Anda di halaman 1dari 14

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester (UAS) Mata Kuliah Metodologi
Penelitian Komunikasi 1

Dosen Pengampu: Dr. H. Enjang AS, M.Ag., M.Si.

Disusun Oleh:
Nama : Ghina Tsuroya
NIM : 1184050072
Kelas : Jurnalistik VI B

ILMU KOMUNIKASI JURNALISTIK


DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021
1. Pengertian Paradigma dan Macam-Macamnya
Paradigma berasal dari bahasa Yunani paradeigma yang berarti pola. (Kuhn, 2016)
dalam Metodologi Penelitian Komunikasi menyebut bahwa paradigma adalah kerangka
konseptual yang digunakan guna melihat model yang tepat untuk mengkaji masalah dan
menemukan solusinya.

Dalam paradigma penelitian terdapat cara pandang terhadap fakta/realitas yang


diteliti, cara mengumpulkan data untuk memperoleh pengetahuan dan kebenaran ilmiah,
metode dan teknik meneliti yang bisa dipertanggungjawabkan karena kebenaran (validitas),
serta kehandalan (realibilitas) metode dan teknik. Pada paradigma tersbut terdapat kumpulan
pandangan mengenai apa yang penting, bagaimana melakukan sesuatu, dan untuk apa semua
itu dilakukan.1
Paradigma merupakan seperangkat kepercayaan atau keyakinan dasar yang
menentukan seseorang dalam bertindak pada kehidupan sehari-hari. Paradigma menggariskan
apa yang harus dipelajari, pernyataan-pernyataan apa yang seharusnya dikemukakan dan
kaidah-kaidah apa yang seharusnya diikuti untuk menafsirkan jawaban yang diperolehnya.
Paradigma ibarat sebuah jendela, tempat orang untuk mengamati dunia luar, tempat orang
bertolak menjelasjahi dunia dengan wawasannya.2

Adapun sejak abad pencerahan, ada empat paradigma ilmu yang dikembangkan
ilmuwan. Di antaranya:

a. Positivisme. Yakni paradigma yang berakar pada paham ontologi realisme yang
menyatakan bahwa realitas atau kebenaran itu eksis dalam kenyataan. Positivisme
kata kuncinya terletak pada kata ‘positif’ yang merupakan lawah dari ‘khayal’,
merupakan sesuatu yang riil dan objek penelitiannya didasarkan pada kemampuan
akal.3 Positivisme muncul pada abad ke-19 (Muslih, 2016) yang dimotori oleh
Auguste Comte. Menurut Kerlinger (1973) dalam positivisme, objek ilmu
pengetahuan maupun pernyataan-pernyataan ilmu harus memenuhi beberapa
persyaratan, yakni dapat di/teramati (observable), dapat di/terulang (repeatable), dapat
di/terukur (measurable), dapat di/teruji (testable) dan dapat di/terprediksi
(predictable). Maka paradigma positivisme sangat bersifat kebiasaan, operasional dan
kuantitatif.

