikian metodelogi adalah metode atau cara yang berlaku dalam kajian atau penelitian.

Metodologi adalah masalah yang sangat penting dalam sejarah pertumbuhan ilmu. Louay
Safi mendefinisikan metodologi sebagai bidang penelitian ilmiah yang berhubungan dengan
pembahsan tentang metode-metode yang digunakan dalam kajian fenomena alam dan
manusia atau dengan kata lain metodologi adalah bidang penelitian ilmiah yang
membenarkan, mendeskripsikan dan menjelaskan aturan-aturan, prosedur-prosedur sebagai
metode ilmiah.

Unsur - unsur metodologi sebagaiamana telah dirumuskan oleh Anton Bakker dan
Achmad Zubair dalm buku Metodeologi Penelitian Filsafat (1994), antara lain sebagai berikut
: Interpretasi, induksi dan deduksi, Koherensi Intern, holistis, historis, deskripsi, analogikal ,
heoristika, komparasi dan idealisasi.

Metodologi adalah pegkajian mengenai model atau bentuk metode- metode, aturan-aturan
yang hanrus dipakai dalam kegiatan ilmu pengetahuan. Jika dibandingkan antara metode
dengan metodologi, maka metodologi lebih bersifat umum dan metode lebih bersifat khusus.
Metode ilmiah yang digunakan mempunyai latar belakang yaitu pengetahuan.

Dengan adanya latar belakang yang demikian itu, maka metode ilmiah juga cenderung
bermacam-macam, tergantung kepada watak bahan atau problem yang diselidiki. Diantara
beberapa jenis, metode observasi adalah yang paling sedikit dipakai oleh jenis ilmu
pengetahuan apapun. Dengan metode obeservasi, pengamatan yang tepat dan objektif adalah
mutlak dalam ilmu pengetahuan. Dengan metode ilmiah akan diperoleh pengetahuan yang
kebenarannya dapat diandalkan, sebab metode ilmiah menuntut urutan kerja yang objektif,
sistematik, dan rasional.
Metode ilmiah sendiri harus berdasarkan fakta, bebas dari prasangka,
mengembangkan analisa, menghasilkan solusi untuk menyelesaikan masalah, dan
menghasilkan keputusan yang objektif.

Susunan ilmu pengetahuan 


Adapun munculnya ilmu pengetahuan secara filosofi, dapat digambarkan dengan
adanya struktur ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu:
a. Fakta (realita dari common sense) dan konsep (rencana dasar).
b. Generalisasi (proses dari berfikir untuk mendapatkan pendapat yang global) dan teori
(pedoman dasar).
c. Proposisi (rancangan usulan) dan asumsi (praduga atau anggapan sementara).
d. Definisi/ batasan atau ketentuan pengertian.
e. Paradigma (bentuk kasus serta pemecahannya atau pandangan ilmu pengetahuan).
Struktur ilmu pengetahuan diatas, terbentuk dengan diawali oleh common sense yang
kemudian diolah dengan kaidah dan metode ilmiah serta berlandaskan ontology,
epistemology dan axiology, sehingga menjadikannya sebagai filsafat ilmu pengetahuan.

Langkah-langkah dalam ilmu pengetahuan


Bagi seorang filsuf hendaknya  mempunyai ciri dalam berfilosofis terhadap ilmu
pengetahuan, diantaranya dengan memiliki ciri sebagai berikut:
a. Radikal
b. Konseptual 
c. Sistematik  
d. Bebas    
e. Universal, koheren , koprehensif, dan bertanggung jawab.

Landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah, yaitu cara yang dilakukan ilmu
dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan
pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah.
Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menjadi
ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan  sangat bergantung
pada metode ilmiah. Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar
pengetahuan, yaitu rasio dan fakta secara integratif. Pengetahuan yang diperoleh oleh
manusia melalui akal, indera mempunyai metode tersendiri dalam teori
pengetahuan,diantaranya adalah:
A. Metode Induktif
Induksi yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan pernyataan hasil
observasi dalam suatu pernyataan yang lebih umum dan menurut suatu pandangan yang
luas diterima, ilmu-ilrnu empiris ditandai oleh metode induktif, disebut induktif bila
bertolak dari pernyataan tunggal seperti gambaran mengenai hasil pengamatan dan
penelitian orang sampai pada pernyataan pernyataan universal.

B. Metode Deduktif
Deduksi adalah suatu metode yang menyimpan bahwa data-data empirik diolah
lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang harus ada dalam metode deduktif ialah
adanya perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri. Ada bentuk logis
teori itu dengan tujuan apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau ilmiah, ada
perbandingan dengan teori-teori lain dan ada pengujian teori dengan jalan rnenerapkan
secara empiris kesimpulan-kesimpulan yang bisa ditarik dari teori tersebut.

