Anda di halaman 1dari 49

John Creswell – Metodologi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan

Campuran (edisi ke 4)
BAB 1
Memilih Rancangan Penelitian
TIGA JENIS RANCANGAN
 Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengekplorasi dan memahami
makna yang-oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal ari
masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian ini melibatkan upaya-upaya
penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur,
mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan,menganalisis data secara
induktif mulai dari tema-tema khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna
data. Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang
fleksibel. Siapa pun yang terlibat dalam bentuk penelitian ini harus menerapkan cara
pandang penelitian yang bergaya induktif, berfokus pada makna individual, dan
menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan.
 penelitian kuantitatif merupakan metode-metode untuk menguji teori-teori (theories)
tertentu dengan cara meneliti hubungan antarvariabel. Variabel-variabel ini diukur
biasanya dengan instrumen-instrumen penelitian sehingga data yang terdiri dari
angka-angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur statistik. Laporan akhir
untuk penelitian ini pada umumnya memiliki struktur yangketat dan konsisten mulai
dari pendahuluan, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, hasil penelitian,
dan pembahasan. Seperti halnya para peneliti kualitatif, siapapun yang terlibat dalam
penelitian kuantitatif juga perlu memiliki asumsi-asumsi untuk menguji teori secara
deduktif, mencegah munculnya bias-bias, mengontrol penjelasan-penjelasan
alternatif, dan mampu menggeneralisasi dan menerapkan kembali penemuan-
penemuannya.
 Penelitian metode campuran merupakan pendekatan penelitian yang melibatkan
pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif, penggabungan dua bentuk data, dan
penggunaan rancangan berbeda, yang dapat melibatkan asumsi-asumsi filosofis dan
kerangka kerja teoretis. Asumsi ini dari penelitian bentuk ini adalah kombinasi
pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang memberikan pemahaman lebih lengkap
daripada hanya satu pendekatan saja dalam perumusan masalah penelitian.
TIGA KOMPONEN PENTING DALAM RANCANGAN PENELITIAN
Secara detail, dalam merencanakan penelitian, para peneliti perlu memepertimbangkan tiga
komponen penting, yaitu:
1. Asumsi-asumsi pandangan dunia (worldview) filosofis yang mereka bawa kedalam
penelitiannya
2. Rancangan penelitian yang berhubungan dengan pandangan dunia tersebut
3. Metode-metode atau prosedur-prosedur penelitian spesifik yang dapat
menerjemahkan pendekatan tersebut ke dalam praktik

Beberapa Pandangan Dunia Filosofis


Dalam menjelaskan pandangan dunia filosofis, peneliti setidak-tidaknya perlu
menyertakan dalam proposalnya satu bagian khusus yang membahas sejumlah hal berikut :
 Pandangan dunia filosofis yang diusulkan dalam penelitian.
 Definisi gagasan-gagasan dasar tentang pandangan dunia tersebut.
 Bagaimana pandangan dunia itu membentuk pendekatan penelitian.
Uniknya, pandangan dunia yang dipegang kukuh oleh para peneliti tidak jarang
merangkul secara kolektif pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran dalam
penelitian mereka. Ada empat pandangan dunia yang akan dibahas yaitu: post-positivisme,
konstruktivisme, transformatif, dan pragmatisme (pragmatism).
Post-positivisme Konstruksionisme
Determinisme Pemahaman
Reduksionisme Makna yang beragam dari partisipan
Pengamatan dan pengukuran empiris Kontruksi sosial dan historis
Verifikasi teori Penciptaan teori
Transformatif Pragmatisme
Politis Akibat-akibat tindakan
Berorientasi kekuasaan dan keadilan Berpusat pada masalah
Kolaboratif Pluralistik
Berorientasi perubahan Berorientasi pada praktik dunia nyata

Pandangan Dunia Post-positivisme


Membaca buku Philips dan Burbules (2000), kita akan menemukan sejumlah asumsi
dasar yang menjadi inti dalam paradigma penelitian post-positivis, antara lain:
 Pengetahuan bersifat konjektural/terkaan (dan antifondasional/ tidak berlandaskan
apapun) bahwa kita tidak akan pernah mendapatkan kebenaran absolut. Untuk itulah,
bukti yang dibangun dalam penelitian sering kali lemah dan tidak sempurna. Oleh
karena alasan ini pula, banyak peneliti yang berujar bahwa mereka tidak dapat
membuktikan hipotesisnya; bahkan, tidak jarang mereka juga gagal untuk
menyangkal hipotesisnya.
 Penelitian merupakan proses membuat klaim-klaim, kemudian menyaring sebagian
klaim tersebut menjadi “klaim-klaim lain” yang kebenarannya jauh lebih kuat.
sebagian besar penelitian kuantitatif, misalnya, selalu diawali dengan pengujian atas
suatu teori.
 Pengetahuan dibentuk oleh data, bukti, dan pertimbangan-pertimbangan logis. Dalam
praktiknya, peneliti mengumpulkan informasi dengan menggunakan instrumen-
instrumen pengukuran tertentu yang diisi oleh para partisipan atau dengan melakukan
observasi mendalam di lokasi penelitian.
 Penelitian harus mampu mengembangkan statemen-statemen yang relevan dan benar,
statemen-statemen yang dapat menjelaskan situasi yang sebenarnya atau dapat
mendeskripsikan relasi kausalitas dari suatu persoalan. Dalam peneitian kuantitatif,
peneliti membuat relasi antarvariabel dan mengemukakannya dalam bentuk
oertanyaan dan hipotesis.
 Aspek terpenting dalam penelitian adalah sikap objektif; para peneliti harus menguji
kembali metode-metode dan kesimpulan-kesimpulan yang sekiranya mengandung
bias. Untuk itulah, dalam penelitian kuantitatif, standar valibitas dan reliabitas
menjadi aspek penting yang wajib dipertimabngkan oleh peneliti.

Pandangan Dunia Konstruktivis


Sebagai contoh dalam membahas konstruktivisme ini, Crotty (1998) memperkenalkan
sejumlah asumsi:
 Makna-makna dikonstruksi oleh manusia agar mereka bisa terlibat dengan dunia yang
tengah mereka tafsirkan. Para peneliti kualitatif cenderung menggunakan pertanyaan-
pertanyaanterbuka agar partisipan dapat mengungkapkan pandangan-pandangannya.
 Manusia senantiasa terlibat dalam dunia mereka dan berusaha memahaminya
berdasarkan perspektif historis dan sosial mereka sendiri – kita semua dilahirkan ke
dunia makna world of meaning) yang dianugerahkan oleh kebudayaan di sekeliling
kita. Untuk itulah, para peneliti kualitatif harus memahami konteks atau latar
belakang partisipan mereka dengan cara mengunjungi konteks tersebut dan
mengumpulkan sendiri informasi yangdibutuhkan. Mereka juga harus menafsirkan
apa yang mereka cari; sebuah penafsiran yang dibentuk oleh pengalaman dan latar
belakang mereka sendiri.
 Pada dasarnya lingkungan sosial inilah yang menciptakan mkna, yang muncul di
dalam maupun di luar interaksi dengan komunitas manusia. Proses penelitian
kualitatif bersifat induktif dimana didalamnya peneliti menciptakan makna dari data
lapangan yang dikumpulkan.

Pandangan Dunia Transformatif


Dalam ringkasan Martens (2010) tentand karakteristik-karakteristik inti dari
pandangan dunia atau paradigma transformatif:
 Pandangan dunia transformatif menempatkan kepentingan sentral pada penelitian
kehidupan dan pengalaman-pengalaman kelompok yang secara tradisional telah
termarginalkan. Kepentingan khusus dari beragam kelompok ini adalah bagaimana
kehidupan mereka dibatasi oleh para penindas dan strategi-strategi yang mereka
gunakan untuk melawan, menantang, dan melanggar pembatas-pembatas ini.
 Dalam meenliti beragam kelompok ini, penelitian fokus pada ketidakadilan
berdasarkan gender, ras, etnisitas, orientasi seksual, dan kelas sosial ekonomi yanf
menghasilkan hubungan kekuasan asimetris.
 Penelitian dalam pandangan transformatif menghubungkan tindakan politis dan sosial
dengan ketidakadilan ini.
 Penelitian transformatif menggunakan teori program keyakinan tentang bagaimana
program kerja dan mengapa masalah penindasan, dominasi, dan relasi kekuasaan
dapat terjadi.

Pandangan Dunia Pragmatis


Berdasarkan kajian Cherryholmes (1992), Morgan (2007), Pragmatisme memberikan
dasar filosofis penelitian:
 Pragmatisme tidak hanya diterapkan untuk satu sistem filsafat atau realitas saja.
pragatisme dapat digunakan untuk penelitian metode campuran yang didalamnya para
peneliti bisa dengan bebas melibatkan asumsi-asumsi kuantitatif dan kualitatif ketika
mereka terlibat dlaam penelitiannya.
 Setiap peneliti memiliki kebebasan memilih. Dalm hal ini, mereka bebas untuk
memilih metode, teknik, dan prosedur penelitian yang dianggap terbaik untuk
memenuhi kebutuhan dan tujuan mereka.
 Kaum pragmatis tidak memandang dunia sebagai kesatuan yang mutlak. Artinya,
para peneliti metode campuran dapat menerapkan berbagai pendekatan dalam
mengumpulkan dan menganalisis data ketimbang hanya menggunakan satu
pendekatan saja (misalnya, kuantitatif atau kualitatif).
 Kebenaran adalah apa yang terjadi saat itu. kebenaran tidak didasarkan pada dualitas
antara kenyataan yang berada diluar pikiran yan kenyataan yang ada dalam pikiran.
Untuk itulah, dalam penelitian metode campuran, para peneliti menggunakann data
kuantitatif dan kualitatif karena mereke meneliti untuk memberikan pemahaman yang
baik terhadap masalah penelitian.
 Para peneliti pragmatis selalu membuat apa dan bagaimana meneliti berdasarkan
akibat-akibat yang akan mereka terima dimana mereka ingin menjalankan penelitian
tersebut. Para peneliti metode campuran pada umunya selalu memiliki tujuan atas
percampuran (mixing) ini, sejenis alasan mengapa data kuantitatif dan kualitatif harus
dicampur menjadi satu.
 Kaum pragmatis setuju bahwa penelitian selalu muncul dalam konteks sosial,
historis, politis, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, penelitian metode campuran bisa
saja beralih pada paradigma post-modern, suatu pandangan teoritis yang reflektif
terhadap keadilan sosial dan tujuan-tujuan politis.
 Kaum pragmatis percaya akan dunia eksternal yang berada diluar pikiran seagaimana
yang berada didalam pikiran mnausia. Mereka juga percaya bahwa kita harus
berhenti bertanya tentang realitas dan hukum-hukum alam (Cherryholmes, 1992).
Bahkan, “mereka sepertinya ingin mengubah subjek” (Rorty, 1983: xiv).
 Untuk itulah, bagi para peneliti metode campuran, pragmatisme dapat membuka
pintu untuk menerapkan metode beragam, pandangan dunia yang berbeda-beda, dan
asumsi yang bervariasi, serta bentuk yang berbeda dalam pengumpulan dan analisis
data.
Rancangan Penelitian Kualitatif
 Penelitian naratif (narrative research) merupakan rancangan penelitian tentang
kemanusiaan dimana peneliti mempelajari khidupan individu-individu dan meminta
seseorang atau kelompok individu untuk menceritakan kehidupan mereka (Riessman,
2008). Informasi ini kemudian diceritakan kembali oleh peneliti dalam kronologi
naratif. Diakhir tahap penelitian, peneliti harus menggabungkan dengan gaya naratif
pandangan-pandangannya tentang kehidupan partisipan dengan pandangan-
pandangan tentang kehidupan peneliti sendiri (Clandinin dan Connelly, 2000).
 Riset fenomenologi (phenomenological research) merupakan rancangan penelitian
yang berasal dari filsafat dan psikologi dimana peneliti mendeskripsikan pengalaman
kehidupan manusia tentang suatu fenomena tertentu seperti yang dijelaskan oleh para
partisipan. Deskrpsis ini berujung pada inti sari pengalaman beberapa individu yang
telah mengalami semua fenomena tersebut. Rancangan ini memiliki landasan filosofis
yang kuat dan melibatkan pelaksanaan wawancara (Giorgi, 2009; Moustakas, 1994).
 Grounded theory merupakan rancangan penelitian dari sosiologi yang didalamnya
peneliti memeperoleh teori umum dan abstrak dari suatu proses, aksi, atau interaksi
tertentu yang berasal dari pandangan-pandangan partisispan. Rancangan ini
menggunakan berbagai tahap pengumpulan data dan penyaringan serta antar-
hubungan kategori-kategori informasi yang diperoleh Charmaz, 2006; Corbin dan
Strauss, 2007).
 Etnografi adalah rancangan penelitian yang berasal dari antropologi dan sosiologi
yang didalamnya peneliti menyelidiki pola perilaku, bahasa, dan tindakan dari suatu
kelompok kebudayaan di lingkungan yang alamiah dalam periode waktu yang cukup
lama. Pengumpulan data sering melibatkan observasi dan wawancara.
 Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang ditemukan dibanyak bidang,
khususnya evaluasi, dimana peneliti mengembangkan analisis mendalam atas suatu
kasus, sering kali program, peristiwa, aktivitas, proses, atau satu individu atau lebih.
Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi
secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pngumpulan data berdasarkan
waktu yang telah ditentukan (Stake, 1995; Yin, 2912)
Metode Penelitian Kualitatif
 Metode yang berkembang
 Pertanyaan terbuka
 Data wawancara, data observasi, data dokumen, dan data audivisual
 Analisis tekstual dan analisis gambar
 Interpretasi tema, dan pola

PENDEKATAN PENELITIAN SEBAGAI PANDANGAN-DUNIA RANCANGAN,


DAN METODE
Berikut ini, akan digambarkan bagaimana ketiga elemen ini ( pandangan dunia,
strategi, dan metode) berkombinasi dalam satu skenario penelitian:
 Penelitian kualitatif – pandangan dunia konstruktivis, strategi etnografis, dan metode
observasi perilaku.
Dalam hal ini, peneliti kualitatif berusaha membangun makna tentang suatu fenomena
berdasarkan pandnagan-pandangan dari para partisipan. Hal ini berarti
mengidentifikasi suatu komunitas culture-sharing, lalu meneliti bagaimana komunitas
tersebut mengembangkan pola-pola perilaku yang berbeda dalam satu waktu (yaitu
etnografi). Salah satu metode pengumpulan data untuk strategi semacam ini adalah
dengan mengobservasi perilaku para partisipan dengan cara terlibat langsung dalam
aktivitas-aktivitas mereka.
 Penelitian kualitatif – pandangan dunia transformatif, strategi naratif dan metode
wawancara terbuka.
Untuk penelitian ini, peneliti berusaha mnyelidiki suatu isu yang berhubungan dengan
penindasan individu-individu tertentu. Untuk meneliti isu ini, cerita-cerita
dikumpulkan dari individu-individu tersebut dengan menggunakan pendekatan
naratif. Individu-individu ini kemudian diwawancarai untuk mengetahui bagaimana
mereka secara pribadi mengalami penindasan.

