2023
A. RESEARCH PHILOSOPHY
Proses desain penelitian dalam penelitian kualitatif dimulai dengan asumsi-asumsi rumit
yang dibuat oleh para penyelidik dalam memutuskan untuk melakukan sebuah studi kualitatif.
Selain itu, para peneliti membawa pandangan dunia mereka sendiri, paradigma, atau
seperangkat keyakinan terhadap proyek penelitian, hal inilah yang menggambarkan penulisan
penelitian kualitatif. Hal pertama yang perlu dibahas mengenai filsafat yang berarti penggunaan
ide-ide abstrak dan keyakinan yang menginformasikan penelitian. Kita tahu bahwa asumsi
filosofis biasanya merupakan ide pertama dalam mengembangkan penelitian, tetapi bagaimana
mereka berhubungan dengan keseluruhan proses penelitian tetap menjadi misteri. Kita dapat
mulai dengan memikirkan mengapa penting untuk memahami asumsi filosofis yang mendasari
penelitian kualitatif dan untuk dapat mengartikulasikannya dalam studi penelitian atau ketika
menyajikan studi tersebut kepada audiens. Huff (2009) sangat membantu dalam
mengartikulasikan pentingnya filsafat dalam penelitian.
a) Arah tujuan dan hasil penelitian. Bagaimana merumuskan masalah dan pertanyaan
penelitian untuk dipelajari dibentuk oleh asumsi kita dan pada gilirannya memengaruhi
cara kita mencari informasi untuk menjawab pertanyaan. Jenis pertanyaan sebab-akibat
yang di dalamnya terdapat variabel-variabel tertentu diprediksi menjelaskan suatu hasil
yang berbeda dari eksplorasi fenomena tunggal seperti yang ditemukan dalam penelitian
kualitatif.
b) Asumsi berakar dalam pelatihan dan diperkuat oleh komunitas tempat bekerja. Memang
beberapa komunitas lebih eklektik dan meminjam banyak disiplin ilmu, sementara yang
lain lebih fokus pada komponen penelitian seperti masalah penelitian khusus untuk
dipelajari, bagaimana cara mempelajari masalah ini, dan bagaimana menambah
pengetahuan melalui pembelajaran.
c) Tidak diragukan lagi para pengulas membuat asumsi filosofis tentang sebuah penelitian
ketika mereka mengevaluasinya. Ketika asumsi antara penulis dan resensi berbeda, karya
penulis mungkin tidak mendapatkan penilaian yang adil, dan dapat ditarik kesimpulan
bahwa karya tersebut tidak memberikan kontribusi pada literatur.
Apa saja asumsi filosofis yang dibuat peneliti ketika itu melakukan studi kualitatif?
Dalam filsafat ilmu-ilmu sosial asumsi filosifis ontologi, epistemologi, metodologi, metode,
dan paradigma merupakan konsep kunci. Bagi banyak peneliti ontologi, epistemologi, dan
metodologi bersama-sama dapat dikaitkan satu sama lain sebagai kerangka kerja bahkan satu
pandangan terpadu yang oleh beberapa peneliti disebut paradigma.
1
1) Ontologi
Ontologi adalah asumsi yang penting tentang inti dari fenomena dalam penelitian.
Pertanyaan dasar tentang ontologi menekankan pada apakah “realita” yang diteliti
objektif atau realita. Ketika peneliti melakukan penelitian kualitatif, mereka menerima
gagasan tersebut dari berbagai realitas. Peneliti yang berbeda menerima kenyataan yang
berbeda pula individu yang diteliti dan pembaca penelitian kualitatif. Kapan
mempelajari individu, peneliti kualitatif melakukan penelitian dengan maksud
melaporkan berbagai realitas ini. Bukti berbagai realitas termasuk penggunaan berbagai
bentuk bukti dalam tema menggunakan kata-kata sebenarnya individu yang berbeda dan
menyajikan perspektif yang berbeda. Misalnya, ketika penulis menyusun suatu
fenomenologi, mereka melaporkan bagaimana individu berpartisipasi dalam penelitian
ini memandang pengalaman mereka secara berbeda (Moustakas,1994).
2) Epistemologi
Epistemologi adalah asumsi tentang landasan ilmu pengetahuan. Pertanyaan dasar
tentang epistemologi menekankan pada apakah mungkin untuk mengidentifikasi dan
mengkomunikasikan pengetahuan sebagai sesuatu yang keras, nyata, dan berwujud
sehingga pengetahuan dapat dicapai atau apakah pengetahuan itu lebih lunak, lebih
subjektif, berdasarkan pengalaman dan wawasan dari sifat seseorang yang unik dan
penting sehingga pengetahuan adalah sesuatu yang harus dialami secara pribadi. Oleh
karena itu perdebatan tentang epistemologi dibedakan antara positivisme yang berusaha
untuk menjelaskan dan memprediksi apa yang akan terjadi pada dunia sosial dengan
mencari kebiasaan dan hubungan kausal antara elemen – elemen pokoknya dan
antipositivisme yang menentang pencarian hukum atau kebiasaan pokok dalam urusan
dunia sosial yang berpendapat bahwa dunia sosial hanya dapat dipahami dari sudut
pandang individu yang secara langsung terlibat dalam aktifitas yang diteliti.