1
Jalaludin Rakhmat dan Idi Subandy Ibrahim, Metode Penelitian Komunikasi, Simbiosa Rekatama
Media, Bandung, h. 28.
2
Mohamad Muslih, Filsafat Ilmu (Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu
Pengetahuan, LESFI, Yogyakarta, 2016, hlm. 86
3
Zainal Muti’in Bahaf, Filsafat Umum, Keiysa Press, Serang, 2009, hlm 110
Filsafat positivisme sangat menjunjung tinggi objektivitas dan melandasakan
bahwa ini menjadi salah satu persayaratan dasar pengetahuan yang benar. Kebenaran
haruslah bersifat objektif dan universal. Lalu kebenaran akan diserahkan penilaiannya
kepada publik karena kebenaran menjadi milik dunia.
Untuk menegakan objektivitas, dalam hubungan antara subjek dan objek,
maka objek harus ditempatkan di luar subjek. Hal ini dimaksudkan guna memberi
kesempatan pada peneliti lain untuk melihat dengan hasil pengamatan yang sama.
Maka dapat disimpulkan beberapa unsur kebenaran dalam paradigma positivisme.4
1) Objektif. Maksudnya kesesuaian pengetahuan dengan objeknya
2) Positif. Kebenaran merupakan kenyataan faktual yang dapat diamati
(observasi) atau dapat ditangkap oleh panca indera.
3) Verifikasi. Pengukuhan kebenaran dilandasi oleh data empirik (terukur).
4) Netral. Kebenaran tidak tersentuh oleh dugaan, prasangka atau
subjektivitas penelitinya.
5) Probabilistik. Kebenaran pada positivisme selalu terbuka peluang untuk
dibuktikan salah.
6) Pendekatan etik. Artinya pengamatan dilakukan dengan mengambil jarak
dari objek agar tidak ada unsur subjektivitas di dalamnya.
b. Postpositivisme. Paradigma ini merupakan aliran yang ingin memperbaiki kelemahan
positivisme yang hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung terhadap
objek yang diteliti. Dalam postpositivisme, adalah mustahil bila suatu realitas dapat
dilihat secara benar oleh manusia (peneliti). Realitas postpositivisme percaya bahwa
objektivitas tidak dapat dilihat oleh keterbatasan yag dimiliki manusia, semua
pengamatan manusia itu bias dan terpengaruh. 5 Maka, pendekatan melalui observasi
tidaklah cukup, tetapi harus menggunakan metode triangulation yakni penggunaan
bermacam-macam metode, sumber data, peneliti dan teori.
Adapun beberapa asumsi dasar yang menjadi inti dalam paradigma post-
positivisme (Burbules, 2013):
1) Kebenaran tidak mutlak atau absolut. Oleh karenya bukti yang dibangun
dalam penelitian sering kali lemah dan tidak sempurna.

4
Purwanto, Metode Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan, Pustaka Pelajar,
Surakarta, h. 36
5
(Anonim, n.d.)
2) Pengetahuan dibentuk oleh data, bukti, dan pertimbangan-pertimbangan
logis.
3) Aspek terpenting dalam penelitian adalah sikap objektif, maka para
peneliti harus menguji kembali metode-metode dan kesimpulan-
kesimpulan yang sekiranya mengandung bias atau kecacatan. Untuk itulah,
dalam penelitian kuantitatif, standar validitas dan reliabilitas menjadi dua
aspek penting yang wajib dipertimbangkan oleh peneliti.6
c. Kontruktivisme. Paradigma ini menyatakan bahwa realitas bersifat sosial dan karena
itu akan menumbuhkan bangunan teori atas realitas majemuk dari masyarakatnya.
Sehingga tidak ada suatu realitas yang dapat dijelaskan secara tuntas oleh suatu ilmu
pengetahuan. Jika tujuan penemuan ilmu dalam poitivisme adalah untuk men-
generalisasi terhadap fenomena alam lainnya, maka konstruktivisme cenderung
menciptakan ilmu dalam bentuk teori-teori, jaringan atau hubungan timbal balik,
bersifat lokal, spesifik dan sementara.
2. Pengertian Pendekatan Penelitian dan Macam-Macamnya
Pendekatan penelitian merupakan cara berpikir yang diambil peneliti mengenai
kerangka riset yang akan dilakukan. Dalam riset sosial, pendekatan penelitian
meliputi tiga jenis, yaitu kualitatif, kuantitaif, dan campuran atau gabungan yang juga
dikenal dengan istilah mix method.7
1. Pendekatan kuantitatif (objektif)
Pendekatan ini diterapkan dalam penelitian yang sistematik, terkontrol,
empiris, dan kritis. Pendekatan ini memandang bahwa realitas dapat
ditemukan apabila penelitian dapat menyingkirkan campur tangan manusia,
dengan kata lain mengambil jarak dengan objek yang diteliti. Beragam bukti
yang dipilih tidak bertujuan untuk mewujudkan keinginan peneliti atau
penguasa tetapi karena temuan itu dapat diuji kembali oleh peneliti lain. para
ilmuwan sosial yang menganut positivisme menerapkan asumsi mereka
melalui metode deduksi, yakni suatu proses di mana suatu dugaan akan
realitas dibuat dari premis (bukti). Peneliti akan mulai dengan suatu kerangka
teoritis, merumusakan suatu hipotesis, dan secara logis dapat menyimpulkan
apa atau bagaimana seharusnya hasil penelitian jika hipotesis tersebut benar.
6
John W. Creswell, Research Design: Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, Thousand Oaks
California, h. 12
7
Anonim, Pendekatan Penelitian: Contoh dan Penjelasannya, diakses dari situs, pada 9 Maret 2021
pukul 18.30
Hipotesis harus bisa diuji secara objektif lewat pengukuran empiris dan
pengamatan dalam dunia nyata.
Saat diterapkan pada lingkungan manusia, pandangan objektif
mengasumsikan bahwa kita mengamati lingkungan kita, menentukan makna,
lalu mendeskripsikannya menjadi bahasa. Hal ini tercermin dengan adanya
penentuan variabel-variabel dari objek yang diteliti, menentukan indikatornya,
dan memilih teknis analisis (statistik)nya serta merangcang instrumen
penelitian dengan kategori-kategori (tertutup) yang mereka tentukan sendiri.
Biasanya, orang yang diteliti akan diberi pilihan-pilihan terbatas dalam
menjawab, seperti ya/tidak, sangat setuju/setuju/ragu-ragu/tidak tahu dan
jawaban-jawaban dalam skala kuantitatif lainnya.8
Pendekatan kuantitatif memungkinkn kita mengomunikasikan temuan
peneliti dengan menggunakan bahasa universal, yaitu angka dan simbol
statistik. Dengan begitu, komunikasi hasil penelitian menjadi sama, tidak ada
nuansa makna berbeda karena perbedaan bahasa dan budaya.9
2. Pendekatan Kualitatif
Pendekatan kualitatif mengasumkan bahwa pengetahuan tidak
mempunyai sifat yag objektif dan tetap, melainkan bersifat interpretatif.
Menurut para kaum subjektivitas, manusia tidak dapat sepenuhnya
memisahkan diri dari apa yang diketahuinya. Maka, meskipun peneliti
mencari kebenaran, mereka lebih meragukan bahwa terdapat realitas objektif.
Selanjutnya, realitas sosial adalah suatu kondisi yang cair dan mudah berubah
melalui interaksi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena sosial
senantiasa bersifat sementara, bahkan bersifat multimakna.
Kaum subjektivitas menjelaskan makna perilaku dengan menafsirkan
apa yang orang lakukan. Interpretasi atas perilaku ini tidak dapat dijelaskan
lewat penemuan hukum atas generalisasi empiris seperti yang dilakukan kaum
objektif. 10