Kecenderungan Pendekatan kualitatif


Menggunakan asumsi-asumsi filosofis ini  Klaim pengetahuan konstruktivis /
Menerapkan strategi-strategi penelitian ini transformatif
 Fenomenologi, grounded theory, etnografi,
studi kasus, dan naratif
Menerapkan metode-metode ini  Pertanyaan-pertanyaan terbuka, pendekatan
yang sedang muncul, data tekstual atau
data gambar
Menerapkan praktik-praktik penelitian  Posisinya sendiri
 Mengumpulkan makna dari para partisipan
 Fokus pada konsep atau fenomena tunggal
 Membawa nilai-nilai pribadi pada
penelitian
 Meneliti konteks atau setting partisipan
 Memvalidasi akurasi temuan-temuan
 Menginterpretasi data
 Membuat agenda untuk perubahan atau
reformasi
 Berkolaborasi dengan partisipan

KRITERIA DALAM MEMILIH RANCANGAN PENELITIAN


Masalah Penelitian
Masalah-masalah sosial tertentu terkadang turut menetukan pendekatan penelitian
yang dugunakan. Misalnya, jika masalah ini mengharuskan (a) identifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil, (b) fungsi keterlibatan, atau (c) pemahaman prediksi hasil, pendekatan
kuantitatif menjadi pilihan terbaik. Pendekatan ini juga layak diterapkan untuk menguji suatu
teori atau pernyataan.
Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi juga turut mempengaruhi para peneliti dalam memilih
pendekatan yang akan mereka terapkan. Sesorang yang sudah nyaman menulis buku atau
melakukan wawancara pribadi dan observasi, akan lebih tergerak untuk menggunakan
pendekatan kualitatif.
Pembaca
Pada akhirnya, peneliti menulis laporan penelitian yang benar-benar bisa diterima oleh
pembaca. Pembaca-pembaca ini bisa jadi editor jurnal, pembaca jurnal, dewan perguruan
tinggi, peserta seminar, atau rekan-rekan satu bidang ilmu pengetahuan.

BAB 2
TOPIK PENELITIAN
Topik adalah subjek atau materi subjek penelitian, seperti “pengajaran sekolah”, “kreativitas
organisasi”, atau “tekanan psikologis”. Jelaskan topik tersebut dalam beberapa kata atau satu
frasa singkat. Inilah nantinya yang akan menjadi gagasan utama yang harus dipelajari dan
dieksplorasi oleh peneliti.
Dalam hal ini, ada beberapa cara untuk memperoleh pemahaman mengenai topik
penelitian (dengan asumsi bahwa topik ini harus dipilih sendiri oleh peneliti dan bukan oleh
pembimbing). Salah satunya adalah dengan menulis judul yang jelas dalam proposal
penelitian. Proyek penelitian yang baik biasanya dilandasi dengan pemikiran-pemikiran yang
jelas dan tidak rumit, mudah dibaca, dan dipahami.
Pertimbangan alasan-alasan utama mengapa topik penelitian tersebut benar-benar
dapat dan perlu diteliti. Suatu topik dapat diteliti jika peneliti memiliki target partisipan yang
bersedia membantunya dalam melakukan penelitian dan memiliki perangkat-perangkat yang
memadai dalam mengumpulkan dan menganalisis data dalam hangka waktu yang ditentukan,
seperti program komputer atau perangkat-perangkat lain.
Mengenai apakah topik tersebut dapat diteliti atau tidak, pada hakikatnya juga
berhubungan dengan apakah ada orang lain diluar lembaga peneliti yang akan tertarik pada
topik tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka memiliki beberapa tujuan utama: menginformasikan kepada pembaca hasil-
hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan saat itu,
menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah-celah dalam
penelitian-penelitian sebelumnya (Cooper, 2010; Marshall dan Rossman, 2011). Tinjauan ini
juga dapat menyediakan kerangka kerja dan tolak ukur untuk mempertegas pentingnya
penelitian tersebut, seraya membandingkan hasilnya dengan penemuan-penemuan lain.
Penelitian-penelitian perlu mencantumkan topik di tinjauan pustaka, dan bagian pustaka di
proposal pada umumnya dibentuk dari masalah yang lebih besar ke masalah-masalah yang
lebih sempit sehingga langsung mengarahkan ke metode-metode suatu penelitian.
Pemanfaatan Pustaka/Literatur
Tinjauan pustaka sebaiknya disajikan secara jelas dan dapat meringkas berbagai literatur
yang relevan dengan masalah penelitian, namun, tinjauan pustaka ini jangan sampai terlalu
rumit dan komprehensif. Tinjauan pustaka jangan terlalu panjang, katakanlah maksimal 20-
30 halaman namun mampu menunjukkan kepada pembaca bahwa Anda benar-benar
memahami literatur-literatur yang berkaitan dengan topik penelitian. Pendekatan lain dalam
menulis tinjauan pustaka adalah dengan membuat ringkasan detail tentang topik penelitian
dan referensi-referensi yang terkait dengan topik ini untuk nantinya dikembangkan kembali
dalam bab khusus, biasanya dalam bab dua, “Tinjauan Pustaka”, yang mungkin saja
membutuhkan 20 hingga 60 halaman lebih.
Pada umumnya, tinjauan pustaka dapat berupa beberapa bentuk. Cooper (2010) membahas
empat tipe: kajian pustaka yang (a) menggabungkan apa yang telah dikatakan dan dilakukan
orang lain, (b) mengkritisi penelitian dari para peneliti sebelumnya, (c) membangun jembatan
diantara topik-topik terkait, dan (d) mengidentifikasi isu-isu sentral dalam suatu bidang.
Dengan perkecualian mengkritisi penelitian-penelitian dari para peneliti sebelumnya,
sebagian besar disertasi dan tesis berperan menggabungkan literatur, mengturnya menjadi
serangkaian topik yang saling berkaitan (sering kali dari topik yang sifatnya umum ke yang
lebih sempit), dan merangkum literatur dengan menunjukkan isu-isu sentral.
Tabel 2.1 Menggunakan Literatur dalam penelitian Kualitatif
Contoh Jenis Strategi yang
Penggunaan Literatur Kriteria
Sesuai
Model ini biasa digunakan
Literatur digunakan untuk
Harus ada beberapa literatur dalam semua penelitian
membingkai masalah dalam
yang tersedia. kualitatif, tanpa memandang
pendahuluan penelitian.
jenis strateginya
Pendekatan ini diterapkan
Pendekatan ini lebih disukai
dalam penelitian-penelitian
Literatur disajikan dalam oleh pembaca yang sudah
yang menggunakan teori
bagian terpisah dengan judul terbiasa dengan pendekatan
yang sudah kuat di awal
tinjauan pustaka post-positivis tradisional
penelitian, seperti etnografi
untuk tinjauan pustaka.
dan kajian teori kritis.
Pendekatan ini paling cocok Pendeketan ini digunakan
untuk proses induktif dalam semua jenis rancangan
Literatur disajikan di akhir
penelitian kualitatif; literatur kualitatif, tetapi paling
penelitian; menjadi dasar
tidak memandu dan populer dengan grounded
untuk membandingkan dan
mengarahkan penelitian theory, ketika
membedakan temuan-temuan
tetapi menjadi sarana membandingkan dan
penelitian kualitatif.
pembantu ketika pola atau membedakan teori lain yang
kategori telah ditentukan. ditemukan dalam titeratur

Langkah dalam menulis atau menggunakan pustaka untuk penelitian kualitatif :


 Dalam penelitian kualitatif, gunakanlah literature secara hemat diawal penelitian agar
nantinya bias terbentuk rancangan yang induktif, kecuali jika jenis rancangan yang
diinginkan benar-benar membutuhkan orientasi atau petunjuk literatur yang detail
diawal penelitian.
 Pertimbangkan pula segmen atau tempat yang benar-benar sesuai untuk tinjauan
pustaka, dan jadikan pembaca sebagai dasar keputusan untuk pertimbangan ini.
Ingatlah, opsi-opsi berikut: meletakkan tinjauan pustaka di awal penulisan untuk
membantu membangun kerangka masalah penelitian; meletakkan tinjauan pustaka di
bagian terpisah; atau melettakan tunjauan pustaka di akhir penelitian untuk
membandingkan dan membedakannya dengan hasil penelitian.

TEKNIK-TEKNIK RANCANGAN
Langkah-langkah Melakukan Tinjauan Pustaka
1. Mulailah dengan mengidentifikasi beberapa kata kunci (keywords) penelitian.
Langkah ini utamanya penting ketika Anda ingin mencari berbagai materi, referensi,
dan bahan pustaka di perpustakaan universitas. Kata kunci ini bias saja Anda peroleh
ketika Anda tengah mengidentifikasi topik penelitian atau bias jadi berasal dari hasil
pembacaan beberapa buku.
2. Setelah kata kunci diperoleh, selanjutnya kunjungi perpustakaan dan mulailah
mencari catalog untuk materi referensi (seperti, jurnal danbuku). Namun demikian,
kebanyakan perpustakaan saat ini sudah memiliki database terkomputerisasi, dan saya
menyarankan anda focus terlebih dahulu pada jurnal dan buku yang relevan dengan
topic penelitian anda. Selain itu, cobalah untuk mencari database terrkomputerisasi
yang telah di reviu dan direkomendasikan oleh Science Citation Index, Goole
Schoolar, ProQuest, dan sebagainya.
3. Pertama-tama, cobalah menemukan sedikitnya 50 laporan penelitian, seperti artikel
atau buku, yang berhubungan dengan topic penelitian. Prioritaskan pencarian pada
artikel jurnal dan buku karena sumber seperti ini sangat mudah diperoleh. Pastikan
apakah artikel dan buku tersebut tersedia di perpustakaan akademis anda, atau apakah
anda perlu meminta bantuan dari pustakawan untuk mengirimkannya, atau apakah
anda harus membelinya di took buku.
4. Bacalah sepintas sekumpulan artikel atau bab dalam buku, lalu salinlah/gandakanlah
bab atau artikel yang memang relevan dengan topik anda. Pastikan artikel atau buku
tersebut memberikan cukup retribusi terhadap tinjauan pustaka anda.
5. Ketika mengidentifikasi beberapa literature, mulailah merancang peta literatur. Peta
literatur merupakan jenis gambaran visual yang menampilkan pengelompokkan
literatur berdasarkan topik penelitian. Peta ini akan menggambarkan bagaimana
penelitian yang dilakukan memberikan kontribusi pada literature yang ada.
6. Setelah membuat peta literature, buatlah ringkasan dari bebrapaa artikel yang paling
rlevan. Ringkasan inilah yang nantinya akan dimasukkan kedalam tinjauan pustaka.
Masukkanlah referensi relevan dalam tinjauan pustaka dengan menggunakan petunjuk
penulisan yang sesuai, seperti petunjuk American Psychological Association (APA,
2001) agar referensi yang dimiliki lebih lengkap untuk digunakan diakhir proposal
penelitian.
7. Stelah membuat ringkasan dari beberapa literature, kini saatnya membuat tinjauan
pustaka, dengan menyusunnya secara sistematis atau berdasarkan konsep penting.
Diakhir tinjauan pustaka, utarakan pandangan umum tentang tema keseluruhan yang
diperoleh dari literatur yang ada, lalu jelaskan mengapa penelitian ini benar-benar
memiliki kebaruan tersendiri dibandingkan literatur yang sudah ada. Anda juga dapat
mengemukaakn kritik tentang pustaka yang sudah ada dan menunjukkan kekurangan
srta masalah-masalah dalam metode yang digunakannya.
Data Terkomputerisasi
 Gunakanlah database literatur online gratis serta database-database gratis lain yang
tersedia di perpustakaan.
 Carilah beberapa database yang berbeda, misalnya tetap menggunakan database
ERIC meskipun topic penelitian tidak terlalu berhubungan dengan pendidikan, atau
menggunakan PsycINFO meskipun topic penelitian tidak terlalu berkaitan dengan
psikologi. Baik ERIC maupun PsycINFO sama-sama memandangan pendidikan
dan psikologi sebagai istilah umum yang bias diteliti dengan berbagai topik yang
berbeda.
 Gunakanlah panduan istilah untuk mencari artikel yang diinginkan, seperti
thesaurus jika tersedia.
 Carilah satu artikel yang sangat berkaitan dengan topic, lalu lihatlah istilah penting
yang digunakan artikel tersebut, kemudian gunakan istilah itu untuk men-search
literature lain yang relevan.
 Gunakanlah beberapa database yang menyediakan akses, link, atau unformasi
tentang gandaan full-text dari artikel-artikel yang diinginkan (baik di perpustakaan
maupun di took buku) agar bias menghemat lebih banyak waktu untuk mencari
gandaan artikel-artikel ini.
Peta Literatur Penelitian
Peta literature merupakan ringkasan visual dari penelitian-penelitian yang sudah
dilakukan orang lain. Peta ini biasanya disajikan dalam bentuk gambar dan bias disusun
dengan berbagai cara. Salah satunya adalah disusun secara hierarkis, yakni menyajikan
literature dengan teknik top-down yang bias saja dibuat menyerupai flowchart, dimana
pembaca melihat tinjauan pustaka disusun layaknya suatu bagan.
Mengabstraksikan Literatur
Abstraksi merupakan tinjauan singkat atas literature (biasanya dalam bentuk paragraph
pendek) yang meringkas elemen-elemen utama agar pembaca dapat memahami keunggulan-
keunggulan dasar dari setiap literature. Biasanya, abstraksi yang baik mencakup beberapa
poin berikut:
 Menyatakan masalah yang tengah dibahas.
 Menyatakan tujuan atau focus utama penelitian.
 Menyatakan secara singkat informasi tentang sampel, populasi, atau data.
 Membahas hasil-hasil ini yang berhubungan dengan penelitian yang diajukan.
 Jika tinjauan pustakanya bersifat metodologis (Cooper, 2010) tunjukkan kekurangan
teknis dan metodologis dalam literature/penelitian tersebut.
Untuk tulisan-tulisan yang berbasis non empiris (seperti, esai, opini, tipologi, dan sintesis),
abstraksinya dapat dibuat dengan cara berikut:
 Sebutkan masalah yang dibahas oleh tuulisan tersebut.
 Identifikasilah tema utama tulisan tersebut.
 Nyalakan kesimpulan utama yang berhubungan dengan tema itu.
 Jika jenis tinjauan pustakanya bersifat metodologis, jelaskan kekurangan argumentasi,
dan seterusnya.
Petunjuk Gaya
Style manual pada umumnya mempertimbangkan beberpa format penting, seperti in-text,
end-of-text, judul, dan penggunaan gambar serta table. Berikut ini adalah beberapa
rekomendasi terkait bagaimana menggunakan petunjuk gaya untuk keperluan tulisan
akademis:
 Ketika menulis referensi in-text, perhatikan format yang tepat utnuk jenis-jenis
referensi dan kutipan ganda.
 Ketika menulis referensi end-of-text, perhatikan juga apakah petunjuk gaya yang
digunakan mengharuska referensi ini ditulis secara alfabetis atau numeric. Selain itu,
pastikan pula bahwa setiap referensi in-text sudah masuk dalam dafta end-of-text.
 Dalam makalah/karyta tulis akademis, judul heading) biasnya disusun dalam bentuk
tingkatan-tingkatan. Pertama-tama, perhatikan seberapa banyak tingkatan judul yang
ditulis dalam penelitian. Kemudian, bukalah petunjuk gaya untuk mendapatkan
format yang sesuai untuk setiap tingkatan tersebut. Biasanya, laporan penelitian berisi
sekitar dua hingga empat tingkatan judul.
 Jika menggunakan catatan kaki, perhatikan petunjuk gaya untuk mengetahui
bagaimana menulis footnote yang sesuai. Footnote saat ini jarang sekali digunakan
dalam makalah atau karya tulis akademis dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Jika
menyertakan footnote, perhatikan apakah footnote tersebut berada dibagian bawah
setiap halaman, diakhir setiap baba, atau diakhir makalah.
 Tabel dan gambar memiliki format-formatnya tersendiri dalam setiap petnjuk gaya.
Perhatikan aspek-aspek penting, seperti garis yang harus dicetak tebal (bold), judul,
dan spasi, pada contoh-contoh yang disajikan.