C. Metode Positivisme
Metode ini dikeluarkan oleh August Comte. Metode ini berpangkal dari apa yang
diketahui yang faktual yang positif. Dia menyampingkan segala uraian persoalan di luar
yang ada sebagai fakta oleh karena itu, ia menolak metafisika yang diketahui positif,
adalah segala yang nampak dan segala efode ini dalam bidang filsafat dan ilmu
pengetahuan diatasi kepada bidang gejala-gejala saja.

D. Metode Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indra dan akal manusia untuk
memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda-beda,
harusnya dikembangkan satu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi. Pengetahuan
yang diperoleh lewat intuisi ini bias diperoleh dengan cara berkontemplasi seperti yang
dilakukan oleh Al-Ghazali.

E. Metode Dialektis
Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai
kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates. Namun, Plato mengartikannya
diskusi logika. Kini dialektika berarti tahap logika, yang mengajarkan kaidah-kaidah dan
metode-metode penuturan, juga analisis sistematis tentang ide-ide untuk mencapai apa
yang terkandung dalam pandangan.
B. PARADIGMA ILMU PENGETAHUAN

Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh sangat besar bagi kemajuan di


dunia, bahkan banyak penemuan yang terjadi di dunia timur yang baru dikembangkan pada
dunia barat. Namun perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada
peradaban Yunani, kemudian diakhiri pada penemuan-penemuan pada zaman kontemporer.
Kemudian muncul salah satu pemikiran mengenai “peran paradigma dalam revolusi sains”,
yang mengubah perspektif historis masyarakat yang mengalaminya dan perubahan itu pula
yang mempengaruhi struktur buku-buku teks dan publikasi-publikasi riset pasca revolusi. Dia
adalah Thomas Samuel Kuhn. Dalam bukunya tersebut banyak mengubah persepsi orang
terhadap apa yang dinamakan ilmu. Menurut Kuhn ilmu bergerak melalui tahapan-tahapan
yang akan berpuncak pada kondisi normal dan kemudian digantikan oleh ilmu atau
paradigma baru. Paradigma baru bahkan akan mengancam paradigma lama yang sebelumnya
menjadi paradigma baru.

Perbincangan tentang paradigma selalu memunculkan definisi yang beragam. Namun


istilah ini sebelum menjadi konsep yang populer, menurut Ahimsa (2009: ) para ilmuan sosial
budaya telah menggunakan beberapa konsep yang maknanya kurang lebih sama, yakni:
kerangka 99 teoritis (theoretical framework), kerangka konseptual (conceptualframework),
kerangka pemikiran (frame of thinking), orientasi teoritis (theoreticalorientation), dan sudut
pandang (perspective), atau pendekatan (approach). Pada proses penggunaan selanjutnya,
konsep paradigma semakin lazim digunakan namun bukan berarti makna konsep tersebut
sudah jelas atau disepakai bersama. Lebih lanjut Ahimsa (2009: ) membedakan pengertian
paradigma yang digunakan oleh Kuhn dengan pengertian paradigma yang berasal dari
ilmuwan-ilmuwan lain. Kuhn banyak menjelaskan tentang pergantian paradigma, namun ia
sendiri tidak menjelaskan secara jelas tentang apa yang dimaksudnya sebagai paradigma, dan
tidak menggunakan konsep tersebut secara konsisten dalam berbagai tulisannya. Ahimsa
menduga bahwa hal ini adalah akibat tidak langsung dari topik pembahasannya, yakni
pergantian paradigma dalam ilmu-ilmu alam saja dan tidak menyinggung paradigma dalam
ilmu-ilmu sosial-budaya. Ada kemungkinan karena dia merasa tidak perlu membedakan dua
jenis ilmu pengetahuan tersebut, mengingat dua-duanya adalah ilmu pengetahuan atau
menganggap ilmu sosial-budaya belum merupakan ilmu pengetahuan (science), karena dari
perspektif tertentu status sains (ilmu) memang belum berhasil dicapai oleh cabang ilmu
tersebut. Ketidakjelasan konsep paradigma Kuhn ini menyulitkan dalam penggunaannya
dalam memahami perkembangan dan mengembangkan ilmu-ilmu sosial budaya meski
banyak ilmuan sosial budaya yang telah menggunakan perspektif Khun tersebut.
Sedangkan Ahimsa (2009) mendefinisikan paradigma sebagai: seperangkat konsep
yang berhubungan satu sama lain secara logis membentuk sebuah kerangka pemikiran yang
berfungsi untuk memahami, menafsirkan dan menjelaskan kenyataan dan/ atau masalah yang
dihadapi. Ia memberi penjelasan bahwa kata “seperangkat“ menunjukkan bahwa paradigma
memiliki beragam unsur dan tidak hanya tunggal dimana unsur-unsur tersebut terdiri dari
konsep-konsep. Konsep adalah istilah atau kata yang diberi makna tertentu. Oleh karena itu,
sebuah paradigma juga merupakan kumpulan makna-makna, dan pengertianpengertian.
Kumpulan konsep-konsep ini merupakan sebuah kesatuan, karena konsep-konsep ini
berhubungan secara logis, yakni secara paradigmatik, sintagmatik, metonimik dan metaforik
sehingga dapat dikatakan sebagai seperangkat konsep. Makna dan hubungan antarmakna
yang muncul dalam pikiran ini menjadi kumpulan konsep yang membentuk kerangka
kerangka pemikiran yang berfungsi untuk memahami dan menjelaskan kenyataan atau
masalah yang dihadapi. Kerangka pikiran inilah nantinya yang berfungsi sebagai perangkat
untuk memahami memahami, mendefinisikan, dan menentukan kenyataan yang dihadapi
kemudian menggolongkannya ke dalam kategori-kategori, dan menghubungkannya dengan
definisi kenyataan lainnya, sehingga terjalin relasi-relasi pada pemikiran tersebut, yang
kemudian membentuk suatu gambaran tentang kenyataan yang dihadapi. Namun demikian,
tidak semua orang mampu menyadari kerangka pikirnya sediri atau mengetahui seperti apa
kerangka pikir yang dimiliki yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hanya bagi
mereka yang mampu melakukan refleksi atas apa yang mereka pikirkan, metode-metode dan
prosedur-prosedur yang mereka gunakan. (Ahimsa, 2009: ).

