Peneliti kualitatif dituntut dapat menggali data berdasarkan apa yang diucapkan,
dirasakan, dan dilakukan oleh partisipan atau sumber data. Peneliti kualitatif harus bersifat
“perspektif emic” artinya memperoleh data bukan “sebagai seharusnya”, bukan berdasarkan
apa yang dipikirkan oleh peneliti tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi
dilapangan, yang dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh partisipan/sumber data. Oleh karena
itu penelitian kualitatif jauh lebih sulit dari penelitian kuantitatif, karena peneliti kualitatif
harus berbekal teori yang luas sehingga mampu menjadi “human instrument” yang baik.
Penelitian kualitatif jauh lebih sulit bila dibandingkan dengan penelitian kuantitatif karena
data yang terkumpul bersifat subyektif dan instrument sebagai alat pengumpul data adalah
peneliti itu sendiri. Dengan 4 kebutuhan akan teori yang memadai, maka untuk dapat menjadi
instrument penelitian yang baik, peneliti kualitatif dituntut untuk memiliki wawasan yang
luas, baik wawasan teoritis maupun wawasan yang berkaitan dengan konteks sosial yang
diteliti yang berupa nilai, budaya, keyakinan, hukum, adat istiadat yang terjadi dan
berkembang pada konteks sosial tersebut. Bila peneliti tidak memiliki wawasan yang luas,
maka peneliti akan sulit membuka pertanyaan pada sumber data, sulit memahami apa yang
terjadi, tidak akan mampu memahami analisis secara induktif terhadap data yang diperoleh,
padahal pendekatan induktif memberikan panekanan pada pemahaman yang kompresif atau
“holistik" mengenai situasi sosial yang ditelaah. Artinya, kehidupan sosial dipandang sebagai
pelibatan serangkaian peristiwa yang saling berpautan, yang perlu untuk digambarkan secara
lengkap oleh peneliti kualitatif (Madekhan, 2018).
Metode penelitian kualitatif berangkat dari lapangan dengan melihat fenomena atau
gejala yang terjadi untuk selanjutnya menghasilkan atau mengembangkan teori. Jika dalam
metode penelitian kuantitatif teori berwujud dalam bentuk hipotesis atau definisi, maka dalam
metode penelitian kualitatif teori berbentuk pola (pattern) atau generalisasi naturalistik
(naturalistic generalization). Oleh Karena itu, pola dari suatu fenomena bisa dianggap sebagai
sebuah teori.
Teori dipakai sebagai bahan pisau analisis temuan penelitian pada bagian
pembahasan atau diskusi hasil penelitian. Dengan teori, peneliti akan memperoleh inspirasi
untuk bisa memaknai persoalan. Memang teori bukan satusatunya alat atau bahan untuk
melihat persoalan yang diteliti. Pengalaman atau pengetahuan peneliti sebelumnya yang
diperoleh lewat pembacaan literatur, mengikuti diskusi ilmiah, seminar atau konferensi,
ceramah dan sebagainya bisa dipakai sebagai bahan tambahan untuk memahami persoalan
secara lebih mendalam. Demikian juga halnya dengan hasil penelitian orang lain yang
memiliki topik sama dengan penelitian yang dilakukan.
Teori dipakai sebagai informasi pembanding atau tambahan untuk melihat gejala yang
diteliti secara lebih utuh. Hal ini karena tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk
memahami gejala atau persoalan tidak dalam konteks 25 mencari penyebab atau akibat dari
sebuah persoalan lewat variabel yang ada melainkan untuk memahami gejala secara
komprehensif, maka berbagai informasi mengenai persoalan yang diteliti wajib diperoleh.
Informasi dimaksud termasuk dari hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai persoalan
yang sama atau mirip (Wirartha, 2006), misalnya, seorang mahasiswa agribisnis akan
melakukan penelitian mengenai perberdayaan petani, maka informasi dari mana saja,
lebihlebih dari hasil penelitian sebelumnya yang mirip dengan tema tersebut, wajib
dikumpulkan. Informasi itu tidak saja dipakai sebagai bahan perbandingan untuk memahami
persoalan yang diteliti, tetapi juga untuk menegaskan bahwa peneliti tidak melakukan
duplikasi dari penelitian sebelumnya.
Lebih lanjut Wirartha (2006), menyebutkan beberapa fungsi teori diantaranya adalah
sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Murdiyanto, E. (2020). Penelitian Kualitatif (Teori dan Aplikasi disertai contoh proposal).
https://lms-paralel.esaunggul.ac.id/pluginfile.php?file=/444126/mod_resource/content/28/4+-
+Kedudukan+Teori+dalam+Penelitian+Kualitatif.pdf