Anda di halaman 1dari 47

Pengantar Metodologi Penelitian

Konsep dasar penelitian :


a. Hakikat metodologi
b. Hakikat Penelitian
c. Tujuan Penelitian
d. Kontribusi melaksanakan penelitian
Paradigma Penelitian :
a. Hakikat paradigm penelitian.
b. Perkembangan paradigma teori konstruksi sosial
Permasalahan yang dapat dijadikan penelitian

Metodologi
 cara atau ilmu-ilmu yang dipakai untuk menemukan kebenaran menggunakan
penelusuran dengan tata cara tertentu dalam menemukan kebenaran, tergantung dari
realitas apa yang dikaji.
 studi tentang metode, pertimbangan filosofis dan analitis dasar untuk, kesesuaian dan
batas logis dari berbagai pendekatan dan perspektif pada penelitian

Perbedaan Metode dan Metodologi


Disimpulkan secara ringkas perbedaan metode dan metodologi yaitu :
1. Berdasarkan Etimologi
 Metode (method) berarti metode atau cara
 Metodologi terdiri dari dua suku kata yaitu method dan logos yang
artinya adalah ilmu tentang metode
2. Berdasarkan Pengertian
 Metode adalah “prosedur, teknik, atau langkah untuk melakukan sesuatu,
terutama untuk mencapai tujuan tertentu.
 Metodologi adalah “prosedur ilmiah yang didalamnya termasuk
pembentukan konsep, preposisi, model, hipotesis, dan teori, termasuk
metode itu sendiri.
3. Berdasarkan Sifat
 Metode bersifat khusus. Metode lebih berkaitan dengan teknis saja dari
keseluruhan yang dibahas dalam metodologi.
 Metodologi bersifat umum. Metodologi merupakan sistem panduan
untuk memecahkan persoalan, dengan komponen spesifiknya adalah
bentuk, tugas, metode, teknik dan alat.

Penelitian
The process of exploring the unknown, studying and learning new things, building new
knowledge about things that no one has understood before
(Berndtsson et al, 2008).
Penelitian ilmiah
Rangkaian pengamatan yang sambung menyambung, berakumulasi dan melahirkan teori-
teori yang mampu menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena. Penelitian ilmiah
sering diasosiasikan dengan metode ilmiah sebagai tata cara sistematis yang digunakan
untuk melakukan penelitian.

Tujuan utama penelitian ilmiah yaitu:


1. Eksploratif (Penemuan) : menemukan sesuatu yang baru dalam bidang tertentu
2. Verifikatif (Pengujian): menguji kebenaran sesuatu dalam bidang yang telah ada
3. Developmental (Pengembangan) : mengembangkan sesuatu dalam bidang yang
telah ada
4. Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi)

Ciri-ciri dari penelitian ilmiah :


1. Purposiveness, yaitu fokus dengan tujuan yang jelas.
2. Rigor, yaitu teliti, memiliki dasar teori dan desain metodologi yang baik.
3. Testability, yaitu prosedur pengujian hipotesis jelas.
4. Replicability, yaitu pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau yang
sejenis.
5. Objectivity, yaitu berdasarkan fakta dari data aktual, tidak subjektif dan
emosional.
6. Generalizability, yaitu semakin luas ruang lingkup penggunaan hasilnya semakin
berguna.
7. Precision, yaitu mendekati realitas dan dapat diperkirakan peluangnya.
8. Parsimony, yaitu kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode
penelitiannya.

Kontribusi melaksanakan penelitian


1. Ilmu pengetahuan
2. Masyarakat

Paradigma Penelitian
a. Orang selalu menilai berdasarkan pikirannya
b. Asumsi
c. Kebenarannya belum jelas, belum tentu sesuai realitanya
d. Apa yang dilihat, belum tentu menggambarkan apa yang dilihat
e. Disepakati oleh sekelompok orang

 Menurut Thomas More :


Di dalam paradigma bekerja politik
Menurut Thomas kuhn :
Paradigma adalah Kondisi sosial yang mempengaruhi kondisi research
(The Kuhn Cycle)
 Paradigma merupakan serangkaian pandangan yang saling berkaitan
mengenai fenomena-fenomena didunia. Dalam sebuah study, paradigma
berorientasi sebagai kerangka filosofis dan konseptual
 Paradigma peneliti akan membawa kepada pemahaman terhadap
metodologi penelitian. Didalam metodologi penelitian tersebut terdapat
teori-teori dan metode-metode.

Paradigma
Asumsi peneliti dalam melihat sebuah permasalahan yang ingin
dibuktikan kebenarannya melalui sebuah penelitian ilmiah

Perkembangan paradigma teori konstruksi sosial


 Seni Memehami Penelitian Kuliatatif Dalam Bimbingan Dan
Konseling : Studi Literatur (https://media.neliti.com/media/publications/177169-ID-
seni-memehami-penelitian-kuliatatif-dala.pdf)

 Sistematika teori, paradigm dan metodologi

 Paradigma dalam sosiologi


 Perkembangan paradigm teori kontruksi social
Lihat di Burhan, B. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta : kencana, hal. 32

Permasalahan yang dapat dijadikan penelitian


 Penelitian dilakukan karena ada masalah penelitian, dimana masalah penelitian
muncul karena adanya latar belakang penelitian yang terlahir dari masalah
kehidupan
 Masalah kehidupan bukan masalah dalam penelitian
Metodologi Penelitian Dasar

Filosofi terbentuknya metode penelitian :


a. Filosofi metode kuantitatif dan kualitatif
b. Teorisasi Pendekatan induktif dan deduktif
Perbandingan penelitian kuantitatif dan kualitatif

Asumsi

Filosofi metode kuantitatif

Filsafat Positivisme :
 Kata Positivisme merupakan turunan dari kata positive. John M. Echols
mengartikan positive dengan beberapa kata yaitu positif (lawan dari negatif),
tegas, pasti, meyankinkan. Dalam filsafat, positivisme berarti suatu aliran filsafat
yang berpangkal pada sesuatu yang pasti, faktual, nyata, dari apa yang diketahui
dan berdasarkan data empiris.
 Aliran ini menolak sesuatu seperti metafisik dan ilmu gaib dan tidak mengenal
adanya spekulasi. Aliran ini berpandangan bahwa manusia tidak pernah
mengetahui lebih dari fakta-fakta, atau apa yang nampak, manusia tidak pernah
mengetahui sesuatu dibalik fakta-fakta.
 Ajaran positivisme muncul pada abad 19 dan termasuk jenis filsafat abad modern.
Kelahirannya hampir bersamaan dengan empirisme. Kesamaan diantara keduanya
antara lain bahwa keduanya mengutamakan pengalaman. Perbedaannya,
positivisme hanya membatasi diri pada pengalaman-pengalaman yang objektif,
sedangkan empirisme menerima juga pengalaman-pengalaman batiniah atau
pengalaman yang subjektif.
 Tokoh terpenting dari aliran positivisme adalah August Comte (17981857), John
Stuart Mill (1806-1873), dan Herbert Spencer (1820-1903). Dalam
perkembangannya aliran ini diletakkan dalam hubungan statika dan dinamika,
dimana statika yang dimaksud adalah kaitan
 Metode positif ini mempunyai 4 ciri, yaitu:
1. Metode ini diarahkan pada fakta-fakta
2. Metode ini diarahkan pada perbaikan terus meneurs dari syarat-syarat hidup.
3. Metode ini berusaha ke arah kepastian.
4. Metode ini berusaha ke arah kecermatan.

Filosofi metode kualitatif


 Post positivisme merupakan sebuah aliran yang datang setelah positivisme dan
memang amat dekat dengan paradigma positivisme. Salah satu indikator yang
membedakan antara keduanya bahwa post positivisme lebih mempercayai proses
verifikasi terhadap suatu temuan hasil observasi melalui berbagai macam metode.
 Post positivisme merupakan aliran yang ingin memperbaiki kelemahankelemahan
positivisme yang hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung
terhadap objek yang diteliti
 Di mulai tahun 1970-1980an. Pemikirannya dinamai “postpositivisme”.
Tokohnya; Karl R. Popper, Thomas Kuhn, para filsuf mazhab Frankfurt
(Feyerabend, Richard Rotry).
 Paham ini menentang positivisme, alasannya tidak mungkin menyamaratakan
ilmu-ilmu tentang manusia dengan ilmu alam, karena tindakan manusia tidak
bisa di prediksi dengan satu penjelasan yang mutlak pasti, sebab manusia selalu
berubah.
Teorisasi Pendekatan induktif

