Anda di halaman 1dari 4

TEORI DALAM PENELITIAN KUALITATIF

Pendekatan positivistik mencoba untuk mendeskripsikan, prediksi dan menjelaskan


hubungan kausalitas. Sedangkan dalam pendekatan kualitatif (interpretif), teori bertugas
untuk mendeskripsikan atau memahami (verstehen) dari kehidupan manusia pada lingkungan
alaminya. Teori dalam pendekatan kualitatif mungkin akan seringkali memiliki keterbatasan
dalam membuat generalisasi, tetapi teori interpretif mampu mendeskripsikan secara lebih
dalam tentang kehidupan sosial dan pengalaman individu (Croucher, 2015).
Pembangunan teori dalam penelitian kualitatif dilakukan selama proses penelitian
berlangsung. Pada awal penelitian, teori berfungsi sebagai alat bantu dalam memahami
lingkungan empiris dan membantu mengidentifikasi unit analisis. Dalam perjalanan
penelitian selanjutnya, unit analisis dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan dinamika
pada lingkungan empiris yang diteliti. Analisis dalam penelitian kualitatif mendasarkan pada
data yang berhasil dikumpulkan dari lapangan untuk kemudian di”cari”kan teori yang dapat
digunakan untuk memperkuat argumen dan pembahasan.
Adapun teori yang digunakan dalam desain kualitatif berupa teori pola. Neuman
dalam Creswell mengemukakan bahwa teori pola mengandung serangkaian konsep dan
hubungan yang saling terkait tetapi tidak mengharuskan pertanyaan sebab akibat,
menggunakan perumpamaan atau analogi sehingga hubungan menjadi “masuk akal”.
Konsep dan hubungan didalam teori ini membentuk sistim ide yang memberi informasi
bersifat rapat dan saling memperkuat. Isi teori pola menunjukkan urutan tahap-tahap atau
menghubungkan bagian-bagian secara keseluruhan.
Menurut Creswell, dalam penelitian kualitatif, teori yang dipakai tidak digunakan
untuk menguji atau membuktikan, tetapi dimulai dengan model induktif pemikiran, sebuah
teori dapat muncul selama pengumpulan data dan tahap-tahap analisa penelitian yang akan
digunakan dalam proses penelitian sebagai perbandingan dengan teori lain. Jika teori
diperkenalkan di awal penelitian, peneliti kualitatif mengubah atau menyesuaikan
berdasarkan umpan balik dari informan.
Sharan Meriam (1988), berpendapat bahwa seorang peneliti kualitatif juga harus
mampu menyusun teori di awal penelitian kualitatif, tetapi teori juga diizinkan muncul dari
analisa data. Teori-teori yang sudah ada dapat digunakan untuk melahirkan teori baru dengan
menghubungkan konsep teoritis yang sudah ada dengan temuan-temuan di lapangan.Lebih
jauh Creswell mengemukakan beberapa prinsip menggunakan teori dalam penelitian
kualitatif:
1. Gunakan teori dengan pola yang sesuai dengan jenis desain kualitatif;
2. Gunakan teori secara induktif sehingga tidak menjadi sesuatu untuk diuji tetapi untuk
dikembangkan dan dibentuk dalam proses penelitian.
3. Ciptakan model visual teori sejalan dengan teori itu muncul.
Pendekatan kualitatif seringkali bertujuan untuk membangun teori. De Vaus (2001: 6)
menjelaskan bahwa pembangunan teori adalah sebuah proses penelitian yang dimulai dengan
melakukan observasi dan menggunakan pemikiran induktif untuk mendapatkan teori
berdasarkan observasi. Observasi dilakukan pada kasus-kasus yang bersifat khusus sehingga
kemudian ditemukan pola-pola umum yang cocok untuk menjelaskan kasus-kasus tersebut.
Oleh karena teori dihasilkan setelah obervasi.
Dari sisi kememadaian, dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistik, jumlah teori
yang harus dimiliki peneliti kualitatif jauh lebih banyak di bandingkan penelitian kuantitatif
karena harus disesuaikan dengan fenomena yang berkembang di lapangan. Peneliti kualitatif
akan lebih profesional kalau menguasai semua teori sehingga wawasannya lebih luas, dan
dapat menjadi instrumen penelitian yang baik. Teori bagi peneliti kualitatif akan berfungsi
sebagai bekal untuk bisa memahami konteks sosial secara lebih luas dan mendalam.
Walaupun peneliti kualitatif dituntut untuk menguasai teori yang luas dan mendalam, namun
dalam melaksanakan penelitian, peneliti kualitatif harus mampu melepaskan teori yang
dimiliki tersebut dan tidak digunakan sebagai panduan dalam menyusun instrument dan
sebagai panduan dalam menyusun panduan untuk wawancara, dan observasi (Madekhan,
2018).