Adapun penelitian kualitatif berlandaskan pada post-positivisme yang


menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Metode ini lebih suka menggunakan Teknik
analisis mandalam, yakni mengkaji masalah secara kasus perkasus karena
metodologi kualitatif yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda

8
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2008, h.23-25
9
Jalaludin Rakhmat dan Idi Subandy Ibrahim, op. cit. hlm 43
10
Deddy Mulyana, op. cit. hlm 32-33
dengan sifat dari masalah lainnya. Perlu ditekankan bahwa prinsip dalam
pendekatan kualitatif ini, manusia dianggap merupakan objek yang unik,
sehingga perilaku mereka tidak dapat diuraikan secara kausal dan karenanya
tidak dapat diramalkan.

Dalam kualitatif, adalah penting dan keharusan keterlibatan peneliti


dalam penghayatan terhadap permaslahan dan subjek penelitian, berbeda dari
penelitian kuantitaif di mana peneliti harus berpisah dari subjek yang
ditelitinya, peneliti pada kualitatif melekat erat dengan subjek penelitiannya.
Jadi, tujuan dari metodologi ini bukan suatu generalisasi melainkan
pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah.11

3. Jenis-Jenis Penelitian
Arkinto dalam Sandu Sitoyo dan M. Ali Sodik (2015) merinci ragam atau jenis
penelitian berdasarkan beberapa kategori, yakni:
a. Penelitian ditinjau dari tujuan. Jenis ini meliputi eksplanatif, pengembangan dan
penelitian verifikasi.
b. Penelitian ditinjau dari pendekatan. Jenis ini meliputi pendekatan longitudinal
(pendekatan bujur), yaiu penelitian yang meneliti perkembangan suatu aspek atau
suatu hal dalam seluruh periode waktu, atau tahaoan perkembangannya cukup
panjang. Dan pendekatan cross section (pendekatan silang), yaitu penelitian dalam
satu tahapan atau satu periode waktu, hanya meneliti perkembangan dalam
tahapan-tahapan tertentu saja.
c. Penelitian ditinjau dari hadirnya variabel. Jenis ini meliputi variabel masa lalu,
sekarang (deskriptif), dan penelitian variabel masa yang akan datang
(eksperimen).
d. Penelitan kuantitatif dan kualitatif.
4. Pengertian Metode Penelitian dan Macam Metode Penelitan Kualitatif dan
Kuantitatif
a. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian akan
dilaksanakan. Metode penelitian sering disamakan dengan prosedur penelitian atau
teknik penelitian. Padahal, metode penelitian membicarakan mengenai tata cara
pelaksanaan penelitian, sedangkan prosedur penelitian membicarakan alat-alat yang
11
Sandu Sitoyo & M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, Literasi Media, 2015, hlm. 19-29
digunakan dalam mengukur atau mengumpulkan data penelitian. Dengan demikian,
metode penelitian melingkupi prosedur penelitian atau teknik penelitian.12
Hal terpenting dalam penggunaan dan pemilihan suatu metode didasarkan
pada konsistensi dalam penggunaan desain dan teknik yang ada dalam metode
tersebut. Selalu ada godaan bagi peneliti untuk memilih jalan termudah dengan
mengingkari apa yang seharusnya dilakukan sebagai konsekuensi memilih
penggunaan satu metode penelitian.13
Menurut Sugiono (2006) terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan.
1. Rasional. Maksudnya yakni kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-
cara yang logis, sehingga dapat dipahami oleh nalar manusia.
2. Empiris. Berarti cara-cara yang dilakukan dapat diamati oleh panca indera,
sehingga peneliti lain juga dapat menggunakan langkah yang sama.
3. Sistematis. Yakni proses yang digunakan dalam penelitian dengan
menggunakan langkah-langkah yang bersifat logis dan berurutan
4. Data yang diperoleh melalui penelitian adalah data empiris yang valid,
reliabel, dan objektif. untuk mendapatkan data-data tersebut.
5. Valid. Yakni menunjukkan derajat ketepatan antara data yang
sesungguhnya dengan objek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh
peneliti.
b. Metode Penelitian Kuantitatif
1. Penelitian survei
Berusaha memaparkan secara kuantitatif kecenderungan, sikap, atau opini dari
suatu populasi tertentu dengan meneliti satu sampel dari populasi tersebut.
Penelitian ini meliputi studi-studi cross-sectional dan longitudinal yang
menggunakan kuesioner atau wawancara terencana dalam pengumpulan data,
dengan tujuan untuk mengeneralisir populasi berdasarkan sampel yang sudah