Teorisasi Pendekatan deduktif

Proses Teorisasi dan Penelitian Kualitatif di bidang BK

https://media.neliti.com/media/publications/177169-ID-seni-memehami-penelitian-
kuliatatif-dala.pdf
Perbandingan penelitian kuantitatif dan kualitatif
Dapat dilihat dari 9 perbedaan berikut :
1. Desain Penelitian
Kualitatif bersifat umum, fleksibel, dan dinamis. Penelitian kualitatif sendiri
dapat berkembang selama proses penelitian berlangsung
Kuantitatif memiliki sifat yang khusus, terperinci, dan statis. Alur dari penelitian
kuantatif sendiri sudah direncanakan sejak awal dan tidak dapat diubah lagi.
2. Analisis Data
Kualitatif dapat dianalisis selama proses penelitian berlangsung.
Kuantitatif dapat dianalisis pada tahap akhir sebelum laporan.
3. Istilah Subjek Penelitian
Kualitatif memiliki subjek penelitian yang biasa disebut dengan narasumber.
Kuantitatif memiliki subjek penelitian yang biasa disebut dengan responden.
4. Cara Memandang Fakta
Kualitatif: Penelitian kualitatif memandang "Fakta/Kebenaran" tergantung pada
cara peneliti menginterpretasikan data. Hal ini dikarenakan ada hal-hal kompleks
yang tidak bisa sekedar dijelaskan oleh angka, seperti perasaan manusia.
Penelitian kuantitatif berangkat dari data yang kemudian dijelaskan oleh teori-
teori yang dianggap relevan, untuk menghasilkan suatu teori yang menguatkan
teori yang sudah ada.
Kuantitatif: Penelitian kuantitatif memandang "Fakta/Kebenaran" berada pada
objek penelitian di luar sana. Peneliti harus netral dan tidak memihak. Apapun
yang ditemukan di lapangan, itulah fakta. Penelitian kuantitatif berangkat dari
teori menuju data.
5. Pengumpulan Data
Kualitatif: Penelitian kualitatif lebih berfokus pada sesuatu yang tidak bisa diukur
oleh hitam putih kebenaran, sehingga pada penelitian kualitatif peneliti mengorek
data sedalam-dalamnya atas hal-hal tertentu, sehingga kualitas penelitian
kualitatif tidak terlalu ditentukan oleh banyaknya narasumber yang terlibat, tetapi
seberapa dalam peneliti menggali informasi spesifik dari narasumber yang
dipilih.
Kuantitatif: Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan serangkaian
instrumen penelitian berupa tes/kuesioner. Data yang terkumpul kemudian
dikonversikan menggunakan kategori/kriteria yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Kualitas penelitian kuantitatif ditentukan oleh banyaknya responden penelitian
yang terlibat.
6. Representasi Data
Kualitatif: Hasil penelitian kualitatif berupa interpretasi peneliti akan sebuah
fenomena, sehingga laporan penelitian akan lebih banyak mengandung deskripsi.
Kuantitatif: Hasil penelitian kuantitatif dipresentasikan dalam bentuk hasil
penghitungan matematis. Hasil penghitungan dianggap sebagai fakta yang sudah
terkonfirmasi. Keabsahan penelitian kuantitatif sangat ditentukan oleh validitas
dan reliabilitas instrumen yang digunakan.
7. Implikasi Hasil Riset
Kualitatif: Hasil penelitan kualitatif memiliki implikasi yang terbatas pada
situasi-situasi tertentu. Sehingga, hasil penelitian kualitatif tidak bisa
digeneralisasi dalam setting berbeda.
Kuantitatif: Hasil penelitian kuantitatif berupa fakta/teori yang berlaku secara
umum (generalized). Kapanpun dan di manapun, fakta itu berlaku.
8. Macam Metode
Kualitatif: Fenomenologi, etnografi, studi kasus, historis, grounded theory.
Kuantitatif: Eksperimen, survey, korelasi, regresi, analisis jalur, expost facto.
9. Tujuan Penelitian
Kualitatif: Memperoleh pemahaman mendalam, mengembangkan teori,
mendeskripikan realitas dan kompleksitas sosial.
Kuantitatif: Menjelaskan hubungan antar variabel, menguji teori, melakukan
generalisasi fenomena sosial yang diteliti
Dapat dibaca sumber berikut :

https://www.researchgate.net/publication/279645679_Landasan_Filsafat_Dan_Metode_P
enelitian_Kualitatif
METODE-METODE DALAM
PENELITIAN ILMU SOSIAL

1. Metode Penelitian Sosial (Social Research Method)


Mahasiswa selalu dihadapkan pada permasalahan teoritis dan metodologis dalam proses
penulisan tugas akhir atau skripsi. Permasalah muncul karena kebingungan menentukan topik
skripsi dan teori serta metode yang harus digunakan dalam penelitian mereka. Tidak sedikit
dari mahasiswa yang kurang memahami bahwa dua permasalahan tersebut memiliki
keterkaitan satu dengan yang lainnya. Pemilihan teori yang akan digunakan sebagai pisau
dalam menganalisis sebuah realitas sosial akan selalu memiliki konsekuensi pada pemilihan
metode penelitian yang akan digunakan dalam pengumpulan data atau informasi. Misalnya,
jika seorang mahasiswa menggunakan teori Peter L. Berger tentang konstruksi realitas sosial
maka metode penelitian yang tepat untuk digunakan adalah metode kualitatif atau lebih
tepatnya menggunakan metode fenomenologi.
Sebelum menguraikan lebih lanjut tentang metode penelitian, mahasiswa harus terlebih
dahulu memahami apa yang dimaksud dengan penelitian sosial (social reseach). Menurut
Neuman (Neuman, 2000), penelitian sosial merupakan kumpulan metode-metode yang
digunakan oleh peneliti secara sistematis, terstruktur dan terorganisasi untuk
menghasilkan pengetahuan tentang dunia sosial (social world) atau realitas sosial. Hal ini
berarti, seorang peneliti harus mematuhi aturan dan tahapan yang disyaratkan oleh sebuah
metode penelitian. Aturan inilah yang membedakan pengetahuan yang diperoleh seseorang
dari common sense, yaitu pengetahuan yang secara bersama-sama dimiliki oleh peneliti dan
masyarakat di sekitarnya.
Setelah memahami apa yang dimaksud dengan metode penelitian sosial dan
perbedaannya dengan pengetahuan common sense, mahasiswa lebih lanjut harus mampu
memahami apa yang dimaksud dengan dunia atau realitas sosial. Permasalahan yang sering
muncul adalah seorang peneliti mengalami kesulitan untuk membedakan mana yang
dimaksud dengan realitas individu dan realitas sosial. Permasalahan ini lebih lanjut akan
mengakibatkan kesulitan bagi mahasiswa untuk memilih atau menentukan topik penelitian
yang akan dilakukan. Seorang peneliti akan bisa membedakan realitas individu dan realitas
sosial melalui apa yang dijelaskan oleh Giddens (2010) dengan imajinasi sosiologis. Giddens
menyatakan bahwa masalah individu (personal troubles) dan masalah sosial (public issues)
dapat dibedakan dengan beberapa cara. Pertama, masalah individu bisa menjadi masalah
sosial bila secara kuantitas jumlah individu yang mengalami masalah tersebut secara
kuantitas bertambah. Misalnya, jumlah siswa SD yang mengalami stress meningkat dari 5%
menjadi 95% siswa setelah K13 diberlakukan, maka masalah ini bukan lagi realitas
psikologis atau individu tetapi sudah berubah menjadi masalah sosial. Siswa SD mengalami
stress bukan karena masalah karakter individu atau problem psikologis lainnya, namun
karena masalah lingkungan atau struktur di luar individu, dalam hal ini terkait dengan
penetapan kurikulum baru. Kedua, masalah individu bisa menjadi public issues bila sebab
dan dampak/akibat sebuah masalah terjadi karena faktor struktur atau
konteks/lingkungan/masyarakat dimana masalah tersebut terjadi. Masalah teroris menjadi
masalah sosial karena tidak lagi terkait dengan bagaimana seorang teroris memaknai jihad,
tetapi sebab munculnya terorism karena sistem yang sangat kapitalistik, kemiskinan,
kesenjangan dan sebab struktur lainnya.
Banyak cara yang bisa dilakukan oleh seorang peneliti dalam proses menemukan atau
menentukan masalah sosial. Termasuk diantara cara tersebut adalah melalui pengalaman,
pengamatan, media, diskusi dan yang paling utama dengan cara membaca berbagai literatur
seperti buku dan jurnal penelitian (Bryman, 2004).

2. Perbedaan metode atau cara melihat realitas sosial


Setelah peneliti mampu melakukan imaginasi sosiologis maka mereka diharapkan
mampu menemukan atau menentukan masalah sosial yang akan diteliti. Tahap selanjutnya
yang harus dilalui oleh seorang peneliti adalah menentukan bagaimana memandang atau
mengkaji realitas sosial yang akan diteliti tersebut. Secara umum, ada dua cara pandang
(perspektif/paradigma) yang bisa dipilih seorang peneliti dalam melihat sebuah masalah
sosial, yaitu positivis (perspektif marko) dan post-positivis (perspektif mikro/interpretive).
Perspektif alternatif lain di luar dua mainstream tersebut adalah perspektif yang mencoba
menempatkan atau menggbungkan keduanya dalam satu atap (perspektif messo).

