Anda di halaman 1dari 8

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN TEORI PENELITIAN


Ema Suswitaningrum
5301417037
Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Tenik
Universitas Negeri Semarang
Email: emasuswita@gmail.com

Kajian Teori Penelitian


A. Pengertian teori
Salah satu unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran sangat besar
dalam pelaksanaan penelitian adalah teori. Karena teori dengan unsur ilmiah inilah
yang akan mencoba menerangkan fenomena-fenomena sosial yang menjadi pusat
perhatian peneliti ( Masri Singarimbun & Sofyan Efendi, 1989:37). Menurut
Kerlinger (1973:9), teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi dan
proposisi untuk menerangkan fenomena sosial secara sistematis dengan cara
merumuskan hubungan antar variabel. Berdasar pengertian tersebut, definisi teori
mengandung tiga hal. Pertama, teori adalah serangkaian proposisi antar konsep-
konsep yang saling berhubungan. Kedua, teori merangkan secara sistematis atau
fenomena sosial dengan sosial dengan cara menentukan hubungan  antar konsep.
Ketiga, teori menerangkan fenomena-fenomena tertentu dengan cara menentukan
konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk
hubungannya.
Dalam menyusun kerangka teori menurut Prof. Noeng Muhadjir, dalam
makalahnya yang berjudul ”Proses Mengkonstruksi Teori dan Hipotesis”, bagian teori
harus menampilkan bagian yang bulat yang disajikan secara holistik, tetapi juga
bukan sekedar penyajian konsep yang terpilah dan terpecah-pecah, sehingga konsep
tersebut akan lebih menarik untuk dikaji.
Tata fikir yang ditawarkan dalam penyusunan kerangka teori menggunakan
logika reflektif, yaitu logika yang mondar-mandir antara proses berfikir induktif dan
proses berfikir deduktif, dan tidak dipermasalahkan dari mana harus dimulai. Alat
berfikir bukan hanya sekedar mendasarkan pada generalisasi dari rerata keberagaman
individul dan rerata frekuensi kejadian, tetapi juga konteks, esensi, indikasi
pragmatik, fungsional, atau yang lainnya.
Oleh karena itu suatu teori tampil sebagai abstraksi, simplifikasi atau idealitas
dari fenomena, mungkin merupakan eksplanasi dan mungkin pula merupakan
penafsiran atas empiri. Pada dasarnya teori mengandung beberapa hal antara lain:
asumsi, postulat, tesis, hipotesis, proposisi dan sejumlah konsep. Dalam teori juga
terdapat idealisasi tentang tata hidup kemasyarakatan atau tata hidup alam semesta.
Validasi suatu teori diuji atas kemampuannya memberikan evidensi  empirik.

B. Fokus Teori

Salah satu asumsi tentang gejala dalam penelitian kuantitatif adalah bahwa gejala
dari suatu objek itu sifat tunggal dan parsial. Dengan demikian berdasarkan gejala
tersebut peneliti kuantitatif dapat menemukan variable-variabel yang akan di teliti. Dalam
pandangan penelitian kualitatif, gejala itubersifat holistic (Menyeluruh tidak dapat di
pisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya
berdasarkan fariabel penelitian , tetapi keseluruhan situasi social yang di teliti yang
meliputi aspek tempat (plase), peleku (actor) dan aktivitas (activity) tang berinteraksi
secara sinergis.

Karena terlalu luasnya masalah, maka dalam rangka penelitian kuantitatif, peneliti
akan membatasi penelitian dalam satu atau lebih variable. Dengan demikian dalam
penelitian kuantitatif ada yang di sebut batasan masalah. Batasan masalah dalam
penelitian kualitatif disebut dengan focus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat
umum.

Pembatasan dalam penelitian kualitatif lebih didasarkan pada tingkat kepentingan,


urgensi feabilitas masalah yang akan di pecahkan selain juga factor keterbatasan tenaga ,
dana dan waktu. Suatu masalah di katakan penting apabila masalah tersebut tidak di
pecahkan melalui penelitian, maka akan semakin menimbulkan masalah baru. Masalah
dikatakan urgen (mendesak) apabila masalah tersebut tidak segera di pecahkan melelui
penelitian, maka akan semakin kehilangan berbagai kesempatan untuk mengatasi.