3) Aksiologis
Semua peneliti membawa nilai-nilai ke dalam sebuah penelitian, namun peneliti
kualitatiflah yang menentukan nilai-nilai tersebut nilai-nilai yang diketahui dalam suatu
penelitian. Asumsi aksiologis inilah yang menjadi cirinya penelitian kualitatif. Dalam
penelitian kualitatif, peneliti mengakui adanya muatan nilai sifat penelitian dan secara
aktif melaporkan nilai-nilai dan bias mereka serta sifat sarat nilai dari informasi yang
dikumpulkan dari lapangan.
2
4) Metodologi
Prosedur penelitian kualitatif, atau metodologinya, dikarakterisasi sebagai induktif, dan dibentuk
oleh pengalaman peneliti dalam mengumpulkan dan menganalisis data. Logikanya peneliti
kualitatif bersifat induktif, dari rinci ke umum, bukan diturunkan seluruhnya dari teori atau dari
sudut pandang peneliti. Debat tentang metodologi dibagi menjadi dua antara prinsip
nomotetik yang mendasarkan penelitian pada teknik dan prosedur yang sistematis,
menggunakan metode dan pendekatan yang terdapat dalam ilmu pengetahuan alam
atau natural scientific rigour dan prinsip ideografis yang mendasarkan penelitian
pada pandangan bahwa seseorang hanya dapat memahami dunia sosial dengan
mendapat pengetahuan langsung dari subjek yang diteliti, memperbolehkan
subjektivitas seseorang berkembang dalam sifat dasar dan karakteristik selama proses
penelitian
5) Paradigma
Paradigma atau Pandangan dunia asumsi-asumsi tersebut mencerminkan pendirian
tertentu yang dibuat oleh para peneliti ketika mereka melakukan hal tersebut memilih
penelitian kualitatif. Kuhn (1970) dalam bukunya “The Structure of Scientific
Revolutions” menulis bahwa ia mengembangkan konsep paradigma untuk dapat
membedakan perkembangan ilmu-ilmu sosial dari perkembangan dalam ilmu-ilmu alam.
Dia telah mengamati bahwa penelitian dalam ilmu sosial tidak pernah sejalan dalam
teori, konsep atau metodologi. Oleh karena itu ia menyimpulkan bahwa tidak mungkin
ada paradigma dalam ilmu-ilmu sosial, tetapi ilmu-ilmu sosial berada dalam fase pra-
paradigma dalam pengembangan pengetahuan ilmiah. untuk sebuah paradigma, peneliti
perlu berbagi tidak hanya teori tetapi juga dasar bersama untuk pilihan teori. Meskipun
demikian, konsep paradigma banyak digunakan dalam ilmu-ilmu sosial dan penelitian
bisnis. Dalam diskusi ini, paradigma sebagai istilah telah bergeser dari pernyataan asli
yang dibuat oleh Kuhn dan dapat didefinisikan sebagai pandangan dunia atau sistem
kepercayaan yang memandu seorang peneliti dalam pekerjaan mereka (Guba dan
Lincoln, 1994). Bahkan jika Kuhn tidak berpendapat bahwa paradigma akan berubah-
ubah, mereka kadang-kadang secara keliru dianggap sebagai diskusi. Juga, deskripsi
paradigma yang bersaing dari penyelidikan yang diperkenalkan pada tahun 1994 oleh
Guba dan Licoln sering disebut. Mereka mengidentifikasi paradigma utama yang
membingkai penelitian ilmu sosial antara lain:
a. Positivism yaitu pengetahuan tentang kata diperoleh melalui penerapan metode
ilmiah pada pengalaman dan dunia empiris.
3
b. Postpositivism yaitu versi positivism yang direformasi dan juga mencakup
kritik terhadap asumsi dasar positivism.
c. Critical Realism yaitu menggabungkan beberapa ide dalam pemikiran positivis
dan konstruksionis, berkaitan dengan identifikasi struktur dunia
d. Interpretivism and Constructionism yaitu latar belakang hermeneutics
dan fenomenologi, mengacu pada makna subjektif dan makna bersama.
e. Hermeneutics yaitu mengacu pada kondisi yang diperlukan interpretasi
dan pemahaman sebagai bagian dari proses penelitian
f. Postmodernism yaitu menolak dasar positivis, rasional, dan dapat
digeneralisasikan untuk penelitian ilmiah, yang akan menjelaskan dunia dari sudut
pandang objektif.
g. Poststructuralism yaitu singkatan dari penolakan paling ekstrim terhadap
positivism dalam postmodernism.