DEFINISI ISTILAH
Topik lain yang berhubungan dengan tinjauan pustaka adalah identifikasi dan definisi istilah
yang dibutuhkan pembaca untuk memahami proyek penelitian yang diajukan. Bagian definisi
istilah bisa saja ditulis secara terpisah dari tinjauan pustaka, bisa pula masuk dalam tunjauan
pustaka, atau justru diletakkan dibagian lain dalam proposal penelitian.
Definisikan istilah-istilah yang muncul disemua bagian proposal penelitian:
 Judul penelitian
 Masalaha penelitian
 Tujuan penelitian
 Pertanyaan atau hipotesis penelitian
 Tinjauan pustaka
 Landasan teori
 Metode penelitian

BAB 3
Penerapan Teori
TEORI DALAM PENELITIAN KUALITATIF
Variasi Penggunaan Teori dalam Penelitian Kualitatif
Pertama, dalam penelitian kualitatif, teori sering kali digunakan sebagai penjelasan
atas perilaku dan sikap tertentu. Teori ini bisa jadi sempurna dengan adanya variabel,
konstrak, dan hipotesis penelitian. Sebuah tema dapat memberikan serangkaian hipotesis
siap-pakai untuk diuji dengan literatur yang ada.
Kedua, peneliti kualitatif sering kali mengunakan perspektif teoretis (theorical lens or
perspective in qualitative research) sebagai panduan umum untuk meneliti gender, kelas, dan
ras (atau masalah lain mengenai kelompok marginal). Pandangan ini menjadi perspektif
transformatif dan dapat membantu peneliti untuk merancang rumusan masalah,
mengumpulkan dan menganalisis data, serta membentuk call for action and change
(panggilan untuk melakukan aksi dan perubahan). Beberapa perspektif teoretis yang biasa
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:
 Perspektif feminis
 Wacana rasial
 Perspektif teori kritis
 Teori querr
 Studi disabilitas
Ketiga, dalam penelitian kualitatif, teori sering kali digunakan sebagai poin akhir
penelitian. Dengan menjadikan teori sebagai poin akhir penelitian, berarti peneliti
menerapkan proses penelitiannya secara induktif yang berlangsung mulai dari data, lalu ke
tema-tema umum, kemudian menuju teori atau model tertentu. Logika induktif dalam
penelitian kualitatif:
Peneliti mengumpulkan informasi-informasi (misalnya, wawancara-wawancara, informasi-
informasi)
Peneliti mengajukan pertanyaan terbuka kepada partisipan atau merekam catatan-catatan
lapangan
Peneliti menganalisis data untuk membuat tema-tema atau kategori-kategori
Peneliti mencari pola-pola umum, generalisasi-generalisasi, atau teori-teori dari tema-tema
atau kategori-kategori
Peneliti mengemukakan generalisasi-generalisasi atau teori-teori dari literatur-literatur dan
pengalaman-pengalaman peribadinya.
Keempat, bebrapa peneliti kualitatif tidak menggunakan teori yang terlalu eksplisit.
Kasus ini bisa saja terjadi disebabkan dua hal: (1) karena tidak ada satu pun penelitian
kualitatif yang dilakukan dengan observasi yang “benar-benar murni” dan (2) karena truktur
konseptual sebelumnya yang disusun dari teori dan metode tertentu telah membrikan starting
point bagi keseluruhan observasi.
Tip penelitian tengtang penggunaan teori dalam penelitian kualitatif antara lain
sebagai berikut:
 Pastikan apakah teori tersebut dapat diterapkan dalam penelitian kualitatif atau tidak.
 Jika bisa diterapkan, identifikasilah bagaimana teori tersebut akan dijabarkan dan
digunakan dalam penelitian. Apakah sebagi penjelasan upfront, sebagai end point,
atau sebagai perspektif advokasi.
 Tempatkan teori tersebut dalam proposal penelitian dibagian awal atau akhir.

BAB 4
Strategi Menulis dan Pertimbangan Etis
MENULIS PROPOSAL
Argumen-argumen yang disajikan dalam Proposal
Salah satu syarat utama yang harus dipenuhi sebelum menulis proposal adalah
mempertimbangkan topik-topik apa saja yang akan dimasukkan dalam proposal tersebut.
Semua topik harus saling berhubungan dan memberikan gambaran kohesif mengenai proyek
penelitian secara keseluruhan. Berikut adalah dari Maxwell (2005) tentang argumen-argumen
pokok yang peru dikemukakan dalam proposal:
1. Apa yang dibutuhkan pembaca untuk memahami topik Anda dengan lebih mudah?
2. Apa yang perlu diketahui pembaca mengenai topik Anda?
3. Apa yang Anda kemukakan untuk diteliti?
4. Ranah seperti apa dan siapa saja orang-orang yang ingin Anda teliti?
5. Metode-metode apa yang ingin Anda gunakan untuk mengumpulkan data?
6. Bagaimana Anda akan menganalisis data?
7. Bagaimana Anda akan memvalidasi penemuan-penemuan Anda?
8. Masalah-masalah etis apa saja yang akan Anda sajikan?
9. Apakah hasil-hasil sementara sudah menunjukkan bahwa penelitian yang Anda
ajukan ini bermanfaat dan bisa diterapkan?
Format Proposal Kualitatif

MENULIS GAGASAN
Menulis seperti berfikir
 Diawal proses penelitian, cobalah untuk benar-benar menulis gagasan-gagasan Anda,

Pendahuluan
Latar belakang masalah (mencakup literatur yang berhubungan degan masalah
tersebut dan pentingnya penelitian). Tujuan penelitian dan batasan masalah.
Rumusan masalah
Prosedur
Asumsi filosofis atau pandangan dunia tentang penelitian kualitatif.
Rancangan penelitian kualitatif (misalnya etnografi, studi kasus).
Peran peneliti.
Prosedur pengumpulan data.
Prosedur analisis data.
Strategi memvalidasi hasil penelitian. Susunan naratif penelitian yang diajukan.
Masalah etis yang mungkin muncul.
Hasil sementara (jika ada)
Outcomes yang diharapkan
Daftar pustaka
Lampiran: pertanyaan wawancara, bentuk observasi, catatan waktu, dan anggaran yang
diajukan, ringkasan isi setiap bab yang diajukan dalam penelitian akhir.

dan bukan membicarakannya.


 Lebih baik menulis eberapa draf proposal ketimbang mencoba memoles draf pertama.
 Jangan mengedit proposal Anda pada tahap-tahap awal. Model tiga tahap Franklin
(1986) dalam membuat proposal awal dan penulisan penelitian akademis:
a. Pertama-tama, buatlah sebuah outline, yang dapat berupa kata-kata, atau dapat
berupa peta visual.
b. Tulislah satu draf utuh, lengkap dengan gagasan pokoknya, lalu nyatakan
gagasan tersebut dalam bentuk paragraf.
c. Akhirnya, edit dan poleslah setiap kalimat yang sudah Anda tulis.
Kebiasaan menulis
Berikut adalah beberapa ide tentang bagaimana membangun kebiasaan menulis yang
baik:
 Dengan prioritas yang Anda miliki, tilislah aktivitas keseharian Anda, baik ketika siap
maupun belum siap untuk menulis.
 Jika Anda merasa tidak memiliki waktu untuk menulis reguler, cobalah memetakan
aktivitas anda dalam momen-momen setiap setengah jam selama satu atau dua
minggu. Hal ini akan membantu anda menemukan waktu yang tepat untuk menulis.
 Menulislah ketika anda sedang fresh.
 Jangan menulis ketika Anda kekenyangan.
 Menulislah secara terartur wlaupun sebentar.
 Buatlah jadwal aktivitas menulis, sehingga dapat merencanakan kapan harus
mengerjakan unit-unit tulisan tertentu dalam setiap sesi.
 Cobalah menaati kartu harian Anda. Tulislah setidak-tidaknya tiga hl: (a) waktu yang
digunakan untuk menulis, (b) jumlah halaman yang dapat diselesaikan, dan (c)
perkiraan kapan tugas dapat selesai secara keseluruhan.
 Rencanakan tujuan-tujuan harian anda.
 Diskusikan tulisan anda dengan teman-teman yang suportif.
 Cobalah menulis dua atau tiga proyek penulisan secara serempak sehingga Anda tidak
overlod dengan stau proyek saja.

Keterbacaan Tulisan
Sebelum mulai menulis proposal, cobalah berpikir tentang bagaimana Anda
meningkatkan keterbacaan proposal Anda. Publication Manual APA (2001) membahas
tentang bagaimana menyajikan tulisan yang rapi dengan cara menunjukkan hubungan
antargagasan dan menggunakan kata transisional. Selain itu, penting juga meng-gunakan
istilah-istilah yang konsisten dan terus membangun kohe-rensi dalam proposal penelitian
Anda.
 Gunakan istilah-istilah yang konsisten di sepanjang proposal Anda. Pakailah istilah-
istilah yang sama setiap kali variabel disebutkan dalam penelitian kuantitatif atau
fenomena utama dalam penelitian kualitatif. Jangan menggunakan sinonim-sinonim
dari istilah-istilah tersebut. Hal ini hanya akan membuat pembaca bingung memahami
makna setiap gagasan dalam proposal penelitian Anda.
 Pertimbangkan pula seberapa naratif gaya pemikiran yang Anda terapkan agar
pembaca dapat memahami proposal Anda. Konsep ini pernah dikemukakan oleh
Tarshis (1982) yang merekomendasi-kan agar penulis membuat tahapan pemikiran
untuk membim-bing pembaca. Ada empat jenis gaya pemikiran yang bisa diper-
timbangkan:
1. Umbrella thoughts —gagasan-gagasan umum atau inti yang disilangkan satu
sama lain.
2. Big thoughts —gagasan-gagasan atau gambaran-gambaran tertentu yang berada
dalam ranah umbrella thought untuk memperkuat, mengklarifikasi, atau
menjelaskan umbrella thought.
3. Little thoughts —gagasan-gagasan atau gambaran-gambaran yang fungsi
utamanya adalah memperkuat big thoughts.
4. Attention or interest thoughts —gagasan-gagasan yang tujuan-nya adalah
mengorganisasi pemikiran-pemikiran lain dan menjaga perhatian pembaca agar
tetap berada dalam satu jalur pemikiran/konsep tulisan.
 Terapkanlah koherensi untuk menambah keterbacaan naskah. Koherensi dalam tulisan
berarti bahwa gagasan-gagasan Anda terikat bersama dan mengalir secara logis dari
satu kalimat ke kalimat lain dan dari satu paragraf ke paragraf lain. Konsistensi nama-
nama variabel dalam judul, tujuan penelitian, rumusan masalah, dan tinjauan pustaka
(yang banyak muncul dalam proyek kuantitatif), misalnya, menggambarkan dengan
jelas bagaimana koherensi ini bekerja. Konsistensi ini akan turut mem-bangun
koherensi dalam penelitian. Begitu pula, menekankan urutan yang konsisten kapan
pun variabel bebas dan terikat disebutkan juga merupakan teknik yang dapat
digunakan untuk membangun koherensi.

Kalimat Aktif, Kata Kerja, dan "Berlebih-lebihan"


 Untuk tulisan-tulisan akademik, gunakanlah kalimat aktif se-banyak mungkin
(APA, 2001). Menurut penulis sastra, Ross-Larson (1982), "kalimat aktif jika
subjeknya melakukan tindakan. Kalimat pasif jika subjeknya dikenai tindakan".
Jika harus menggunakan konstruksi pasif, cobalah untuk menvariasi-kan auxiliary
verb, seperti was. Contoh-contohnya meliputi will be, have been, dan is being.
Penulis dapat menggunakan konstruksi pasif dengan variasi ini ketika subjek yang
bertindak dapat secara logis diletakkan di kiri kalimat dan ketika apa yang
dilakukan subjek tersebut dapat diletakkan sesudahnya (Ross-Larson, 1982).
Misalnya, daripada konstruksi proposal yang diajukan oleh peneliti, lebih baik
menerapkan konstruksi proposal yang peneliti ajukan (penj.).
 Gunakanlah verba-verba yang kuat, bersemangat, dan sesuai dengan bidang
tulisan yang disusun. Verba-verba yang kurang kuat biasanya adalah verba-verba
yang minim-aksi (is atau was, misalnya) atau verba-verba yang berfungsi sebagai
adjektiva atau adverbia.
 Banyak peneliti menggunakan past tense dalam menulis tinjauan pustaka dan
melaporkan hasil penelitian. Gunakan present tense untuk menamah semangat
penelitian, khususnya dalam pendahuluan. Bentuk verba ini sering digunakan
dalam penelitian kualitatif.
 Berusahalah mengedit dan merevisi draf-draf naskah Anda agar hal-hal yang
sekiranya terkesan "berlebihan" dapat terkurangi. "Sesuatu yang berlebihan" di
sini merujuk pada kata-kata yang tidak terlalu penting dalam menjelaskan makna
suatu gagasan. Untuk menghindari hal ini, para penulis sebaiknya membuat
banyak draf untuk satu naskah/tulisan. Proses ini biasanya me-liputi tindakan
menulis, mereview, dan mengedit tulisan. Dalam proses editing, kurangilah kata-
kata yang berlebihan, seperti modi-fikasi-modifikasi yang terlalu banyak,
preposisi-preposisi yang terlalu sering muncul, dan konstruksi "the-of" —
misalnya, the study of— yang hanya akan menambah kata-kata yang tidak terlalu
penting (Ross-Larson, 1982).