Masalah dikatakan fasible apabila terdapat berbagai sumber daya untuk


memecahkan masalah tersebut. Untuk menilai masalah tersebut penting, urgen, dan
feasible, maka perlu dilakukan melalui analisa masalah.

Dalam mempertajam penelitian,  peneliti kualitatif menentapkan focus. Spradley


menyatakan bahwa “A focused refer to single cultural domain or afew related
dominains” maksudnya adalah bahwa, focus itu merupakan domain yang terkait dari
situasi social. Dalam pemelitian kualitatif, penentuan focus dalam proposal lebih di
dasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan di peroleh dari situasi social
(lapangan).

Kebaruan informasi itu biasanya berupa upaya untuk memahami secara lebih luas
dan mendalam tentang situasi social, tetapi juga ada keinginan untuk menghasilkan
hipotesis atau ilmu baru dari situasi social yang di teliti. Fokus yang sebenarnya dalam
penelitian kualitatif di peroleh setelah peneliti melakukan grand tour observation dan
grand tour question atau yang disebut dengan penjelajahan umun. Dari penjelajahan
umum ini peneliti akan memperoleh gambaran umum menyeluruh yang masih pada tahap
permukaan tentang situasi social.

Untuk dapat memehami secarah lebih luas dan mendalam, Maka diperlukan pemilihan
fokus penelitian. Spladley dalam sanapiah faisal (1988) mengemukakan empat
alternative untuk menetapkan fokus yaitu :

1. Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan oleh informal


2. Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu organizing domain
3. Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan iptek
4. Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-teori yang
telah ada

Numan (dalam Sugiyono, 2008) mengatakan bahwa tingkatan teori dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu: micro, meso, dan macro.

o Level teori micro maksudnya: memerlukan hanya sedikit waktu, tempat, dan
sejumlah orang. Konsep, biasanya tidak terlalu abstrak.
o Level teori meso maksudnya: mencoba menarik benang merah antara micro dan
macro. Contoh: teori organisasi dan gerakan sosial, atau komunitas tertentu.
o Level teori macro: berkenaan dengan hal-hal yang operasional seperti lembaga
sosial, sistem budaya secara keseluruhan, dan keseluruhan masyarakat. Level ini
banyak menggunakan konsep dan abstract.

Selanjutnya, Numan mengatakan bahwa fokus teori dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
teori substantif, teori formal, dan teori pertengahan (antara):

o Teori substantif adalah pengembangan dari hal-hal yang khusus, seperti: aksi
pemogokan kerja, kelompok anak nakal, perceraian, atau pertentangan antar
golongan.
o Teori formal adalah konsep yang global di dalam ilmu umum, seperti
penyimpangan – penyimpangan dalam bidang sosial dan kekuasaan.
o Teori pertengahan (antara) adalah sedikit lebih abstrak. Bentuknya dapat formal.
Biasanya digunakan didalam ilmu sosiologi.

Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui pengumpulan
data adalah teori substantif, karena teori ini lebih fokus berlaku untuk obyek yang diteliti.
C. Kegunaan Teori Dalam Penelitian
Secara umum, teori didefinisikan sebagai seperangkat konsep, asumsi, dan
generalisasi, digunakan untuk menjelaskan suatu gejala atau fenomena tertentu.
Dengan demikian, teori memiliki tiga fungsi dalam penelitian ilmiah, yaitu
explanation, prediction, dan control atau pengendalian terhadap suatu gejala.
Dalam konteks ilmiah, suatu teori berfungsi:
1. Memperjelas dan mempertajam ruang lingkup variabel.
2. Memprediksi dan memandu untuk menemukan fakta untuk kemudian dipakai
guna mermuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian. Mengapa?
Sebab pada dasarnya, hipotesis merupakan pernyataan yang bersifat prediktif,
bukan deskriptif.
3. Mengontrol, membahas hasil penelitian, untuk kemudian dipakai dalam
memberikan saran.
Berdasar proses penelitian, dalam penelitian kuantitatif, teori memiliki fungsi
untuk memperjelas persoalan, menyusun hipotesis, menyusun instrumen dan
pembahasan hasil analisis data. Penelitian dengan paradigma kuantitatif sebetulnya
ialah mencari data untuk dibandingkan dengan teori.
Fungsi dan kegunaan teori dalam penelitian ilmiah yang menggunakan
paradigma positivistik dan cenderung kuantitatif tentu berbeda dari penelitian ilmiah
yang menggunakan paradigma interpretatif yang cenderung kualitatif. ((Meskipun
dalam perkembangannya metode kualitatif dapat digunakan sebagai pendekatan dalam
penelitian dengan paradigma positivistik, juga sebaliknya, untuk itu akan ada
pembahasan tersendiri pada sub-bab selanjutnya.)) Penggunaan prespektif yang ada,
tentu dipilih berdasarkan tujuan penelitian yang ingin di capai. Untuk itu, ada dua
fungsi dan kegunaan teori dalam penelitian ilmiah.
1. Fungsi dan Kegunaan Teori dalam Penelitian Kuantitatif/Positivistik
Karakteristik utama dari pendekatan penelitian kualitatif berparadigma
positivistik adalah bahwasanya metode ini dipilih untuk menjelaskan sebuah
fenomena atau hubungan antara dua fenomena melalui konsep dan variabel
beserta penjelasannya yang mendetil.
Penelitian kuantitatif dengan paradigma positivistik cenderung lebih
verifikatif, bahwasanya penelitian dilakukan untuk menguji suatu teori yang
sudah ada melalui rangkaian premis-premis atau preposisi yang telah
dinyatakan dan dipercayai sebagai suatu kebenaran ilmiah.
Oleh kerenanya, dalam penelitian ini teori berfungsi sebagai alat untuk
menjelaskan suatu fenomena melalui premis-premis atau preposisi yang
menyatakan hubungan suatu variabel dengan variabel lainnya. Sedangkan,
kegunaan teori dalam penelitian kuantitatif ialah sebagai landasan dari
kerangka berpikir yang membingkai kegiatan penelitian itu sendiri agar tidak
meluas dan keluar dari tujuan-tujuan yang telah dirumuskan sesuai dengan
kaidah teoritik yang telah dibangun.
Kata kunci dari fungsi dan kegunaan teori dalam penelitian kuantitatif
dengan paradigma positivistik adalah to explain phenomenon. ((Cara pandang
yang cendrung mencari nomotetik dan sains etik yang berdasarkan pada
kemungkinan yang disimpulkan dari pembelajaran dari beberapa kasus yang
diambil secara acak, membuat para penenliti kuantitatif jarang dapat
menangkap sudut pandang objek penelitian karena jarak yang tercipta antara
peneliti dan obyek.))
2. Fungsi dan Kegunaan Teori dalam Penelitian Kualitatif/Interpretatif

Karakteristik utama dari pendekatan penelitian kualitatif berparadigma


interpretatif ((Sebagian ahli lebih senang menyebut paradigma ini sebagai
paradigma humanistik atau naturalistik)) adalah bahwasanya metode ini dipilih
untuk melihat apa realitas yang terjadi di balik fakta yang muncul ke permukaan
dan teramati.

Pada penelitian ilmiah yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan


paradigma interpretatif, teori yang ada dan digunakan dalam penelitian
dikonstruksikan sebaga sebuah bangunan yang tidak sempurna. Oleh karena itu,
selain untuk melihat apa realita yang benar-benar terjadi, pendekatan penelitian
ini juga bertujuan untuk mengembangkan dan memperkokoh bangunan teoritik
melalui kritik, tambahan, ataupun penguatan dari hasil-hasil peneliian yang telah
dilakukan.

Untuk itu, dalam penelitian ini teori berfungsi sebagai pijakan awal atau
pintu masuk untuk melihat atau memahami realitas yang terjadi di balik fakta
yang nampak dan teramati. Sedangkan, kegunaan teori dalam penelitian kualitatif
adalah sebagai prespektif yang dapat membatasi pemikiran peneliti. Meskipun
penelitian kualitatif cenderung holistik, namun tetap ada batasan-batasan
prespektif yang tidak bisa dilangkahi agar proses analisis tidak bercampur baur
dari prespektif lainnya yang sudah ada.

