Anda di halaman 1dari 13

JENIS-JENIS PENELITIAN PENELITIAN KUALITATIF BESERTA

CONTOH

Disusun Oleh ;

Purwanto

Lindra Pramansa
A. PENDAHULUAN

Makalah ini membahas tentang jenis-jenis penelitian kualitatif beserta contohnya

1. Penelitian Grounded Teori

2. Penelitian Biografi Atau Naratif

3. Contoh Masing-Masing

B. PEMBAHASAN

1. Penelitian Grounded Toeri


Grounded teory dimaknai sebagai sebuah metode penelitian induktif
terhadap wilayah yang belum begitu diketahui. Penelitian ini mencoba
membangun sebuah pengetahuan dari awal yang berbasis pada data di lapangan.
Dalam prakteknya metode ini tidak hanya digunakan untuk meneliti wilayah-
wilayah yang belum begitu diketahui tetapi juga seringkali digunakan untuk
mengkritisi atau melawan teori-teori yang telah ada sebelumnya. Grounded theory
berangkat dari keprihatinan akan terbatasnya metode penelitian untuk meneliti
objek-objek kajian yang belum begitu banyak diteliti sehingga belum banyak teori
yang dimiliki. Terlebih dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang didominasi
paham positivisme dan metode kuantitatif( Kosasih, 2018:123).
Grounded teori adalah suatu metede penelitian kualitatif yang bertujuan
utnuk menemukan teori baru. Dasar metode ini adalah ilmu sosial dan
metodelogi (Raco, 2018:43). Metode ini digunakan untuk menggambarkan
beragam proses manusia di area di mana metode kuantitatif tidak dapat
menerangkannya secara meyakinkan. Grounded theory adalah salah satu jenis
metode kualitatif, karena analisanya tidak menggunakan angka. Coraknya
induktif, karena hendak menemukan teori baru. Objek penelitiannya adalah suatu
fenomena yang ada dalam konteksnya yang alamiah dan dimengerti sesudah data
lapangan diperoleh, entah melalui wawancara atau observasi.
Pendekatan grounded theory merupakan metodologi umum analisis terkait
dengan pengumpulan data sistematis yang diterapkan dan menggunakan
serangkaian metode untuk menghasilkan sebuah teori induktif tentang area
substantif. Jadi dapat dikatakan bahwa pelaksanaan riset kualitatif dengan metode
grounded theory bertolak belakang dengan riset kuantitatif pada umumnya, yang
berawal dari teori konsepsual menuju kajian empiris, sedangkan grounded theory
bermula dari kajian empiris berdasarkan data yang diperoleh menuju ke teori
konsepsual. Penelitian grounded theory merupakan seperangkat prosedur yang
digunakan untuk menyusun sebuah teori yang menjelaskan sebuah proses
mengenai sebuah topik substantif. penelitian grounded theory cocok digunakan
dalam rangka menjelaskan fenomena, proses atau merumuskan teori umum
tentang sebuah fenomena yang tidak bisa dijelaskan dengan teori yang ada
(Budiasih, 2014:20).
Adapun prosedur penelitian grounded theory yang diadaptasi dari Strauss &
Corbin. Prosedur yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Memastikan bahwa permasalahan yang akan diteliti cocok jika dikaji,
diteliti, diselesaikan dengan menggunakan grounded theory. Perlu diketahui
bahwa grounded theory cocok untuk digunakan ketika:
a) tidak adanya teori yang dapat menjelaskan suatu proses/ permasalahan dan
b) teori yang diperlukan untuk menjelaskan suatu proses sudah ada, tetapi
tidak mengarah pada variabel yang menjadi perhatian si peneliti.
2. Menentukan partisipan dan menyusun pertanyaan penelitian. Pertanyaan
penelitian haruslah difokuskan pada pertanyaan untuk memperoleh pemahaman