B. DESIGN
Penelitian kualitatif diawali dengan asumsi dan penggunaan kerangka
interpretatif/teoritis yang menginformasikan studi tentang masalah penelitian yang membahas
makna individu atau kelompok dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Untuk
mempelajari masalah ini, peneliti kualitatif menggunakan pendekatan kualitatif yang muncul
penyelidikan, pengumpulan data dalam keadaan alami yang sensitif terhadap orang dan tempat
yang diteliti, dan analisis data, keduanya induktif dan deduktif serta menetapkan pola atau
tema. Bila dilihat dalam definisi ini proses penelitian digambarkan sebagai proses yang
mengalir dari asumsi filosofis, lensa interpretatif, dan prosedur yang terlibat dalam
mempelajari masalah-masalah sosial atau kemanusiaan. Kemudian, ada kerangka kerja untuk
prosedur pendekatan terhadap penyelidikan, seperti teori dasar, atau kasus penelitian studi, atau
lainnya. Berikut beberapa hal ciri-ciri umum penelitian kualitatif:
a) Pengaturan Dasar. Peneliti kualitatif sering mengumpulkan data di lapangan dimana
peserta mengalami isu atau masalah yang diteliti. Peneliti kualitatif memperoleh informasi
dengan berbicara langsung kepada orang-orang dan melihat mereka berperilaku di dalam
konteks mereka. Interaksi tatap muka ini mungkin terjadi seiring berjalannya waktu.
b) Peneliti sebagai instrumen kunci. Peneliti kualitatif mengumpulkan data diri mereka
sendiri melalui pemeriksaan dokumen, mengamati perilaku, dan mewawancarai peserta.
4
Mereka mungkin menggunakan sebuah instrumen, tapi itu adalah satu instrument
dirancang oleh peneliti dengan menggunakan pertanyaan terbuka.
c) Berbagai metode. Peneliti kualitatif biasanya mengumpulkan banyak informasi bentuk
data, seperti wawancara, observasi, dan dokumen daripada mengandalkan satu sumber
data.
d) Penalaran kompleks melalui logika induktif dan deduktif. Kualitatif peneliti
membangun pola, kategori, dan tema mereka dari “buttom up” dengan mengorganisasikan
data secara induktif menjadi semakin abstrak unit informasi.
e) Berbagai perspektif dan makna peserta. Dalam keseluruhan proses penelitian kualitatif,
peneliti tetap fokus pada pembelajaran makna yang diyakini partisipan mengenai masalah
atau isu tersebut, bukan makna yang peneliti berikan pada penelitian atau penulis dari
literatur.
f) Tergantung konteks. Penelitian ini ditempatkan dalam konteks atau latar partisipan atau
lokasi. Untuk melaporkan situasi di mana masalah sedang dipelajari, peneliti harus
mencari pemahaman tentang fitur kontekstual dan pengaruhnya terhadap pengalaman
partisipan. Hal ini penting karena konteks tertentu memungkinkan peneliti untuk
“memahami bagaimana peristiwa, tindakan, dan makna dibentuk oleh keadaan unik di
mana hal tersebut terjadi” (Maxwell, 2013, hal. 30).
g) Desain yang muncul. Proses penelitian bagi peneliti kualitatif sedang muncul, artinya
rencana awal penelitian tidak dapat ditentukan secara ketat dan semua tahapan proses
dapat berubah atau bergeser setelah peneliti memasuki lapangan dan mulai mengumpulkan
data. Misalnya, pertanyaan-pertanyaan dapat berubah, bentuk pengumpulan data dapat
diubah, dan individu-individu yang diteliti serta lokasi-lokasi yang dikunjungi dapat
dimodifikasi selama proses pelaksanaan penelitian.
h) Refleksivitas. Peneliti “memposisikan diri” dalam penelitian kualitatif. Artinya peneliti
menyampaikan (yaitu, di bagian metode, di pendahuluan, atau di bagian lain dalam
penelitian) latar belakang mereka (misalnya, pengalaman kerja, pengalaman budaya,
sejarah), bagaimana hal tersebut memengaruhi interpretasi mereka terhadap informasi
dalam penelitian. , dan apa yang dapat mereka peroleh dari penelitian ini.
i) Akun holistik. Peneliti kualitatif mencoba mengembangkan gambaran kompleks
mengenai permasalahan atau isu yang diteliti. Hal ini melibatkan pelaporan berbagai
perspektif, mengidentifikasi banyak faktor yang terlibat dalam suatu situasi, dan secara
umum membuat sketsa gambaran besar yang muncul. Peneliti tidak terikat oleh hubungan
5
sebab-akibat antar faktor, melainkan dengan mendeskripsikan interaksi kompleks faktor-
faktor dalam situasi apa pun.
