KAJIAN PUSTAKA
2.2.3 Jurnalistik
Jurnalistik atau journalisme berasal dari perkataan journal, artinya
catatan harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga
berarti surat kabar. MacDougal (1972) dalam Kusumaningrat
menyebutkan bahwa journalisme adalah kegiatan menghimpun berita,
mencari fakta, dan melaporkan peristiwa. Jurnalisme sangat penting
dimana pun dan kapan pun dan sangat diperlukan dalam suatu negara
demokratis (Kusumaningrat, 2014: 15).
Keperluan untuk mengetahui apa yang terjadi merupakan kunci
lahirnya jurnalisme selama berabad-abad. Tetapi jurnalisme itu sendiri
baru benar-benar dimulai digunakan ketika huruf-huruf lepas untuk
percetakan mulai digunakan. Dengan mesin cetak, lembaran-lembaran
berita dan pamflet dapat dicetak dengan kecepatan yang lebih tinggi,
dalam jumlah yang lebih banyak, dan dengan ongkos yang lebih rendah
(Kusumaningrat, 2015: 16).
Ilmu jurnalistik adalah suatu Ilmu Komunikasi Praktika, karena
ilmu jurnalistik mempelajari penerapan dari pengertian-pengertian Ilmu
2.2.4 Berita
Sebenarnya, sangat sulit untuk mendefinisikan arti berita. Berita
lebih mudah diketahui daripada didefinisikan. Namun secara sederhana
berita dapat didefinisikan sebagai keterangan mengenai peristiwa atau isi
pernyataan manusia (Soehoet, 2003: 23). Menurut Koesworo (1994) berita
adalah sebuah bentuk laporan tentang suatu kejadian yang baru terjadi atau
keterangan terbaru tentang suatu peristiwa. Dengan kata lain berita
merupakan suatu fakta yang menarik atau sesuatu hal yang penting untuk
diketahui oleh khalayak. Doug Newsom dan James A. Wollert dalam
Media Writing: News for the Mass Media mengemukakan, dalam definisi
sederhana, berita adalah apa saja yang ingin dan perlu diketahui oleh orang
atau lebih luas lagi oleh masyarakat. Dengan melaporkan berita, media
massa memberikan informasi kepada masyarakat mengenai apa yang
mereka butuhkan (Sumadiria, 2008: 64).
Suatu peristiwa tidak akan menjadi berita bila tidak memiliki nilai
berita dan layak berita. Dalam berita ada karakteristik instrik yang dikenal
sebagai nilai berita (news value). Nilai berita ini menjadi ukuran yang
berguna, atau yang biasa diterapkan untuk menentukan layak berita
(newsworthy) (Ishwara, 2015: 77).
Nilai berita dianggap sebagai panutan terpilihnya suatu berita atau
tidak dalam sebuah media massa. Beberapa nilai berita yang selalu
dijadikan panutan bagi media massa pada umumnya adalah aktualitas
(timeliness), kedekatan (proximity), dampak (consequence), keterkenalan
(prominence), dan human interest (Kusumaningrat, 2014: 61-64).
2.2.5 Selebriti
2.2.6 Prominence
Media adalah sarana yang kuat untuk memperluas jangkauan
entertainment. Entertainment (dunia hiburan) telah ada sejak zaman
sebelum ada tulisan. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya lukisan di
b. Rutinitas Media
Rutinitas media merupakan poin penting untuk dipahami
karena rutinitas media dalam hal proses produksi berita
memengaruhi isi berita. Rutinitas media berarti suatu yang sudah
terpola, terinstitusi, sesuatu bentuk yang diulang-ulang. Sehingga
membentuk suatu rutinitas yang dilakukan oleh pekerja media
setiap hari. Manusia adalah makhluk sosial dan mereka
berpatisipasi dalam pola tindakan yang tidak mereka ciptakan
sendiri. Mereka berbicara bahasa yang digunakan kelompok
mereka, mereka berpikir dengan cara kelompok mereka berpikir.
(Shoemaker & Reese, 1996: 100).
c) Pihak eksternal
Pihak eskternal seperti pemerintahan dan lingkungan bisnis
juga dapat memengaruhi isi media. Meskipun beberapa negara
memiliki pemerintah yang tidak banyak mengontrol pers, namun
tetap memiliki batasan-batasan tertentu, sehingga isi media
terkadang tetap bergantung pada pihak-pihak tertentu di lingkungan
pemerintahan dan bisnis. Bagi negara yang menganut sistem
otoriter, tentu saja segala isi media akan dikontrol oleh pemerintah.
Meskipun lebih mendapat kelonggaran dari kontrol pemerintah,
negara yang demokratis dan menganut liberalisme tetap
medapatkan sedikit campur tangan dari pemerintahan, namun
pengaruh yang besar terletak pada lingkungan pasar dan bisnis.
e. Ideologi
Samuel Becker berpendapat bahwa ideologi mengatur cara
kita memandang dunia kita dan diri kita sendiri; ia mengendalikan
apa yang kita sebagai sesuatu yang ‘alami’ atau sesuatu yang
‘jelas’. Sebuah ideologi adalah seperangkat kerangka berpikir yang
menentukan cara pandang kita terhadap dunia dan bagaimana kita
bertindak. Level ini merupakan level paling besar dalam model
hierarki pengaruh isi media (Shoemaker & Reese, 1996: 213).
Setiap lembaga pemberitaan (media) tentu memiliki
seperangkat pengetahuan yang diwarisi dan dijalankan atau
ideologi. Pengetahuan yang dimaksud adalah aturan-aturan
perilaku yang sesuai dengan lembaga media tersebut. Bagaimana
suatu media menggambarkan realitas akan menjadi subjektif
karena setiap media mempunyai proses konstruksi yang berbeda-
beda pula.
Harian Waspada
Unsur Prominence
Medan Bisnis pada Rubrik Selebritas