terhadap bagaimana partisipan mengalami dan menjalani suatu proses tertentu.
Lebih lanjut, peneliti juga perlu menyusun pertanyaan terkait inti dari suatu
fenomena, hal yang memengaruhi dan menjadi penyebab dari munculnya
fenomena tersebut, strategi dalam menghadapi fenomena tersebut, dan akibat yang
(mungkin) ditimbulkan dari adanya fenomena tersebut.
3. Mengumpulkan data penelitian melalui kegiatan wawancara.
4. Melakukan analisis data. Bahwa ada tiga tahap analisis data, yaitu: open
coding, axial coding dan selective coding.
Pada tahap open coding, peneliti membuat kategori-kategori dari informasi
tentang fenomena yang sedang diteliti. Setelah kategori-kategori tersebut
terbentuk, peneliti menyusun kategori-kategori tersebut menjadi bentuk lain
(misal: model visual) dengan menggunakan paradigma pengkodean untuk
mengidentifikasi data- data terkait dengan pertanyaan penelitian. Nah, tahapan itu
disebut dengan tahap axial coding. Adapun pada tahap terakhir, yaitu selective
coding, peneliti menuliskan jalan cerita berdasarkan hubungan antar kategori dan
mengembangkan hipotesis-hipotesis yang menjelaskan keterhubungan kategori-
kategori tersebut. Setelah analisis data, peneliti mengembangkan dan memotret
secara visual suatu perangkat (conditional matrix) yang berguna dalam membantu
peneliti untuk menghubungkan antara kondisi mikro dan makro yang
memengaruhi fenomena. Hasil dari langkah ini adalah suatu teori substantif yang
dekat dengan inti permasalahan. Teori substantif ini dapat diperoleh dengan
melalui proses memoing. Lebih lanjut, teori substantif ini kemudian diuji untuk
menentukan apakah teori tesebut dapat digeneralisasi. Terakhir, apabila teori
tersebut dapat digenaralisasikan untuk suatu sampel dan populasi, maka teori
substantif tersbut jadilah suatu teori yang sebenarnya ( Hadi, 2021:34-35).
1. Grounded theory dimulai dari data tentang suatu fenomena, buka suatu hasil
teori yang sudah ada,
2. Penyusunan teori tersebut dilakukan dengan analisis data secara induktif
bukan secara deduktif seperti analisis data yang dilakukan pada kajian
kuantitatif.
3. Agar penyusunan teori menghasilkan teori yang benar disamping harus
dipenuhi 4 (empat) kriteria yaitu: sesuai (fit), difahami (understanding),
generalisas umum (generality), pengawasan (controll), juga diperlukan
dimilikinya kepekaan teoretik Perumusan Masalah Rekonstruksi teori
Pengembangan teori Penyusunan konsep teori Mendeteksi fenomena lapangan
(theoretical sensitivity) dari si penyelidik. Kepekaan teori adalah kualiti
peribadi si penyelidik yang mempunyai pengetahuan yang mendalam sesuai
bidang yang diteliti, mempunyai pengalaman penyelidikan dalam bidang yang
relevan. Dengan pengetahuan dan pengalamannya tersebut si penyelidik akan
mampu memberi makna terhadap data dari suatu fenomena atau kejadian dan
peristiwa yangdilihatdandidengar selama pengumpulan data. Selanjutnya si
penyelidik mampumenyusunkerangka teori berdasarkan hasil analisis induktif
yang telah dilakukan. Setelah dibandingkan dengan teori-teori lain boleh
disusun teori baru.
4. Kemampuan penyelidik untuk memberi makna terhadap data sangat
diperngaruhi oleh kedalaman pengetahuan teoretik, pengalaman dan kajian
dari bidang yang relevan dan banyaknya sastera yang dibaca. Hal-hal tersebut
menyebabkan si penyeidik mempunyai maklumat yang kaya dan peka atau
sensitive terhadap kejadian-kejadiandan peristiwa-peristiwa dalam fenomena
yang diteliti