Dalam design ini terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut:
1. Pentingnya Perencanaan. Ketika merencanakan suatu penelitian, dapat dimulai dengan
gagasan tentang topik penelitian yang diminati. Menemukan topik penelitian adalah hal
penting, tetapi yang sama pentingnya adalah membuat sketsa keseluruhan desain
penelitian, yang terdiri dari perencanaan dari seluruh proyek penelitian.
2. Elemen Desain Penelitian. Elemen-elemen desain penelitian yang perlukan ketika
menulis suatu penelitian adalah sebagai berikut: Memilih area penelitian dan
mengidentifikasi topik penelitian, merumuskan pertanyaan penelitian.
3. Sirkularitas Proses Penelitian. Dalam prakteknya, proses penelitian jarang terpotong jelas,
lurus dan linier. Inilah yang membuat penelitian begitu menarik; peneliti akan belajar hal-
hal baru di sepanjang jalan. Dari saat mulai memikirkan proyek penelitian, sangat jarang
yang dapat mengembangkannya menjadi laporan penelitian secara langsung, tanpa
mengoreksi, merevisi atau mengubah bagian dari pekerjaan, bahkan mengubah metode
yang dipilih semula, dan akhirnya, merevisi dan mengoreksi pertanyaan penelitian dan
formulasi asli, saat menulis versi final proyek penelitian.
4. Waktu dan Proses Penelitian Kualitatif. Semua proyek penelitian memiliki rentang waktu
tertentu dan batasan dalam hal jumlah bulan atau tahun maksimum yang dapat mereka
ambil. Semua proyek penelitian memiliki awal dan akhir. Oleh karena itu, penting untuk
belajar merencanakan proyek secara efektif dalam hal waktu yang dibutuhkan oleh fase
penelitian yang berbeda. Desain penelitian dan rencana penelitian juga memberikan
indikasi kerangka waktu yang diperlukan untuk berbagai kegiatan: rencana waktu harus
menjadi bagian integral dari desain penelitian.
7
b. Jelajahi wilayah yang lebih luas dengan membaca penelitian yang dilakukan oleh
peneliti lain (artikel ilmiah, buku penelitian)
c. Tulislah deskripsi singkat atau peta pikiran tentang ide-ide penelitian dan
keterkaitannya.
d. Persempit bidang minat dengan memilih sudut pandang tertentu untuk studi.
e. Lakukan penelitian lebih lanjut dari sudut pandang spesifik yang telah pilih.
f. Rumuskan satu atau lebih pertanyaan penelitian pendahuluan untuk penelitian.
9
Studi kasus dan biografi terletak di tengah-tengah kontinum karena mereka mengenalkan teori
yang ada, menggunakannya dengan berbagai cara pada tahapan proses penelitian yang berbeda.
10
Selain itu tidak ada penelitian yang dapat dimulai dari awal atau tanpa pengetahuan
teoretis atau empiris sebelumnya. Ketika bekerja lebih induktif, melanjutkan melalui beberapa
siklus peninjauan literatur seiring dengan semakin spesifiknya pertanyaan penelitian, juga
dapat melakukan penelitian kualitatif melalui deduksi, yang berarti mengembangkan ide dan
pertanyaan penelitian langsung dari teori dan penelitian sebelumnya. Dalam hal ini, sangatlah
penting untuk melakukan pencarian literatur secara sistematis dan menganalisisnya sebelum
mulai mengumpulkan data empiris.
11
pendekatan penelitian kualitatif ini dengan topik penelitian akan menghasilkan daftar referensi
yang lebih jelas. Namun, tidak boleh membatasi pencarian literatur hanya pada pendekatan
penelitian kualitatif. Meskipun akan melakukan penelitian kualitatif, mungkin ada banyak
literatur relevan mengenai topik yang belum menggunakan metode kualitatif apa pun.
12
D. ACCESS AND RELATIONSHIP
1. Mengidentifikasi partisipan penelitian
Peneliti bisnis kualitatif sering menggunakan orang sebagai sumber informasi. Jika tidak,
hanya mengunakan bahan penelitian yang ada (misalnya dokumen, arsip, wawancara yang
dilakukan oleh orang lain), maka perlu mengidentifikasi organisasi, kelompok, dan individu
mana yang dapat berpartisipasi dalam penelitian. Bagaimana kita bisa melakukan ini? Karena
penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk melakukan generalisasi statistik, maka metode
pengambilan sampel khusus yang dirancang untuk tujuan ini tidak diperlukan.