Selanjutnya Ahimsa menyebutkan bahwa paradigma mempunyai beberapa unsur


pookyakni: (1) asumsi-asumsi dasar; (2) nilai-nilai; (3) masalah-masalah yang diteliti (4)
model; (5) konsep-konsep; (6) metode penelitian; (7) metode analisis; (8) hasil analisis atau
teori dan (9) etnografi atau representasi. Di samping pandangan di atas masih banyak usaha
dan pandangan untuk merumuskan apa itu paradigma diantaranya Robert federichs yang
berusaha merumuskan pengertian paradigma secara jelas. Paradigma adalah suatu pandangan
mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang mestinya
dipelajari. Sedangkan Ritzer (1989:6) berusaha mensintesakan pengertian paradigma yang
diajukan berbagai ilmuan. Menurutnya paradigma adalah pandangan yang mendasar dari
ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu
cabang ilmu pengetahuan. Jadi paradigma adalah lain apa yang menjadi pokok persoalan
dalam satu cabang ilmu menurut konsentrasi ilmuan tertentu.

Paradigma membantu ilmuan untuk merumuskan tentang apa yang harus dipelajari,
persoalan-persoalan yang mesti dijawab, bagaimana seharusnya menjawab, serta aturan-
aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi yang dikumpulkan dalam
rangka menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi. Satu paradigma tertentu terdapat satu
kesamaan pandangan tentang apa yang menjadi pokok persoalan dari cabang ilmu tersebut
serta metode dan instrumen sebagai alat analisa. Paradigma merupakan konsensus terluas
yang terdapat dalam cabang ilmu pengetahuan tertentu yang membedakan dengan cabang
keilmuan yang lain.

Paradigma menggolongkan, merumuskan dan menghubugkan berbagai macam


eksemplar, teori dan metode-metode yang ada. Dari paparan di atas dapat dijelaskan bahwa
bahwa dalam satu cabang ilmu pengetahuan tertentu sangat dimungkinkan terdapat berbagai
macam paradigma. Ragam paradigma inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan sudut
pandang antar ilmuan tentang pokok persoalan yang harus dipelajari dan diselidiki oleh
cabang ilmu tertentu. Dalam kontek perkembangan ilmu sosial dalam hal ini sosiologi juga
tidak jauh berbeda.

