Anda di halaman 1dari 34

PENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF

Disusun untuk Memenuhi Tugas UTS Mata Kuliah Metodologi Penelitian Kuantitatif
Dosen Pengampu: dr. Arulita Ika Fibriana, M.Kes.

Disusun oleh:
Safira Ristia Wahyu Ningrum (6411420012)

KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
MENYUSUN KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
A. Pengertian Teori
Teori digunakan sebagai pisau analisis untuk menjelaskan, meramalkan dan
mengendalikan data untuk memperoleh kesimpulan penelitian. sebuah teori dibangun
sebagai aktivitas intelektual yang disebut ilmu pengetahuan untuk mencapai tujuan
yakni: Pertama, mengklasifikasi dan mengorganisasikan peristiwa-peristiwa di dunia
sehingga dapat ditempatkan pada perspektif tertentu. Kedua, untuk menjelaskan sebab
terjadinya peristiwa masa lampau dan meramalkan kapan, dimana dan bagaimana
peristiwa dimasa datang akan terjadi. Ketiga, untuk meramalkan sebuah pengertian
secara naluriah, memuaskan mengenai mengapa dan bagaimana peristiwa dapat
terjadi.
Cooper and Schindler sebagaimana dikutip Sugiyono, mengemukakan bahwa
teori adalah seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang tersusun secara
sistematis yang dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Teori
yang dinyatakan oleh Wiliam Wiersma, adalah generalisasi atau kumpulan
generalisasi yang bisa digunakan untuk menjelaskan fenomena-fenomena secara
sistematik. Teori merupakan pernyataan berupa konsep yang disetujui oleh peneliti
yang disusun berdasarkan hasil bacaan sejumlah buku, dokumen dan pengalaman
peneliti. Teori adalah pengetahuan yang diperoleh dari tulisantulisan dan dokumen-
dokumen yang bersangkutan serta pengalaman sendiri merupakan landasan dari
pemikiran selanjutnya mengenai masalah yang akan diteliti.
Goodson dan Marx sebagaimana dikutip Moleong menyatakan bahwa teori
ialah aturan yang menjelaskan proposisi atau seperangkat proposisi yang berkaitan
dengan beberapa fenomena alamiah dan terdiri atas representasi simbolik dari:
Pertama, hubungan-hubungan yang dapat diamati diantara kejadian-kejadian (yang
diukur). Kedua, mekanisme atau struktur yang diduga mendasari hubunganhubungan
demikian. Ketiga, hubungan-hubungan yang disimpulkan serta mekanisme dasar yang
dimaksudkan untuk data dan yang diamati tanpa adanya manisfestasi hubungan
empiris apapun secara langsung.
Kerangka teori pada dasarnya adalah garis besar atau ringkasan dari berbagai
konsep, teori, dan literatur yang digunakan oleh peneiti . Penentuan kerangka teori
harus sesuai dengan topik/permasalahan penelitian dan tujuan dari penelitian. Tidak
terdapat perbedaan yang khusus untuk menyusun kerangka teori pada penelitian
kualitatif maupun kuantitatif. Keduanya menggunakan pedoman dan aturan yang
sama. Kerangka teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel
yang diteliti, melalui pendefinisian dan uraian yang lengkap serta mendalam dari
berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap
hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah
B. Macam-Macam Teori
Ada tiga macam teori menurut Mark, sebagaimana dikutip Siti Rahayu Haditono,
dalam Sugiyono, yaitu: Pertama, teori yang deduktif, yaitu memberikan keterangan
dimulai dari sesuatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan
diterangkan. Kedua, teori yang induktif, adalah cara menerangkan dari data kearah
teori. Ketiga, teori fungsional, yaitu saling pengaruh antara teori dengan data, yaitu
data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali dipengaruhi
oleh data.
C. Fungsi Teori
Fungsi teori dalam penelitian menurut Snelbecker, dalam Moleong, adalah:
1. Untuk mensistematiskan penemuan-penemuan penelitian.
2. Menjadi pendororng untuk menyusun hipotesis yang mengarahkan peneliti untuk
menemukan jawaban penelitian.
3. Untuk membuat ramalan atas dasar penemuan dan menerangkan perilaku.
4. Menyajikan penjelasan.
5. Teori mengarahkan perhatian peneliti kepada faktafakta yang akan dikumpulkan