2. 1. Perspektif atau pemikiran positifis yang mendasari metode kuantitatif


Perspektif positivis melihat realitas sosial adalah berada di luar individu (external
reality. Realitas sosial ini bersifat mengatur dan mempolakan tindakan individu secara
terulang (menjadi hukum) yang dapat ditemukan dan diprediksi. Misalnya, kondisi ekonomi
seorang individu akan mengatur dan mempolakan bagaimana cara dia berperilaku atau
bertindak seperti berpakaian, berpikir, berkomunikasi atau bahkan cara belajar di kampus.
Perspektif ini menempatkan seorang individu sebagai human yang pasif yaitu sangat
tergantung pada realitas atau struktur sosial (masyarakat, norma, aturan) yang ada di luar
dirinya. Cara pandang atau berpikir seperti ini sebenarnya mereplika cara berpikir dalam
ilmu-ilmu alam (natural science) yang juga menempatkan nature atau fenomena alam secara
lebih dominan dibandingkan obyek (termasuk human) yang hidup di dalamnya. Seorang
manusia akan tunduk atau takluk pada fenomena alam yang ada di luar dirinya seperti,
bergantinya siang dan malam, pergantian musim, hukum gravitasi dan hukum-hukum alam
lainnya. Manusia hanya bisa mengendalikan hukum alam dengan perkembangan teknologi
dengan meminimalkan atau memaksimalkan pengaruhnya. Hubungan antara individu-
individu dan struktur di luar dirinya dapat digambarkan dalam bagan berikut ini :

Bagan 1. Perspektif Positivis

Tingkat Pendapatan
Orang tua

Norma Agama
Jenis Peer Group

Tingkat Prestasi Mahasiswa 1


Aturan Kampus
Tingkat Prestasi Mahasiswa 2

Tingkat Prestasi Mahasiswa 3

Tingkat Prestasi Mahasiswa 4


Fasilitas Kampus
Kemampuan Dosen

Kurikulum

= variabel Y
= variabel X (fokus penelitian)
= mengontrol, mendominasi, mempolakan tindakan individu/mahasiswa

Bagan di atas menunjukkan bagaimana perspektif positivis melihat sebuah realitas


sosial. Perspektif ini lebih fokus pada struktur atau realitas sosial yang berada di luar individu
yang mendominasi atau mempengaruhi bagaimana individu-individu akan berperilaku atau
melakukan tindakan.
Seorang peneliti yang memilih perspektif positivis akan disibukkan dengan mencari
berbagai faktor atau realitas sosial yang mempengaruhi atau menyebabkan tindakan atau
perilaku individu. Perilaku dan tindakan yang nampak inilah yang selanjutnya akan
dikaji dalam penelitian yang menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan
instrumen penelitian utama yaitu kuesioner. Dalam penelitian kuantitatif, faktor-faktor
yang mempengaruhi tindakan atau perilaku seorang individu ini disebut dengan variabel X
atau variabel independent (bebas/pengaruh/tidak terikat). Sementara itu, tindakan atau
perilaku individu yang dipengaruhi oleh faktor di luar individu disebut dengan variabel Y
(terikat/terpengaruh).
Lebih lanjut, faktor atau realitas sosial yang mempengaruhi prestasi seorang mahasiswa
bisa dicari dan dikembangkan oleh peneliti melalui teori atau konsep yang telah ada.
Misalnya, menurut beberapa teori dan hasil penelitian, prestasi seorang mahasiswa akan
dipengaruhi oleh beragam faktor, mulai dari bagaimana kondisi ekonomi keluarganya,
bagaimana dia berinteraksi dengan peer group nya, bagaimana dia menerapkan peraturan dan
menggunakan fasilitas di kampus, bagaimana dia memberikan perspesi terhadap kurikulum
yang diterapkan dan juga respon terhadap kemampuan mengajar dosennya. Cara berpikir
yang didasarkan pada teori atau konsep yang telah ada sebelumnya inilah yang disebut
dengan cara berpikir deduktif yang merupakan dasar dari metode atau penelitian kuantitatif.
Tujuan dari berpikir deduktif adalah menguji teori yang sudah ada apakah terbukti atau tidak
dalam sebuah konteks sosial tertentu.

Bagan 2. Proses Berpikir Deduktif


Teori (umum/general) khusus (realitas atau konteks sosial dimana teori
akan diuji)

Kritik terhadap penelitian positivis dengan metode kuantitatif yaitu mengabaikan nilai
dalam proses penelitian, baik nilai yang melekat pada obyek penelitian (individu yang
diteliti) dan nilai yang melekat pada peneliti (harus obyektif) agar tidak terjadi bias dalam
penelitian. Oleh karena itu penelitian kuantitatif dikenal dengan perspektif yang bebas nilai
(value free).

2. 2. Perspektif atau pemikiran post-positivis yang mendasari metode kualitatif


Konsep post dalam post-positivis sering diartikan dalam dua hal yaitu sebagai masa
atau waktu setelah dominasi perspektif positivis dan juga kritik terhadap perspektif tersebut.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pemikiran positivis banyak mendapatkan kritik
karena ‘rezim’ bebas nilainya. Pemikiran ini menganggap manusia sebagai makhluk pasif
yang hanya bisa tunduk pada dominasi realitas sosial di luar dirinya. Perspektif post-positifis
sebaliknya berpendapat lain. Seorang individu memiliki kapasitas untuk berpikir yang
memungkinkan dirinya secara sadar melakukan sebuah perilaku atau tindakan untuk tujuan
tertentu, terlepas dari pengaruh atau dominasi struktur di luar dirinya. Perilaku atau tindakan
individu inilah yang pada akhirnya membentuk kumpulan atau agregat yang menjadi cikal
bakal terbentuknya sebuah struktur atau realitas sosial. Oleh karena itu, perspektif post-
positivis menekankan bahwa penelitian ilmu sosial seharusnya lebih fokus untuk mengkaji
tindakan sosial yang memiliki makna atau tujuan tertentu dari seorang individu. Tokoh atau
pemikir utama dari perspektif post-positivis dalam Sosiologi adalah Max Weber dalam
konsepnya tentang Verstehende (understanding). Weber menjelaskan Verstehende sebagai
sebuah pemahaman atau empati terhadap pengalaman hidup sehari-hari dari people dalam
seting sejarah tertentu. Dengan demikian, jika seorang peneliti ingin memahami sebuah
realitas sosial maka dia harus berangkat dari data atau informasi dari individu-individu terkait
pengalaman hidup, pengetahuan, makna, motivasi yang mereka miliki terhadap realitas
tertentu. Hubungan antara individu dan realitas sosial dalam perspektif post-positivis bisa
digambarkan dalam bagan berikut ini :

Bagan 3. Perspektif Post-Positivis

Mahasiswa Berprestasi Mahasiswa Berprestasi

Mahasiswa 1

Mahasiswa 2

Mahasiswa 3

= realitas sosial
= individu-individu yang membangun (construct) makna tentang realitas sosial
= interaksi antar mahasiswa
= proses mendefinisikan realitas sosial

Bagan di atas mengilustrasikan bagaimana perspektif post-positvis melihat sebuah


realitas sosial. Perspektif ini menjelaskan bahwa realitas sosial terbentuk atau terbangun dari
bagaimana individu-individu memberikan definisi terhadap realitas tersebut. Realitas sosial
terdiri dari individu-individu yang membangun makna dan memberikan interpretasi terhadap
makna tersebut melalui interaksi sosial mereka sehari-hari. Terkait bagan di atas, seorang
peneliti ingin mengkaji tentang sebuah realitas sosial yaitu menurunnya prestasi mahasiswa.
Berbeda dengan perspektif positivis yang akan mencari faktor-faktor yang menyebabkan
realitas tersebut muncul, seorang peneliti yang menggunakan perspektif post-positivis akan
fokus pada sumber darimana realitas tersebut terbentuk yaitu mahasiswa itu sendiri.
Perspektif post-positivis akan mencoba menggali bagaimana seorang mahasiswa memikirkan,
memaknai atau memberikan definisi terhadap sebuah prestasi. Data atau informasi semacam
ini harus diperoleh sendiri oleh seorang peneliti dari informan langsung di lapangan atau
melalui media sosial (empirical data). Cara berpikir yang didasarkan pada empirical data ini
disebut dengan cara berpikir induktif yang merupakan dasar dari metode atau penelitian
kualitatif.

Bagan 4. Proses Berpikir Induktif


Khusus (observasi/empirical data) umum (membuat, mengkritik, atau
memperkuat teori)

Kesulitan utama yang dihadapi oleh seorang peneliti yang menggunakan perspektif
post-positivis adalah terkait dengan proses penggalian data dan informasi tentang apa yang
dipikirkan, dipahami atau dialami oleh seorang individu. Informasi semacam ini tidak
nampak dan tidak mudah digali dari seorang individu. Oleh karena itu, seorang peneliti harus
masuk ke dalam kehidupan sehari-hari (natural setting) individu-individu tersebut untuk
mengetahui apa yang mereka alami, pikirkan, pahami terkait dengan sebuah realitas sosial.
Proses ini bisa dilakukan melalui wawancara mendalam (depth interview) dan observasi yang
biasa digunakan sebagai instrumen dalam penelitian kualitatif. Setelah data atau informasi
bisa digali dari seorang individu, tahap selanjutnya yang harus dilakukan oleh seorang
peneliti yang menggunakan metode kualitatif adalah memberikan interpretasi terhadap data
dan informasi tersebut. Proses interpretasi data tersebut tergantung sepenuhnya pada peneliti
tersebut dan tidak bisa diwakilkan oleh orang lain. Dengan demikian, dalam penelitian
kualitatif, seorang peneliti sekaligus menjadi instrumen penelitian itu sendiri yang tidak bisa
digantikan perannya oleh instrumen lain seperti kuesioner misalnya.
Lebih lanjut, berbeda dengan metode kuantitatif, metode kualitatif tidak mengabaikan
nilai dalam proses penelitian, baik nilai yang melekat pada obyek penelitian (individu yang
diteliti) dan nilai yang melekat pada peneliti. Oleh karena itu penelitian kualitatif bukan
perspektif yang bebas nilai (value free).
Prinsip-prinsip dan Karakteristik Penelitian Kualitatif
- Prinsip-prinsip Penelitian Kualitatif
- Kelebihan Penelitian Kualitatif
- Kekurangan Penelitian Kualitatif

PERTEMUAN III
Tujuan :
1. Mahasiswa mampu menguraikan prinsip dalam penelitian kualitatif
2. Mahasiswa mampu mencirikan penelitian kualitatif

Prinsip penelitian Kualitatif :


- Pemikiran induktif
- Data berupa kata-kata
- Menghasilkan teori baru dan/atau pengembangan teori

