Anda di halaman 1dari 6

GROUNDED THEORY

METODOLOGI PENELITIAN TERAPAN

Metode penelitian grounded theory awalnya dikemukakan oleh pakar sosiologi yakni
Glaser dan Strauss, dalam riset bersama tentang pasien yang meninggal dunia di
rumah sakit. Kedua sosiolog tersebut kemudian mengembangkan suatu metode riset
kualitatif yang dikenal sebagai Grounded Theory. Grounded theory merupakan suatu
metode kualitatif yang menggunakan suatu set prosedur yang sistematik untuk
mengembangkan suatu teori secara induktif tentang suatu fenomena. Di dalam
hubungan antara pertanyaan riset dan metode riset, maka grounded theory dimulai
dari suatu pertanyaan yang masih kabur dan akhirnya menghasilkan teori yang
dikumpulkan melalui berbagai data. Dengan demikian, penedekatan ini bukan
suatu untuk mengindentifikasi atau membuktikan suatu hipotesis, tetapi
menghasilkan teori.

Grounded theory merupakan pilihan jika metode lain tidak dapat digunakan,
terutama dalam bidang dengan variabel dependen yang sensitif seperti kesehatan,
bisnis, dan manajemen. Metode ini mengahasilkan pengembangan teori baik dengan
pendekatan induktif dan deduktif. Sehingga tujuan dari metode ini adalah
menghasilkan hipotesis berdasarkan ide konseptual. Penggunaan metode grounded
theory terampuh ialah pada investigasi hal-hal yang masih belum jelas atau untuk
memperoleh persepsi baru dari situasi yang sudah lumrah. Grounded theory adalah
teori yang berasal dari kenyataan dan menjelaskan kejadian yang ada.

Grounded theory disebut juga sebagai teoritisasi data. Teoritisasi adalah sebuah
metode penyusunan teori yang berorientasi tindakan atau interasi, karena itu
metode ini cocok digunakan untuk penelitian terhadap perilaku. Penelitian ini tidak
bertolak atau berangkat dari suatu teori atau untuk menguji teori (seperti paradigma
penelitian kuantitatif) melainkan bertolak atau berangkat dari data menuju suatu
teori. Sehingga dalam menemukan dan memvalidasi teori tersebut adalah proses
yakni prosedur yang terencana dan teratur. Selanjutnya metode analisis yang
ditawarkan yakni grounded theory approach.

Pada dasarnya metode grounded theory dapat diterapkan pada berbagai bidang
disiplin keilmuan sosial. Akan tetapi, seorang periset atau peneliti tidak perlu ahli
dalam bidang keilmuan yang diteliti, tetapi sudah memiliki dan memahami
pengetahuan dasar dalam bidang ilmu yang diteliti. Hal tersebut ditujukan agar
periset paham jenis dan format data yang akan dikumpulkan untuk dianalisis
sehingga menghasilkan satu teori.

Tujuan penelitian grounded theory adalah untuk menghasilkan atau menemukan


suatu teori, suatu skema analitis abstrak dari suatu fenomena yang berhubungan
dengan suatu situasi tertentu. Situasi ini merupakan situasi di mana individu
berinteraksi, melakukan aktivitas, tindakan, atau melakukan suatu proses yang
merupakan respon terhadap suatu fenomena. Adapun fenomena itu sendiri yakni
ide utama, kejadian, peristiwa, ataupun insiden di mana sekumpulan tindakan atau
interaksi diarahkan ataupun dikelola, atau ditangani secara kontekstual yang
berhubungan dengan sekumpulan tindakan tersebut.

Selain itu tujuan metode ini adalah untuk menilai efek dari perilaku sosial. Metode
ini berbeda dengan metode riset etnografi, di mana metode riset etnografi
mengungkapkan suatu pertanyaan mengapa seseorang berpikir apa yang dia
lakukan dan mengapa hal tersebut dilakukan. Akan tetapi pendekatan grounded
theory yang di mana menuntut periset untuk terjun langsung pada fenomena dan
melakukan observasi tersebut. Sehingga dibutuhkan pendekatan fenomenologi yang
berupaya menilai bagaimana seseorang tersebut atau objek riset dapat menceritakan
pengalamannya.