dari kenyataan yang luas.
6. Teori membantu menentukan fakta yang relevan dengan penelitian.
7. Teori merangkum pengetahuan. Teori merangkum fakta-fakta dalam bentuk
generalisasi dan prinsip-prinsip, sehingga lebih mudah dipahami dalam rangka
generalisasi itu.
8. Teori juga melihat hubungan antara generalisasigeneralisasi yang serba komplek
dengan membentuk sistem-sistem pemikiran ilmiah.
9. Teori meramalkan fakta. Teori mencoba meramalkan kejadian yang akan datang
dengan mempelajari kondisi-kondisi yang maju kepada kejadian itu.
10. Sebagai dasar berpijak yang kuat bagi masalah yang akan diteliti.
11. Dengan teori peneliti dapat mempertegas variabel yang menjadi fokus penelitian.
12. Teori penelitian dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi apa yang akan
terjadi pada gejala alam atau gejala sosial tertentu.
13. Teori juga berfungsi untuk menjelaskan suatu gejala atau fenomena sosial atau
peristiwa-peristiwa alam yang dihadapi.
14. Bahkan dengan teori bisa melakukan kontrol terhadap kemungkinan kejadian-
kejadian yang tidak diinginkan.
Teori adalah sarana ilmu berhubungan dengan fakta dalam cara-cara , sebagai berikut:
1. Teori sebagai orientasi mengenal fakta melalui pembatasan jenis data yang
diabstraksi.
2. Teori sebagai konseptualisasi dan klasifikasi. Melalui teori, gejala atau fakta yang
relevan disistematisasi dan disalinghubungkan.
3. Teori meringkas fakta ke dalam generalisasi empiris. Sistem hubungan antara
proposisi-proposisi merupakan digeneralisasi fakta.
4. Teori memprediksi fakta. Teori mengatakan di bawah kondisi X, maka Y akan
dapat diobservasi.
5. Teori digunakan untuk mengatasi keterbatasan pengetahuan kita. Fakta dapat
dikenali dengan menggunakan teori.
Sebaliknya, fakta berhubungan dengan teori dalam cara-cara berikut ini: Pertama,
fakta membantu menginisiasi teori-teori. Fakta memainkan bagian yang signifikan
untuk membantu mengembangkan teori. Teori dikembangkan dari fakta. Kedua, fakta
memengaruhi penolakan dan reformulasi teori yang ada. Melalui fakta dapat
ditentukan apakah teori yang ada ditolak atau diformulasi kembali. Ketiga, fakta
menjernihkan dan meredefinisi teori. Fakta digunakan sebagai sarana untuk
membenarkan atau mendefinisikan kembali teori.
Ketepatan atau kecermatan suatu teori ditentukan dengan mengacu kepada empat
kriteria, yaitu:Pertama, kedalaman, apakah teori menggabungkan semua generalisasi
empiris mengenai suatu gejala? Kedua, konsistensi internal, apakah pernyataan-
pernyataan penjelasan dalam teori konsisten antara yang satu dan yang lain, atau
apakah teori itu menghasilkan hipotesis yang bertentangan? Ketiga, konsistensi
eksternal, apakah teori konsisten dengan teori lain yang berkaitan? Keempat,
falsifiabilitas (kepalsuan), apakah seperangkat kondisi empiris (suatu hipotesis) yang
tidak konsisten dengan teori dapat dipikirkan?
D. Langkah-Langkah Menyusun Teori
Untuk melakukan kegiatan penelitian, seorang peneliti diharuskan membangun
kerangka teori penelitiannya. Untuk memudahkan penyusunan kerangka teori tersebut
perlu mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menetapkan variabel yang akan diteliti dan jumlahnya.
2. Kumpulkan sumber-sumber bacaan, berupa buku, kamus, ensiklopedi, jurnal
ilmiah, laporan penelitian dan lain- lain, yang relevan dengan setiap variabel yang
akan diteliti.
3. Pilih topik yang relevan dengan setiap variabel yang terdapat dalam daftar isi
buku. Khusus referensi berupa laporan penelitian, hal yang perlu diperhatikan
adalah judul penelitian, pokok masalah, teori yang digunakan, sampel penelitan,
teknik pengumpulan data, analisis dan kesimpulan.
4. Mencari definisi setiap variabel yang akan diteliti dalam setiap sumber bacaan,
kemudian bandingkan antara satu sumber dengan sumber lainnya, selanjutnya
pilihlah definisi yang dianggap paling sesuai dengan variabel penelitian yang akan
dilakukan.
5. Bacalah semua isi buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti, kemudian