1. Naturalistic inquiry
Mempelajari situasi dunia nyata secara alamiah. Tidak manipulatif.
Terbuka pada setiap apapun yang muncul.
2. Inductive analysis
Mendalami sebuah rincian dan kekhasan data. Tujuannya
menemukan kategori, dimensi, dan kesaling hubungan.
3. Holistic perspective
Fenomena dipelajari dan dipahami sebagai sistem yang kompleks.
4. Qualitative data
Pendeskripsian secara terinci. Kajian dilakukan secara mendalam.
5. Personal contact and insight
Peneliti mempunyai hubungan langsung dengan subjek penelitian,
situasi, dan fenomena yang sedang dipelajari
6. Dynamic systems
Mempertimbangkan proses.Perubahan dianggap sebagai hal yang
bersifat konstan dan terus berlangsung baik secara individu
maupun budaya secara keseluruhan.
7. Unique case orientation
Setiap persoalan yang dijadikan objek penelitian memiliki sifat
khusus dan khas.
8. Context Sensitivity
Menempatkan temuan-temuan penelitian dalam konteks sosial,
historis, dan waktu.
9. Emphatic Netrality
Penelitian dilakukan secara netral agar obyektif tapi juga bersifat
empati
10.Design flexibility
Desain penelitiannya bersifat fleksibel, terbuka beradaptasi sesuai
perubahan yang terjadi (tidak bersifat kaku)

Kelebihan Penelitian Kualitatif :


1. Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang
pendidikan yang akan diteliti,
2. Mampu menciptakan rapport kepada setiap orang yang ada pada
situasi sosial yang akan diteliti. Menciptakan rapport berarti
mampu membangun hubungan yang akrap dengan setiap orang
yang ada pada konteks sosial,
3. Memiliki kepekaan untuk melihat setiap gejala yang ada pada
obyek penelitian (situasi sosial),
4. Mampu menggali sumber data dengan observasi partisipan, dan
wawancara mendalam secara trianggulasi, serta sumber-sumber
lain,
5. Mampu menganalisis data kualitatif secara induktif
berkesinambungan mulai dari analisis deskriptif, domain,
komponensial, dan tema kultural/budaya,
6. Mampu menguji kredibilitas, dependabilitas, konfirmabilitas, dan
transferabilitas hasil penelitian,
7. Mampu menghasilkan temuan pengetahuan, mengkonstruksi
fenomena, hipotesis atau ilmu baru
Kekurangan Penelitian Kualitatif :
1. Hasil penelitian bergantung pada kemampuan dan pengalaman
peneliti.
2. Kemungkinan perubahan perilaku dari objek penelitian
3. Prosedur penelitian yang belum standar.
Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif

Jenis-jenis penelitian kualitatif (hakikat, tujuan, fungsi/manfaat, karakteristik) dari:


a. Design Studi Kasus
b. Desain Etnografi

Desain Studi Kasus

Studi kasus adalah studi spesifik mengenai subjek tertentu seperti individu, organisasi,
kelompok, tempat, peristiwa, atau kejadian fenomena. Studi kasus kerap kali dipakai pada
penelitian pendidikan, bisnis, sosial dan klinis (clinical)

 Desain penelitian studi kasus seringkali melibatkan dan memakai metode


kualitatif, meskipun begitu pada metode kuantitatif terkadang juga digunakan di
penelitian studi kasus. Keunggulan dan kenapa studi kasus digunakan adalah
karena jenis penelitian ini sangat unggul dalam membandingkan,
mendeskripsikan, mengevaluasi dan memahami faktor apa saja yang berbeda dari
sebuah masalah penelitian
 Keunggulan dari penelitian ini adalah, peneliti bisa melaksanakan penelitian studi
kasus yang rumit, dimana peneliti bisa menjelajahi satu subjek secara mendalam,
atau bisa melaksanakan beberapa studi kasus untuk mengkomparasi dan
menjabarkan berbagai faktor masalah penelitian yang dilakukan.
 Tujuan Studi Kasus
a. Mengenali masalah pokok dari sebuah kasus yang ditangani.
b. Untuk analisis sebuah kasus memakai konsep teori yang berhubungan dengan
ilmu pengetahuan tertentu.
c. Untuk mendeskripsikan keadaan suatu individu atau kasus dengan detail dan
jelas. Contohnya pada bisnis, lembaga, institusi, organisasi dan individu
(orang).
d. Untuk mengetahui dan saran apa saja yang harus dilakukan pada sebuah
kasus (masalah).
 Pada bidang pengetahuan, tujuan studi kasus adalah mengakomodasi ilmuwan
untuk eksperimen dan mencoba hal baru sehingga bisa memperoleh teori baru.
Ilmuwan bisa menghasilkan hipotesis sesuai dengan keinginan mereka dan
mengembangkan sesuai dengan studi kasus yang pas

Proses Analisis penelitian studi kasus

Langkah 1: Pilih kasus


Langkah 2: Bangun kerangka teoritis
Langkah 3: Mengumpulkan data
Langkah 4: Jelaskan dan analisis kasusnya
Jenis Penelitian studi kasus

Contoh :
https://www.jopglass.com/studi-kasus/

Studi Kasus Penerimaan Seorang Ayah Terhadap Anak Autis


https://journal.unesa.ac.id/index.php/jptt/article/view/1770

Desain Etnografi

Desain etnografi merupakan prosedur penelitian kualitatif untuk menggambarkan,


menganalisis berbagai kelompok budaya yang bertujuan untuk menafsirkan berbagai pola
perilaku, keyakinan dan bahasa yang berkembang dari waktu ke waktu
Jenis-jenis Etnografi

Proses Penelitian Etnografi


Peta Konsep
Contoh dalam bidang bahasa
Karakteristik kunci
Evaluasi penelitian etnografi

Contoh :
Studi Etnografi Dalam Kerangka Masyarakat Dan Budaya
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/view/10975
Metode Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Bimbingan Dan Konseling
https://core.ac.uk/download/pdf/229583501.pdf
Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif

Jenis-jenis penelitian kualitatif (hakikat, tujuan, fungsi/manfaat, karakteristik) dari:


a. Desain Fenomenologi
b. Desain Literature

Desain Fenomenologi

Penerapan metode kualitatif dalam rangka menggali dan mengungkap kesamaan makna
dari sebuah konsep atau fenomena yang menjadi pengalaman hidup sekelompok individu.

Fenomena :
gagasan, peristiwa, dan kejadian utama ketika sejumlah tindakan/interaksi ditujukan
untuk mengelola, menangani atau mengkaitkan sejumlah tindakan hal-hal tersebut.

 Fenomenologi bertujuan untuk menginterpretasikan tindakan sosial kita dan


orang lain sebagai sebuah yang bermakna (dimaknai) serta dapat merekonstruksi
kembali turunan makna (makna yang digunakan saat berikutnya) dari tindakan
yang bermakna pada komunikasi intersubjektif individu dalam dunia kehidupan
sosial.
 Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep
atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada
beberapa individu.
 Fenomenologi dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan
dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji dan peneliti bebas untuk
menganalisi data yang diperoleh.
 Penelitian fenomenologi harus memperhatikan ciri-ciri yang melingkupinya,
yaitu: (1) mengacu pada kenyataan, (2) memahami arti peristiwa dan
keterkaitannya dengan orang-orang yang berada dalam situasi tertentu, dan (3)
memulai dengan diam.

Mengapa Harus Metode Fenomenologi?


Poin penting yang merupakan kekuatan dari studi fenomenologi adalah bahwa
pengalaman tersembunyi dalam aspek filosofis dan psikologis individu dapat
diungkapkan melalui narasi, sehingga peneliti dan pembaca dapat memahami pengalaman
hidup dari topik penelitian.
Tokoh fenomenologi
"Lebensphilosophie" adalah pengalaman mengacu pada 'contoh tertentu' atau 'proses atau
fakta dari mengamati, menghadapi, atau menjalani secara pribadi hal-hal secara umum
sebagaimana terjadi dalam perjalanan waktu'.

Contoh :
1. Karena Hidup harus terus Berjalan (Sebuah Studi Fenomenologi Kehidupan
Orang dengan HIV/AIDS) ditulis oleh Septiana Dewi Indriani dan Nailul
Faiuziah (2017). Artikel ini dimuat dalam Jurnal Empati Volume 6 Nomor 1 pada
Januari 2017.
2. Nyeri adalah fenomena yang biasa dialami oleh individu. Rasa sakit memiliki
esensi universal yang dijalani oleh individu, terlepas dari siapa yang telah
kehilangan atau meninggalkan objek, meninggalkan sekelompok individu
berkabung. Entah orang yang paling dekat dengannya atau peliharaan
kesayangannya hilang. Rasa sakit memiliki esensi universal, sehingga
dimungkinkan untuk menyelidikinya secara fenomenologis.
3. Motivasi menjadi Guru Bimbingan dan Konseling (Studi Fenomenologi
Terhadap Fresh Graduate)
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Konseling_Edukasi/article/view/56-75
4. Studi Fenomenologi: Kecemasan Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Penulisan
Skripsi Jurusan Bimbingan Dan Konseling
https://adoc.pub/jurnal-studi-fenomenologi-kecemasan-mahasiswa-dalam-
menyeles.html