MASALAH-MASALAH ETIS YANG PERLU DI ANTISIPASI


Tempat
berlangsungnya
Jenis masalah etis Cara mengatasi masalah
masalah etis dalam
penelitian
Sebelum  Memeriksa standar hubungan  Memperhatikan kode etik untuk
melaksanakan profesional hubungan profesional di daerah
penelitian  Mencari persetujuan Anda
universitas / perguruan tinggi  Menyerahkan proposal agar
melalui institutional review mendapat persetujuan dari IRB
board (IRB)  Mengidentifikasi dan memperoleh
 Mendapatkan izin lokal dari izin pemerintah daerah, mencari
lokasi penelitian dan orang kepercayaan untuk membantu
partisipan  Memilih lokasi-lokasi yang tidak
 Memilih suatu lokasi tanpa akan menimbulkan masalah-
dipengaruhi kepentingan masalah kekuasaan dengan para
pribadi untuk hasil akhir peneliti
penelitian  Mengapresiasi kerja yang dilakukan
 Menegosiasikan hak dalam penelitian; memutuskan
kepenulisan untuk publikasi urutan penulisan nama peneliti
dalam publikasinya

 Melakukan penilaian atau


percakapan informasi dengan
 Mengidentifikasi masalah
partisipan tentang kebutuhan-
penelitian yang akan
kebutuhan mereka
menguntungkan partisipan
 Menghubungi partisipan dan
 Menuliskan dengan jelas
menginformasikan kepada mereka
tujuan penelitian
tentang tujuan umum penelitian
 Tidak menekan para partisipan
 Memberitahukan kepada partisipan
untuk menandatangani
Memulai penelitian bahwa mereka tidak perlu
formulir persetujuan
menandatangani formulir
mengikuti penelitian
persetujuan mencari tahu
 Menghargai norma-norma dan
keragaman budaya, agama, gender,
hak khusus penduduk asli
dan perbedaan lain yang perlu
 Sensitif terhadap kebutuhan dihormati
pupulasi yang rentan (seperti,
 Memperoleh persetujuan yang tepat
anak-anak)
(misalnya, orang tua, serta anak-
anak)
 Menghormati lokasi
 Membangun kepercayaan dan
penelitian, dan sesedikit
menyampaikan besarnya gangguan
mungkin mengganggunya
yang ditimbulkan agar bisa
 Pastikan agar semua partisipan memperoleh akses
mendapatkan perlakuan yang
 Menempatkan ketentuan daftar
sama
tunggu bagi perlakuan kontrol
 Menghindari partisipan-
 Membahas tujuan penelitian dan
partisipan yang menipu
bagaimana data akan digunakan
 Menghormati potensi
 Menghindari pertanyaan-pertanyaan
ketidakseimbangan kekuasaan
Mengumpulkan data penting. Menahan agar tidak
dan eksploitasi partisipan
berbagi kesan pribadi. Menghindari
(misalnya, mewawancarai,
menggunakan informasi sensitif.
mengamati)
Melibatkan partisipan sebagai
 Tidak “menggunakan” kolaborator
partisipan dnegan
 Memberikan penghargaan atas
mengumpulkan data dan
partisipasinya
meninggalkan lokasi
 Tetap berpegang pada pertanyaan
penelitian
yang ditetapkan dalam panduan
 Menghindari pengumpulan
wawancara
data yang membahayakan
 Hindarkan memihak partisipan  Laporkan berbagai perspektif
 Hindarkan hanya  Laporkan temuan-temuan yang
mengungkapkan hasil-hasil berlawanan
Menganalisis data
positif  Tentukan nama-nama samaran atau
 Hormati privasi dan alias; kembangkan gabungan profil
anominitas partisipan partisipan
Melaporkan, berbagi,  Hindari memalsukan nama  Laporkan dengan jujur
 Perhatikan pandangan APA (2010)
penulis, bukti, data, temuan, untuk izin yang diperlukan ketika
dan kesimpulan mencetak ulang atau menggunakan
 Jangan melakukan plagiat karya peneliti lain
 Hindari mengungkapkan  Gunakan kumpulan cerita agar
informasi yang individu-individu tidak dapat
membahayakan partisipan diidentifikasi
 Berkomunikasilah dengan  Gunakan bahasa yang tidak bias dan
bahasa yang jelas, tepat tepat bagi pembaca penelitian
sasaran, dan langsung  Berikan laporan salinan untuk para
 Berbagilah data dengan partisipan dan pemangku
peneliti lain kepentingan. Hasil penelitian
dan menyimpan data  Simpanlah data mentah dan digunakan bersama dengan peneliti
materi-materi lain (misalnya, lain. Pertimbangkan untuk
rincian prosedur, instrumen- mendistribusikan hasil penelitian
instrumen) melalui website. Pertimbangkan
 Jangan menduplikasi atau untuk mempublikasikan hasil
melakukan publikasi sedikit penelitian dengan bahasa-bahasa
demi sedikit lain.
 Berikan bukti lengkap  Simpanlah data dan materi selama 5
kesesuaian dengan masalah- tahun (APA, 2010)
masalah etik dan kurangnya  Uahakan untuk tidak menggunakan
konflik kepentingan, apabila materi yang ama lebih dari satu
diminta publikasi
 Sebutkan siapa yang memiliki  Berikan pnghargan kepemilikan
data dari suatu penelitian kepada penliti, partisipan, dan
penasihat

BAB 5
Pendahuluan
PENTINGNYA PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan bagian tulisan yang memberikan informasi awal kepada pembaca
tentang penelitian yang ditulis. Tujuannya untuk membangun kerangka penelitian sehingga
pembaca dapat memahami bagaimana penelitian tersebut berhubungan dengan penelitian-
penelitian yang lain.
Pendahuluan menjelaskan suatu isu atau concern yang dapat menuntun pada
penelitian. Karena pendahuluan merupakan bagian awal dalam proposal atau penelitian maka
diperlukan perhatian khusus dalam proses penelitiannya. Pendahuluan harus membuat
pembaca tertarik pada topic penelitian, menjabarkan masalah yang dapat menuntun pada
penelitian, meletakkan penelitian dalam konteks literature yang lebih luas, dan menjangkau
audien tertentu. Semua unsur ini ditulis secara singkat dalam beberapa halaman. Karena ada
pesan-pesan yang harus disampaikan sedangkan ruang yang tersedia sangat terbatas maka
pendahuluan bisa menjadi tantangan tersendiri untuk ditulis dan dipahami.
Masalah penelitian merupakan masalah atau isu yang menuntun pada keharusan
dilaksanakannya penelitian tersebut. Masalah ini bisa muncul dari berbagai sumber.

ABSTRAK UNTUK PENELITIAN

SALAH SATU MODEL PENDAHULUAN


Komponen utama yang perlu dimasukkan ke dalam pendahuluan pada umumnya
berhubungan dengan jenis – jenis masalah yang dibahas. Untuk itu, diperlukan satu model
ilustratif tentang bagaimana menulis pendahuluan yang baik tanpa perlu memandang
pendekatan – pendekatan dan komponen – komponen yang harus disertakan.
Model defisiensi pendahuluan (deficiency model an introduction) merupakan salah
sastu pola umum dalam menulis pendahuluan yang baik. Model ini merupakan pendekatan
popular yang banyak digunakan dalam ilmu – ilmu social. Jika struktur model ini dirinci,
Anda akan menemukan banyak sekali penelitian dewasa ini yang telah menggunakan model
tersebut. Model ini terdiri dari lima bagian yang masing – masing dari kelimanya dapat
ditulis dalam satu paragrap sehingga secara keseluruhan bisa mencapai maksimal dua
halaman. Lima bagian tersebut antara lain :
1. Masalah penelitian
2. Penelitian – penelitian sebelumnya yang membahas masalah tersebut
3. Kekurangan – kekurangan (deficiencies) dalam penelitian – penelitian sebelumnya
4. Pentingnya penelitian untuk audiens tertentu
5. Tujuan penelitian

Sebuah Ilustrasi
Sebelum menjelaskan lima bagian tersebut, berikut ini ada contoh pendahuluan
kualitatif yang ditulis oleh Terezainni, Cabrera, Colbeck, Bjorklund, dan Parente (2001)
dalam The Journal of Higher Education dengan judul penelitiannya ―Racial and Ethnic
Diversity in the Classroom‖ (ditulis kembali atas izin penerbit). Berdasarkan lima komponen
penting pendahuluan yang sudah dijelaskan di atas maka beberapa pernyataan yang –
menurut saya- berkaitan dengan masing – masing komponen sudah saya tandai dengan jelas.
Sejak diterbitkannya Civil Right Act tahun 1964 dan Higher Education Act
tahun 1965, universitas – universitas di Amerika berusaha meningkatkan keragaman
ras dan etnik para mahasiswa dan dosennya. ―Tindakan afirmatif‖ kemudian
diambil sebagai kebijakan untuk merealisasikan heterogenitas ini ( di sini, penulis
menyatakan dengan teknik hook naratif). Akan tetapi, kebijakan tersebut sampai saat
ini mash menjadi topic perdebatan nasional yang hangat. Persoalan hokum terkait
dengan tindakan afirmatif tersebut bermula dari kasus Regents of the University of
California versus Bakke tahun 1978, yang di dalamnya Justice William Powell
menyatakan bahwa ras ini sudah dipertimbangkan berdasarkan keputusan –
keputusan admisi. Akan tetapi, yang lebih terkini, U.S. Court of Appeals for the
Fifth Circuit, yang menangani kasus Hopwood vs. states of Texas, menemukan
argumentasi Powell ini bermasalah. Keputusan courth untuk menolak tindakan
afirmatif ini didasarkan pada referenda Negara, perundang – undangan, dan tindakan
– tindakan terkait melarang pengakuan yang sensitive – ras atau sewa menyewa di
California, Florida, Lousiana, Maine, Massachusetts, Michigan, Mississippi, New
Hampshire, Rhode Island dan Puerto Rico (Healy, 1998a, 1998b, 1999).

Dalam merespons hal ini, para pendidik lalu mengemukakan argumentasi


mereka untuk mendukung tindakan afirmatif ini dengan klaim bahwa siswa – siswa
heterogen, dalam konteks pendidikan, lebih efektif ketimbang siswa – siswa yang
lebih homogen. Presiden Harvard University, Neil Rudenstine, mengklaim bahwa
―alasan utama diterimanya keragaman siswa di perguruan tinggi adalah karena nilai
pendidikannya‖ (Rudenstine, 1999:1). Lee Bollinger, rekan Rudenstine di University
of Michigan, juga menyatakan : ―Sebuah kelas yang tidak mempresentasikan
anggota – anggota ras yang berbeda akan melahirkan diskusi yang miskin –
wawasan‖ (Schmidt, 1998 : A32). Dua presiden ini tidak sendirian. Di belakang
mereka ada Assiciation of American Universities yang terdiri dari para rector dari 26
universitas yang mengusung argumentasi yang sama, dengan menegaskan :
―Pertama-tama, perlu kami sampaikan bahwa kami berbicara atas nama pendidik.
Kami percaya bahwa mahasiswa kami dapat memperoleh keuntungan dari
pendidikan yang berbasis keragaman‖ (―On the importance of Diversity in
University Adminissions,‖ The New York Times, 24 April 1997:A27) (Di sini,
penulis mengidentifikasi masalah penelitian).
Ada banyak penelitian yang membahas mengenai pengaruh keragaman
terhadap outcomes mahasiswa. Penelitian – penelitian ini dapat dibagi ke dalam tiga
kecenderungan utama. Pertama, penelitian – penelitian yang menganalisis hubungan
mahasiswa dengan ―keragaman‖ secara umum sebagai salah satu implikasi
percampuran mahasiswa secara kuantitas, ras/etnis, atau gender dalam satu kampus
(lihat, misalnya, Chang, 1996, 1999a; Kanter, 1997; Sax, 1996). Kedua, penelitian –
penelitian yang memandang keragaman structural sebagai suatu yang ilmiah, dan
lebih berpijak pada perjumpaan antara mahasiswa dan keragaman dengan cara
mengamati frekuensi atau sifat interaksi mereka dengan rekan – rekannya secara
ras/etnis berbeda. Ketiga, penelitian – penelitian yang meneliti secara institusional
usaha – usaha programatik yang terstruktur untuk membanu mahasiswa terlibat
dalam ―keragaman‖ ras/etnis dan/atau gender dalam kaitannya dengan gagasan –
gagasan dan kemanusiaan.
Intinya, ada banyak pendekatan yang telah diterapkan untuk meneliti pengaruh
keragaman terhadap outcomes mahasiswa. Bukti – bukti yang dimunculkan pada
umumnya tidak jauh berbeda bahwa para mahasiswa dalam komunitas yang lintas
gender atau ras/etnis atau yang terlibat dalam aktivitas yang berhubungan dengan
keragaman, sering kali memperoleh manfaat dan makna edukatif yang lebih positif
(Disini, penulis menyebutkan penelitian – penelitian yang pernah membahas
masalah tersebut).
Hanya sedikit sekali penelitian (seperti, Chang, 1996, 1999a; Sax, 1996) yang
secara spesifik meneliti apakah komposisi ras/etnis atau gender para mahasiswa
dalam sebuah kampus, dalam satu komunitas akademik atau dalam kelas (seperti,
keragaman structural) memiliki manfaat –manfaat akademik yang diklaim…..Begitu
pula, isu – isu, seperti apakah tingkat keragaman rasial dalam satu kampus atau kelas
berpengaruh langsung terhadap hasil belajar ataukah tidak, hal ini masih menyisakan
banyak pertanyaan (Di sini, penulis menunjukkan kekurangan atau defisiensi dalam
penelitian – penelitian sebelumnya).
Langkanya informasi tentang manfaat akademik dari keragaman structural di
sebuah kampus atau kelas, tentu saja sangat disayangkan. Padahal informasi inilah
yang bisa menjadi bukti para hakim untuk mendukung kebijakan keputusan yang
sensitive – ras (Di sini, penulis menunjukkan pentingnya penelitian pada audiens
tertentu, yakni hakim, peneliti, dan para pendidik).
Penelitian ini berusaha memberikan kontribusi pengetahuan dengan
mengekspolrasi pengaruh keragaman structural kelas terhadap perkembangan
akademik dan skill intelektual mahasiswa. Penelitian ini menganalisis pengaruh
langsung keragaman kelas terhadap outcome akademik/intelektual dan apakah ada
dari pengaruh – pengaruh tersebut yang ditindaklanjuti menjadi pendekatan –
pendekatan instruksional aktif dan kolaboratif dalam konteks pembelajaran (Di sini,
penulis mengidentifikasi tujuan penelitian) (hlm. 510 – 512, ditulis kembali atas izin
The Journal of higher Education).

Masalah Penelitian
Ketika merancang paragraph – paragraph pembuka, yang tentu saja meliputi masalah
penelitian, ingatlah tips – tips penelitian berikut ini :
 Tulislah kalimat pembuka yang dapat menstimulasi ketertarikan pembaca dan mampu
menampilkan masalah yang dapat dipahami secara relasional oleh pembaca pada
umumnya.
 Sebagai aturan umum, hindari penggunaan kutipan – kutipan, khususnya kutipan yang
terlalu panjang, dalam kalimat pembuka. Kutipan – kutipan hanya akan memunculkan
banyak kemungkinan penafsiran, bahkan dapa membuat topic penelitian menjadi
tidak jelas. Akan tetapi, dalam beberapa penelitian kualitatif, kutipan – kutipan seperti
ini juga dapat menarik perhatian membaca. Untuk itu, gunakan kutipan secara layak
dan tepat.
 Hindari ekspresi – ekspresi idiomatic (kalimat – kalimat membingungkan).
 Pertimbangkan pengaruh informasi yang menggunakan angka – angka (seperti,
―Setiap tahun, sekitar 5 juta orang Amerika mengalami kematian anggota keluarga
secara tiba – tiba‖).
 Tunjukkan secara jelas masalah yang diangkat (seperti, dilemma, isu) yang dapat
menuntun pada penelitian. Cobalah bertanya pada diri sendiri : ―Adakah kalimat
yang bisa mewakili masalah penelitian yang saya angkat ini?
 Tunjukkan mengapa masalah tersebut penting diteliti dengan cara mengutip berbagai
referensi yang membenarkan kelayakan penelitian akan masalah tersebut. Sekadar
intermezzo : saya selalu mengatakan kepada para mahasiswa saya : ―Jika kalian
tidak memiliki banyak referensi pada halaman – halaman pertama proposal kalian
maka penelitian kialian tidak akan bernilai akademik.
 Pastikan bahwa masalah sudah dijelaskan dalam konstruksi yang konsisten dengan
jenis pendekatan penelitian (seperti, eksploratoris daslam kualitatif, pengujian
hubungan – hubungan atau predictor – predictor dalam kuantitatif, dan pendekatan
keduanya dalam metode campuran).
 Tuliskah, apakah ada satu atau banyak masalah yang terlibat dalam penelitian
sehingga mengharuskan anda untuk menelitinya? Seringkali, dalam beberapa
penelitian, ada banyak masalah yang perlu dibahas. Bukan hanya satu masalah saja.