Peneliti kualitatif dituntut dapat menggali data berdasarkan apa yang diucapkan,
dirasakan, dan dilakukan oleh partisipan atau sumber data. Peneliti kualitatif harus bersifat
“perspektif emic” artinya memperoleh data bukan “sebagai seharusnya”, bukan berdasarkan
apa yang dipikirkan oleh peneliti tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi
dilapangan, yang dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh partisipan/sumber data. Oleh karena
itu penelitian kualitatif jauh lebih sulit dari penelitian kuantitatif, karena peneliti kualitatif
harus berbekal teori yang luas sehingga mampu menjadi “human instrument” yang baik.
Penelitian kualitatif jauh lebih sulit bila dibandingkan dengan penelitian kuantitatif karena
data yang terkumpul bersifat subyektif dan instrument sebagai alat pengumpul data adalah
peneliti itu sendiri. Dengan 4 kebutuhan akan teori yang memadai, maka untuk dapat menjadi
instrument penelitian yang baik, peneliti kualitatif dituntut untuk memiliki wawasan yang
luas, baik wawasan teoritis maupun wawasan yang berkaitan dengan konteks sosial yang
diteliti yang berupa nilai, budaya, keyakinan, hukum, adat istiadat yang terjadi dan
berkembang pada konteks sosial tersebut. Bila peneliti tidak memiliki wawasan yang luas,
maka peneliti akan sulit membuka pertanyaan pada sumber data, sulit memahami apa yang
terjadi, tidak akan mampu memahami analisis secara induktif terhadap data yang diperoleh,
padahal pendekatan induktif memberikan panekanan pada pemahaman yang kompresif atau
“holistik" mengenai situasi sosial yang ditelaah. Artinya, kehidupan sosial dipandang sebagai
pelibatan serangkaian peristiwa yang saling berpautan, yang perlu untuk digambarkan secara
lengkap oleh peneliti kualitatif (Madekhan, 2018).

FUNGSI TEORI DALAM PENELITIAN KUALITATIF

Metode penelitian kualitatif berangkat dari lapangan dengan melihat fenomena atau
gejala yang terjadi untuk selanjutnya menghasilkan atau mengembangkan teori. Jika dalam
metode penelitian kuantitatif teori berwujud dalam bentuk hipotesis atau definisi, maka dalam
metode penelitian kualitatif teori berbentuk pola (pattern) atau generalisasi naturalistik
(naturalistic generalization). Oleh Karena itu, pola dari suatu fenomena bisa dianggap sebagai
sebuah teori.

Teori dipakai sebagai bahan pisau analisis temuan penelitian pada bagian
pembahasan atau diskusi hasil penelitian. Dengan teori, peneliti akan memperoleh inspirasi
untuk bisa memaknai persoalan. Memang teori bukan satusatunya alat atau bahan untuk
melihat persoalan yang diteliti. Pengalaman atau pengetahuan peneliti sebelumnya yang
diperoleh lewat pembacaan literatur, mengikuti diskusi ilmiah, seminar atau konferensi,
ceramah dan sebagainya bisa dipakai sebagai bahan tambahan untuk memahami persoalan
secara lebih mendalam. Demikian juga halnya dengan hasil penelitian orang lain yang
memiliki topik sama dengan penelitian yang dilakukan.

Teori dipakai sebagai informasi pembanding atau tambahan untuk melihat gejala yang
diteliti secara lebih utuh. Hal ini karena tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk
memahami gejala atau persoalan tidak dalam konteks 25 mencari penyebab atau akibat dari
sebuah persoalan lewat variabel yang ada melainkan untuk memahami gejala secara
komprehensif, maka berbagai informasi mengenai persoalan yang diteliti wajib diperoleh.
Informasi dimaksud termasuk dari hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai persoalan
yang sama atau mirip (Wirartha, 2006), misalnya, seorang mahasiswa agribisnis akan
melakukan penelitian mengenai perberdayaan petani, maka informasi dari mana saja,
lebihlebih dari hasil penelitian sebelumnya yang mirip dengan tema tersebut, wajib
dikumpulkan. Informasi itu tidak saja dipakai sebagai bahan perbandingan untuk memahami
persoalan yang diteliti, tetapi juga untuk menegaskan bahwa peneliti tidak melakukan
duplikasi dari penelitian sebelumnya.

Lebih lanjut Wirartha (2006), menyebutkan beberapa fungsi teori diantaranya adalah
sebagai berikut:

a. Memperdalam pengetahuan tentang masalah yang akan diteliti sehingga dapat


melakukan kontrol

b. Menegaskan kerangka teoritis yang menjadi landasan jalan pemikiran penelitian

c. Mempertajam konsep-konsep yang dipergunakan sehingga memudahkan perumusan


hipotesisnya

d. Menghindari terjadinya pengulangan penelitian demi penghematan waktu, tenaga dan


biaya.

DAFTAR PUSTAKA

Murdiyanto, E. (2020). Penelitian Kualitatif (Teori dan Aplikasi disertai contoh proposal).

Rakhmawati, Y. TEORI DALAM PENELITIAN KUANTITATIF DAN


KUALITATIF. Buku Pendamping Bimbingan Skripsi, 93.

https://lms-paralel.esaunggul.ac.id/pluginfile.php?file=/444126/mod_resource/content/28/4+-
+Kedudukan+Teori+dalam+Penelitian+Kualitatif.pdf

Anda mungkin juga menyukai