Desain Literature
Berisi ulasan, rangkuman, dan pemikiran penulis tentang beberapa sumber pustaka (dapat
berupa artikel, buku, slide, informasi dari internet, dan lain-lain) tentang topik yang
dibahas, dan biasanya ditempatkan pada bab awal
Metode Systematic Literature Review (SLR). Metode SLR digunakan untuk
mengidentifikasi, mengkaji, mengevaluasi, dan menafsirkan semua penelitian yang
tersedia dengan bidang topik fenomena yang menarik, dengan pertanyaan penelitian
tertentu yang relevan.
Proses Literasi Review
Matrik Literasi review
 Matrik sintesis adalah sebuah tabel/diagram yang memungkinkan peneliti untuk
mengelompokkan dan menglasifikasi argumen-argumen yang berbeda dari
beberapa artikel dan mengombinasikan berbegai elemen yang berbeda untuk
mendapatkan kesan/simpulan terhadap keseluruhan artikel secara umum
(Murniati, et al., 2018).
 Matrik sintesis dibuat dengan cara (1) identifikasi 6-12 artikel yang sangat
relevan dengan fokus penelitian dan (2) buat kolom-kolom untuk
mengidentifikasi beberapa hal, seperti (a) pertanyaan penelitian yang diajukan
penulis, (b) metode yang digunakan, (c) karakteristik sampel penelitian, (d)
persamaan yang ditemukan dan (e) perbedaan masing-masing artikel yang tidak
ditemukan pada artikel yang lain.

https://www.scribd.com/doc/175411754/Matrik-Literatur-Review-Dan-Posisi-Penelitian

Contoh :
1. Memadupadankan antara Kompetensi Konselor Aspek Asesmen BK dengan
Pengembangan Literasi Siswa di Sekolah
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/1572-Article%20Text-6391-1-10-
20181102.pdf
2. Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Implementasi Gerakan Literasi
Nasional
http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/snbk/article/view/224
3. Kreativitas Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Pengembangan Gerakan
Literasi Sekolah Di Smp Negeri 1 Kalasan
http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40614/1/17200011003_BAB-1-
BAB%20IV_DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
Rancangan Metodologi Penelitian Kualitatif
1. Merancang konsep kualitatif
2. Subtansi Masalah Kualitatif
3. Pertimbangan memilih masalah
4. Menemukan sumber-sumber masalah penelitian

Merancang konsep kualitatif


Adalah suatu makna kognitif atau makna sosiologi yang hidup dalam alam pikiran
informan dan subjek-objek penelitian.
 Ilmu sosial sangatlah kompleks

https://www.academia.edu/28756279/Rancangan_Penelitian_Kualitatif

Emik dan Etik


 Emik (native point of view) misalnya, mencoba menjelaskan suatu fenomena
dalam masyarakat dengan sudut pandang masyarakat itu sendiri.
 Etik merupakan penggunaan sudut pandang orang luar yang berjarak (dalam hal
ini peneliti) untuk menjelaskan suatu fenomena dalam masyarakat.
 Konstruksi emik adalah deskripsi analitis yang dilakukan dalam konsep skema
dan kategori dan kategori konseptual yang dianggap oleh partisipan dalam
kejadian atau situasi yang dideskripkan dan dianalisis,
 Konstruksi etik adalah deskripsi dan analisis yang dibangun dalam konsep skema
dan kategori konseptual yang dianggap bermakna oleh komunitas pengamat
ilmiah.

Emik mengacu pada pandangan konselor terhadap kebudayaan


klien, sedangkan etik mengacu pada pandangan konselor
terhadap kebudayaan secara keseluruhan dalam proses konseling.
... Hal ini sangat penting karena setiap klien akan membawa
budayanya sendiri sendiri (Etik)

Subtansi Masalah Kualitatif


 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dalam setting tertentu yang ada
dalam kehidupan riil (alamiah) dengan maksud menginvestigasi dan memahami
fenomena: apa yang terjadi, mengapa terjadi, dan bagaimana terjadinya. Jadi riset
kualitatif adalah berbasis pada konsep “going exploring” yang melibatkan in‐depth
and case oriented study atas sejumlah kasus atau kasus tunggal (Finlay 2006).
 Masalah-masalah kualitatif berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkatan
variasi yng rendah namun memiliki kedalaman bahasan yang tak terbatas
 Masalah yang dibawa oleh peneliti masih remang-remang, bahkan gelap, kompleks
dan dinamis. Oleh karena itu, "masalah" dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara, tentatif dan akan berkembang atau mungkin berganti setelah peneliti
berada di lapangan.

Dalam penelitian kualitatif, akan terjadi tiga kemungkinan terhadap masalah yang
dibawa oleh peneliti dalam penelitian.
1. masalah yang dibawa oleh peneliti tetap, sehingga sejak awal sampai akhir penelitian
sama. Dengan demikian judul proposal dengan judul laporan penelitian sama.
2. masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki penelitian berkembang yaitu
memperluas atau memperdalam masaIah yang telah disiapkan.
3. masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki lapangan berubah total, sehingga
harus "ganti" masalah.

Pertimbangan memilih masalah


 Penelitian tidak mungkin dapat dilakukan tanpa adanya masalah. Menurut Sumadi
(2008:12) lazimnya masalah diartikan sebagai adanya keadaan, kejadian, atau
peristiwa yang memerlukan pemecahan.
 Masalah biasanya akan muncul jika ada kesenjangan antara das sollen dan das sein;
ada perbedaan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara
apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan.

Menilai masalah tersebut penting, urgen, dan feasible, maka perlu dilakukan melalui
analisis masalah. Langkah-langkah analisis masalah adalah sebagai berikut:
1. Peneliti melakukan penjelajahan umum (grand tour observation dan grand tour
question), yaitu memperoleh gambaran umum (tahap permukaan tentang situasi
sosial).
2. Menetapkan fokus, yaitu pokok masalah yang masih bersifat umum – dapat
merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial.
3. Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus dalam proposal lebih didasarkan
pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari situasi sosial
(lapangan).
4. Kebaruan informasi dapat berupa upaya untuk memahami secara lebih luas dan
mendalam tentang situasi sosial, atau berupa keinginan untuk menghasilkan
hipotesis atau ilmu baru dari situasi sosial yang diteliti.
5. Fokus penelitian masih bersifat sementara berkembang setelah peneliti masuk
lapangan atau situasi sosial tertentu (Proses "emergent design" (Lincoln dan Guba
1985:102).Namun setiap peneliti tetap harus membuat rumusan masalah.
6. Pertanyaan penelitian kualitatif dirumuskan dengan maksud untuk memahami
gejala yang kompleks kaitannya dengan aspek-aspek lain (in context).
7. Dalam penelitian kualitatif, pertanyaan penelitian tidak dirumuskan atas dasar
definisi operasional dari suatu variabel penelitian.
8. Pertanyaan penelitian kualitatif dirumuskan dengan maksud untuk memahami
gejala yang kompleks, interaksi sosial yang terjadi, dan kemungkinan ditemukan
hipotesis atau teori baru.
9. Bidang kajian penelitian kualitatif dalam pendidikan berkenaan dengan suatu
proses dan kegiatan yang memungkinkan terjadinya interaksi antar manusia dan
atau interaksi manusia dengan lingkungannya. Misalnya: proses pengajaran,
proses bimbingan, pengelolaan /manajemen kelas, kepemimpinan dan
pengawasan pendidikan, proses penilaian pendidikan, upaya pengembangan tugas
profesi guru dan lain-lain.

Menemukan sumber-sumber masalah penelitian


Ciri khusus masalah penelitian yakni:
1. masalah penulisan hendaknya dapat mencerminkan kebutuhan yang dirasakan;
2. masalah penelitian merupakan kenyataan yang betul-betul ada yang merupakan
hasil dari proses identifikasi masalah;
3. masalah penelitian relevan, dalam arti merupakan masalah yang betul-betul baru
dan dapat dilakukan dengan baik dan benar.

Selain memperhatiakan ciri khusus masalah, masalah yang dipilih haruslah masalah yang
baik. Masalah yang baik memiliki ciri sebagai berikut:
a. Mempunyai nilai penelitian
• Asli
• Menyatakan suatu hubungan
• Hal yang penting secara ilmiah
• Dapat diuji
b. Fisibel
• Masalah dapat dipecahkan
• Tersedianya data dan metode untuk memeahkan masalah
• Tersedianya biaya
• Dalam waktu yang wajar
c. Sesuai dengan kualifikasi peneliti
• Menarik bagi peneliti
• Sesuai dengan kualifikasi peneliti (pendidikan, skill)

Dalam pencaharian masalah untuk diteliti, mungkin saja peneliti mendapatkan lebih dari
satu masalah. Dari sekian masalah tersebut perlu terlebih dahulu dilakukan identifikasi
masalah. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh, yakni:
1. Analisis literatur; terutama publikasi hasil-hasil penelitian yang relevan,
rekomendasi tindak lanjut hasil penelitian.
2. Kerja dan kontak profesional bidang keilmuan, forum-forum ilmiah.
3. Pernyataan pemegang otoritas, baik ilmuan maupun birokrasi.
4. Pengamatan sepintas atas suatu kejadian atau peristiwa tertentu.
5. Pengalaman pribadi peneliti dalam bidang-bidang tertentu yang menarik untuk
diteliti.

Pertimbangan memilih masalah tersebut adalah:


1. Pertimbangan ilmiah
a. Apakah masalah tersebut dapat diteliti secara ilmiah, yaitu masalah yang
realitasnya dapat diamati dan datanya tersedia dan dapat dikumpulkan.
b. Apakah masalah tersebut memberikan mamfaat dalam pengembangan ilmu
pengetahuan.
c. Dengan metode bagaimana masalah dapat diteliti?
2. Pertimbangan non ilmiah
a. Apakah mamfaat hasil penelitian bagi kepentingan praktis atau masyarakat.
b. Apakah masalah terlalu peka untuk diteliti? (resistensi sosial, budaya, ideologi)
3. Pertimbangan peneliti
a. Penguasaan teori dan metodologi.
b. Minat peneliti terhadap masalah
c. Kemampuan pengumpulan dan analisis data.
d. Ketersediaan waktu, dana, dan sumberdaya.
Rancangan Metodologi Penelitian Kualitatif

1. Indikasi fenomena
2. Karakteristik realitas sosial
3. Bahasa sebagai realitas social
4. Realitas sosial sebagai data kualitatif dan dasar pembuatan pertanyaan
penelitian
5. Teks eksplanasi

Indikasi fenomena
 Identifikasi fenomena (phenomenon identification), mengidentifikasi sesuatu yang
akan diterangkan. Hal itu bisa terkait dengan fenomena alam, sosial, budaya, dan
fenomena-fenomena lainnya.