Untuk menceritakan pengalamannya, periset akan mengumpulan data yang berupa


data dari hasil wawancara, melakukan beberapa kali kunjungan ke lapangan,
mengembangkan dan menghubungkan berbagai kategori informasi, dan kemudian
selanjutnya dapat menuliskan proposisi teoritis atau hipotesis atau menampilkan
gambaran visual dan teori. Strauss dan Corbin menjelaskan bahwa teori merupakan
suatu hubungan dua atau lebih variabel yang dapat dipertanggungjawabkan di
antara konsep-konsep dan atau sekumpulan konsep-konsep yang saling berkaitan.
Teori yang dikembangkan oleh peneliti dinyatakan pada akhir suatu penelitian
dand apat dinyatakan dalam bentuk pernyataan yang bersifat naratif atau gambaran
visual atau suatu serial hipotesa dan/atau juga proposisi. Selain melakukan
wawncara, periset juga dapat pula mengumpulkan dan menganalisis hasil observasi
dan dokumen-dokumen, namun bentuk data seperti ini tidak umum.

Siklus kegiatan yang dilakukan oleh periset seperti mengumpulkan data dan
menganalisisnya, namun kegiatan tersebut dilakukan dengan proses zig-zag. Proses
zig-zag maksudnya adalah periset dapat memulai dengan ke lapangan untuk
mengumpulkan informasi atau data, menganalisisnya, kembali lagi untuk informasi
atau data yang lebih banyak, menganalisisnya kembali, dan begitu selanjutnya.
Adapun responden dan partisipan yang berperan dalam penelitian dipilih secara
teoritis dan sistematis sesuai dengan tujuan penelitian. Dan intensitas periset turun
ke lapangan sangat tergantung dari kategori apakah informasi atau data yang
diperoleh telah mencapai saturasi atau belum, serta apakah teori telah dielaborasi
dengan seluruh kompleksitasnya atau belum.

Tiga elemen dasar dalam pendekatan grounded theory, yakni:

a. Theoretical sensitive coding yaitu mengembangkan konsep teori dari data yang
menjelaskan tentang fenomena yang diteliti.
b. Theoretical sampling yaitu menetapkan siapa yang diwawancara dan apa yang
diobservasi selanjutnya untuk membentuk teori. Hal itu dilakukan dengan
memulai analisis pada waktu pertama melakukan wawancara.
c. Pendekatan grounded theory mempunyai kebutuhan untukmembandingkan
antara fenomena dan konteks yang diteliti sehingga memperkuat teori yang
dibentuk

Prinsip-prinsip grounded theory

1. Tujuan pendekatan data tanpa kerangka yang pasti, tetapi dengan melihat
hal-hal yang belum pasti. Secara teoritis, grounded theory tidak sejalan dengan
pengembangan pengetahuan secara idealistik (menentukan kerangka konsep
yang jelas kemudian membuktikan hipotesis atau teori yang ada dalam
praktik melalui riset), tetapi grounded theory menghasilkan teori atau konsep
pada fenomena yang diteliti setelah mengumpulkan data-data yang
diperlukan. Hal ini menolak pendapat bahwa ilmu pengetahuan ditemukan
dan tidak dapat dibantah dengan aturan-aturan tertentu.
2. Tujuan pengembangan teori dikembangkan sedekat mungkin dengan
keadaan nyata, aplikasi dasar, dan pengalaman nyata. Teori ini
digeneralisasikan dengan karakteristik tertentu dengan menekankan pada
proses.