Mengidentifikasi partisipan penelitian untuk penelitian kualitatif lebih bertujuan daripada
representatif dan acak, seperti halnya dalam penelitian kuantitatif.
Meskipun ada beberapa tantangan yang akan dijelaskan nanti, ada baiknya untuk
mempertimbangkan apakah dapat melakukan penelitian di suatu organisasi dan dengan orang-
orang yang sudah dikenal, atau setidaknya memiliki kontak langsung atau tidak langsung. Oleh
karena itu, harus mempertimbangkan untuk mendekati sebuah organisasi atau kontrak kerja
yang sudah dikenal sebelumnya. Selain itu, sebaiknya gunakan kontak supervisor dan
departemen universitas jika mereka mengizinkannya. Namun, mungkin ada topik yang
memerlukan akses ke organisasi dan individu yang belum dikenal. Misalnya saja jika ingin
membuat penelitian etnografi mengenai etnis yang dikuasai perempuan bisnis, maka hal
pertama yang perlu dilakukan adalah mencari cara mengidentifikasi perusahaan yang cocok
untuk studi. Bergantung pada tujuan, menemukan satu perusahaan yang cocok saja sudah
cukup. Jika membutuhkan lebih dari satu peserta, maka teknik pengambilan sampel bola salju,
rantai, dan jaringan berguna.
Tergantung pada tujuan, mungkin juga ingin mengidentifikasi populasi organisasi atau
orang yang lebih besar untuk membuat pengambilan sampel yang bertujuan untuk kasus-kasus
unik (di mana fenomena yang diteliti jarang terjadi), atau kasus-kasus representatif (di mana
fenomena yang diteliti adalah kasus-kasus yang representatif). Untuk melakukan hal ini, dapat
menggunakan beberapa sumber informasi, seperti direktori perusahaan, halaman web, asosiasi
industri, dan pakar bisnis. Jika beruntung, dapat menemukan daftar organisasi atau individu
yang dapat dipilih. Jika tidak, mungkin perlu menggabungkan beberapa sumber berikut untuk
menghasilkan daftar organisasi.
2. Mengakses organisasi
Riset bisnis biasanya melibatkan perolehan akses ke organisasi. Permasalahan akses
sangat penting dalam studi bisnis kualitatif karena kualitas akses mempunyai pengaruh
13
langsung terhadap hasil penelitian (Feldman, Bell dan Berger, 2003). Setelah melakukan
kontak awal dengan organisasi, sering kali perlu mempertahankan kontak ini selama
keseluruhan proyek penelitian. Oleh karena itu, alih-alih memperlakukan kontak sebagai
peristiwa yang terjadi satu kali saja, yang terjadi pada awal penelitian, penting untuk
mempertimbangkannya sebagai proses berkelanjutan yang dapat berlanjut hingga tahap akhir
penelitian (Gummesson, 2000).
14
jika organisasi tersebut tidak melihat manfaat proyek penelitian. Inilah sebabnya mengapa
perlu mempertimbangkan bagaimana 'menjual' proyek penelitian ke organisasi yang ingin
pelajari.
3. Mengakses individu
Setelah mendapatkan persetujuan dari organisasi, masih perlu meyakinkan individu
dalam organisasi tersebut tentang relevansi penelitian. Partisipasi individu dalam penelitian
selalu bersifat sukarela dan perlu dinegosiasikan secara terpisah, baik oleh peneliti atau
organisasi. Tugas sebagai peneliti juga harus meyakinkan masing-masing partisipan dengan
memberi tahu mereka apa manfaat penelitian. Setiap peserta penelitian mempunyai hak untuk
menerima informasi yang memadai tentang apa saja yang diperlukan dalam partisipasi mereka
dalam praktik.
15
4. Membuat perjanjian penelitian
Perusahaan besar secara rutin memerlukan perjanjian penelitian tertulis, termasuk rincian
tentang anonimitas, kerahasiaan, etika, hak milik, jadwal waktu, publikasi dan sumber daya
yang diperlukan dari perusahaan. Perjanjian tertulis sering kali dimulai dengan ringkasan
tujuan proyek dan mencakup rincian jenis informasi yang ingin dikumpulkan peneliti dan
apakah peserta ditawari sesuatu sebagai imbalan atas partisipasi mereka. Sekalipun perjanjian
tertulis tidak diperlukan, ada baiknya membuat catatan rinci tentang apa yang sepakati dengan
peserta. Pertimbangkan untuk membuat memo tentang pertemuan pertama dengan masing-
masing peserta dan memberikannya kembali kepada mereka untuk dikomentari dan
dikonfirmasi. Ingatlah bahwa peserta penelitian mempunyai hak untuk mengetahui siapa yang
bertanggung jawab atas penelitian tersebut dan siapa yang dapat dihubungi untuk mendapatkan
informasi tambahan. Sumber utama pendanaan juga perlu diungkapkan kepada para peserta.