Penelitian-penelitian Sebelumnya
Peneliti perlu mereview penelitian–penelitian relevean sebelumnya dan menaruhnya di
bagian pendahuluan dengan tujuan : (1) untuk menjustifikasi pentingnya penelitian yang ia
ajukan; dan (2) untuk menjelaskan perbedaan antara penelitian–penelitian sebelumya dengan
penelitian yang sedang ia ajukan. Artinya, peneliti seyogianya berusaha―merancang
penelitiannya dalam satu dialog berkelanjutan dengan literature–literature / penelitian–
penelitian lain yang relevan. Peneliti tentu tidak dakan melaksanakan penelitian yang sekedar
meniru apa yang telah diteliti orang lain. Untuk itu diperlukan penelitian–penelitian baru
untuk memperkaya literature–literature yang relevan atau untuk memperluas dan bahkan
menguji kembali penelitian–penelitian yang sudah ada sebelumnya.
Untuk mereview literature – literature / penelitian – penelitian yang relevan di bagian
pendahulan proposal, pertimbangkan tips – tips penelitian berikut ini :
 Reviewlah sejumlah literature dengan meringkasnya secara komunal, bukan secara
individual (tidak seperti dalam Tinjauan Pustaka yang biasanya terdapat dalam bagian
khusus dan terpisah). Tujuannya adalah untuk membangun wilayah penelitian yang
lebih luas.
 Agar tidak sekedar menekankan pada literature–literature secara individual, letakkan
referensi – referensi in text di akhir paragraph atau di akhir review mengenai literature
– literature tersebut.
 Tinjaulah penelitan – penelitian lain yang menggunakan pendekatan kuantitatif,
kualitatif, atau metode campuran.
 Carilah literature – literature terbaru untuk direview dan diabstraksikan, seperti
literature–literature yang dipublikasikan tidak lebih dari 10 tahun lalu. Kutiplah
penelitian–penelitian sebelumnya jika memang ada karena penelitian – penelitian
seperti itu basanya banyak dijadikan referensi oleh orang lain.

Kekurangan (Defisiensi) dalam Literatur Sebelumnya


Singkatnya, untuk menunjukkan kekurangan – kekurangan (deficiencies) dalam
literature sebelumnya, peneliti perlu menerapkan tips – tips penelitian berikut ini :
 Kutiplah sejumlah kekurangan dalam literature tersebut untuk memperkuat alasan
dibutuhkannya penelitian terhadap topic tertentu.
 Tunjukkan secara spesifik kekurangan – kekurangan dalam penelitian – penelitian
yang sudah ada (seperti, kesalahan metodologis atau variable – variable yang
terabaikan).
 Tulislah bidang – bidang atau ranah – ranah tertentu yang terabaikan oleh penelitian –
penelitian sebelumnya, termasuk topic, proses statistic, implikasi – implikasi penting,
dan sebagainya.
 Jelaskan bagaimana peneltian Anda akan mengoreksi kekurangan – kekurangan ini
dan memberkan kontribusi yang berbeda pada literature/penelitian akademik.
Tulislah paragraph pendek untuk menjelaskan tiga atau empat kekurangan dari
penelitian sebelumnya atau fokuslan pada satu kekurangan paling pokok, seperti yang pernah
dicontohkan dalam pendahuluan Terenzini et al. (2000).

Signifikansi Penelitian bagi Pembaca


Dalam bagian ini, peneliti hendaknya menulis alasan/rasionalisasi tentang pentingnya
penelitiannya yang diajukan. Semakin banyak pembaca yang ditargetkan, semakin besar
signifikansi penelitian tersebut bagi mereka; begitu pula potensi penelitian tersebut akan
semakin kuat untuk diterapkan di dunia nyata. Dalam bagian ini pula, peneliti juga dapat
menjelaskan beberapa hal berikut :
 Tiga atau empat alasan/rasionalisasi tentang bagaimana penelitian Anda dapat
menambah penelitian akademik dan literature dalam bidang – bidang tertentu.
 Tiga atau empat alasan/rasionalisasi tentang bagaimana penelitan Anda dapat
membantu memperbaiki atau meningkatkan praktik – praktik tertentu.
 Tiga atau empat alasan/rasionalisasi tentang bagaimana penelitian Anda akan
memperbaiki atau meningkatkan kebijakan tertentu.
 Tiga atau empat alasan/rasionalisasi tentang bagaimana penelitian Anda akan
memperbaiki atau meningkatkan kebijakan tertentu.

BAB 6
Tujuan Penelitian
SIGNIFIKANSI DAN MAKNA TUJUAN PENELITIAN
Dikenal dengan istilah tujuan penelitian karena ia menggambarkan tujuan-tujuan/maksud-
maksud dilakukannya penelitian dalam satu atau beberapa kalimat. Dalam proposal, peneliti
haruslah membedakan secara jelas antara tujua penelitian , masalah penelitian, dan rumusan
penelitian. Tujuan penelitian mengindikasikan maksud penelitian, dan bukan masalah atau isu
yang dapat menuntun pada keharusan diadakannya penelitian (lihat Bab 5). Tujuan penelitian
bukanlah rumusan masalah yang di dalamnya terdapat sejumlah pertanyaan yang nantinya
dijawab berdasarkan data-data penelitian yang telah dikumpulkan (lihat Bab 7). Akan tetapi,
tujuan penelitian adalah kumpulan pernyataan yang menjelaskan sasaran-sasaran, maksud-
maksud, atau gagasan-gagasn umum diadakannya suatu penelitian. Gagasan ini dibangun
berdasarkan suatu kebutuhan (masalah penelitian) dan diperhalus kembali dalam pertanyaan-
pertanyaan spesifik (rumusan masalah).
Begitu pentingnya tujuan penelitian ini, sehingga peneliti perlu menulisnya secara
terpisah dari aspek-aspek lain dalam proposal penelitiannya da ia juga perlu membingkainya
dalam satu kalimat atau paragraph yang mudah dipahami oleh pembaca. Meslipun tujuan
penelitian untuk studi kualitatif, kuantitatif, atau metode campuran ditulis dengan konten
yang sama, masing-masing tujuan penelitian untuk tiga penelitian ini sebenarnya tetap
memiliki sifat-sifat dan cara penulisannya sendiri yang berbeda-beda, seperti yang akan
digambarkan dalam paragraf-paragraf berikut ini.

Tujuan Penelitian Kualitatif


Tujuan penelitian kualitatif pada umumnya mencakup informasi tentang fenomena utama
yang dieksplorasi dalam penelitian, partisipan penelitian, dan lokasi penelitian. Tujuan
penelitian kualitatif juga bisa menyatakan rancangan penelitian yang dipilih. Tujuan ini
ditulis dengan istilah-istilah ―teknis‖ penelitian yang bersumber dari bahasa penelitian
kualitatif (Schwandt,2007). Untuk itulah, Peneliti perlu memperhatikan beberapa hal
mendasar dalam menulis tujuan penelitian kualitatif, seperti berikut ini:
 Gunakanlah kata-kata seperti tujuan, maksud, atau sasaran untuk menandai tujuan
penelitian yang anda tulis. Tulislah tujuan penelitian ini dalam kalimat atau paragraph
terpisah, dan gunakanlah bahasa-bahasa penelitian, seperti ―tujuan (maksud atau
sasaran) penelitian ini adalah....Para peneliti biasanya menggunakan verba masa kini
(present verb tense) dan verb masa lampau (past verb tense) untuk proposal penelitian
karena proposal mereka tengah menyajikan rencan penelitian yang akan—bukan yang
belum—dikerjakan.
 Fokuslah pada satu fenomena (atau konsep atau gagasan) utama. Persempitlah
penelitian anda menjadi satu gagasan untuk dieksplorasi dan dipahami. Fokus ini
berarti bahwa tujuan penelitian kualitatif tidak boleh menunjukkan dua atau lebuh
variable yang salin berelasi, atau justru membandingkan dua atau lebih kategori
tertentu, seperti yang sering dijumpai dalam penelitian kuantitatif. Untuk itu, jelaskan
satu fenomena saja, namun tetap tunjukkan bahwa penelitian anda bisa saja
berkembang untuk mengeksplorasi hubungan atau perbandingan antargagasan dalam
fenomena tersebut.
 Gunakanlah verb-verb tindakan untuk menunjukkan bahwa ada proses learning dalam
penelitian anda. Verb-verb atau frasa-frasa tindakan, seperti mendeskripsikan,
memahami, mengembangkan, meneliti makna, atau mengamati, akan membuat penelitian
anda terbuka atas kemungkinan-kemungkinan lain: suatu ciri yang menunjukkan bahwa
penelitian anda adalah penelitian kualitatif.
 Gunakan kata-kata dan frasa-frasa yang netral ---bahasa tidak langsung--- seperti, dari
pada menggunakan kata-kata “pengalaman sukses individu”, lebih baik memakai kata-
kata ”pengalamn individu” jangan terlalu sering menggunakan atau frasa-frasa yang
problematik, seperti berguna, positif, dan informatif ---kata-kata yang seolah-olah
memiliki makna yang bisa saja nuncul atau tidak muncul. McCracken (1998) mengatakan
bahwa dalam wawancara kualitatif, pewawancara seharusnya mengajak responden untuk
mendeskripsikan pengalamannya. Dengan demikian, pewawancara (peniliti) ini dapat
dengan mudah mengutak-atik ―atturan ketidaklangsungan‖ (McCracken, 1998: 21)
tersebut dengan menggunaka kata-kata yang seolah-olah berorientasi langsung.
 Sajikan definisi umum mengenai fenomena atau gagasan utama, khususnya jika
fenomena tersebut merupakan istilah yang tidak dipahami oleh pembaca luas. Karena
termasuk dalam retorika penelitian kualitatif, definisi ini tidak boleh rigid, melainkan
tentatif dan berkembang selama pemelitian berdasarkan informasi dari para partisipan.
Untuk itu, peneliti kualitatif setidak-tidaknya harus menggunakan kata-kata seperti:
―untuk semintara ini, definisi..... (fenomena utama) adalah .... selain itu peneliti juga
perlu memperhatikan bahwa definisi ini tidak boleh dicampur-baurkan dengan definisi
yang lebih detail, spesifik, teoritis dan teknis yang biasanya ada pada bagian khusus,
definisi istilah, seperti yang telah saya jelaskan dalam Bab 2. Tujuan disajikannya definisi
umum ini adalah untuk menunjukkan kepada pembaca makna general dari fenomena
yang dijabarkan dalam penelitian.
 Gunakan kata-kata teknis strategis/teori penelitian yang digunakan ketika sampai pada
bagian pengumpulan data, analisis data, dan proses penelitian, seperti: apakah penelitian
tersebut menggunakan teori etnografi, grounded theory, studi kasus, fenomenologi,
pendekatan naratif, atau strategi-stragi lainnya. Gunakan kata-kata yang sering digunakan
dalam teori-teori diatas.
 Jelaskan para partisipan yang terlibat dalam penelitian, seperti: apakah partisipan
penelitian anda terdiri dari satu atau lebih individu, atau sekelompok orang, atau suatu
organisasi.
 Tunjukkan lokasi dilakukannya penelitian, seperti rumah, kelas, organisasi, program, atau
peristiwa tertentu. Gambarkan tempat ini secara detail sehingga pembaca benar-benar
mengetahui dimana penelitian itu dilaksanakan.
 Sebagai langkah akhir dalam tujuan penelitian kualitatif, gunakan beberapa bahasa yang
membatasi ruang lingkup partisispan atau lokasi penenlitian. Misalnya, penelitian bisa
saja terbatas pada wanita saja, atau satu wilayah geografis tertentu. Fenomena utama
dapat dibatasi pada individu-individu dalam suatu organisasi bisnis, lebih khusus mereka
yang menjadi anggota tim kreatif. Pembatasan-pembaasan semacam ini aka membantu
peneliti untuk lebih jauh menjabarkan parameter penelitiannya.
Meskipun ada banyak variasi dalam mencantumkan poin-poin di atas pada tujuan
penelitian, proposal disertasi atau tesis kualitatif yang baik, setidak-tidaknya harus mencakup
beberapa diantara poin-poin itu.
Untuk membantu anda, di sini saya menyajikan sejumlah catatan yang mungkin berguna
dalam menulis tujuan penelitian kualitatif. Seperti catatan-catatan (scripts) sebelumnya dalam
buku ini, saya sudah menyediakan ruang agar anda bisa menyisipkan informasi yang sesuai.
Tujuan penelitian..... (strategi/teori penelitian, seperti etnografi, studi kasus, atau
sejenisnya) ini adalah untuk..... (memahami? mendeskripsikan? mengembangka? meneliti?) ......
(fenomena utama yang diteliti) pada...... (para partisipan, seperti individu, kelompok, atau
organisasi) di...... (lokasi penelitian). Dalam penelitian ini....... (fenomena utama yang diteliti)
secara umum dapat didefinisikan sebagai.... (sajikan definisi umum).