Kata kunci dari fungsi dan kegunaan teori dalam penelitian kualitatif
dengan paradigma interpretatif adalah to understanding reality. ((Sebaliknya, bagi
penganut paradigma positivistik materi empiris yang dihasilkan dari metode
interpretasi adalah tidak dapat dipercaya, tidak mengesankan dan tidak obyektif.))

3. Fungsi dan Kegunaan Teori dalam Penelitian Mix Metodologi

Kendati dikatakan sebagai mix method, namun esensi dari pendekatan


penelitian ini masih menjadi perdebatan. Sebaliknya, beberapa ahli lebih senang
menyebut pendekatan ini sebagai “Mix Data Collecting Method” yang berarti
perbedaan hanya pada cara pengumpulan datanya untuk mendapatkan informasi-
informasi yang lebih kompleks.

Paradigma dasar yang digunakan tentu memiliki ciri dari salah satu
diantara keduanya. Dan oleh karenanya fungsi dan kegunaan teori dalam
penelitian tersebut juga mengikuti paradigma dasar atau dominan yang dibangun
dan dipilih atas dasar tujuan penelitian yang telah dirumuskan.

D. Deskripsi teori
Dekripsi teori penelitian disini menerangkan tentang variabel yang diteliti baik
yang bersifat deskripstif (satu variabel) atau lebih dari 2 variabel (hubungan, pengaruh
dan komparatif). Deskripsi teori penelitian menggambarkan variabel bebas dan variabel
terikat yang akan menjadi landasan teori atau kajian teori dalam penelitian yang memuat
dalil-dalil atau argumen-argumen variabel yang diteliti memuat 2 hal, yaitu.  

1. Kajian teori melalui buku-buku teori (handbook) yang menyajikan hasil


pemikiran, renungan atau ulasan terhadap hasil-hasil penelitian, Revelan dengan
teori yang akan dikembangkan melalui penelitiannya.  
2. Kajian dari hasil temuan melalui jurnal, tesis, disertasi atau bentuk-bentuk lain
dari laporan penelitian. Maksudnya peneliti dapat menyajikan penemuan-
penemuan peneliti sebelumnya. Dengan peneliti sudah menunjukkan kepada
orang lain bahwa peneliti telah menghargai hasil penelitian sebelumnya sekaligus
memanfaatkannya sebagai landasan teori. 

Sesuai dengan pendapat Kerlinger (2000) teori adalah suatu construct yang
menjelaskan hubungan antar variabel. Kristalisasi teori dapat berupa definisi atau
proposisi yang menyajikan pandangan tentang hubungan antar variabel yang disusun
secara sistematis, dengan tujuan untuk memberikan eksplanasi dan prediksi mengenai
suatu fenomena. Teori dalam penelitian kuantitatif memiliki kedudukan dan peran yang
sangat penting, karena teori akan memberikan landasan bagi peneliti dalam menyusun
perencanaan penelitian. Oleh karena itu, teori yang dideskripsikan harus memenuhi
unsur-unsur berikut:
1. Memberi kerangka pemikiran bagi pelaksanaan penelitian;
2. Membantu peneliti dalam mengkonstruksi hipotesis penelitian;
3. Dapat dipergunakan sebagai dasar atau landasan dalam menjelaskan dan
memaknai data atau fakta yang telah dikumpulkan;
4. Dalam hubungannya dengan perumusan masalah penelitian, teori akan membantu
mendudukkan permasalahan penelitian secara nalar dan runtut;
5. Membantu mengkonstruksi ide-ide yang diperoleh dari hasil penelitian, sehingga
konsep dan wawasannya menjadi lebih mendalam dan bermakna;
6. Dalam hubungannya dengan proses penyusunan desain penelitian, teori
memberikan acuan dan menunjukkan jalan berdasarkan pengalaman-pengalaman
yang telah dilakukan para ahli melalui teori yang telah digeneralisasikan secara
baik;
7. Dalam hubungannya dengan penyusunan instrumen penelitian, terutama yang
menggunakan validitas konstruct (construct validity) dan validitas isi (content
validity), teori akan memberikan dasar-dasar konseptual dalam menyusun definisi
operasional. Dari definisi operasional tersebut akan melahirkan indikator-
indikator, dan dari indikator-indikator tersebut akan menghasilkan deskriptor-
deskriptor, sampai pada akhirnya menghasilkan butir-butir pertanyaan atau
pernyataan yang dipakai sebagai alat pengumpul data.