ditentukan.
2. Penelitian eksperimen
Metode ini berusaha menentukan apakah suatu pernyataan memengaruhi hasil
sebuah penelitian. Pengaruh ini dinilai dengan cara menerapkan treatment tertentu
pada satu kelompok, dan tidak menerapkannya pada kelompok lain. lalu
menentukan bagaimana dua kelompok tersebut menentukan hasil akhir.
Penelitian ini mencakup eksperimen-aktual dengan penugasan secara acak atas
subjek-subjek yang di treatment dalam kondisi-kondisi tertentu.
12
Ibid, hlm. 63
13
Ibid, hlm. 46
c. Metode Penelitian Kualitatif
1. Etnografi
Di dalamnya peneliti menyelidiki suatu kelompok kebudayaan di lingkungan
yang alamiah dalam periode waktu yang cukup lama dalam pengumpulan data
utama, data, data observasi, dan data wawancara. Proses penelitiannya fleksibel
dan biasanya berkembang sesuai kondisi dalam merespons kenyataan-kenyataan
hidup yang dijumpai di lapangan.
2. Ground theory
Merupakan strategi penelitian yang di dalamnya peneliti “menciptakan” teori
umum dan abstrak dari suatu proses, aksi, atau interaksi tertentu yang berasal dari
pandangan-pandangan partisipan. Rancangan ini mengharuskan peneliti untuk
menjalani sejumlah tahap pengumpulan data dan penyaringan kategori-kategori
atas informasi yang diperoleh. Metode ini juga memiliki dua karakteristik utama,
yakni 1) perbandingan yang stabil/konstan antara data dan kategori yang muncul
dan 2) pengambilan contoh secara teoritis atas kelompok-kelompok yang berada
untuk memaksimalkan kesamaan dan perbedaan informasi.
3. Studi kasus
Stake dalam Research Design Pendekatan Penelitian Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed mengungkap bahwa metode ini merupakan strategi penelitian di mana
di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa,
aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan
aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap berdasarkan waktu
yag telah ditentukan.
4. Fenomenologi
Merupakan metode penelitian di mana peneliti mengidentifikasi hakikat
pengalaman manusia tentang suatu fenomena tertentu. Memahami pengalaman
hidup manusia menjadikan fenomenologi sebagai suatu metode penelitian yang
prosedurnya mengharuskan peneliti untuk mengkaji seumlah subjek dengan
terlibat langsung dan relatif lama di dalamnya untuk mengembangkan pola-pola
dan relasi makna. Maka peneliti juga harus mengesampingkan pengalaman
pribadinya agar ia dapat memahami betul pengalaman partisipan yang diteliti.
5. Naratif
Merupakan metode penelitian yan mana peneliti menyelidiki kehidupan
individu-individu dan meminta seseorang atau sekelompok individu untuk
menceritakan kehidupan mereka. Informasi ini kemudian diceritakan kembali oleh
peneliti dalam kronologi naratif, kemudian di akhir penelitian, peneliti harus
menggabungkan pandangannya tentang kehidupan partisipan dengan pandangan-
pandangannya tentang kehidupan itu sendiri, tentu dengan menggunakan gaya
naratif.14
5. Pengertian Data dan Sumber Data serta Macam-Macam Sumber Data
Data merupakan bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan
informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan
fakta. Sedangkan sumber data mengarah pada jenis-jenis informasi yang diperoleh
peneliti melalui subyek penelitannya, dan dari mana data dapat diperoleh. Adapun
sumber data yang dipergunakan dalam penelitian terdiri dari:
a. Data primer, yaitu daya yang langsung dan segera diperoleh dar data oleh
peneliti untuk tujuan yang khusus penelitian. Dengan kata lain, data primer
adalah data yang diperoleh langsung daari sumber pertama, baik melalui
observasi maupun wawancara kepada responden dan informan.
b. Data sekunder, yaitu data yang telah terlebih dahulu dikumpulkan dan
dilaporkan oleh orang di luar peneliti sendiri, walaupun data yang
dikumpulkan sesungguhnya adalah data yang asli. Atau dengan kata lain,
data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua, selain dari
yang ditekiti yang bertujuan untuk mendukung penelitian yang dilakukan.
Data sekunder dapat juga dikatakan sebagai data pelengkap yang dapat
digunakan untuk memperkaya data agar dapat memberikan yang benar-
benar sesuai dengan harapan peneliti. Artinya data primer yang diperoleh
tidak diragukan karena sudah didukung oleh data sekunder.15