Secara keseluruhan, harus jujur mengenai proyek penelitian dan memberi tahu peserta apa yang
lakukan dengan informasi yang akan diberikan.
16
5. Hubungan peneliti-peserta
Dalam riset bisnis kualitatif, jarak antara peneliti dan peserta ini sering kali muncul. Ini
berarti bahwa partisipan penelitian dapat terlibat secara intensif dalam proses penelitian dalam
berbagai cara tergantung pada tujuan dan pendekatan penelitian. Variasi dalam keterlibatan
dapat berkisar dari pertemuan partisipan dan peneliti hanya satu kali, hingga keterlibatan
mereka dalam wawancara interaktif intensif dan diskusi serial terbuka. Pengecualiannya adalah
penelitian kualitatif yang menggunakan bahan penelitian yang sudah ada meskipun terkadang
juga dapat mengembangkan hubungan dengan orang-orang yang hadir dalam bahan tersebut
atau yang memproduksinya. Khususnya dalam penelitian etnografi, tindakan, dan studi kasus,
biasanya sering bertemu dengan partisipan penelitian dan dalam jangka waktu yang lebih lama,
yang mengarah pada hubungan yang lebih dekat dari biasanya dengan mereka. Tujuan untuk
menjadi orang dalam terhadap budaya yang diteliti dalam penelitian etnografi memerlukan
pengembangan hubungan yang erat. Namun, hubungan dekat dapat berkembang, meskipun itu
mungkin bukan tujuan studi. Ketika hubungan dekat telah berkembang, baik direncanakan atau
tidak, para partisipan mungkin lebih cenderung memberikan umpan balik kepada peneliti
mengenai analisis empiris, penulisan penelitian, dan kesimpulan mereka.
17
familiar dengan isu-isu yang pelajari. Dengan cara yang sama, ketika melakukan penelitian
tentang isu-isu yang tidak kenal dan di organisasi yang tidak kenal, adalah orang luar. Hal ini
tergantung pada pendekatan penelitian dan tujuan mengenai apakah lebih baik menjadi orang
dalam atau orang luar. Selain itu, tidak jarang memulai penelitian sebagai orang luar dan, dalam
prosesnya, menjadi orang dalam.
Sebagai orang dalam, dapat memiliki akses lebih mudah ke organisasi dan individu, serta
peluang lebih besar untuk mengembangkan hubungan dekat dengan para peserta. Hal ini karena
memiliki pemahaman tentang norma budaya dan hubungan sosial yang mendasari
permasalahan dan situasi dalam organisasi. Menjadi atau tetap menjadi orang luar dapat
memberi kesempatan lebih baik untuk bersikap analitis, dan bahkan kritis, terhadap organisasi
dan orang-orangnya, serta terhadap isu dan situasi yang sedang periksa.
18
merupakan peran yang sangat spesifik bagi seorang peneliti. juga dapat bertindak sebagai
kolaborator dengan para peserta, bahkan mengizinkan mereka berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan mengenai penelitian . Jika peneliti adalah orang dalam, mereka juga
dapat bertindak sebagai teman bagi partisipan.
19
Prinsip-prinsip etika, seperti informasi, menghindari penipuan,bahaya, atau risiko, dan
prinsip universal tata cara memperlakukan orang lain sebagai tujuan dan bukan sebagai alat,
semuanya berjalan seiring dengan cara kita melihat peneliti terkait dengan topik penelitian.
Prinsip-prinsip etika yang disebutkan mengatur semua kegiatan penelitian, terlepas dari
pendekatan peneliti sendiri terhadap produksi pengetahuan. Etika penelitian mencakup cara
penelitian dilakukan dan dilaporkan. Selain itu, masalah yang lebih kompleks, seperti bias
penelitian, cara mengutip penulis dan peneliti lain, dan bahkan pertanyaan tentang
membungkam peneliti lain dalam komunitas penelitian, semuanya memiliki tempatnya dalam
etika penelitian dan akan dibahas.
Salah satu bagian fundamental dari penelitian adalah masalah kepercayaan yang tercipta
dalam komunitas penelitian. Kepercayaan ini dalam komunitas penelitian, bahwa semua
penelitian dan semua peneliti mengikuti prinsip-prinsip etika dan pedoman, pada prinsipnya
didasarkan pada gagasan etika yang diterima secara umum, yang pada dasarnya berkaitan
dengan 'benar' dan 'salah' dalam masyarakat, dan dalam kasus ini, dalam penelitian. Secara
umum, standar, kode, prinsip normatif, dan regulasi diperlukan untuk membuat prinsip etika
dan pedoman dikenal dan diterima sebagai kode etik dalam komunitas penelitian. Mereka juga
diperlukan untuk menciptakan prosedur penanganan situasi masalah yang mungkin terjadi.