Keunikan pendekatan grounded theory terletak pada dua elemen yaitu:


1. Teori didasarkan pada pola-pola yang ditemukan dari data empirik, bukan
dari inferensi atau asosiasi ide-ide
2. Ada constan comparatif diantara teori yang muncul (kode dan konstruksi)
dan data baru, constant comparatif mengkonfirmasi bahwa konstruksi teoritis
terjadi diantara sampel-sampel data. Pengendalian pengumpulan penambahan data
hingga peneliti merasa jenuh teoritis (kembali lagi ke analisis awal) telah tercapai

penelitian kualitatif dengan grounded theory sangat menekankan pada


penggalian secara mendalam data prilaku yang sedang berlangsung untuk melihat
prosesnya secara langsung dan bertujuan untuk melihat berbagai hal yang
memiliki hubungan sebab akibat. Penyampelan dilakukan berdasarkan
keterwakilan konsep dan bukan pada besarnya jumlah populasi. Teknik
penyampelan dilakukan dengan cara penyampelan teoritis yaitu teknik
pengambilan sampel berdasarkan atas konsep-konsep yang telah terbukti memiliki
hubungan secara teoritis dengan teori yang sedang dibangun, yang bertujuan
untuk mengambil sampel fenomena yang menggambarkan tentang sifat, katagori
dan ukuran yang secara langsung dapat menjawab masalah penelitiannya.
Fenomena yang terpilih kemudian digali oleh si peneliti pada saat proses
pengumpulan data. Karena fenomenanya melekat dengan subjek yang diteliti,
maka jumlah subjeknyapun terus bertambah sampai pada tidak ditemukannya lagi
informasi baru yang diungkapkan oleh beberapa subjek yang terakhir. Jadi dapat
dikatakan bahwa penentuan sampel subjek dalam riset grounded theory tidak
dapat direncanakan dari awal dilakukan riset, namun subjek yang diteliti akan
berproses nantinya sesuai dengan keadaan di lapangan pada saat dilakukan
pengumpulan data.

Aktivitas pengumpulan data di lapangan dalam penelitian kualitatif


grounded theory berlangsung secara bertahap dalam kurun waktu cukup lama,
dimana proses pengambilan sampelnya juga berlangsung secara terus-menerus
pada saat dilakukan pengumpulan data. Jumlah sampel juga bisa terus bertambah
sesuai dengan bertambahnya jumlah data yang dibutuhkan dalam penelitian
tersebut. Pengumpulan data, analisis dan perumusan teori yang dapat disangkal
tersambung dalam arti timbal-balik, dan metode grounded theory menggabungkan
prosedur yang tegas untuk panduan ini. Hal ini terungkap jelas menurut grounded
theory, dimana proses bertanya dan membuat perbandingan khusus secara rinci
untuk menginformasikan danmembimbing analisis dan untuk memfasilitasi proses
berteori. Sebagai contoh, secara khusus menyatakan bahwa pertanyaan penelitian
harus terbuka dan umum daripada dibentuk sebagai hipotesis spesifik, dan bahwa
teori harus muncul untuk sebuah fenomena yang relevan kepada peneliti.

Secara umum dalam penelitian kualitatif yang menggunakan metode


grounded theory, penyampelan dilakukan hingga tercapainya pemenuhan teoritis
bagi setiap katagori yang digunakan. Kegiatan penyampelan dihentikan apabila
tidak ada lagi data baru yang relevan, atau telah terpenuhinya penyusunan katagori
yang ada, dan hubungan antar katagori telah ditetapkan dan dibuktikan. Di
lapangan biasanya terjadi tumpang tindih antara pengumpulan data dan analisis
data karena keduanya dilaksanakan secara terus-menerus dan bersamaan. Dalam
hal ini metode pengumpulan data menggunakan metode yang fleksibel dan
oportunistik. Semua ini dilaksanakan agar proses analisis bisa cepat dan
mempermudah peneliti memanfaatkan tema dan keistimewaan kasus yang muncul
(Budiasih, 2014).