Realitas sosial
 Realitas sosial adalah kenyataan atau fakta yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat. Hal ini terkait dengan kestabilan dalam keadaan normal atau
keadaan tidak normal yang terjadi dalam pola-pola hubungan di masyarakat.
 Realitas adalah hasil ciptaan manusia, yang kreatif melalui kekuatan
konstruksi sosial terhadap dunia sosial di sekelilingnya.
 Penting relaitas sosial, karena :
a. manusia memiliki kebebasan bertindak diluar batas control dimana
individu berasal
b. Manusia aktif dan kreatif mengembangan dirinya melalui respon-respon
terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya (ingat matkul filsafat :
memaknai ketika melihat orang nangis)
Realitas sosial bentukan konstruksi sosial
 Pengetahuan berparadigma ganda yang merupakan keseharian yang hidup
dan berkembang di masyarakat seperti konsep, kesadaran umum, wacana
publik, ini adalah hasil dari konstruksi sosial
 Masayarakat adalah suatu yang kompleks dengan berbagai realitas sosial
budaya, sehingga ada banyak konsep yang harus dicermati.

Karakteristik realitas sosial


 Fenomena dalam setiap gejala sosial akan dapat diungkapkan oleh peneliti
 Gejala sosial adalah fenomena yang mengandung realitas sosial penting untuk
diungkapkan
 Karakteristik realitas sosial menurut para ahli dapat dibaca buku burhan, hal
83-86 : realitas kentara dan realitas tak kentara

Peter Berger dan Thomas Luckmann mengungkapkan ada 3 tahap


mengonstruksikan sebuah realitas/kenyataan, yaitu:
 Eksternalisasi
Usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia yang ada didunia, baik dalam
kegiatan fisik maupun mental. Proses ini adalah bentuk ekspresi diri agar
menguatkan eksistensi individu dalam masyarakat. Pada tahap tersebut
masyarakat dilihat dalam kacamata produk manusia.
 Objektifikasi
Ide-ide yang muncul dari proses eksternalisasi kemudian dipersepsikan
menjadi sebuah kenyataan. Ide-ide tadi disepakati (konsensus), mengalami
proses interaksi sosial, lalu berlangsung secara berulang (habituasi).
 Internalisasi
Internalisasi merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke dalam
kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh
struktur dunia sosial. Berbagai macam unsur dari dunia yang telah
terobjektifikasi tersebut akan ditangkap sebagai gejala realitas diluar
kesadarannya, sekaligus sebagai gejala internal bagi kesadaran. Melalui
internalisasi manusia menjadi hasil dari masyarakat.

Contoh Realitas Sosial


1. Keluarga adalah contoh realitas sosial. Manusia membuat persepsi bahwa
keluarga dibentuk dari kelompok orang yang memiliki ikatan kuat. Kelompok
tersebut terdiri dari ayah yang bekerja, ibu yang melahirkan keturunan,
hingga anak-anak. Anak yang baru lahir pun lama-lama akan menganggap
ayah dan ibu sebagai keluarga. Hal ini karena persepsi tersebut sudah melekat
di kehidupan sosial dan masyarakat menerimanya sebagai suatu realitas.
2. Masyarakat adalah sekelompok individu yang hidup saling bekerja sama
dalam waktu yang lama. Mereka melakukan interaksi dan berkegiatan dalam
satu wilayah yang sama, membuat kesatuan hidup, hingga muncul budaya
yang menjadi identitas mereka. Masyarakat juga menjadi contoh realitas
sosial karena di dalamnya terdapat konstruksi yang melibatkan kesepakatan,
interaksi, dan habituasi.
3. Sekolah termasuk contoh realitas sosial karena muncul melalui ide dan
pemikiran manusia. Gedung sekolah dan konsep pendidikan yang kita kenal
sekarang merupakan produk dari kesepakatan banyak pihak di masa lampau.
4. Organisasi sosial. Organisasi terbentuk karena adanya kelompok individu
yang memiliki tujuan dan kepentingan yang sama. Kesamaan yang dimaksud
bisa dalam hal ideologi, hobi, atau yang lainnya. Setiap anggota dari
kelompok sosial ini melakukan interaksi, sekaligus menunjukkan perilaku dan
aktivitas yang sama. Masyarakat yang melihat fenomena kesamaan perilaku
dan aktivitas tersebut akan membuat persepsi tentang sebuah organisasi.
Itulah kenapa organisasi semacam ini juga merupakan contoh realitas sosial
di kehidupan masyarakat.

Alur Konstruksi Sosial

Bahasa sebagai realitas sosial


 Alat komunikasi sosial yang berupa sistem simbol bunyi yang dihasilkan dari
ucapan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana untuk
berinteraksi dengan manusia lainnya di masyarakat. Untuk kepentingan
interaksi sosial itu, maka dibutuhkan suatu wahana komunikasi yang disebut
bahasa.
 Bahasa adalah alat simbolis untuk melakukan signifikasi dimana logika
ditambahkan secara mendasar kepada dunia sosial yang diobjektifikasi
 Bahasa merupakan alat paling efektif dalam mengobjektivikasi tanda-tanda,
karena bahasa digunakan untuk mengsignifikasi makna-makna yang dipahami
sebagai pengetahuan yang sesuai dengan masyarakatnya, maka dari itu ada
yang disebut dengan “Objektivikasi Linguistik”
 Objektifikasi linguistik adalah adanya kosakota yang mengacu pada bentuk
tindakan.
 Objektivikasi Linguistik adalah melakukan signifikasi, memberikan tanda
bahasa dan simbolisasi terhadap benda yang disignifikasi, melakukan
tipifikasi terhadap kegiatan seseorang yang kemudian menjadi objektivikasi
linguistik yaitu pemberian tanda verbal maupun simbolisasi kompleks
 Fungsi bahasa meliputi komunikasi, ekspresi identitas, permainan, ekspresi
imajinatif, dan pelepasan emosi. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai
alat komunikasi sosial.
 Bahasa sebagai realitas sosial adalah dalam interaksi sosial dengan orang lain
maka menggunakan bahasa tersebut. Jika antar individu berinteraksi namun
tidak menggunakan bahasa alias tidak berkomunikasi maka tidak akan bisa.
karena salah satu syarat interaksi sosial adalah berkomunikasi

Realitas sosial sebagai data kualitatif


Data kualitatif diungkapkan dalam bentuk kalimat dan uraian-uraian, bahkan
dapat berupa cerita pendek
 Data kasus
Adalah menjelaskan kasus-kasus tertentu, tidak bertujuan untuk digeneralisasi
atau menguji hipotesis tertentu
Contoh : Minoritas cina di asia tenggara (kasus di Indonesia)
 Data pengalaman individu
Adalah bahan keterangan mengenai apa yang dialami individu sebagai warga
masyarakat tertentu yang menjadi objek penelitian (personal/human
document or individual’s life history) = Data pengalaman pribadi
Realitas sosial sebagai dasar pembuatan pertanyaan penelitian
 Subtansi data kualitatif adalah makna dari setiap data yang dapat
diungkapkan.
 Peneliti kualitatif mengejar dan mencari makna yang terjadi di lapangan

Secara teori dapat digambarkan sbb : (prinsipnya)


 Sebaran makna dalam tingkatan objek

 Hubungan tingkatan unit analisis sosial dan pemaknaan data

 Dari prinsip tersebut maka penjelasan makna apa yang ingin didapat akan
mempengaruhi peneliti dalam membuat pertanyaan penelitian

Contoh :
Motivasi berprestasi pada anak kebutuhan khusus
1. Karakteristik/sifat/Ciri anak kebutuhan khusus yang ada di lapangan
2. Mengapa anak tersebut memerlukan perhatian khusus
3. Apa saja yang menjadikan anak tersebut memiliki motivasi
4. Bagaimana intreprestasi anak memandang dirinya dalam belajar
5. dstnya
(dicari makna dari sisi lingkungan si anak dan dr si anaknya sendiri =
makrokospik dan mikrokospik)

Teks explanasi
 Teks eksplanasi merupakan sebuah teks yang berisi penjelasan atas sebuah kejadian
atau genomena yang berkaitan dengan alam, sosial, ilmiah, dan budaya. Contoh dari
fenomena yang dibahas di dalam teks eksplanasi berupa bencana alam seperti banjir,
tanah longsor, gempa bumi, dan lain-lain. Sementara contoh dari kejadian sosial bisa
berupa pengangguran, kesehatan, dan lain-lain.
Ciri-ciri teks eksplanasi adalah sebagai berikut:
1. Teks eksplanasi terdiri dari tiga unsur yang meliputi sebuah pernyataan umum,
sebab-akibat, dan interpretasi.
2. Informasi yang ada di dalam teks eksplanasi berisi berdasakan fakta.
3. Informasi yang ada di dalam teks eksplanasi memiliki sifat objektif.
4. Teks eksplanasi membahas sebuah peristiwa.
5. Teks ekplanasi merupakan jenis teks yang bersifat informatif.
Rancangan Metodologi Penelitian Kualitatif

1. Fungsi penelitian yang relevan pada penelitian kualitatif


2. Penelitian yang relevan sebagi data kualitatif

Fungsi penelitian yang relevan pada penelitian kualitatif

Diingat kembali konsep metodologi penelitian pada gambar berikut :

 Mengkaji Sejarah Permasalahan Penelitian


Pengkajian secara runtut menurut kronologis atas penelitian-penelitian yang
pernah dilakukan sebelumnya. Pengkajian secara kronologis ini dapat
membantu memberikan gambaran mengenai permasalahan yang pernah ditelii
oleh peneliti-peneliti sebelumnya, sehingga dapat ditunjukan bahawa pernah
ada penelitian sebelumnya dengan topik yang hampi sama namun belum
menghasilkan teori yang sempurna.
 Memberikan Dasar Pemikiran
Dalam tinjauan pustaka yang telah dibuat memiliki fungsi agar dapat
memberikan atau menggambarkan pemikiran peneliti dalam menyimpulkan
hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dilakukan. Hal ini
penting sebab secara sistematis masuk dalam kaedah-kaedah penelitian.
 Memberikan Acuan Kepada Penliti untuk Menganalisis Data
Tinjauan pustaka yang berisi teori yang relevan dapat digunakan sebagai
acuan dalam mengartikan berbagai macam analisis data yang telah
dikumpulkan oleh peneliti. Hal ini juga berlaku pada model penelitian
kualitatif ataupun kuantitatif.