Proses pengambilan data kodefikasi dan analisis data dalam metode grounded
theory

1. Merumuskan daftar pertanyaan wawancara


Umumnya pada penelitian survei, pertanyaan yang diajukan kepada
responden melalui kuisioner adalah pertanyaan yang telah tersusun secara
sistematis dan terstruktur. Namun, pada riset grounded theory pertanyaan
wawancara tidak perlu terstruktur atau disebut juga sebagai unstructured
interview. Adapun wawancara tidak terstruktur adalah interaksi antara
pewawancara dengan responden, di mana pewawancara hanya mempunyai
pertanyaan yang umum dan bukan sekumpulkan pertanyaan yang spesifik
yang harus ditanyakan dengan urutan tertentu. Walaupun demikian,
jawaban wawancara sebaiknya dibuat selengkap mungkin sehingga data
dalam dielaborasikan secara komprehensif. Untuk membuat daftar panduan
wawancara, peneliti dapat menggunakan bantuan literatur sehingga
meningkatkan theoritical sensitivity.
2. Analisis dan pembentukan metode penelitian
Tahap ini merupakan tahap yang penting karena data wawancara dianalisis
dan membentuk teori baru, refinery teori yang telah ada sebelumnya, atau
melengkapi teori-teori lama. Dibutuhkan kejelian dan kemampuan analisis
yang kuat dari periset untuk menentukan data yang telah dikumpulkan dan
diobservasi menjadi formulasi kesimpulan yang sahih dan akurat. Hal yang
perlu dikaji secara mendalam oleh periset adalah apabila dalam temuan data
tidak ditemukan keterkaitan atau kesamaan antara satu temuan dengan
temuan lainnya, maka perlu dilakukan observasi lanjutan mengapa terjadi
ketidakketerkaitan tersebut.
Cara menganalisis data dalam riset grounded theory serupa dengan analisis
penelitian kualitatif pada umumnya. Di mana dalam tahap analissi data hal
yang dilakukan oleh periset adalah mengorganisasikan menjadi kategori-
kategori berbasistema, konsep, atribut, atau fitur lalu mempelajari hubungan
antara konsep yang ditemukan pada data, baik konsep berupa urutan, opsisi,
himpunan, atau kesamaan. Selanjutnya peneliti merangkai dalam pernyataan
teoritis.

Dua Pendekatan Dalam Riset Grounded Theory

a. Pendekatan Prosedur Sistematis (Strauss dan Corbin)


Salah satu pendekatan grounded theory yang mendasar adalah pendekatan
analisis sistematis. Dalam prosedur ini analisis yang digunakan lebih sistematis di
mana penyelidik (peneliti) berusaha secara sistematis mengembangkan teori yang
menjelaskan proses, tindakan atau interaksi pada suatu topik. Misalnya pada
penelitian terkait kajian kurikulum, untuk mengembangkan teori kurikulum,
peneliti harus mengumpulkan teori dan kajian psikologi dengan klien. Dalam
metode ini, wawancara dilakukan hingga temuan teori dapat dipertajam, seperti
melakukan wawancara pada 20 hingga 30 wawancara dan observasi inkuiri
lapangan. Selanjutnya terpenuhilah kategori atau informasi yang lengkap dan tidak
lagi ditemui jawaban atau tanggapan berbeda-beda. Peneliti yang menggunakan
prosedur ini, akan melakukan pengumpulan dan analisis pengamatan, bahkan studi
dokumen jika diperlukan. Sementara dalam tahapan peneliti melakukan
pengumpulan data, peneliti juga melakukan analisis data sekaligus.
b. Pendekatan Kontruksivistik (Charmaz)
Charmaz adalah murid dari Strauss dan Glaser. Oleh sebab itulah, Charmaz
menghargai pandangan dan integritas Strauss dan Corbin dalam mengemukakan
metode grounded theory sebagai revolusi dari penelitian kualitatif. Bagi Charmaz,
inkuiri ilmiah sosial yang sistematis bukan hanya dimiliki metodologi kuantitatif,
melainkan kualitatif. Ia juga berpandangan bahwa grounded theory merupakan
metode yang memberikan pedoman induktif yang sistematis untuk melakukan
pengumpulan dan analisis data guna membangun kerangka teoritis yang bersifat
middle-range, yang mampu menjelaskan dari data yang terkumpul. Dalam praktik
penelitiannya, grounded theory mengembangkan interpretasi atas data yang
digunakan sebagai titik tolak untuk melakukan pengambilan data selanjutnya, dan
data ini digunakan pada gilirannya untuk mempertajam analisis teoretis yang
dikembangkan.
Kontruksivisime mengasumsikan bahwa relativisme realitas sosial karena
sifatnya realitas tersebut memang majemuk dan harus menerima pengetahuan yang
sifatnya mutual baik oleh peneliti maupun yang diteliti. Kontruksivisme bertujuan
mencapai pemahaman makna dari subjek secara interpretatif. Adapun teori dasar
yang menjadi pondasi Charmaz dalam prosedur grounded theory terletak pada
pendekatan interpretatif untuk penelitian kualitatif dengan pedomen yang fleksibel,
berfokus pada teori yang dikembangkan sejalan dengan pandangan peneliti, belajar
tentang pengalaman di dalam prosesnya, jaringan tersembunyi, situasi dan
hubungan, dan terlihat hierarki kekuasaan, komunikasi, dan peluang. Adapun
argumen dari Charmaz terkait dengan pendekatan kontruksivistik pada grounded
theory, yakni: (1) strategi grounded theory tidak boleh kaku ataupun preskriptif; (2)
suatu fokus akan manka harus terjadi manakala grounded theory diterapkan,
ketimbang melakukan pembatasan, dalam melakukan pemahaman yang
interpretatif; dan (3) kita bisa mengadopsi strategi grounded theory tanpa harus
dipengaruhi positivisme. Bagi pandangan Charmaz, grounded theory dapat
menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif. Hal ini dikarenakan, pandangan,
nilai, kepercayaan, perasaan, asumsi, dan idelogi individu lebih ditekankan
daripada metoe penelitian. Pengumpulan data yang dilakukan dari pengkodean
data, memo, dan sampling teoritis. Selanjutnya apabila data telah terkumpul dan
dianalisis, maka peneliti membuat keputusan tentang kategori di seluruh proses,
membawa pertanyaan ke data, memajukan nilai pribadi, pengalaman, dan prioritas.