6. Teknik Pengumpulan Data dan Macam-Macamnya


Teknik pengumpulan data adalah cara yng digunakan untuk mengumpulkan
informasi atau fakta-fakta yang ada di lapangan. Proses pemngumpulan data dalam
sebuah penelitian bergantung pada jenis penelitan yang dipilih. Ada beberapa macam
teknik pengumpulan data, yakni:

John W. Creswell, op. cit. hlm. 23


14

Samsu, Metode Penelitian (Teori dan Aplikasi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Mixed Methods,
15

serta Research and Development), PUSAKA, 2017, hlm 94


a. Kuesioner (angket). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner cocok digunakan
bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas,
kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat
diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalaui
internet.
b. Wawancara (Interview). Wawancara dilakukan jika peneliti ngin
melkaukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal daari responden
yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedkit/kecil.
c. Observasi. Teknik pengumpulan data ini dilakukan bila penelitian
berkenaan dengan perilaku manusa, proses kerja, gejala-gejala alam dan
bila responden yang diamati tidak terlalu besar.16
d. Dokumentasi. Yaitu mencari data mengenai hal-ha atau variabel berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulensi rapat, dan
sebagainya.
7. Teknik Analisis Data Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
a. Teknik analisis data kuantitatif. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif
menggunakan statistik, terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk
menganalisis data yaitu statistik deskriptif dan statistik dierensial.
1. Statistik deskriptif. Yakni menganalisis data dengan mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi.
Penelitian yang dilakukan pada populasi (tanpa diambil sampelnya) jelas akan
menggunakan statistik deskriptif. Sesuai dengan namanya, deskriptif hanya
akan mendeskripsikan keadaan suatu gejala yang telah direkam melalui alat
ukur kemudian diolah sesuai dengan fungsinya. Hasil pengolahan tersebut
selanjutnya dipaparkan dalam bentuk angka-angka sehingga memberikan
suatu kesan lebih mudah ditangkap maknanya oleh siapapun yang
membutuhkan informasi tentang keberadaan gejala tersebut.

16
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, ALFABETA, 2015, hlm 194-205
2. Statistik inferensial. Pemakaian analisis inferensial bertujuan untuk
menghasilkan suatu temuan yang dapat digeneralisasikan secara lebih secara
lebih luas ke luas ke dalam wilayah dalam wilayah populasi. Statistic
inferensial, sering juga disebut statistic induktif atau statistic probabilitas,
adalah teknik statistic yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan
hasilnya diberlakukan utuk populasi.
Secara umum, langkah analisis data kuantitatf meliputi 3 hal, yaitu:
1) Persiapan. Yang dilakukan di antaranya mengecek nama dan kelengkapan
identitas pengisi, mengecek macam isian data. Intinya apa yang dilakukan
dalam langkah ini adalah menyortir data sedemikian rupa sehingga hanya data
yang terpakai saja yang dipertahankan.
2) Tabulasi. Memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi
skor. Misalnya tes, angket berbentuk pilihan ganda, rating scale, dan
sebagainya. Memberikan kode-kode terhadap item-item yang perlu diberi skor
misalnya Jenis kelamin 1) Laki-laki diberi kode 1 dan 2) Perempuan diberi
kode 0.
3) Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian. Mengubah jenis data,
disesuaikan dan dimodifikasi dengan teknik analisis yang akan digunakan.
Misalnya: 1) Data interval diubah menjadi data ordinal dengan membuat
tingkatan. 2) Data ordinal atau data interval diubah menjadi data diskrit. 3)
Memberikan kode (coding) dalam hubungan dalam pengolahan data jika akan
menggunakan komputer.
b. Teknik analisis data kualitatif. Menurut Spradley (1980) dalam Sugiyono (2015)