Penelitian yang relevan sebagai data kualitatif

 Relevansi sebuah teori untuk dipilih sejauh mendukung "tujuan penelitian


serta rumusan masalah" dapat disempitkan pada empat kategori berikut ini:
a. Kekhasan disiplin ilmu
b. Kesamaan metode penelitian yang diadopsi,
c. Kemiripan atau kedekatan topik pembahasan, dan
d. Banyak serta beragamnya daftar pustaka atau referensi yang digunakan

Contoh:
untuk melakukan penelitian seputar "Dampak penggunaan media sosial terhadap
citra diri kaum remaja urban di Jakarta “ maka kekhasan disiplin ilmu yang dapat
berkontribusi untuk mendukung terbentuknya kerangka teori dari usulan
penelitian ini meliputi, tetapi tidak terbatas pada: sosiologi urban, psikologi sosial,
psikologi individu (remaja), komunikasi media baru, dan filsafat identitas.

 Dari Penelitian yang relevan ini, peneliti kualitatif dapat memperoleh gambaran,
ciri karakateristik dari lapangan penelitian yang akan dihadapi
32 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 9, No.1, Maret 2005;32-35
TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN LITERATUR DALAM PENELITIAN


KUALITATIF
Yati Afiyanti *
Abstrak
Penggunaan literatur baik pada penelitian kuantitatif maupun pada penelitian kualitatif mutlak diperlukan. Literatur digunakan
untuk memberikan suatu gambaran hal-hal yang telah diketahui dan yang belum diketahui dari suatu fenomena khusus. Penelusuran
dan peninjauan ulang berbagai literatur yang relevan dengan suatu topik penelitian dapat dilakukan sebelum, selama dan setelah
dilakukannya proses pengambilan dan analisis data penelitian tersebut. Khususnya pada penelitian kualitatif, penggunaan literatur
memiliki berbagai tujuan berdasarkan jenis penelitian kualitatif yang dilakukan. Secara umum, untuk mempertahankan kealamiahan
data, penggunaan literatur secara ekstensif dilakukan setelah penelitian dilakukan.
Kata kunci: penelitian kualitatif, literatur.

Abstract
Either in quantitative research or in qualitative research, using the literature is critical. It is conducted to generate a picture of
what is known and not known about a particular situation. Searching and reviewing of the relevant literature of the study could be
conducted before, during, and after the data collection and analysis of the study. In qualitative research particularly the purpose
conducting the literature review varies, based on the type of study to be conducted. In general, to keep the scientific nature of data,
using the extensive literature should be conducted after the study has been conducted.
Key words: qualitative research, literature reviews

PENDAHULUAN
rangka meninjau ulang kepentingan tujuan
Penggunaan literatur, baik dalam penelitian penelitian dan memfasilitasi kebutuhan dalam
kuantitatif maupun dalam penelitian kualitatif mendiskusikan hasil-hasil temuan pada penelitian
memainkan peranan penting dan beragam dalam tersebut dengan hasil-hasil temuan dari penelitian-
suatu proyek penelitian. Secara umum, literatur penelitian sebelumnya. Pada akhirnya, langkah ini
digunakan untuk mengidentifikasi hasil-hasil membantu peneliti dalam membuat perencanaan
penelitian terdahulu, yaitu berbagai temuan yang penelitian yang dilakukan dan tingkat signifikansi
telah ditemukan atau yang belum ditemukan terkait hasil-hasil temuan terdahulu dengan fenomena yang
dengan fenomena atau situasi khusus yang akan dipelajari.
diteliti. Dari aspek waktu, literatur-literatur yang Di lain pihak pada penelitian kualitatif, para
ada tersebut dapat ditinjau ulang sebelum, selama, peneliti pada umumnya tidak mengawali langkah
dan setelah dilakukannya suatu penelitian. penelitiannya dengan melakukan pencarian literatur
Pada penelitian kuantitatif, penggunaan yang ekstensif dan tidak menggunakan literatur-
literatur yang relevan dengan topik penelitian, literatur yang ada untuk melatar belakangi
menjadi latar belakang dari proyek penelitian itu penelitiannya (Streubert & Carpenter, 2003). Bahkan
sendiri. Martin (1997) mengatakan bahwa para peneliti kualitatif yang fanatik berpendapat
ketertarikan seorang peneliti pada topik bahwa seharusnya tidak menggunakan literatur-
penelitiannya dapat diawali dengan melakukan literatur yang ada sebelum dilakukan pengumpulan
penelusuran dan pencarian berbagai literatur yang dan analisis data dari penelitian yang dilakukan.
relevan secara ekstensif berkaitan dengan studi Menurut mereka, penggunaan literatur sebelum
yang akan diteliti. Aktivitas ini dilakukan dalam dilakukannya penelitian dapat menghambat kemajuan
Penggunaan literatur dalam penelitian kualitatif (Yati Afiyanti) 33

dan melumpuhkan kreatifitas peneliti dalam mempelajari literatur-literatur yang relevan dengan
mendalami pengetahuan tentang obyek penelitiannya. topik penelitiannya tersebut, peneliti dapat
Namun, beberapa peneliti kualitatif lainnya membatasi hal-hal yang diketahui tentang situasi
mengatakan bahwa penelusuran literatur yang dibuat penelitiannya sebelum melakukan penelitiannya
di awal penelitian dapat membantu memberi arah atau tersebut.
fokus pada penelitian yang dilakukan (Streubert &
Dengan demikian penggunaan literatur sebelum
Carpenter, 2003). dilakukannya penelitian, bukan suatu langkah yang
Selanjutnya tujuan penggunaan literatur pada harus dilakukan oleh para peneliti kualitatif. Dilain
penelitian kualitatif adalah menempatkan hasil- pihak, beberapa jenis penelitian kualitatif, seperti pada
hasil temuan dari penelitian-penelitian terdahulu penelitian etnografi dan penelitian grounded theory,
dalam konteks berbagai temuan yang baru saja literatur-literatur terdahulu digunakan untuk melatar
ditemukan, namun, hal ini tidak berarti melakukan belakangi studi yang akan dilakukan dan dibuat sebelum
konfirmasi secara mendalam terhadap hasil-hasil studi tersebut dilakukan (Strauss & Corbin, 1989).
temuan penelitian terdahulu. Tidak seperti halnya pada penelitian kuantitatif,
Tulisan ini membahas seputar penggunaan literatur penggunaan literatur sebelum dilakukan proses
dalam penelitian kualitatif. Berbagai tujuan dan waktu penelitian pada penelitian kualitatif bukan sekedar
penggunaan literatur dalam penelitian kualitatif yang dijadikan latar belakang untuk studi yang dilakukan,
bervariasi berdasarkan jenis penelitian kualitatif yang namun, memiliki beberapa manfaat lainnya.
dilakukan juga dibahas dalam tulisan ini. Beberapa manfaat penggunaan literatur lainnya
dalam penelitian kualitatif, selain digunakan untuk
Penggunaan Literatur dalam Penelitian melatar belakangi masalah yang akan dipelajari
Kualitatif (Strauss & Corbin, 1989), antara lain:
Penggunaan literatur yang relevan merupakan Merangsang Kepekaan Teoritik
hal yang umum dilakukan pada penelitian kualitatif
setelah dilakukan pengumpulan dan analisis data. Walaupun penggunaan literatur dalam
Tidak seperti para peneliti kuantitatif, pada penelitian kualitatif kurang memiliki kegunaan
umumnya para peneliti kualitatif tidak penting untuk melatar belakangi penelitian yang
menggunakan berbagai literatur untuk melatar dilakukan, studi literatur setidaknya memberikan
belakangi studi yang dilakukannya atau sebagai manfaat untuk meningkatkan kepekaan teoritik
kerangka konseptual dan kerangka teori studi peneliti untuk mengenali hal-hal yang penting pada
tersebut. Alasan tidak menggunakan literatur pada data dan memaknainya. Kemampuan ini akan
tahap awal penelitian adalah untuk melindungi memperlancar perumusan teori yang tepat dengan
peneliti dalam mengarahkan para partisipannya realitas fenomena yang diteliti. .Dengan membaca
tentang berbagai hal yang sebelumnya telah dan menelaah hasil-hasil studi terdahulu, kepekaan
diketahui oleh peneliti (Streubert & Carpenter, peneliti terhadap subyek apa yang harus dicari
2003). Alasan lainnya dikemukakan oleh Pinch untuk diteliti menjadi lebih baik. Dengan kepekaan
(1993) yang mengatakan bahwa para peneliti yang lebih baik, peneliti dapat merencanakan dan
sebaiknya mempelajari fenomena-fenomena menyusun daftar wawancara yang lebih signifikan
penelitiannya secara lebih mendalam seolah-olah untuk ditanyakan kepada partisipan.
fenomena tersebut sangat asing bagi dirinya. Memberi Dukungan Tambahan Terhadap
Salah satu cara untuk membuat dirinya asing Pengabsahan Hasil Penelitian
dengan fenomena yang akan dipelajarinya, peneliti
tidak seharusnya memulai penelitiannya dengan Manfaat lainnya dari penggunaan literatur yang
mempelajari literatur-literatur yang berkaitan relevan dalam penelitian kualitatif adalah
dengan topik penelitiannya secara mendalam mengabsahkan ketepatan hasil-hasil temuan
(Streubert & Carpenter, 2003). Dengan tidak penelitian yang dilakukan, terutama pada penelitian
34 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 9, No.1, Maret 2005;32-35

