B. Fokus Teori
Salah satu asumsi tentang gejala dalam penelitian kuantitatif adalah bahwa gejala
dari suatu objek itu sifat tunggal dan parsial. Dengan demikian berdasarkan gejala
tersebut peneliti kuantitatif dapat menemukan variable-variabel yang akan di teliti. Dalam
pandangan penelitian kualitatif, gejala itubersifat holistic (Menyeluruh tidak dapat di
pisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya
berdasarkan fariabel penelitian , tetapi keseluruhan situasi social yang di teliti yang
meliputi aspek tempat (plase), peleku (actor) dan aktivitas (activity) tang berinteraksi
secara sinergis.
Karena terlalu luasnya masalah, maka dalam rangka penelitian kuantitatif, peneliti
akan membatasi penelitian dalam satu atau lebih variable. Dengan demikian dalam
penelitian kuantitatif ada yang di sebut batasan masalah. Batasan masalah dalam
penelitian kualitatif disebut dengan focus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat
umum.
Kebaruan informasi itu biasanya berupa upaya untuk memahami secara lebih luas
dan mendalam tentang situasi social, tetapi juga ada keinginan untuk menghasilkan
hipotesis atau ilmu baru dari situasi social yang di teliti. Fokus yang sebenarnya dalam
penelitian kualitatif di peroleh setelah peneliti melakukan grand tour observation dan
grand tour question atau yang disebut dengan penjelajahan umun. Dari penjelajahan
umum ini peneliti akan memperoleh gambaran umum menyeluruh yang masih pada tahap
permukaan tentang situasi social.
Untuk dapat memehami secarah lebih luas dan mendalam, Maka diperlukan pemilihan
fokus penelitian. Spladley dalam sanapiah faisal (1988) mengemukakan empat
alternative untuk menetapkan fokus yaitu :
Numan (dalam Sugiyono, 2008) mengatakan bahwa tingkatan teori dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu: micro, meso, dan macro.
o Level teori micro maksudnya: memerlukan hanya sedikit waktu, tempat, dan
sejumlah orang. Konsep, biasanya tidak terlalu abstrak.
o Level teori meso maksudnya: mencoba menarik benang merah antara micro dan
macro. Contoh: teori organisasi dan gerakan sosial, atau komunitas tertentu.
o Level teori macro: berkenaan dengan hal-hal yang operasional seperti lembaga
sosial, sistem budaya secara keseluruhan, dan keseluruhan masyarakat. Level ini
banyak menggunakan konsep dan abstract.
Selanjutnya, Numan mengatakan bahwa fokus teori dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
teori substantif, teori formal, dan teori pertengahan (antara):
o Teori substantif adalah pengembangan dari hal-hal yang khusus, seperti: aksi
pemogokan kerja, kelompok anak nakal, perceraian, atau pertentangan antar
golongan.
o Teori formal adalah konsep yang global di dalam ilmu umum, seperti
penyimpangan – penyimpangan dalam bidang sosial dan kekuasaan.
o Teori pertengahan (antara) adalah sedikit lebih abstrak. Bentuknya dapat formal.
Biasanya digunakan didalam ilmu sosiologi.
Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui pengumpulan
data adalah teori substantif, karena teori ini lebih fokus berlaku untuk obyek yang diteliti.
C. Kegunaan Teori Dalam Penelitian
Secara umum, teori didefinisikan sebagai seperangkat konsep, asumsi, dan
generalisasi, digunakan untuk menjelaskan suatu gejala atau fenomena tertentu.
Dengan demikian, teori memiliki tiga fungsi dalam penelitian ilmiah, yaitu
explanation, prediction, dan control atau pengendalian terhadap suatu gejala.
Dalam konteks ilmiah, suatu teori berfungsi:
1. Memperjelas dan mempertajam ruang lingkup variabel.
2. Memprediksi dan memandu untuk menemukan fakta untuk kemudian dipakai
guna mermuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian. Mengapa?
Sebab pada dasarnya, hipotesis merupakan pernyataan yang bersifat prediktif,
bukan deskriptif.
3. Mengontrol, membahas hasil penelitian, untuk kemudian dipakai dalam
memberikan saran.
Berdasar proses penelitian, dalam penelitian kuantitatif, teori memiliki fungsi
untuk memperjelas persoalan, menyusun hipotesis, menyusun instrumen dan
pembahasan hasil analisis data. Penelitian dengan paradigma kuantitatif sebetulnya
ialah mencari data untuk dibandingkan dengan teori.
Fungsi dan kegunaan teori dalam penelitian ilmiah yang menggunakan
paradigma positivistik dan cenderung kuantitatif tentu berbeda dari penelitian ilmiah
yang menggunakan paradigma interpretatif yang cenderung kualitatif. ((Meskipun
dalam perkembangannya metode kualitatif dapat digunakan sebagai pendekatan dalam
penelitian dengan paradigma positivistik, juga sebaliknya, untuk itu akan ada
pembahasan tersendiri pada sub-bab selanjutnya.)) Penggunaan prespektif yang ada,
tentu dipilih berdasarkan tujuan penelitian yang ingin di capai. Untuk itu, ada dua
fungsi dan kegunaan teori dalam penelitian ilmiah.
1. Fungsi dan Kegunaan Teori dalam Penelitian Kuantitatif/Positivistik
Karakteristik utama dari pendekatan penelitian kualitatif berparadigma
positivistik adalah bahwasanya metode ini dipilih untuk menjelaskan sebuah
fenomena atau hubungan antara dua fenomena melalui konsep dan variabel
beserta penjelasannya yang mendetil.