2. Penelitian Biografi Atau Naratif


Penelitian naratif merupakan penelitian yang menceritakan pandangan-
pandangan seseorang terhadap sesuatu, pendapat atau visinya serta apa yang
dilakukannya dalam kehidupannya. Naratif ini, bisa saja meneliti tentang gerakan
seorang tokoh dalam mengubah suatu masyarakat, atau bisa saja apa yang
dilakukan oleh seseorang dalam membangun suatu masyarakat dan seterusnya.
Menceritakan, suatu kondisi tertentu dari suatu peristiwa dari suatu masyarakat
atau individu secara ilmiah(Hanani, 2020:76). Riset biography memfokuskan
pada studi atas seseorang (individu) atau pengalaman seseorang yang diceritakan
kepada peneliti atau diperoleh melalui dokumentasi dan atau arsip (Sukoharsono,
2006:5).
Penelitian naratif biasanya digunakan ketika peneliti ingin membuat laporan
naratif dari cerita individu. Penelitian naratif memiliki hubungan yang dekat
antara peneliti dan partisipan. Hal ini dikarenakan partisipan memberikan
informasi secara mendetail, dan peneliti mendengarkan serta melaporkan kembali
cerita atau informasi tersebut. Sehingga partisipan merasa bahwa cerita atau
informasi yang ia sampaikan penting dan bisa memiliki manfaat bagi orang lain.
Peneliti dalam menuliskan cerita atau informasi dari partisipan menggunakan
pendekatan kualitatif dimana peneliti dapat menulis dalam bentuk sastra dan
persuasif.
Penelitian naratif dikategorikan menjadi dua yaitu descriptive dan
explanatory. Pada penelitian narasi kategori descriptive, peneliti berusaha untuk
mendeskripsikan sebagian atau secara keseluruhan pengalaman-pengalaman
individu maupun kelompok, hubungan antar suatu alur cerita dengan alur cerita
lainnya, manfaat suatu kejadian untuk kehidupan manusia. Sedangkan pada
penelitian naratif kategori explanatory, peneliti berusaha untuk membuat sebuah
cerita tentang bagaimana sesuatu terjadi ( Yusri, 2020:3).

Prinsip-prinsip penelitian naratif


1. Penelitian Narasi berfokus pada pengalaman individu dan kronologi mereka.
2. Penelitian Narasi menggunakan teknik restorying untuk membangun account
narasi berdasarkan data yang dikumpulkan melalui wawancara.
3. Penelitian Narasi menggabungkan konteks dan tempat dalam cerita.

Karakteristik penelitian naratif


1. Pengalaman Individu
Peneliti naratif berfokus pada pengalaman satu individu atau lebih.
Peneliti mengeksplorasi pengalaman-pengalaman individu. Pengalaman yang
dimaksud pengalaman pribadi dan pengalaman sosial, pengalaman dalam
penelitian naratif ini bersifat personal, yaitu apa yang dialami individu, dan
sosial individu yang berinteraksi dengan orang lain. Jadi, peneliti naratif
memfokuskan pada memahami riwayat atau pengalaman masa lalu individu
dan bagaimana pengalaman itu memberikan kontribusi pada pengalaman saat
ini dan yang akan datang
2. Kronologi pengalaman.
Memahami masa lalu individu seperti juga masa sekarang dan masa
depan adalah salah satu unsur kunci dalam penelitian naratif. Peneliti naratif
menganalisis suatu kronologi dan melaporkan pengalaman individu. Ketika
peneliti berfokus pada pemahaman pengalaman ini, peneliti memperoleh
informasi tentang masa lalu, masa sekarang dan masa depan partisipan.
Kronologi yang dimaksud dalam penelitian naratif adalah peneliti
menganalisis dan menulis tentang kehidupan individu menggunakan urutan
waktu menurut kronologi kejadian.
3. Pengumpulan cerita.
Peneliti memberi tekanan pada pengumpulan cerita yang diceritakan oleh
individu kepadanya atau dikumpulkan dari beragam field texts. Cerita dalam
penelitian naratif adalah orang pertama langsung secara lisan yang
mengatakan atau menceritakan. Cerita biasanya memiliki awal, tengah dan
akhir. Cerita secara umum harus terdiri dari unsur waktu, tempat, plot dan
adegan. Peneliti naratif mengumpulkan cerita dari beberapa sumber data. Field
textsdapat diwakili oleh informasi dari sumber lain yang dikumpulkan oleh
peneliti dalam desain naratif. Cerita dikumpulkan dengan cara diskusi,
percakapan atau wawancara. Akan tetapi, cerita juga bisa bersifat auto
biografis, di mana peneliti merefleksikan tentang ceritanya dan menjalinkan
cerita itu dengan cerita orang lain. Cerita, foto, dan kotak kenangan keluarga-
kumpulan benda yang memicu ingatan adalah bentuk lain yang digunakan
untuk mengumpulkan cerita dalam penelitian naratif.
4. Restorying
Cerita pengalaman individu yang diceritakan kepada peneliti diceritakan
kembali dengan kata-kata sendiri oleh peneliti. Peneliti melakukan ini untuk
menghubungkan dan mengurutkannya. Restorying adalah proses dimana
peneliti mengumpulkan cerita, menganalisisnya dengan unsur kunci cerita
(waktu, tempat, plot dan adegan) dan kemudian menulis kembali cerita itu
untuk menempatkannya dalam urutan kronologis
5. Coding tema.
Peneliti naratif dapat memberi kode dari cerita atau data menjadi tema-
tema atau kategori-kategori. Identifikasi tema-tema memberikan kompleksitas
sebuah cerita dan menambah kedalaman untuk menjelaskan tentang
pemahaman pengalaman individu. Peneliti menggabungkan tema-tema
menjadi kalimat mengenai cerita individu atau memasukannya sebagai bagian
terpisah dalam suatu penelitian. Peneliti naratif secara khusus memberi tema
utama setelah menceritakan kembali kisahnya.
6. Konteks atau latar.
Peneliti mendeskripsikan secara terperinci latar atau konteks dimana
pengalaman individu menjadi pusat fenomenanya. Ketika melakukan restory
cerita partisipan dan menentukan tema, peneliti memasukkan rincian latar atau
konteks pengalaman partisipan. Latar atau setting dalam penelitian naratif
boleh jadi teman-teman, keluarga, tempat kerja, rumah dan organisasi sosial
atau sekolah.
7. Kolaborasi.
Peneliti dan partisipan berkolaborasi sepanjang proses penelitian.
Kolaborasi dalam penelitian naratif yaitu peneliti secara aktif meliput
partisipannya dalam memeriksa cerita yang dibukakan atau dikembangkan.
Kolaborasi bisa meliputi beberapa tahap dalam proses penelitian dari
merumuskan pusat fenomena sampai menentukan jenis field texts yang akan
menghasilkan informasi yang berguna untuk menulis laporan cerita
pengalaman individu. Kolaborasi meliputi negoisasi hubungan antara peneliti
dan partisipan untuk mengurangi potensi gap atau celah antara penyampai
naratif dan pelapor naratif. Kolaborasi juga termasuk menjelaskan tujuan dari
penelitian kepada partisipan, negoisasi transisi dari mengumpulkan data
sampai menulis cerita dan menyusun langkah-langkah untuk berbaur dengan
partisipan dalam penelitian (Yusri, 2020:6).