BAB 7
Rumusan Masalah dan Hipotesis Penelitian
RUMUSAN MASALAH KUALITATIF
Dalam penelitian kualitatif, peneliti menyatakan rumusan masalah, bukan sasaran penelitian
(seperti, hasil-hasil akhir yang ingin diperoleh dalam penelitian) ataupun hipotesis-hipotesis
(seperti, prediksi-prediksi yang melibatkan variabel-variabel dan pengujian-pengujian
statistik). Rumusan masalah untuk penelitian kualitatif mengandaikan dua bentuk: satu
rumusan masalah utama dan beberapa subrumusan masalah spesifik.
 Rumusan masalah utama mempakan pertanyaan umum tentang konsep atau
fenomena yang diteliti. Peneliti mengajukan pertanyaan ini sebagai masalah umum
yang tidak dimaksudkan untuk membatasi penelitian. Untuk membuat pertanyaan
seperti ini cobalah bertanya: "Apa pertanyaan terluas yang bisa saya ajukan terkait
dengan penelitian ini?" para peneliti pemula yang dilatih dalam penelitian kuantitatif
biasanya akan kesulitan untuk menerapkan pendekatan ini karena mereka terbiasa
dengan pendekatan sebaliknya: meng-identifikasi rumusan masalah yang spesifik atau
hipotesis-hipotesis yang didasarkan pada variabel-variabel yang sangat terbatas.
Sebaliknya, penelitian kualitatif bertujuan untuk mengeksplorasi faktor-faktor
kompleks yang berada di sekitar fenomena utama dan me-ny ajikan perspekuf-
perspektif atau makna-makna yang beragam dari para partisipan. Berikut ini saya
sajikan beberapa petunjuk bagai-mana menulis rumusan masalah atau pertanyaan
umum dalam penelitian kualitatif:
 Bertanyalah tidak lebih dari lima sampai tujuh sub pertanyaan selain dari
pertanyaan utama Anda. Beberapa sub pertanyaan mengikuti setiap pertanyaan utama
yang umum; sub pertanyaan tersebut mempersempit fokus penelitian, tetapi tetap
membuka diri akan kemungkinan-kemungkinan lain. Miles dan Huberman (1994)
merekomendasikan agar peneliti menulis tidak lebih dari dua belas pertanyaan
penelitian kualitatif, baik itu pertanyaan utama (rumusan masalah) maupun
subpertanyaan-subpertanyaan. Pada akhirnya, sub-sub petanyaanini digunakan
menjadi pertanyaan-pertanyaan spesifik untuk digunakan selama wawancara (atau
observasi atau ketika proses dokumentasi). Dalam membuat protokol atau panduan
wawancara, misalnya, peneliti dapat mengajukan pertanyaan ice breaker di awal
wawancara, yang kemudian di-lanjutkan dengan lima subpertanyaan (lihat Bab 9).
Wawancara ini kemudian bisa diakhiri dengan pertanyaan penutup, seperti yang
pernah saya lakukan dalam salah satu penelitian studi kasus saya: "Pertanyaan
terakhir, siapa yang bisa saya hubungi untuk mempelajari lebih jauh tentang topik
ini?" (Asmussen & Creswell, 1995).
 Kaitkanlah pertanyaan utama (rumusan masalah) dengan strategi penelitian
kualitatif'tertentu. Misalnya, spesifikasi rumusan masalah dalam penelitian etnografi
berbeda dengan rumusan masalah dalam strategi-strategi penelitian kualitatif yang
lain. Dalam penelitian etnografi, Spradley (1980) mengajukan taksonomi rumusan
masalah etnografis terkait dengan sekelumit kisah komunitas culture-sharing,
pengalaman-pengalaman mereka, penggunaan bahasa asli, perbedaan-perbedaan
mereka dengan kelompok-kelompok kultural lain, dan rumusan masalah tambahan
untuk menverifikasi keakuratan data. Dalam etnografi kritis, rumusan masalah bisa
saja dibuat berdasarkan literatur-literatur yang ada. Rumusan masalah ini, biasanya
lebih berupa petunjuk-petunjuk kerja ketimbang kebenaran-kebenaranyang harus
dibuktikan (Thomas, 1993:35). Sebaliknya, dalam fenomenologi, rumusan
masalahnya bisa dinyatakan secara luas tanpa harus merujuk pada literatur-literatur.
Moustakas (1994) membahas satu rumusan masalah tentang peristiwa apa saja yang
dialami partisipan dan dalam situasi apa mereka mengalami peristiwa itu. Contoh
rumusan masalah fenomenologi adalah: "Bagaimana kehidupan seorang ibu jika satu
anak remajanya meninggal karena kanker?" (Nieswiadomy, 1993: 151). Dalam
grounded theory, rumusan masalahnya bisa diarahkan menuju upaya menciptakan
teori baru tentang proses-proses tertentu, seperti mengajukan rumusan masalah untuk
menciptakan teori tentang interaksi antara pasien dan dokter di rumah sakit. Dalam
penelitian studi kasus, rumusan masalahnya bisa diarahkan untuk mendesknpsikan
suatu kasus dan kecenderungan-kecenderungan tertentu.
 Awalilah rumusan masalah peneliticm Anda dengan kata-kata "apa" atau
"bagaimana" untuk meniinjukkan keterbukaan penelitian Anda. Kata bagaimana
sering kali menyiratkan bahwa penelitian tengah berusaha menjelaskan mengapa
sesuatu muncul. Kata ini memang menuntut adanya jawaban sebab-akibat yang lebih
berhubungan dengan penelitian kuantitatif. Hanya saja, dalam penelitian kuali-tatif,
kata itu mencerminkan pemikiran yang lebih terbuka.
 Fokuslah pada satu fenomena atau konsep utama. Suatu penelitian memang bisa
berkembang dari waktu ke waktu; ada kemungkin-an banyak faktor lain yang muncul
dan memengaruhi fenomena tersebut, tetapi cobalah memulai penelitian Anda dengan
satu fenomena utama untuk dieksplorasi secara detail.
 Gunakanlah verba-verba eksploratif yang menyampaikan bahasa rancangan. Verba-
verba ini seyogianya mengajak pembaca untuk memahami bahwa penelitian Anda:
1. Menemukan (grounded theory).
2. Berusaha memahami (etnografi).
3. Mengeksplorasi suatu proses (studi kasus).
4. Mendeskripsikanpengalaman-pengalaman (fenomenologi).
5. Menyajikan cerita-cerita (penelitian naratif).
 Gunakanlah verba yang lebih eksploratoris berupa kata-kata tidak langsung
(nondirectional words) ketimbang kata-kata langsung (directional words), seperti
"berdampak pada,"memengaruhi," "merientukan," "menyebabkan," dan
"menghubungkan."
 Upayakan rumusan masalah Anda terus berkembang dan berubah selama penelitian
berlangsung, namun tetap konsisten dengan asumsi-asumsi dasar rancangan penelitian
tersebut. Dalam penelitian kualitatif, rumusan masalah sering kali didasarkan pada
revieiv atau reformulasi secara terus-menerus (seperti dalam penelitian grounded
theory). Pendekatan ini mungkin saja problematis bagi individu-individu yang sudah
terbiasa dengan rancangan kuantitatif, di mana rumusan masalah harus fixed
sepanjang penelitian.
 Gumakanlah rumusan masalah yang open-ended (terbuka), tanpa perlu merujuk pada
literatur atau teori tertentu, kecualijika ada strategi ' penelitian kualitatif yang
menganjurkan hal itu.
 Rinicilah para partisipan dan lokasi penelitian, itu pun jika sebelumnya informasi
mengenai keduanya belum dijelaskan.

Di bawah ini, salah satu model bagaimana menulis rumusan masalah kualitatif:
.............................. (bagaimana atau apa) ("cerita tentang" untuk penelitian naratif;
"makna dari" untuk penelitian fenomenologi; "teori yang menjelaskan proses"
untuk penelitian grounded theory; "kecenderungan culture-sharing" untuk
penelitian etnografi; "isu" dalam "kasus" untuk penelitian studi kasus)....(fenomena
utama) dengan ..... (partisipan penelitian) di..... (lokasi penelitian).

BAB 9
Metode Kualitatif
Tabel 9.1
----------- Apakah karakteristik-karakteristik dasar penelitian kualitatif sudah di-jelaskan?
----------- Apakah jenis strategi kualitatif yang akan digunakan juga sudah dijelaskan? Apakah
sejarah, definisi, dan penerapan dari strategi tersebut sudah dijelaskan pula?
----------- Apakah pembaca dapat memahami peran peneliti dalam peneiitian tersebut
(pengalaman historis, sosial, dan kultural sebelumnya, hubungan personal dengan
lokasi dan partisipan, langkah-langkah dalam memperoleh entri, dan masalah-masaiah
etis)?
----------- Apakah strategi sampling dalam memilih lokasi dan partisipan penelitian sudah
diidentifikasi?
----------- Apakah jenis strategi pengumpulan data dan rasionalisasi pengguna-annya juga
sudah dijabarkan?
----------- Apakah langkah-langkah perekaman/pencatatan informasi selama prosedur
pengumpulan .data sudah dijelaskan?
----------- Apakah langkah-langkah analisis data juga sudah dijabarkan?
----------- Apakah ada bukti/petunjuk bahwa peneliti telah mengatur data untuk dianalisis?
----------- Apakah peneliti telah merew'ewdata secara umum untuk memperoleh makna
informasi?
----------- Apakah data sudah di-codding?
----------- Apakah kode-kode sudah dirancang untuk membentuk deskripsi atau mengidentifikasi
tema-tema utama?
----------- Apakah tema-tema tersebut sating terkait satu sama lain, memperkuat analisis dan
abstraksi?
----------- Apakah cara-cara penyajian data sudah dijelaskan —misalnya dalam bentuk tabel,
grafik, atau gambar?
----------- Apakah dasar-dasar dalam menginterpretasi data sudah dijelaskan secara rinci
(pengalaman-pengalaman personal, literatur, pertanyaan-pertanyaan, agenda aksi)?
----------- Apakah peneliti sudah menyebutkan outcome penelitian (misalnya, untuk
mengembangkan/msnciptakan suatu teori, menyajikan gambar-an kompleks tentang
tema)?
----------- Apakah ada strategi-strategi lain yang dikutip untuk menvalidasi hasil atau penemuan
penelitian?

KOMPONEN METODE KUALITATIF

Karakteristik Penelitian Kualitatif


Bertahun-tahun lamanya, para penulis proposal terus berusaha membahas karakteristik-
karakteristik penelitian kualitatif untuk me-mastikan legitimasi dari pihak fakultas dan
pembacanya. Saat ini, pembahasan-pembahasan semacam itu sudah jarang dijumpai dalam
literatur. Bahkan, sekarang ada beberapa konsensus yang telah meng-atur ketentuan-
ketentuan dalam penelitian kualitatif. Untuk itulah, saran saya bagi para penulis proposal
yang ingin merancang bagian karakteristik penelitian ini antara lain:
 Amatilah apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh para pembaca proposal Anda.
Identifikasilah apakah pembaca Anda sudah banyak mengetahui karakteristik-
karakteristik penelitian kualitatif sehingga bagian ini tidak begitu pen ting bagi mereka.
 Jika Anda ragu-ragu atas pengetahuan mereka, jelaskan karakteristik-karakteristik dasar
penelitian kualitatif dalam proposal Anda dan jika rnemungkinkan, bahaslah sebuah
artikel jurnal (atau studi) kualitatif baru-baru ini sebagai contoh untuk meng- ilustrasikan
karakteristik-karakteristik tersebut.
 Apabila Anda menyajikan karakteristik dasar, karakteristik apa yang seyogiyanya
disebutkan? Untungnya saat ini, terdapat kesepakatan umum tentang karakteristik pokok
yang mendefinisikan penelitian kualitatif. Sejumlah penulis teks pengantar
menyampaikan karakteristik-karakteristik ini, seperti Creswell (2013), Hatch (2002),
serta Marshall dan Rossman (2011).

 Lingkungan alamiah (natural setting); para peneliti kualitatif cenderung


mengumpulkan data lapangan di lokasi di mana para partisipan mengalami isu atau
masalah yang akan diteliti. Peneliti kualitatif tidak membawa individu-individu ini
kedalm laboratoratorium (atau dalam situasi yang telah di-setting sebelumnya); tidak
pula membagikan instrumen-instrumen kepada mereka. Informasi yang dikumpulkn
dengan berbicara langsung kepada orang-orang dan melihat mereka bertingkah laku
dalam konteks natural inilah yang menjadi karakteristik utama peneliti kualitatif.
Dalam setting yang alamiah, para peneliti kualitatif melakukan interaksi face-to-face
sepanjang penelitian.
 Peneliti sebagai instrumen kunci (researcher as key instrument); para peneliti
kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi perilaku, atau
wawancara dengan para partisipan. Mereka bisa saja mengumpulkan protokol-sejenis
instrumen untuk mengumpulkan data-tetapi diri merekalah yang sebenarnya menjadi
satu-satunya instrumen dalam mengumpulkan informasi. Mareka, pada umumnya,
tidak menggunakan kuesioner atau instrumen yang di buat oleh peneliti lain.
 Beragam sumber data (multiple sources of data); para peneliti kualitatif biasanya
memilih mengumpulkan data dari beragam sumber, seperti wawancara, observasi, dan
dokumentasi, ketimbang hanya bertumpu pada satu sumber data saja. Kemudian,
peneliti mereview semua data tersebut, memberikannya makna, dan mengolahnya ke
dalam kategori-kategori atau tema-tema yang melintasi semua sumber data.
 Analisis data induktif (inductive data analysis); para peneliti kualitatif membangun
pola-pola, kategori-kategori, dan tema-temanya dari bawah ke atas (induktif), dengan
mengolah data ke dalam unit-unit informasi yang lebih abstrak. Proses induktif ini
mengilustrasikan usaha peneliti dalam mengolah secara berulang-ulang membangun
serangkaian tema yang utuh. Proses ini juga melibatkan peneliti untuk bekerjasama
dengan para partisipan secara interaktif sehingga partisipan memiliki kesempatan
untuk membentuk sendiri tema-tema dan abstraksi-abstraksi yang muncul dari proses
ini.
 Makna dari para partisipan (paticipants’ meaning); dalam keseluruhan proses
penelitian kualitatif, peneliti terus fokus pada usaha mempelajari makna yang
disampaikan para partisipan tentang masalah atau isu penelitian, bukan makna yang
disampaikan oleh peneliti atau penulis lain dalam literatur-literatur tertentu.
 Rancangan yang berkembang (emergent design); bagi para peneliti kualitatif, proses
penelitian selalu berkembang dinamis. Hal ini berarti bahwa rencana awal penelitian
tidak bisa secara ketat dipatuhi. Semua tahap dalam proses ini bisa saja berubah
setelah peneliti masuk kelapangan dan mulai mengumpulkan data. Misalnya,
pertanyaan-pertanyaan bisa saja berubah, strategi pengumpulan data juga bisa
berganti, dan individu-individu yang diteliti serta lokasi-lokasi yang dikunjungi juga
bisa berubah sewaktu-waktu. Gagasan utama di balik penelitian kualitatif sebenarnya
adalah mengkaji masalah atau isu dari para partisipan dan melakukan penelitian untuk
memperoleh informasi mengenai masalah tersebut.
 Perspektif teoritis (theoretical lens); para peneliti kualitatif sering kali menggunakan
perspektif tertentu dalam penelitian mereka, seperti konsep kebudayaan, etnografi,
perbedaan-perbadaan gender, ras, atau kelas yang muncul dari orientasi-orientasi
teoritis, seperti yang telah dijelaskan pada Bab 3. Terkadang pula penelitian dapat
diawali dengan mengidentifikasi terlebih dahulu konteks sosial, politis, atau historis
dari masalah yang akan diteliti.
 Bersifat penafsiran (interpretive); penelitian kualitatif merupakan salah satu bentuk
penelitian interpretif di mana di dalamnya para peneliti kualitatif membuat suatu
interpretasi atas apa yang mereka lihat, dengar, dan pahami. Interpretasi-interpretasi
mereka bisa saja berbeda dengan latar belakang, sejarah, konteks, dan pemahaman-
pamahaman mereka sebelumnya. Setelah laporan penelitian diterbitkan, barulah para
pembaca dan para partisipan yang melakukan interpretasi, yang seringkali berbeda
dengan interpretasi peneliti. Karena pembaca, partisipan, dan peneliti sama-sama
terlibat dalam proses interpretif ini, tampaklah bahwa penelitian kualitaif memang
menawarkan pandangan-pandangan yang beragam atas suatu masalah.
 Pandangan menyeluruh (holistic account); para penelitia kualitatif berusaha mambuat
gambaran kompleks dari suatu masalah atau isu yang diteliti. Hal ini melibatkan
usaha pelaporan perspektif-perspektif, pengidentifkasian faktor-faktor yang terkait
dengan situasi tertentu, dan secara umum usaha pensketsaan atas gambaran besar
yang muncul. Untuk itulah, para peneliti kualitatif diharapkan dapat membuat suatu
model visual dari berbagai aspek mengenai proses atau fenomena utama yang diteliti.
Model inilah yang akan membantu mereka membangun gambaran holistik (lihat,
misalnya, Creswell & Brown, 1992)

Rancangan Kualitatif
Dalam menulis prosedur penelitian untuk proposal kualitatif, pertimbangkan tip
penelitian berikut ini:
 Jelaskan rancangan spesifik yang akan Anda gunakan dan berikan tinjauan pustaka
yang membahas pendekatan tersebut.
 Sajikan sejumlah informasi historis mengenai rancangan penelitian yang akan Anda
terapkan, misalnya asal mulanya, penerapannya, dan definisi ringkasnya.
 Jelaskan mengapa strategi tersebut dianggap sesuai untuk Anda gunakan dalam
penelitian Anda.
 Jabarkan pula bagaimana penggunaan strategi tersebut dapat menentukan banyak
aspek proses rancangan, misalnya problem, rumusan masalah, cara pengumpulan
data, langkah analisis data, dan narasi/laporan akhir.