Penelitian kuantitatif dengan paradigma positivistik cenderung lebih
verifikatif, bahwasanya penelitian dilakukan untuk menguji suatu teori yang
sudah ada melalui rangkaian premis-premis atau preposisi yang telah
dinyatakan dan dipercayai sebagai suatu kebenaran ilmiah.
Oleh kerenanya, dalam penelitian ini teori berfungsi sebagai alat untuk
menjelaskan suatu fenomena melalui premis-premis atau preposisi yang
menyatakan hubungan suatu variabel dengan variabel lainnya. Sedangkan,
kegunaan teori dalam penelitian kuantitatif ialah sebagai landasan dari
kerangka berpikir yang membingkai kegiatan penelitian itu sendiri agar tidak
meluas dan keluar dari tujuan-tujuan yang telah dirumuskan sesuai dengan
kaidah teoritik yang telah dibangun.
Kata kunci dari fungsi dan kegunaan teori dalam penelitian kuantitatif
dengan paradigma positivistik adalah to explain phenomenon. ((Cara pandang
yang cendrung mencari nomotetik dan sains etik yang berdasarkan pada
kemungkinan yang disimpulkan dari pembelajaran dari beberapa kasus yang
diambil secara acak, membuat para penenliti kuantitatif jarang dapat
menangkap sudut pandang objek penelitian karena jarak yang tercipta antara
peneliti dan obyek.))
2. Fungsi dan Kegunaan Teori dalam Penelitian Kualitatif/Interpretatif
Untuk itu, dalam penelitian ini teori berfungsi sebagai pijakan awal atau
pintu masuk untuk melihat atau memahami realitas yang terjadi di balik fakta
yang nampak dan teramati. Sedangkan, kegunaan teori dalam penelitian kualitatif
adalah sebagai prespektif yang dapat membatasi pemikiran peneliti. Meskipun
penelitian kualitatif cenderung holistik, namun tetap ada batasan-batasan
prespektif yang tidak bisa dilangkahi agar proses analisis tidak bercampur baur
dari prespektif lainnya yang sudah ada.
Kata kunci dari fungsi dan kegunaan teori dalam penelitian kualitatif
dengan paradigma interpretatif adalah to understanding reality. ((Sebaliknya, bagi
penganut paradigma positivistik materi empiris yang dihasilkan dari metode
interpretasi adalah tidak dapat dipercaya, tidak mengesankan dan tidak obyektif.))
Paradigma dasar yang digunakan tentu memiliki ciri dari salah satu
diantara keduanya. Dan oleh karenanya fungsi dan kegunaan teori dalam
penelitian tersebut juga mengikuti paradigma dasar atau dominan yang dibangun
dan dipilih atas dasar tujuan penelitian yang telah dirumuskan.
D. Deskripsi teori
Dekripsi teori penelitian disini menerangkan tentang variabel yang diteliti baik
yang bersifat deskripstif (satu variabel) atau lebih dari 2 variabel (hubungan, pengaruh
dan komparatif). Deskripsi teori penelitian menggambarkan variabel bebas dan variabel
terikat yang akan menjadi landasan teori atau kajian teori dalam penelitian yang memuat
dalil-dalil atau argumen-argumen variabel yang diteliti memuat 2 hal, yaitu.
Sesuai dengan pendapat Kerlinger (2000) teori adalah suatu construct yang
menjelaskan hubungan antar variabel. Kristalisasi teori dapat berupa definisi atau
proposisi yang menyajikan pandangan tentang hubungan antar variabel yang disusun
secara sistematis, dengan tujuan untuk memberikan eksplanasi dan prediksi mengenai
suatu fenomena. Teori dalam penelitian kuantitatif memiliki kedudukan dan peran yang
sangat penting, karena teori akan memberikan landasan bagi peneliti dalam menyusun
perencanaan penelitian. Oleh karena itu, teori yang dideskripsikan harus memenuhi
unsur-unsur berikut:
1. Memberi kerangka pemikiran bagi pelaksanaan penelitian;
2. Membantu peneliti dalam mengkonstruksi hipotesis penelitian;
3. Dapat dipergunakan sebagai dasar atau landasan dalam menjelaskan dan
memaknai data atau fakta yang telah dikumpulkan;
4. Dalam hubungannya dengan perumusan masalah penelitian, teori akan membantu
mendudukkan permasalahan penelitian secara nalar dan runtut;
5. Membantu mengkonstruksi ide-ide yang diperoleh dari hasil penelitian, sehingga
konsep dan wawasannya menjadi lebih mendalam dan bermakna;
6. Dalam hubungannya dengan proses penyusunan desain penelitian, teori
memberikan acuan dan menunjukkan jalan berdasarkan pengalaman-pengalaman
yang telah dilakukan para ahli melalui teori yang telah digeneralisasikan secara
baik;
7. Dalam hubungannya dengan penyusunan instrumen penelitian, terutama yang
menggunakan validitas konstruct (construct validity) dan validitas isi (content
validity), teori akan memberikan dasar-dasar konseptual dalam menyusun definisi
operasional. Dari definisi operasional tersebut akan melahirkan indikator-
indikator, dan dari indikator-indikator tersebut akan menghasilkan deskriptor-
deskriptor, sampai pada akhirnya menghasilkan butir-butir pertanyaan atau
pernyataan yang dipakai sebagai alat pengumpul data.