Keunggulan yang ada dalam penelitian naratif, diantaranya;


1. Mampu memahami identitias dan pandangan seseorang
2. Mampu diaplikasikan dalam beragam ilmu pengetahuan
3. Digunakan saat peneliti ingin membuat laporan naratif dari cerita individu
4. Berguna saat cerita terangkai dalam kronologi tertentu
5. Dapat menjadi kajian yang mendalam tentang suatu fenomena yang
dialami individu
6. Penyajian hasil penelitian yang beragam
7. Menghasilkan cerita yang membuat kita bisa memahami dunia
kelemahan dari penggunaan metode penelitian naratif, diantaranya yaitu:
1. Peneliti harus memiliki pemahaman yang lebih baik
2. Dibutuhkan pemahaman yang tajam untuk mengindentifikasi sumber
materi
3. Memiliki jangkauan responden yang sempit
4. Ada kemungkinan bahwa peneliti tidak melaporkan pengalaman hidup
individu secara detail
5. Peneliti bisa saja menyajikan cerita tanpa memperhatikan kronologinya
6. Laporan akhir yang disusun peneliti tidak mendeskripsikan konteks cerita,
ranahnya, dan beberapa orang yang terlibat

3. Contoh Penelitian Grounded Teori Dan Penelitian Biografsi Atau Naratif

Contoh penelitian Grounded Theory


Ketika peneliti menemukan data mentah di papan informasi dikantor
kelurahan mengenai banyaknya angkat remaja tidak sekolah, nah untuk
membuktikan hal tersebut akhirnya peneliti melakukan pengamatan ke kampung
tersebut di jam-jam anak sekolah sekitar jam 09:00 -10:00 dimana setelah
dilakukan pengamatan tersebut akhir diketahui bahwa benar banyak anak-anak
remaja di kampung tersebut tidak ke sekolah. Para remaja tersebut banyak yang
malah pergi bekerja dan adapula yang hanya kumpul-kumpul tidak jelas dengan
temen-teman yang tidak sekolah juga. Dari sini peneliti dapat mengambil
kesimpulan sesuai temuan hasil pengamatan secara langsung bahwa memang di
desa tersebut banyak anak remaja yang tidak bersekolah
Contoh penelitian naratif