Peran Peneliti
Sebagaiman yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian kualitatif merupakan penelitian
interpretif, yang didalamnya peneliti terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus-
menerus dengan para partisipan. Keterlibatan inilah yang nantinya memunculkan serangkaian
isu-isu strategi, etis, dan personal dalam proses penelitian kualitatif (Locke et at.,2007).
Dengan keterlibatannya dalam concern seperti ini, peneliti kualitatif berperan untuk
mengidentifikasi bisa-bisa, nilai-nilai, dan latar belakang pribadinya secara refleksif, seperti
gender, sejarah, kebudayaan, dan status sosial ekonominya, yang bisa saja turut membentuk
interpretasi mereka selama penelitian. Selain itu, para peneliti kualitatif juga berperan
memperoleh entri dalam lokasi penelitan dan masalah-masalah etis yang bisa muncul tiba-
tiba.

 Tulislah pernyataan tentang pegalaman masa lalu menyangkut masalah penelitian atau
dengan partisipan atau seting yang membantu pembaca memahami hubngan antara
peneliti dan penelitian.
 Kemudian jelaskan tentang bagaimana pengalaman ini dapat berpotensi membentuk
interpretasi yang dibuat peneliti selama penelitian.
 Berikan komentar tentang hubungan antara peneliti dengan partisipan, dan berilah
keterangan mengenai lokasi penelitian yang mungkin terlalu mempengaruhi
interpretasi peneliti.
 Jelaskan langkah-langkah yang Anda lalui dalam memperoleh izin dari Dewan
Pertimbangan Institusional /Institutional Review Board (IRB) (lihat Bab 4) untuk
memproteksi hak-hak para partisipan. Dalam lampiram, sajikan Surat Persetujuan
atau Surat Izin dari IRB dan jelaskan proses-proses memperoleh izin tersebut.
 Jelaskan langkah-langkah yang diambil untuk memperoleh izin dalam meneliti para
partisipan dan lokasi penelitian (Marshall & Rossmas, 2006). Peneliti perlu memiliki
akses untuk meneliti dan mengarsipkan lokasi penelitian dengan cara berusaha
mendapatkan izin dari pihak security atau individu-individu tertentu yang memiliki
akses pada lokasi tersebut dan memberikan izin penelitian. Proposal ringkas perlu
dibuat untuk diserahkan sebagai pertimbangan kepada phak security tersebut. Bogdan
dan Biklen (1992) menjelaskan beberapa hal yang dapat dibahas dalam proposal
untuk keperluan izin ini:
1. Mengapa lokasi tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian?
2. Kegiatan-kegiatan apa yang akan dilakukan di lokasi tersebut selama penelitan?
3. Apakah penelitian ini kan mengganggu lingkungan sekitar?
4. Bagaimana melaporkan hasil penelitian?
5. Apa yang dapat diperoleh pehiak security dari penelitian ini?
 Berikan penjelasan mengenai masalah-masalah etis yang mungkin muncul (lihat Bab
3) (Berg, 2001). Untuk masalah-masalah etis ini, jelaskan bagaimana Anda akan
mengantisipasinya. Misalnya, ketika sedang meneliti topik yang sensitif, penting
merahasiakan nama-nama orang, lokasi, atau aktifitas-aktifitas tertentu. Dalam hal ini,
proses merahasiakan informasi juga perlu dibahas dalam proposal penelitian.

PROSEDUR-PROSEDUR PENGUMPULAN DATA


Penjelasan tentang peranan peneliti akan turut menentukan penjelasan tentang masalah-
masalah yang mungkin muncul dalam proses pengumpulan data. Langkah-langkah
pengumpulan data meliputi usaha membatasi penelitian, mengumpulkan informasi melalui
observasi dan wawancara, baik yang tersetruktur maupun tidak, dokumentasi, materi-materi
visual, serta usaha merancang protokol untuk merekam/mencatat informasi.
 Identifikasi lokasi-lokasi atau individu-individu yang sengaja dipilih dalam proposal
penenlitian. Gagasan di balik penelitian kualitatif adalah memilih dengan sengaja dan
penuh perencanaan para partisipan dan lokasi (dokumen-dokumen atau materi visual)
penelitian yang dapat membantu peneliti mamahami masalah yang diteliti. Dalam
penelitian kualitatif, tidak terlalu dibutuhkan random sampling atau pemilihan secara
acak terhadap para partisipan dan lokasi penelitian, yang biasa dijumpai dalam
penelitan kuantitatif. Pembahasan mengenai para partisipan dan lokasi penelitian
dapat mencakup empat aspek (Miles dan Huberman, 1994), yaitu: setting (lokasi
penelitian), aktor (siapa yang akan diobservasi atau diwawancarai), dan proses (sifat
peristiwa yang dirahasiakan oleh aktor dalam setting penelitian).
 Jelaskan jenis-jenis data yang akan dikumpulkan. Peneliti-dalam kebanyakan
penelitian kualitatif-mengumpulkan beragam jenis data dan memanfaatkan waktu
seefektif mungkin untuk mengumpulkan informasi dilokasi penelitian. Prosedur-
prosedur pengumpulan data dalam penelitian kualitatif melibatkan empat jenis
strategi, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 9.2.
 Observasi kualitatif merupakan observasi yang di dalamnya peneliti langsung
turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di
lokasi penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti merekam/mencatat-baik
dengan cara terstruktur maupun semistruktur (misalnya, dengan mengajukan
sejumlah pertanyaan yang memang diketahui oleh peneliti) – aktivitas-aktivitas
dalam lokasi penelitian. Para peneliti kulitatif juga dapat terlibat dalam peran-
peran yang beragam, mulai dari sebagai nonpartisipan hingga partisipan utuh.
 Dalam wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan face-to-face interview (
wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan, wawancarai mereka dengan
telepon, atau terlibat dalam focus group interview (interview dalam kelompok
tertentu) yang terdiri dari enam sampai delapan partisipan per kelompok.
Wawancara-wawancara seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-
pertanyaan yang secara umum tidak tersetruktur (unstructured) dan bersifat
terbuka (openended) yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini
dari para partisipan.
 Selama proses penelitian, peneliti juga bisa mengumpulkan dokumen-
dokumen kulitatif. Dokumen ini bisa berupa dokumen publik (seperti, koran,
makalah, laporan kantor) ataupun dokumen privat (seperti, buku harian, diary,
surat, e-mail).
 Kategoti terakhir dari data kualitatif adalah materi audio dan visual. Data ini
bisa berupa foto, objek-objek seni, videotape, atau segala jenis suara/bunyi.
 Dalam membahas pengumpulan data lain di luar observasi dan wawancara yang
biasa. Strategi-strategi yang tidak biasa seperti ini tidak hanya memungkinkan
peneliti memperoleh informasi penting yang mungkin luput dari observasi dan
wawancara, tetapi juga akan membuat pembaca tertarik pada proposal yang
diajukan. Misalnya, amatilah sejumlah pendekatan pengumpulan data dalam
Tabel 9.2.
Tabel 9.2 Berbagai Jenis, Opsi, Kelebihan, dan Kelemahan Pengumpulan Data
Kualitatif
Jenis Opsi Kelebihan Kelemahan
Observasi  Partisipasi utuh – peneliti  Peneliti mendapatkan
menyembunyikan pengalaman langsung  Peneliti bisa saja
perannya sebagai dari partisipan. tampak sebagai
Observer. pengganggu.
 Peneliti dapat melakukan
 Peneliti sebagai partisipan perekaman ketika ada  Peneliti sangat
– peneliti menampakkan informasi yang muncul. mungkin tidak dapat
perannya sebagai melaporkan hasil
observer.  Aspek-aspek yang tidak observai yang bersifat
biasa, ganjil, atau aneh frivat.
 Partisipan sebagai bisa di deteksi selama
observer –peran observasi observasi.  Peneliti tidak dianggap
sekunder diserahkan memiliki skill
kepada partisipan.  Opsi terkhir penting jika observasi yang baik.
peneliti tengah
 Peneliti utuh –peneliti mengeksplorasi topik-  Sejumlah partisipan
mengobservasitanpa topik yang mungkin tertentu (seperti, siswa)
bantuan partisipan. kurang menyenangkan sering kali hanya
bagi para partisipan mendatangkan masalah
untuk dibahas. selama proses
penelitian.

Wawancara
 Berhadap-hadapan –  Opsi pertama penting  Informasi yang
peneliti melakukan ketika peneliti tidak bisa diperoleh bisa saja
wawancara perorangan. mengobservasi secara tidak murni karena
langsung semua masih disaring kembali
 Telepon –peneliti partisiapan. oleh peneliti.
mewawancarai partisipan
lewat telepon  Para partisipan bisa lebih  Wawancara hanya
leluasa akan memberikan
 Focus group –peneliti memberikaninformasi informasi di tempat
pewawancarai partisiapan historis. yang sudah ditentukan,
dalam sebuat kelompok dan bukan di tempat
 Memungkinkan peneliti alamiah.
 Wawancara internet mengontrol alur tanya
dengan email atau jawab (questioning).  Kehadiran peneliti bisa
perangkat online lain. saja melahirkan
respons-respons yang
bias.

 Tidak semua orang


punya kemampuan
artikulasi dan persepsi
yang setara.

Dokumentasi  Dokumen publik, seperti  Memungkinkan peneliti  Tidak semua orang


makalah, atau koran. memperoleh bahasa dan memiliki kemampuan
kata-kata tekstual dari artikulasi dan persepsi
 Dokumen privat, seperti partisipan. yang setara.
diary, buku harian, atau
surat.  Dapat diakses kapan saja  Dokumen ini bisa saja
–sumber informasi yang diproteksi dan tidak
tidak terlalu menonjol. memberikan akses privat
mapun publik.
 Menyajikan data yang
berbobot. Data ini  Mengharuskan peneliti
biasanya sudah ditulis menggali informasi dari
secara mendalam oleh tempat-tempat yang
partisipan. mungkin saja sulit
ditemukan.
 Sebagai bukti tertulis,
data ini benar-benar  Dokumen yang
dapat menghemat waktu terkomputerisasi masih
peneliti dalam mengharuskan peneliti
mentranskip. untuk mentranskip
secara online atau men-
scanning-nya terlebih
dahulu.

 Materi-materinya sangat
mungkin tidak lengkap.

 Dokumen tersebut bisa


saja tidak asli atau tidak
akurat.

Audio-Visual
 Foto  Bisa menjadi metode yang  Materi seperti ini bisa
tidak terlalu menonjol saja sangat rumit untuk
 Video tape dalam ditafsirkan.

 Objek-objek seni  proses pengumpulan data.  Bebarapa materi audio-


visual diproteksi dan
 Software komputer  Memberikan kesempatan tidak memberikan akses
bagi partisipan untuk publik maupun privat.
 film membagi pengalamannya
secara langsung.  Kehadiran peneliti
(seperti, fotografer)
 Materi audio-visual sangat mungkin
merupakan materi kreatif mengganggu (disruptif).
yang dibuat dengan penuh
perhatian.

Catatan: Tabel ini merupakan gabungan dari beberapa materi yang pernah disampaikan oleh Meriam (1998),
Bogdan dan Biklen (1992), dan Creswell (2013).

Prosedur Perekaman Data


Sebelum terjun kelapangan, peneliti kualitatif merencanakan pendekatan untuk merekam data
penelitian. Proposal seharusnya mengidentifikasi data apa yang akan direkam dan prosedur-
prosedur apa yang digunakan untuk merekam data tersebut.

Tabel 9.3 Beberapa Pendekatan Pengumpulan Data Kualitaif Observasi

Observasi
 Mengumpulkan data lapangan denga berperan sebagai partisipan.
 Mengumpulkan data lapangan dengan berperan sebagai Observer.
 Mengumpulkan data lapangan dengan lebih banyak berperan sebagai partisipan ketimbang
observer.
 Mengumpulkan data lapangan dengan lebih banyak berperan sebagai observer ketimbang
partisipan.
  Mengumpulkan data lapangan dengan berperan sebagai outsider (orang luar) terlebih
dahulu, kemudian mulai masuk kedalam setting penelitian sebagai insider (orang dalam)
Wawancara
 Melaksanakan wawancara tidak-tersetruktur dan terbuka, sambil mencatat hal-hal penting.
 Melaksanakan wawancara tidak-tersetruktur dan terbuka, sambil merekamnya dengan
audiotape, lalu mentranskipnya.
 Melaksanakan wawancara semi-terstruktur, sambil merekamnya dengan audiotape, lalu
mentranskipnya.
 Melaksankan wawancara focus group, sambil merekamnya dengan audiotape, lalu
mentranskipnya.
 Melaksanakan jenis wawancara yang berbeda sekaligus: melalui email, dengan berhadap-
hadapan langsung, wawancara focus group, wawancara focus group online, dan
wawancara telepon.

Dokumentasi
 Mendokumentasikan buku harian selama penelitian.
 Meminta buku harian atau diary dari partisipan selama penelitian.
 Mengumpulkan surat pribadi ari partisipan.
 Menganalisis dokumen publik (seperti, memo resmi, catatan-catatan resmi, atau arsip-arsip
lainnya).
 Menganalisis autobiografi atau biografi.
 Meminta foto partisipan atau merekam suara mereka dengan videotape.
 Audit-audit.
 Rekaman medis

Materi Audio-Visual
 Menganalisis jejak-jejak fisik (seperti, jejak-jejak kaki di salju).
 Merkam atau memfilmkan situasi sosial atau seorang individu atau kelaompok tertentu.
 Menganalisis foto dan rekaman video.
 Mengumpulkan suara/bunyi (seperti, musik, teriakan anak, klakson mobil),
 Mengumpulkan email.
 Mengumpulkan text massage dari telepon seluler.
 Menganalisis harta kepemilikan atau objek-objek ritual.
 Mengumpulkan bunyi, aroma, rasa, atau stimuli-stimuli indra lainnya

Sumber: Diadopsi dari Creswell (2007)

 Gunakanlah protokol untuk merekam data observasional. Peneliti sering kali terlibat
dalam banyak observasi selama penelitian dan selama observasi ini; peneliti
meggunkan protokol observasional untuk merekam data. Protokol ini bisa berupa
satu lembar kertas dengan garis pemisah di tengah untuk membedakan catatan-
catatac deskriptif (deskripsi mengenai partisipan, rekonstruksi dialog, deskripsi
mengenai setting fisik, catatan tentang peristiwa dan aktivitas tertentu) dengan
catatan-catatan refleksif (pengetahuan pribadi peneliti, seperti ―spekulasi, perasaan,
masalah, gagasan, dugaan, kesan, dan prasangka‖) (Bogdan & Biklen, 1992:121).
Dalam prorokol ini juga bisa disertsakan informasi demografis, seperti jam, tanggal,
dan lokasi di mana peneliti saat itu berada.
 Gunakanlah protokol wawancara ketika mengajukan pertanyaan dan merekam
jawaban-jawaban selama wawancara kualitatif. Protokol ini bisa mencakup
komponen-komponen berikut ini:
1. Judul (tanggal, lokasi, pewawancara/peneliti, yang diwawancarai/partisipan).
2. Instruksi-instruksi yang harus diikuti oleh partisipan agar prosedur-prosedur
wawancara dapat berajalan lancar.
3. Pertaanyaan-pertanyaan (biasanya pertanyaan ice-breaker di awal wawancara
yang kemudian dilanjutkan dengan 4-5 pertanyaan yang menjadi subpertanyaan-
subpertanyaan dari rumusan masalah penelitian; lalu diikuti oleh beberapa
pertanyaan lain atau pertanyaan penutup, seperti: ―siapa yang harus saya
kunjungi untuk mempelajari lebih lanjut mengenai topik ini?
4. Proses penjajakan/pemeriksaan dengan mengajukan 4-5 pertanyaan, untuk
meminta partisipan menjelaskan gagasan-gagasan mereka lebih detail atau
menguraikan lebih rinci tentang apa yang mereka katakan.
5. Waktu tunda selama wawancara untuk merekam/mencatat respons-respons dari
partisipan.
6. Ucapan terimakasih kepada orang yang diwawancarai atas waktu yang
diluangkan untuk wawancara (lihat Creswell, 2007)