Langkah-langkah Mendeskripsikan Teori

Pemenuhan unsur-unsur di atas teori-teori dikemukakan adalah teori yang relevan


sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan variabel yang akan diteliti, serta sebagai
dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan
(hipotesis). Deskripsi teori dapat pula dimanfaatkan dalam penyusunan instrumen
penelitian. Teori-teori yang digunakan bukan sekedar pendapat dari pengarang, pendapat
penguasa, tetapi teori yang betul-betul telali teruji kebenarannya secara empiris. Di sini
juga diperlukan dukungan hasil-hasil penelitian yang telah ada sebelumnya yang ada
kaitannya dengan variabel yang akan diteliti. Mengingat betapa besarnya peranan
kerangka teori dalam penelitian kuantitatif, prosedur penyusunan landasan teori perlu
memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan kajian pustaka (literature review) yang relevan, meliputi antara lain
buku-buku referensi, hasil penelitian, jurnal, terbitan ilmiah berkala, abstrak
disertasi dan tesis. Tujuan yang utama dalam melakukan kajian pustaka ini antara
lain ialah:
a) Menunjukkan seberapa jauh kesiapan peneliti menyajikan permasalahan
penelitian yang diajukan.
b) Mengetahui apakah permasalahan penelitian yang diajukan merupakan
permasalahan yang orisinil atau berupa duplikasi dari penelitian-penelitian
lain.
c) Memberikan dasar bagi peneliti akan penguasaan konsep-konsep teoritik
yang akan dijadikan kerangka pemikiran, sehingga dengan begitu peneliti
akan memahami apa yang seharusnya dilakukan, bukan melakukan
sesuatu kerja dan atau langkah tanpa konsep yang jelas.
d) Mengetahui dan mengecek apa saja yang pernah dilakukan oleh orang atau
ahli lain, sehingga peneliti tidak dikatakan melakukan replikasi.
e) Menghasilkan wawasan yang luas mengenai pengetahuan dalam
bidangnya, peneliti akan memiliki landasan yang kuat dalam mengajukan
hipotesis penelitian, sehingga hipotesisnya memiliki landasan teoretis
yang kuat.
f) Memberikan justifikasi mengenai kerangka pemikiran yang diajukan.
Dengan demikian, peneliti yang membuat paradigma penelitian akan
memiliki landasan pemikiran yang kuat.
g) Memperoleh pengalaman-pengalaman berharga dari peneliti sebelumnya,
dan akan terhindar serta tidak akan mengulang kesalahan-kesalahan atau
kekurangan-kekurangan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
2. Melakukan sintesa atau penyatuan makna antara teori yang satu dengan teori yang
lain untuk menjelaskan secara spesifik tentang variabel penelitian biasanya
disebut dengan defini operesional varaibel.
3. Atas dasar hasil kajian pustaka, kemudian peneliti menyusun sendiri kerangka
teorinya dalam susunan kerangka pemikiran yang logis, rasional, dan runtut
(sistematis).
4. Dengan dilandasi oleh hasil dari kajian pustaka, kemudian peneliti merumuskan
hipotesis penelitian. Hipotesis tidak semata-mata muncul berdasarkan intuisi
penelitian, tetapi muncul berdasarkan landasan teori.

Berdasarkan prosedur tersebut di atas, struktur pembahasan dalam deskripsi teoretik


meliputi:
1. Mengidentifikasi dan mengkaji teori-teori dan hasil penelitian yang relevan
dengan variabel penelitian yang akan dianalisis;
2. Melengkapi kajian teori dengan berbagai pendapat lain yang telah
dipublikasikan;
3. Menyatakan sintesis (definisi konseptual) tentang variabel penelitian pada
setiap akhir pembahasan suatu kajian teori.

Anda mungkin juga menyukai