Biografi : Auguste Comte dan Pemikirannya


Auguste Comte seorang yang kebangsaan perancis, lahir pada 19
Januari 1798 di Montpellier, Auguste Comte dinobatkan sebagai Bapak Sosiologi.
Berkat teori dan pengetahuannya, selain itu Comte lah yang pertama memberi
nama pada ilmu tersebut (yaitu dari kata socius dan logos). Walaupun dia
tidak menguraikan secara rinci masalah-masalah apa yang menjadi objek
sosiologi, tetapi diamempunyai anggapan bahwa sosiologi terdiri dari dua bagian
pokok, yaitu social statistics dan social dinamik. Konsepsi tersebut merupakan
pembagian dari isi sosiologi yang sifatnya pokok sekali. Sebagai social statistik
sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sedangkan sosial dinamik meneropong
bagaimana lembaga-lembaga tersebut berkembang dan mengalami perkembangan
sepanjang masa. Perkembangan tersebut pada hakikatnya melewati tiga tahap,
sesuai tahap-tahap pemikiran manusia yaitu:
a. Tahap teologis, ialah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda didunia
ini mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh sesuatu kekuatan yang berada di
atas manusia. Cara pemikiran tersebut tidak dapat dipakai dalam ilmu
pengetahuan, karenailmu pengetahuan bertujuan untuk mencari sebab serta
akibat dari gejala-gejala.
b. Tahap metafisis, pada tahap ini manusia masih percaya bahwa gejala-gejala
didunia inidisebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang berada di atas manusia.
Manusia belum berusaha untuk mencari sebab dan akibat gejala-gejala
tersebut.
c. Tahap positif, merupakan tahap dimana manusia telah sanggup untuk berfikir
secara ilmiyah. Pada tahap ini berkembanglah ilmu pengetahuan. Menurut
Comte, masyarakat harus diteliti atas dasar fakta-fakta objektif dan dia juga
menekankan pentingnya penelitian-penelitian perbandingan antara berbagai
masyarakat yang berlainan.
Hasil karya Auguste Comte yang terutama yaitu :
1. The scientific labors necessary for the reorganization of society
2. The positive philosophy
3. Subjective synthesis
C. KESIMPULAN
Penelitian grounded teori merupakan strategi penelitian yang dilakukan untuk
merespon atas sesuatu yang berkembang dalam realita kehidupan sosial, respon atas itu
kemudian menghasilkan teori yang baru. Oleh sebab itu data-data yang ada dilapangan
menjadu penentu lahirnya suatu teori baru daripada penelitian tersebut
Penelitian naratif atau biografi merupakan penelitian yang menceritakan pandangan-
pandangan sesorang terhadap sesuatu, pendapat, atau isinya serta apa yang dilakukannya
dalam kehidupannya
DAFTAR PUSTAKA

Budiasih, I. G. A. N., & Nyoman, G. A. (2014). Metode Grounded Theory dalam riset
kualitatif. Jurnal ilmiah akuntansi dan bisnis, 9(1),

Hadi, A., Asrori, A., & Rusman, R. (2021). Penelitian kualitatif: studi fenomenologi, case
study, grounded theory, etnografi, biografi.

Hanani, S. (2020). Rancangan Penelitian Sosial Keagamaan. LP2M IAIN Bukittingi.


Bukittinggi

Kosasih, A. (2018, September). Pendekatan grounded teori (grounded theory approach)


sebuah kajian sejarah, teori, prinsip dan strategi metodenya. In Prosiding Seminar
Dosen Hasil Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2018.

Raco, J. (2018). Metode penelitian kualitatif: jenis, karakteristik dan keunggulannya

Sukoharsono, E. G. (2006). Alternatif Riset Kualitatif Sains Akuntansi: Biografi,


Phenomenologi, Grounded Theory, Critical Ethnografi dan Case Study.
Dipublikasikan di Analisa Makro dan Mikro: Jembatan Kebijakan Ekonomi Indonesia.
Editor: Khusnur Ashar, Gugus Irianto dan Nanang Suryadi.

Yusri, M. (2020). Pengoperasian Penelitian Naratif dan Etnografi; Pengertian, Prinsip-


Prinsip, Prosedur, Analisis, Intepretasi dan Pelaporan temuan. As-Shaff: Jurnal
Manajemen dan Dakwah, .

Anda mungkin juga menyukai