langkah menganalisis untuk data kualitatif sebagai berikut:17
1) Analis domain, yakni memperoleh gambaran umum dari objek penelitian atau
situasi sosial. Peneliti menetapkan domain tertentu sebagai pijakan untuk
penelitian selanjutnya.
2) Analisis taksonomi. Domain yang dipilih tersebut selanjutnya dijabarkan
menjadi lebih rinci, untuk mengetahui struktur internalnya. Dilakukan dengan
observasi terfokus.
3) Analisis komponensial. Yakni mencari ciri-ciri spesifik pada setiap struktur
internal dengan cara mengkontraskan antar elemen. Dilakukan melalui
observasi dan wawancara terseleksi dengan pertanyaan yang mengkontraskan.
17
Ibid, hlm. 333
4) Analisis tema kultural. Mencari hubungan di antara domain, dan bagaimana
hubungan dengan keseluruhan, dan selanjutnya dinyatakan ke dalam
tema/judul penelitian.
8. Teknik Menentukan Keabsahan Data pada Penelitian Kualitatif
Dalam penelitian kualitatif, peneliti menggunakan teknik untuk menguji
keterpercayaan data dengan cara perpanjangan keikutsertaan, ketekunan observasi,
trianggulasi, dan diskusi dengan teman.
1) Perpanjangan Keikutsertaan. Ini menuntut peneliti untuk terjun ke dalam
lokasi untuk waktu yang cukup panjang guna mendeteksi dan
memperhitungkan distorsi (penyimpangan) yang mungkin mencemari data,
baik distorsi peneliti secara pribadi, maupun distorsi yang ditimbulkan oleh
responden; baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Dengan demikian,
melalui perpanjangan keikutsertaan ini, peneliti dapat menentukan distorsi
yang terjadi dalam penelitian, sehingga peneliti dapat mengatasi hal ini.
2) Ketekunan Observasi. Langkah ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi
karakteristik dan elemen dalam suatu situasi yang sangat relevan dengan
permasalahan atau isu yang sedang diteliti dan memfokuskannya secara detail.
Dalam hal ini, peneliti berupaya mengadakan observasi secara teliti dan rinci
secara terus menerus terhadap faktor-faktor yang menonjol, dan kemudian ia
menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik, sehingga pada pemeriksaan
tahap awal akan kelihatan salah satu atau keseluruhan faktor yang telah
dipahami.
3) Trianggulasi. Ini merupakan teknik yang digunakan untuk menguji
keterpercayaan data (memeriksa keabsahan data) dengan memanfaatkan hal-
hal lain yang ada di luar data tersebut untuk keperluan mengadakan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Teknik
trianggulasi yang dilakukan oleh peneliti mengacu kepada konsep Patton
(1987), yaitu dengan penggunaan sumber, metode, dan teori yang ganda
dan/atau berbeda. Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan
mengecek kembali derajat keterpercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Konsep
trianggulasi dengan metode yang berbeda mengimplikasikan adanya model-
model pengumpulan data secara berbeda (observasi dan wawancara) dengan
pola yang berbeda. Trianggulasi dengan sumber ini dapat dilaksanakan dalam
bentuk, mengkomparasikan datum-datum (bentuk tunggal dari data) yang
diperoleh dari hasil wawancara (interview) dengan pengamatan langsung
peneliti (observasi) di lapangan.
Trianggulasi dengan teori didasarkan pada asumsi bahwa fakta tertentu tidak
dapat diperiksa ketrepercayaannya hanya dengan satu teori. Artinya, fakta
yang diperoleh dalam penelitian ini harus dapat dikonfirmasikan dengan dua
teori atau lebih.
4) Diskusi Dengan Teman. Teknik ini juga digunakan untuk membangun
keterpercayaan (kredibilitas) yang merupakan suatu proses di mana seorang
peneliti mengekspos hasil penelitian yang diperolehnya dengan teman-teman
untuk melakukan suatu diskusi analitis dengan tujuan untuk menelaah aspek-
aspek penemuan yang mungkin masih bersifat implisit. Melalui teknik ini,
diharapkan peneliti dapat memperoleh pertanyaan dan saran yang konstruktif,
serta dapat memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengembangkan
dan menguji langkah-langkah selanjutnya dalam suatu desain metodologis
yang muncul.18