kualitatif yang menguji keabsahan suatu teori. yang diperoleh dari penelitian yang baru saja
Dengan penggunaan literatur-literatur yang ada, dilakukan (Burns & Grove, 1993).
peneliti dapat memberi penjelasan tentang berbagai Sama halnya dengan penelitian fenomenologi,
rasionalisasi adanya perbedaan dan persamaan teori penelitian teori kritik social, penggunaan literatur
atau konsep yang merupakan hasil temuan memiliki tujuan untuk membandingkan dan
penelitian yang dilakukan dengan teori atau konsep menyatukan hasil-hasil temuan dari penelitian yang
yang ada pada literatur-literatur terdahulu. dilakukan dengan hasil-hasil temuan dari literatur-
literatur terdahulu (Burns & Grove, 1993) yang hasil
Merencanakan Naskah Wawancara
akhirnya untuk menentukan pengetahuan terbaru
Mempelajari literatur yang ada juga bermanfaat tentang suatu kondisi sosial yang sedang terjadi.
untuk peneliti dalam rangka menyusun naskah/daftar
Pada penelitian grounded theory, penggunaan
pertanyaan yang akan diajukan kepada para partisipan.
literatur yang minimal digunakan sebelum penelitian
Daftar pertanyaan ini hanya berfungsi sebagai acuan
dilakukan. Penggunaan literatur tersebut hanya
awal saja dan untuk meyakinkan subyek tentang
ditujukan untuk membantu peneliti menyadari apa yang
tujuan penelitian yang sedang dilakukan. Daftar
harus dilakukan dengan penelitiannya (Burns & Grove,
pertanyaan ini selanjutnya dapat berkembang selama
1993). Informasi dari literatur yang ada tidak digunakan
proses penelitian sesuai dengan situasi dan kondisi
langsung untuk pengumpulan data atau pengembangan
area dimana penelitian tersebut dilakukan
teori dari data yang diperoleh dari penelitian yang
Tujuan Penggunaan Literatur dalam dilakukan. Selanjutnya, setelah dilakukan pengumpulan
informasi atau data yang diinginkan, pencarian dan
Penelitian Kualitatif penelusuran literatur-literatur yang relevan secara
Pada penelitian kualitatif, penggunaan berbagai ekstensif sangat diperlukan untuk mendefinisikan
literatur yang relevan, dalam hal ini kapan dan konsep-konsep khusus dan untuk melakukan verifikasi
dengan maksud apa literatur tersebut digunakan berbagai hubungan antara teori-teori yang
memiliki variasi berdasarkan jenis penelitian dikembangkan dengan informasi atau data-data empirik
kualitatif yang dilakukan (Burns & Grove, 1993). dari hasil penelitian yang baru saja dilakukan. Pada
Pada penelitian fenomenologi, peninjauan dan akhirnya, penggunaan literatur-literatur tersebut
penulisan literatur sebaiknya digunakan setelah membantu para peneliti mampu menjelaskan,
dilakukan pengumpulan data dan data penelitian mendukung, dan memperluas pemunculan teori-teori
dianalisis. Hal tersebut bertujuan agar informasi- baru dari hasil studi yang dilakukannya.
informasi dari literatur yang ada tidak mempengaruhi Studi literatur yang dibuat pada penelitian
tujuan penelitian dan berbagai ide dan konsep yang etnografi memiliki maksud yang sama
dimiliki peneliti. Para ahli fenomenologi berpendapat penggunaannya pada penelitian kuantitatif.
bahwa berbagai gambaran peneliti tentang obyek Penggunaan literatur dilakukan pada awal proses
penelitiannya sebaiknya hanya berasal dari apa yang penelitian (tahap proposal) untuk memfasilitasi atau
dilihat pada situasi nyata dan tidak berasal dari apa menyediakan suatu pemahaman secara umum
yang telah diketahui peneliti dari mempelajari tentang kategori-kategori dalam konteks budaya
literatur-literatur yang ada (Burns & Grove, 1993) tertentu yang dipelajari (Burns & Grove, 1993).
sehingga penelusuran literatur seharusnya dilakukan Literatur-literatur tersebut pada umumnya hanya
setelah data penelitian dianalisis bersifat teoritikal sebab sangat sedikit studi-studi
Penggunaan literatur pada penelitian terdahulu yang memiliki tipical yang sama benar
fenomenologi bertujuan membandingkan dan untuk suatu fenomena atau obyek tertentu dari studi
menyatukan hasil-hasil temuan dari penelitian yang yang akan dilakukan. Berdasarkan literatur-literatur
dilakukan dengan hasil-hasil temuan dari literatur- tersebut suatu kerangka kerja dikembangkan untuk
literatur terdahulu dan untuk menentukan berbagai mengkaji kompleksitas berbagai situasi kehidupan
persamaan dan perbedaan berbagai hasil temuan manusia dalam suatu konteks budaya. Penggunaan
Penggunaan literatur dalam penelitian kualitatif (Yati Afiyanti) 35

literatur pada jenis studi ini juga dimaksudkan mempertahankan dan memfokuskan berbagai tujuan
untuk melatar belakangi studi yang akan dilakukan dan pertanyaan penelitian. Selanjutnya, penggunaan lain
dan untuk menginterpretasikan hasil-hasil temuan dari literatur-literatur tersebut membantu
dari studi yang dilakukan tersebut. Hasil akhir yang menginterpretasikan hasil-hasil penelitian yang
diharapkan dari studi etnografi tersebut untuk ditemukan, yaitu dengan membandingkan dan
menghasilkan berbagai wawasan baru berkaitan menyatukan hasil-hasil yang baru saja ditemukan
dengan budaya yang dipelajari yang akan dengan literatur-literatur yang ada. (EN)
memperluas dan mempertajam suatu pengetahuan
terkini dari budaya tersebut.
* Yanti Afiyanti, MN : Staf Pengajar Kelompok
Selanjutnya, pada penelitian historikal, Keilmuan Keperawatan Maternitas dan Anak
berbagai literatur dipelajari untuk memilih topik Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
penelitian dan mengembangkan pertanyaan-
pertanyaan penelitian. Selanjutnya peneliti
mengembangkan daftar berbagai literatur yang
relevan dengan studi yang akan dilakukan secara
terperinci, menempatkan literatur-literatur tersebut KEPUSTAKAAN
dan mempelajarinya secara mendalam Pada jenis
Burns, N. & Grove, S.K. (1993). The practice of
penelitian historitikal ini, literatur-literatur yang
nursing research: Conduct, critique & utilization
relevan merupakan sumber data atau informasi
(2 nd. Ed). Philadelphia: W.B. Saunders Company.
utama (Burns & Grove, 1993). Seorang peneliti
historis membutuhkan waktu yang lama, bahkan Martin, P.A. (1997). Writing a useful literature
sampai rentang waktu tahunan untuk memperoleh review for a quantitative research project.
literatur-literatur yang relevan dengan topik Applied Nursing Research, 10(3). 159-162.
penelitiannya dan kemudian mempelajari literatur- Pinch, W.J. (1993). Investigator as stranger.
literatur tersebut. Informasi-informasi yang Qualitative Health Research, 3(4), 493-498.
diperoleh dari literatur-literatur yang relevan Strauss. A. & Corbin, J. (1989). Basics of qualitative
tersebut dianalisis dan disusun dalam bentuk
research: Grounded theory procedures and
laporan untuk menjelaskan bagaimana suatu
techniques (M. Shodiq & I. Muttaqien, Trans.).
fenomena atau peristiwa terjadi dalam suatu
St. Louis: Mosby.
periode waktu tertentu.
Streubert, H.J., & Carpenter, D.R. (2003). Qualitative
KESIMPULAN research in nursing: Advancing the humanistic
imperative (3nd ed.). Philadelphia, PA:
Penggunaan literatur, baik pada penelitian Lippincott
kuantitatif maupun pada beberapa penelitian
kualitatif dapat digunakan dengan maksud untuk
merencanakan dan memulai suatu penelitian.
Berbagai literatur digunakan untuk melatar
belakangi suatu penelitian atau digunakan sebagai
suatu cara untuk membantu peneliti mengenali
fenomena khusus yang sedang diteliti .
Pada penelitian kualitatif, penggunaan berbagai
literatur yang relevan, dalam hal ini kapan dan dengan
maksud apa literatur tersebut digunakan memiliki
variasi berdasarkan jenis penelitian kualitatif. Berbagai
literatur terdahulu yang relevan dengan topik penelitian
yang akan dilakukan dapat digunakan untuk

Anda mungkin juga menyukai