1. Rasionalisme
Sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal (rasio), pengalaman (empiri)
berfungsi meneguhkan pengetahuan yang diperoleh oleh akal. Akal dapat menurunkan
kebenaran bagi dirinya sendiri.
2. Empirisme
Dunia merupakan keselurahan sebab akibat, perkembangan akal ditentukan oleh
pengalaman empiris (sensual) sumber pengetahuan adalah kebenaran nyata. Pengetahuan
dating dari pengalaman (rasion pasif pada saat pertama pengetahuan didapatkan).
3. Kritisme
Menjembatani faham rasionalisme dan empirisme, pengetahuan diperoleh berasal dari
pengalaman (empiri) yang berupa impresi (kesan) kemudian diolah oleh akal. Pengetahuan
terdapat hubungan sebab akibat sebagai hasil pemikiran manusia
4. Positivisme
Menolak metafisika dan teologi, ilmu pengetahuan harus nyata dan tidak boleh abstrak,
bermanfaat dan diarahkan untuk mencapai kemajuan (suatu zaman yang diatur oleh
cendekiawan dan industry). Menuju generalisasi fakta dengan bersandar pada pengetahuan
nyata dan pandangan – pandangan ilmiah serta membatasi pada hokum – hokum objektif.

Ada 3 tahapan dalam paradigma ilmu pengetahuan dam teori

1. Tahap pertama Paradigma disini membimbing dan mengarahkan aktifitas ilmiah dalam
masa ilmu normal (normal science). Disini para ilmuan berkesempatan menjabarkan dan
mengembangkan paradigma sebagai model ilmiah yang di gelutinya secara rinci dan
mendalam. Dalam tahapan ini para ilmuan tidak bersikap kritis terhadap paradigma yang
membimbing aktifitas ilmiahnya selama menjalankan aktifitas para ilmuan menjumpai
berbagai fenomena yang tidak dapat di terangkan dengan paradigma yang digunakan sebagai
bimbingan atau arahan aktifitas/anomalinya, Anomaly merupakan suatu keadaan yang
menunjukkan ketidak cocokan antara kenyataan dan paradigma yang di pakai.

2. Tahap ke dua Adanya anomaly tersebut menimbulkan kecurigaan/pradugaan sehingga


mulai diperiksa dan dipertanyakan mengenai paradigma tersebut.

3. Tahap ke tiga Para ilmuan bisa kembali lagi ke jalan ilmiah yang sama dengan memperluas
dan mengembangkan suatu paradigma tandingan yang dipandang bisa memecahkan masalah
dan membimbing aktifitas ilmiah berikutnya. Proses perubahan atau peralihan paradigm lama
ke paradigma baru inilah dinamakan revolusi ilmiah. Macam macam paradigma ilmu
pengetahuan

1. Paradigma kualitatif Proses penelitian berdasarkan metodologi yang menyelidiki fenomena


social untuk menemukan teori dari lapangan secara deskriptif dengan menggunakan metode
berfikir induktif

2. Paradigma deduksi-induksi Penelitian deduksi (penelitian dengan pendekatan kuantitatif).


Analisis data-kesimpulan. Penelitian induksi(pendekatan kualitatif). Pengumpulan data-
observasi-hipotesis-kesimpulan.

3. Paradigma piramida Kerangka berfikir/model penyelidikan ilmiah yang tahapannya


menyerupai piramida. Terbagi menjadi:

• Piramida berlapis, yang menunjukkan semakin ke atas berarti tujuan semakin tercapai yaitu
ditemukannya teori baru

• Paramida ganda, yang di buat berdasarkan piramida yang sudah ada


• Piramida terbalik, piramida yang di buat berdasarkan teori yang sudah ada 4. Paradigma
siklus empiris Kerangka berfikir atau model penyelidikan ilmiah berupa siklus 5. Paradigma
rekonstruksi teori. Model penyelidikan ilmiah yang berusaha merancang kembali teori atau
metode yang telah ada dan digunakan dalam penelitian. Agar model rekonstruksi teori dapat
di terapkan dengan baik, pemilihan dan penguasaan teori tertentu yang dianggap relevan
dengan penelitian sangat menunjang keberhasilan teorinya.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 tahap dalam paradigma
ilmu pengetahuan yaitu tahap pertama, tahap ke dua, dan tahap ke tiga. Macam macam
paradigm ilmu pengetahuan ada 5 yaitu paradigma kualitatif, deduktif dan induktif,
piramida,siklus empiris dan paradigma rekonstruksi teori.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/lilis26868/5df4bb15097f363cb24de042/metodologi-ilmu-
pengetahuan

http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/PEMAS/article/view/5609

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/modul/article/download/1448/1215

http://journal.umpo.ac.id/index.php/muaddib/article/download/119/106

https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JAUJ/article/download/1246/1008/

Anda mungkin juga menyukai