DAFTAR PUSTAKA

18
Samsu, Op. Cit., hlm. 100-103
Anonim. (n.d.). Retrieved from Sosiologis.com.
Arkinto. (2015). Dalam M. A. Sandu Sitoyo, Metodologi Penelitian (hal. 13-14). Yogyakarta:
Literasi Media.
Bahaf, Z. M. (2009). Filsafat Umum. Serang: Keiysa Press.
Burbules, P. d. (2013). Dalam J. W. Creswell, Research Design: Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif dan Mixed (A. Fawaid, Penerj., hal. 10). Thousand Oaks California.
Creswell, J. W. (t.thn.). Research Design: Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.
California: Thousand Oaks California.
Jalaludin Rakhmat, I. S. (t.thn.). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Kuhn, T. (2016). Dalam J. R. Ibrahim, Metode Penelitian Komunikasi (hal. 28). Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
Mulyana, D. (2008). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Muslih, M. (2016). Filsafat Ilmu (Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Konsep.
Yogyakaera: LESFI.
Purrwanto. (t.thn.). Metode Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Surakarta:
Pustaka Pelajar.
Sandu Ditoyo, M. A. (2015). Dasar Metodologi . : Thousand Oaks California.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitin Pendidikan. Bandung: ALFABETA.
Trochim, W. M. (t.thn.). Positivism & Post-Positivism. Dipetik Maret 9, 2021

Anda mungkin juga menyukai