Pemahaman umum tentang 'benar' dan 'salah' hadir dalam sistem hukum dan regulasi
masyarakat, serta dalam kode-kode sukarela yang biasanya diterima dalam masyarakat dan
dalam kehidupan sehari-hari dan perilaku kita. Etika, bagaimanapun, berkaitan dengan semua
aspek kehidupan kita. Masalah dan kekhawatiran baru muncul, baik dalam kehidupan sehari-
hari maupun terutama dalam penelitian, di mana topik, masalah, metode, dan bahan baru
memungkinkan untuk menjelajahi pertanyaan yang sebelumnya belum pernah diteliti atau
bahkan terpikirkan. Ketika masalah dan pertanyaan baru muncul dalam masyarakat, aturan dan
regulasi juga perlu ditinjau ulang, dibenarkan, dan disesuaikan kembali. Hal ini juga berlaku
untuk etika penelitian dan kode etik dalam penelitian.
Selama beberapa tahun terakhir, pertanyaan etika baru telah muncul terutama dengan
kemungkinan dan perkembangan baru dalam bidang kedokteran dan biosains. Di dunia bisnis
dan ekonomi, etika bisnis telah mengangkat masalah pelanggaran di bidang ekonomi yang juga
menarik minat dari sudut pandang etika penelitian (Clegg dan Rhodes, 2006), terutama setelah
krisis keuangan global pada tahun 2008.
Etika penelitian sering kali hanya dipikirkan dalam hubungannya dengan pengumpulan
data empiris. Sebagai alternatif, etika penelitian dipandang sebagai penambah kredibilitas
penelitian, seperti yang ditunjukkan dalam kutipan berikut di mana peneliti diimbau untuk
20
'mengatasi masalah-masalah ini [etika] dalam bab metode, sehingga menambah kredibilitas
proses penelitian' (Zalan dan Lewis, 2004: 520). Mungkin tidak perlu ditambahkan bahwa
instruksi seperti ini mungkin tidak akan meningkatkan kredibilitas proses penelitian kecuali
jika peneliti tidak mengikuti aturan etika dan tidak mengetahuinya sebelum memulai proses,
tidak menyesuaikannya selama proses penelitian yang sebenarnya, dan buku metode yang ada
tidak memadai dalam mengatasi masalah-masalah tersebut.
Pada saat yang sama, skandal suap dan pemalsuan bisnis dalam kasus-kasus yang dikenal
secara global seperti Enron dan Siemens telah menjadi pengetahuan umum dan meningkatkan
minat umum dalam penelitian etika bisnis. Bidang bisnis sebagai bidang penelitian juga
menarik perhatian dari ilmuwan selain peneliti manajemen, yang mungkin dengan lebih mudah
membawa isu-isu etika ke dalam fokus. Oleh karena itu, penelitian dalam etika bisnis telah
meningkat. Namun, mencapai informasi dan mendapatkan akses ke bisnis melibatkan beberapa
aspek di mana aturan umum etika penelitian mungkin berperan, misalnya, dalam cara
mendapatkan akses, jenis informasi yang tersedia, kepentingan siapa yang mungkin dilayani.
Etika penelitian dalam penelitian bisnis kualitatif biasanya hanya terkait dengan proses
pengumpulan data etnografi dan proses wawancara dalam etnografi atau studi kasus, bukan
dengan bagian lain dari proses dan prosedur penelitian, seperti pengaturan penelitian umum
atau fitur lain yang dibahas nanti dalam bab ini. Oleh karena itu, pandangan yang lebih luas
tentang etika penelitian disajikan dalam bab ini. Dalam hal berikut, Anda akan dipandu melalui
berbagai topik yang paling sering terkait dengan etika penelitian, dengan mempertimbangkan
ekonomi sebagai bidang penelitian dan membuka konsep-konsep kunci.
21
Dimensi Hubungan Antara Peneliti – Partisipan
Hubungan antara peneliti dan partisipan dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu:
a. Peneliti berada pada posisi netral dan jaraknya jauh dari objek yang diteliti. Partisipan
yang diteliti berperan sebagai subjek, sumber data, dan responden dalam penelitian.
b. Peneliti dapat setengah berpartisipasi (selain sebagai peneliti juga sebagai partisipan)
dalam penelitian, partisipan yang diteliti bertindak sebagai informan.
c. Peneliti berpartisipasi secara aktif dalam aktivitas penelitian, bertindak sebagai
fasilitator, bahkan agen perubahan.