Analisis dan Interpretasi Data


Langkah 1. Mengolnh dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Langkah ini
melibatkan transkripsi wawancara, men-scanning materi, mengeuk data lapangan, atau
memilah-milah dan menyusun data tersebut ke dalam jenis-jenis yang berbeda tergantung
pada sumber informasi.
Langkah 2. Membaca keseluruhan data. Langkah pertama adalah membangun
general sense atas Informasi yang diperoleh dan me-refleksikan maknanya secara
keseluruhan. Gagasan umum apa yang terkandung dalam perkataan partisipan? Bagaimana
nada gagasan-gagasan tersebut? Bagaimana kesan dari kedalaman, kredibilitas, dan
penuturan informasi itu? Pada tahap ini, para peneliti kualitatif terkadang menulis catatan-
catatan khusus atau gagasan-gagasan umum tentang data yang diperoleh.
Langkah 3. Menganalisis lebih detail dengan mene-coding data. Coding merupakan
proses mengolah materi/informasi menjadi segmen-segmen tulisan sebelum memaknainya
(Rossman & Rallis, 2012). Langkah ini melibatkan beberapa tahap: mengambil data tulisan
atau gambar yang telah dikumpulkan selama proses pengumpulan, mensegmentasi kalimat-
kalimat (atau paragraf-paragraf) atau gambar-gambar tersebut ke dalam kategori-kategori,
kemudian melabeli kategori-kategori ini dengan istilah-istilah khusus, yang sering kali
didasarkan pada istilah/bahasa yang benar-benar berasal dari partisipan (disebut istilah in
vivo). Seperti yang ditunjukkan pada tabel 9.4, Tesch (1990) menyajikan delapan langkah
yang umumnya digunakan dalam membentuk kode.

Tabel 9.4 Delapan Langkah dari Tesch dalam Proses Coding

1. Berusahalah untuk memperoleh pemahaman umum. Bacalah semua tran'skripsi dengan hati-hati.
Berusahalah untuk menangkap gagasan-gagasan inti dari transkripsi tersebut.

2. Pilihlah satu dokumen (seperti, wawancara) —yang paling menarik, paling singkat, dan paling penting.
Pelajari baik-baik, lalu tanyakan pada diri Anda sendiri, "Ini tentang apa?" Jangan dulu berpikir
mengenai substansi informasi, tetapi pikirkanlah makna dasarnya. Tulislah gagasan tersebut dalam
bentuk catatan-catatan kecil.

3. Ketika Anda sudah merampungkan tugas ini, buatlah daftar mengenai semua topik yang Anda peroleh
dari perenungan Anda sebelumnya. Gabungkan topik-topik yang sama. Masukkan topik-topik ini
dalam kolom-kolom khusus, bisa sebagai topik utama, topik unik, atau topik lain.

4. Sekarang,bawalah daftar topik tersebut dan kembalilah ke data Anda. Ringkaslah topik-topik ini
menjadi kode-kode, lalu tulislah kode-kode tersebut dalam segmen-segmen/kategori-kategori. Amati
kembali kategori-kategori yang sudah Anda buat, lalu lihatlah apakah ada kategori-kategori dan kode-
kode lain yang luput dari pengamatan Anda.

5. Buatlah satu kalimat/frasa/kata yang paling cocok untuk meng- gambarkan topik-topik yang sudah
Anda peroleh sebelumnya, lalu masukkanlah topik-topik ini dalam kategori-kategori khusus. Cobalah
meringkas kategori-kategori yang ada dengan mengelompokkan topik-topik yang saling berhubungan
satu sama lain. Untuk melakukan hal ini, Anda bisa membuat garis-garis antarkategori untuk
menujukkan keterhubungannya.

6. Jika masih dimungkinkan, ringkas kembali kategori-kategori ini, lalu susunlah kode-kode untuknya.

7. Masukkan materi-materi data ke dalam setiap kategori tersebut dan bersiaplah untuk melakukan
analisis awal.

8. Jika perlu, coding-lah kembali data yang sudah ada.

Selain itu, perhatikan jenis-jenis kode untuk dikembangkan ketika menganalisis


transkrip teks atau gambar (atau jenis objek visual lain). Kode-kode tersebut dibagi menjadi
tiga kategori:
 Kode-kode yang berkaitan dengan topik-topik utama yang sudah banyak diketahui
oleh pembaca secara umum, dengan berpijak pada literatur sebelumnya dan common
sense.
 Kode-kode yang mengejutkan dan tidak disangka-sangka di awal penelitian.
 Kode-kode yang ganjil dan memiliki ketertarikan konseprual bagi pembaca (seperti,
dalam Asmussen dan Creswell, 1995, kami memunculkan retriggering, "penembakan
kembali," sebagai salah satu kode/tema yang menyuguhkan dimensi baru pada kita
tentang insiden penembakan di kampus dan tentu saja berhubungan dengan
pengalaman orang lain di kampus mana pun).

Langkah 4. Terapkan proses coding untuk mendeskripsikan setting, orang-orang,


kategori-kategori, dan tema-tema yang akan di-analisis. Deskripsi ini melibatkan usaha
penyampaian informasi secara detail mengenai orang-orang, lokasi-lokasi, atau peristiwa-
peristiwa dalam setting tertentu. Peneliti dapat membuat kode-kode untuk mendeskripsikan
semua informasi ini, lalu menganalisisnya untuk proyek studi kasus, etnografi, atau penelitian
naratif. Setelah itu, terapkanlah proses coding untuk membuat sejumlah kecil tema atau
kategori, bisa lima hingga tujuh kategori. Tema-tema inilah yang biasanya menjadi hasil
utama dalam penelitian kualitatif dan sering kali digvinakan untuk membuat judul dalam
bagian hasil penelitian. Meski demikian, tema-tema ini sebaiknya diperkuat dengan berbagai
kutipan, seraya menampilkan perspektif-perspektif yang terbuka untuk dikaji ulang.
Setelah mengidentifikasi terria-tema selama proses coding, pene-liti kualitatif dapat
memanfaatkan lebih jauh tema-tema ini untuk membuat analisis yang lebih kompleks.
Misalnya, peneliti mengait-kan tema-tema dalam satu rangkaian cerita (seperti dalam
penelitian naratif) atau mengembangkan tema-tema tersebut menjadi satu model teoretis
(seperti dalam grounded theory). Tema-tema ini juga bisa dianalisis untuk kasus tertentu,
lintas kasus yang berbeda-beda (seperti dalam studi kasus), atau dibentuk menjadi deskripsi
umum (seperti dalam fenomenologi). Penelitian kualitatif yang rumit biasanya melampaui
deskripsi dan identifikasi tema untuk masuk ke dalam huburvgan antartema yang lebih
kompleks.
Langkah 5. Tunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan disajikan kembali
dalam narasi/laporan kualitatif. Pendekatan yang paling populer adalah dengan menerapkan
pendekatan naratif dalam menyampaikan hasil analisis. Pendekatan ini bisa meliputi
pembahasan tentang kronologi peristiwa, tema-tema tertentu (lengkap dengan subtema-
subtema, ilustrasi-ilustrasi khusus, perspektif-perspektif, dan kutipan-kutipan), atau tentang
keterhubung-an antartema. Para peneliti kualitatif juga dapat menggunakan visual-visual,
gambar-gambar, atau tabel-tabel untuk membantu menyaji-kan pembahasan ini. Mereka
dapat menyajikan suatu proses (sebagaimana dalam grounded theory), menggambarkan
secara spesifik lokasi penelitian (sebagaimana dalam etnografi), atau memberikan informasi
deskriptif tentang partisipan dalam sebuah tabel (sebagaimana dalam studi kasus dan
etnografi).
Langkah 6. Langkah terakhir dalam analisis data adalah meng-interpretasi atau
memaknai data. Mengajukan pertanyaan seperti "Pelajaran apa yang bisa diambil dari semua
ini?" akan membantu peneliti mengungkap esensi dari suatu gagasan (Lincoln & Guba,
1985). Pelajaran ini dapat berupa interpretasi pribadi si peneliti, dengan berpijak pada
kenyataan bahwa peneliti membawa kebudayaan, sejarah, dan pengalaman pribadinya ke
dalam penelitian. Interpretasi juga bisa berupa makna yang berasal dari perbandingan antara
hasil penelitian dengan informasi yang berasal dari literatur atau teori. Dalam hal ini, peneliti
menegaskan apakah hasil peneliti-annya membenarkan atau justru menyangkal informasi
sebelumnya. Interpretasi/pemaknaan ini juga bisa berupa pertanyaan-pertanyaan baru yang
perlu dijawab selanjutnya: pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari data dan analisis, dan
bukan dari hasil ramalan peneliti.
Salah satu cara yang, menurut Wolcott (1994), dapat diterapkan ahli etnografi untuk
mengakhiri penelitiannya adalah dengan meng-ajukan pertanyaan-pertanyaan lebih laniut.
Pendekatan questioning ini juga berlaku dalam pendekatan advokasi dan partisipatoris. Selain
itu, jika peneliti kualitatif menggunakan perspektif teoretis, mereka dapat membentuk
interpretasi-interpretasi yang diorientasikan pada agenda aksi menuju reformasi dan
perubahan. Jadi, interpretasi atau pemaknaan data dalam. penelitian kualitatif dapat berupa
banyak hal, dapat diadaptasikan untuk jenis rancangan yang berbeda, dan dapat bersifat
pribadi, berbasis penelitian, dan tindakan.

Validitas dan Reliabilitas


Berikut ini adalah dela-pan strategi validitas yang disusun mulai dari yang paling
sering dan mudah digunakan hingga yang jarang dan sulit diterapkan:
1. Mentriangulasi (triangulate) sumber-sumber data yang berbeda dengan memeriksa
bukti-bukti yang berasal dari sumber-sumber tersebut dan menggunakannya untuk
membangun justifikasi tema-tema secara koheren. Tema-tema yang dibangun
berdasar-kan sejumlah sumber data atau perspektif dari partisipan akan menambah
validitas penelitian.
2. Menerapkan member checking untuk mengetahui akurasi hasil penelitian. Member
checking ini dapat dilakukan dengan membawa kembali laporan akhir atau deskripsi-
deskripsi atau tema-tema spesifik ke hadapan partisipan untuk mengecek apakah
mereka merasa bahwa laporan/deskripsi/tema tersebut sudah akurat. Hal ini tidak
berarti bahwa peneliti membawa kembali transkrip- transkrip mentah kepada
partisipan untuk mengecek akurasinya. Sebaliknya, yang harus dibawa peneliti adalah
bagian-bagian dari hasil penelitian yang sudah dipoles, seperti tema-tema, analisis
kasus, grounded theory, deskripsi kebudayaan, dan sejenisnya. Tugas ini bisa saja
mengharuskan peneliti untuk melakukan wawancara tindak lanjut dengan para
partisipan dan memberikan kesempatan pada mereka untuk berkomentar tentang hasil
penelitian.
3. Membuat deskripsi yang kaya dan padat (rich and thick description) tentang hasil
penelitian. Deskripsi ini setidaknya harus berhasil menggambarkan setting penelitian
dan membahas salah satu elemen dari pengalaman-pengalaman partisipan. Ketika
para peneliti kualitatif menyajikan deskripsi yang detail mengenai setting misalnya,
atau menyajikan banyak perspektif mengenai tema, hasilnya bisa jadi lebih realistis
dan kaya. Prosedur ini tentu saja akan menambah validitas hasil penelitian.
4. Mengklarifikasi bias yang mungkin dibawa peneliti ke dalam penelitian. Dengan
melakukan refleksi diri terhadap kemungkinan munculnya bias dalam penelitian,
peneliti akan mampu membuat narasi yang terbuka dan jujur yang akan dirasakan
oleh pembaca. Refleksivitas dianggap sebagai salah satu karakteristik kunci dalam
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yang baik berisi pendapat-pendapat peneliti
tentang bagaimana interpretasi mereka terhadap hasil penelitian turut dibentuk dan
dipengaruhi oleh latar belakang mereka, seperti gender, kebudayaan, sejarah, dan
status sosial ekonomi.
5. Menyajikan informasi "yang berbeda" atau "negatif" {negative or discrepant
information) yang dapat memberikan perlawanan pada tema-tema tertentu. Karena
kehidupan nyata tercipta dari beragam perspektif yang tidak selalu menyatu,
membahas informasi yang berbeda sangat mungkin menambah kredibilitas hasil
penelitian. Peneliti dapat melakukan ini dengan membahas bukti mengenai suatu
tema. Semakin banyak kasus yang disodorkan peneliti, akan melahirkan sejenis
problem tersendiri atas tema tersebut. Akan tetapi, peneliti juga dapat menyajikan
informasi yang berbeda dengan perspektif-perspektif dari tema itu. Dengan
menyajikan bukti yang kontradiktif, hasil penelitian bisa lebih realistis dan valid.
6. Memanfaatkan waktu yang relatif lama {prolonged time) dilapangan atau lokasi
penelitian. Dalam hal ini, peneliti diharapkan dapat memahami lebih dalam fenomena
yang diteliti dan dapat menyampaikan secara detail mengenai lokasi dan orang-orang
yang turut membangun kredibilitas hasil naratif peneiitian. Semakin banyak
pengalaman yang dilalui peneliti bersama partisipan dalam setting yang sebenarnya,
semakin akurat atau valid hasil penelitiannya.
7. Melakukan tanya-jawab.dengan sesama rekan peneliti {peer debriefing) untuk
meningkatkan keakuratan hasil penelitian. Proses ini mengharuskan peneliti mencari
seorang rekan {a peer debriefer) yang dapat mereviezv untuk berdiskusi mengenai
penelitian kualitatif sehingga hasil penelitiannya dapat dirasakan oleh orang lain,
selain oleh peneliti sendiri. Strategi ini —yaitu melibatkan interpretasi lain selain
interpretasi dari peneliti— dapat menambah validitas atas hasil penelitian.
8. Mengajak seorang auditor {external auditor) untuk mereviexv ke- seluruhan proyek
penelitian. Berbeda dengan peer debriefer, auditor ini tidak akrab dengan peneliti atau
proyek yang diajukan. Akan tetapi, kehadiran auditor tersebut dapat memberikan
penilaian objektif, mulai dari proses hingga kesimpulan penelitian. Peran auditor ini
sebenarnya mirip peran auditor fiscal; begitu pula dengan karakteristik pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan oleh keduanya (Lincoln & Guba, 1985). Hal-hal yang
akan di-periksa oleh investigator independen seperti ini biasanya me-nyangkut banyak
aspek dalam penelitian (seperti, keakuratan transkrip, hubungan antara rumusan
masalah dan data, tingkat analisis data mulai dari data mentah hingga interpretasi).
Tentu saja, strategi ini dapat menambah validitas penelitian kuaiitatif.

Anda mungkin juga menyukai