Prosedur Metode Grounded Theory


Adapun masalah yang biasa melatarbelakangi dalam grounded theory adalah masalah
umum.
1. Mengumpulkan data dari hasil wawancara dan observasi. Karena grounded
theory bukan berangkat dari teori yang sudah ada melainkan
mengembangkan teori, hal yang perlu dilakukan adalah menemukan data
sampai terkumpul dalam tema yang sama.
2. Selanjutnya dari data yang terkumpul adalah menyederhanakan data.
Penyederhanaan data adalah dengan menggabungkan semua kategori,
sehingga menghasilkan tema dan masalah yang khusus. Penggabungan
dilakukan dengan pengkodean data. Adapun tahapan kerja yang dilakukan
dalam pengkodean, yakni:
a. Melakukan reproduksi kembali alur cerita atau susunana data ke dalam
kerangka pemikiran.
b. Mengindetifikasi data dengan menulis beberapa kalimat pendek yang
berisi inti cerita atau data. Pertanyaan yang perlu diajukan peneliti
terhadap dirinya sendiri, seperti “Apakah yang tampak menonjol dari
wilayah penelitian ini” atau “Apa masalah utamanya?”.
c. Menyimpulkan dan memberi kode terhadap satu atau dua kalimat
sebagai kategori inti. Kriteria ketagori inti yang disimpulkan itu ialah
bahwa ia merupakan inti masalah yang dapat mencakup semua fenomena
atau data. Kategori inti harus cukup luas agar mencakup dan berkaitan
dengan kategori lain. Kategori inti diberi nama konseptualisasi.
d. Menentukan pilihan kategori inti, jika ternyata pada tahap 2 ada dua atau
kategori inti. Kategori inti yang lain dapat dijadikan sebagai kategori
tambahan yang tidak menjadi inti pembahasan dalam penelitian ini.

Bibliography
Corbin, J., & Strauss, A. (1990). Grounded Theory Research: Procedures, Canons, and
Evaluative Criteria. Qualitative Sociology, Vol. 13 (1), 3-21.

Creswell, J. W. (2013). Qualititavi Inquiry & Research Design. California: Sage


Publications.

Wardhono, V. J. (2011). Penelitian Grounded Theory, Apakah Itu? Bina Ekonomi


Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomi UNPAR, Vol. 15(1), 24-35.

Anda mungkin juga menyukai