Hubungan peneliti dengan partisipan dalam penelitian kualitatif relatif dekat. Meski
demikian, penting bagi peneliti untuk tetap menjaga kerahasiaan identitas informan, hubungan
kepercayaan, dan mencegah pelanggaran etika selama proses penelitian.
22
d. Peneliti dan penelitian yang dilakukan tidak boleh menimbulkan dampak negatif bagi
partisipan.
e. Peneliti harus menjaga anonimitas dan privasi partisipan.
f. Penelitian harus orisinil dan bukan merupakan hasil plagiarism. Dengan demikian,
peneliti harus memperhatikan pedoman menulis rujukan dan referensi.
a. Wawancara Kualitatif
Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih yang disusun berdasarkan
serangkaian pertanyaan dan jawaban. Wawancara biasa dilakukan dengan tatap muka, melalui
telepon, atau online. Wawancara kualitatif bertujuan menghasilkan bahan empiris.. Pada
dasarnya pertanyaan wawancara harus bisa memberikan materi yang akan membantu
menjawab penelitian melalui analisis yang cermat. Silverman memberikan tipologi studi
wawancara yang meliputi: 1) Positivist (naturalis atau realis) yang tertarik terhadap fakta, 2)
Emosionalis (subjektivitas), dan 3) Konstruksionis. Beberapa jenis pertanyaan yang dapat
digunakan dalam wawancara kualitatif:
a. Terbuka dan tertutup, pertanyaan terbuka yang mendorong lebih banyak pembicaraan.
b. Sederhana dan kompleks, pertanyaan sederhana lebih mudah dipahami dan dijawab.
c. Netral dan terkemuka, pertanyaan netral memberi lebih banyak pilihan bagi peserta.
d. Langsung dan tidak langsung, pertanyaan langsung lebih sesuai untuk isu sensitif.
e. Primer dan sekunder, kombinasi keduanya bisa digunakan untuk mendapatkan data yang
lebih lengkap.
23
b. Melakukan Observasi
Observasi merupakan suatu metode pengumpulan data empiris. Peneliti dapat melakukan
kontak langsung maupun tidak langsung dengan yang di observasi. Terdapat empat dimensi
metode observasi, yaitu:
a. Observasi partisipasi dan non partisipasi, dilakukan bergantung pada apakah peneliti
menjadi bagian dari situasi yang dipelajari atau tidak.
b. Observasi obtrusive dan non-obtrusive, dilakukan bergantung pada apakah partisipan
mengetahui bahwa dirinya sedang diobservasi atau tidak.
c. Observasi alami dan buatan, bergantung pada apakah suatu tindakan yang diobservasi
terjadi secara alami atau disengaja.
d. Observasi terstruktur dan tidak terstruktur, bergantung pada apakah observasi dilakukan
menggunakan checklist atau tidak.
Keuntungan menggunakan metode observasi adalah dapat merekam suatu tindakan
sesuai dengan yang terjadi, tetapi observasi tidak menjelaskan apa yang dipikirkan orang lain
atas tindakan yang dilakukan.
c. Data Tekstual
Saat ini berbagai jenis teks bacaan memberikan data penelitian yang semakin relevan.
Data tekstual yang digunakan mencakup dua teks yaitu jenis teks primer dan teks sekunder.
Teks sekunder dapat menjadi peluang bagus untuk penelitian bisnis kualitaif seperti studi
akuntansi yang berorientasi pada teks yang diterbitkan dan dipelajari sebagai “artefak” (laporan
formal, pernyataan notulen dan lainnya).
d. Materi Visual
Dalam penelitian, materi visual mengacu pada data yang berbentuk lisan seperti gambar,
video, CD-ROM, dan lainnya. Materi visual dapat digunakan dalam dua cara utama dalam
proyek penelitian kualitatif. Pertama, digunakan sebagai data empiris, yang berarti
menganalisis banyak hal dengan cara yang sama seperti wawancara, dokumen, dan data
kualitatif lainnya. Kedua, materi visual dapat digunakan untuk menganalisis makna budaya
visual dalam masyarakat.
24
Daftar Pustaka
Creswell, John W. 2007. Qualitative Inquiry and Research Design, Choosing among Five
Alternatives. 2nd edition. London: SAGE Publications Ltd.
Creswell, J. W., & Poth, C. N. (2018). Qualitative Inquiry & Research Design: Choosing
Among Five Approaches (4th ed.). Thousand Oaks, California: SagePublication.
Eriksson, Paivi & Anne Kovalainen. 2008. Qualitative Methods in Business Research. London:
SAGE Publications Ltd
25