Anda di halaman 1dari 3

Nama :Tifara Devin Anneta

Nim :1101200021

Tugas : RESUME NOBAR DAN DISKUSI “HULU HILIR : NIKEL BATERAI dan
KEADILAN EKOLOGI”

Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Teknologi HPL


(hidrometalurgi high pressure acid leaching) digunakan untuk memproduksi nikel
baterai dari biji laterit. HPAL menghasilkan limbah olahan logam berbentuk lumpur yang
disebut tailing. Industri nikel yang nyatanya untuk baterai mobil listrik untuk tujuan
ramah lingkungan ternyata hal itu dampak buruk bagi masyarakat sekitar yang telah
lebih dulu tinggal di area pabrik nikel tersebut. Bagi para nelayan pendapatan mereka
terus menurun dan pada saat berlayar harus lebih jauh dari garis pantai agar bisa
memancing ikan. Dampak polusi hasil limbah tambang pabrik nikel juga berpengaruh
terhadap kerusakan hutan. Mirisnya lagi menteri lingkungan hidup dan kehutanan
mengijinkan membuang limbah pabrik tersebut kelaut dalam keputusan nomor
sk.259/menlhk/setjen/pkl.1/5/2018. Salah satu yang diijnkan limbah air bahang.
Memang produksi baterai nikel indonesia ini akan berperan penting dalam suplai global
kendaraan listrik, tetapi pemerintah tidak melihat tentang dampak kepada masyarakat
ataupun makluk hidup lainnya. polusinya bisa mengakibatkan mual, diare, sesak nafas,
turunnya kualitas reproduksi, asma, dll.

Isu lingkungan utama hilirasi nikel baterai di indonesia:

1. Pengolahan limbah tailing


2. Emisi korban besar dari PLTU
3. Dampak turunan deforestasi.

Dampak lingkungan dari tailing yang merupakan limbah hasil proses pengolahan
bijih logam untuk mengekstrak mineral melalui dstp (deep sea tailing placement).
Walaupun dibuang ke laut dalam masih banyak makhluk hidup disana dan juga masih
minimnya penelitian tentang laut dalam atau ekosistem laut. Upwelling adalah salah
satu dampak dari dstp ini. Upwelling adalah fenomena naiknya massa air dari lapisan
bawah ke permukaan air. Daerah yang akan kena upwelling ini biasanya tempat
nelayan menangkap ikan. Tailing yang dibuang ke laut akan dapat terangkat ke
permukaan laut dan mencemari ekosistem laut. Hutan Mangrove memiliki potensi untuk
menyerap emisi karbon berlebih ke atmosfer. Tetapi karang laut tetap banyak yang mati

Bappenas tahun 2003 juga pernah mencanangkan program penghentian


pembuangan tailing ke laut serta program pencabutan izin pertambangan yang
membuang tailing ke laut pada 2004. Namun program ini tidak terimplementasi dengan
baik. Walupun rencana pembuangan tailing masih tidak dilakukan,tetapi potensinya
masih ada untuk dilakukan. Selama 2019-2020, perusahaan berusaha membuang >30
juta ton tailing pertahun ke laut morowali dan obi. Padahal kedua lokasi tersebut triangle
area, yaitu daerah biodiversitas laut tertinggi didunia. Aktivitas tambang dan industri
nikel berdampak besar pada lingkungan dan mengakibatkan degradasi ruang produksi
masyarakat lokal dan akses terhadapnya. Di Bahodopi dan Weda, nelayan dan petani
yang banyak bergantung pada sumber daya alam yang paling merasakan dampak-
dampak turunan ini. Eksploitasi sumber daya alam oleh perusahaan telah melampaui
daya dukung lingkungan, terlihat di Morowali dan Weda yang mengalami banjir pada
tahun 2015 dengan intensitas dan bahaya yang makin tinggi.

Perlakuan perusahaan, yang didukung pemerintah lokal, terhadap masyarakat


lokal tidak dapat disebut baik. Ini terlihat dari kerentanan pekerja yang dieksploitasi,
keengganan perusahaan memenuhi tanggung jawab. Pekerjanya dan berbagai dampak
lingkungan dan sosial ekonomi yang dihadapi warga tidak disertai dengan bantuan
yang tepat sasaran dan merata dari perusahaan. Sudah mencoba lewat proposal ke
perusahaan dan pemerintah tidak dapat respon apa apa.

“Kenapa perusahaan mengarahkan pembuangan limbah kepada kami


masyarakat Kurisa? Apakah sengaja mau dibunuh? Sementara kami nelayan hanya
mengharapkan hasil laut saja, sementara limbah itu mengalir kemari.”, ucap Amir 80thn
nelayan asal Kurisa, Morowali. Sejak perusahaan tambang memasuki desa mereka,
dan IMIP mulai beroperasi, kegiatan penangkapan ikan mengalami gangguan. Fatufia
dijadikan kawasan industri dengan dibangunnya pabrik-pabrik pengolahan nikel,
dermaga bongkar muat, bandara, dll. Tak hanya itu, air limbah hasil pendinginan PLTU
dibuang tepat di perairan Kurisa sehingga membuat daerah melaut nelayan Kurisa tidak
lagi produktif. Krisis iklim turut mempengaruhi intensitas siklon tropis di samudra atlantik
dan bermuda. Bukan ,tidak mungkin siklon tropis yang menghantam NTT beberapa
waktu lalu juga termasuk hasil ini

Anda mungkin juga menyukai