lakukan analisis, renungkan dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri mengenai
isi setiap sumber yang dibaca.
6. Teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber tersebut kemudian
dideskripsikan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang isinya telah
dikutip sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori, harus dicantumkan baik
dalam catatan kaki maupun daftar pustaka.
E. Pengertian Konsep Penelitian
Konsep Penelitian merupakan kerangka acuan yang akan digunakan oleh
peneliti untuk mendesain instrumen penelitian. Konsep penelitian juga dibangun
dengan maksud agar masyarakat akademik atau masyarakat ilmiah dan konsumen
penelitian memahami apa yang dimaksud dengan pengertian variabel, indikator,
parameter, maupun skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian yang
dilaksanakannnya. sahaan yang baik. Konsep dibangun dari teori-teori yang
digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti. Karena itu konsep
memiliki tingkat generalisasi yang berbeda satu dengan yang lainnya, bila dilihat dari
kemungkinan dapat diukur atau tidak. Konsep merupkan atribut dari berbagai
kesamaan dari fenomena yang berbeda.
Dari penjelasan diatas, ada dua desain yang perlu diperhatikan dalam
membangun konsep yaitu generalisasi dan abstraksi, generalisasi adalah bagaimana
memperoleh prinsip dari berbagai pengalaman yang berasal dari literatur dan
kenyataan empiris. Misalnya seorang anak melihat bagaimana pelangi muncul dengan
beragam warna dan bentuk yang menawan, kemudian anak itu dapat membaca
berbagai literatur, mengenai bagaimana pelangi itu muncul, ada, dan kemudian
menghilang. Sedangkan yang dimaksud dengan abstraksi mencakup ciri-ciri umum
yang khas dari fenomena yang dibicarakan itu. Ciri-ciri itu dihimpun bersama oleh
individuindividu atau kelompok-kelompok tertentu sehingga melahirkan kesadaran
intersubjektif yang menempatkan kedasaran itu dalam kategori.
Selain mendesain variabel dan interaksi variabel-variabel penelitian, peneliti
juga perlu mendesain konsep penelitian dan konsep operasional atau definisi
operasional variabel-variabel penelitian itu. Konsep penelitian didesain untuk
memberi batasan pemahaman tentang variabel penelitian, sedangkan konsep
operasional variabel penelitian dibuat untuk membatasi parameter atau indikator yang
diinginkan peneliti dalam penelitian sehingga apapun variabel penelitiannya,
semuanya hanya muncul dari konsep tersebut.
Konsep penelitian dilahirkan dari teori yang digunakan oleh peneliti dalam
sebuah penelitian dan teori yang digunakan oleh peneliti dalam sebuah penelitian dan
teori yang telah menghasilkan konsep penelitian itu akan mengarahkan peneliti
kepada metode yang digunakan untuk menguji data yang diperoleh dilapangan, secara
teoritik hubungan antara teori dengan konsep dan metodologi dapat digambarkan
sebagai berikut:

Gambar 1. Hubungan antara Teori, Konseptualisasi, dan Metodologi


Dari gambar diatas dapat dijelaskan langkah pertama yang harus dilakukan
adalah mempelajari lebih dahulu grand theory (teori induk) yang sudah ada yang
relevan dengan penelitian yang sedang dilakukannya. Kemudian peneliti meneruskan
mempelajari middle theory yang sudah ada yang relevan juga dengan penelitian yang
sedang dilakukannya. Bila peneliti tidak menemukannya, maka peneliti harus
membuat turunan dari grand theori (teori induk), dimana nanti setelah dapat
diterapkannya akan berkembang menjadi middle theory, setelah dapat diterapkan atau
dimodifikasi oleh orang lain (peneliti berikutnya). Proses ini merupakan analogi dari
cara peneliti membuat rumus turunan dari rumus induk matematika, ketika kita akan
menyelesaikan suatu soal matematika. Dari proses analogi itu peneliti bisa membuat
rumus-rumus turunan dari rumus induk yang pertama, sehingga seperti halnya soal-
soal matematika pada akhirnya semua soal itu dapat diselesaikan dan tidak ada soal
yang tidak dapat diselesaikan.
F. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah konsep yang memberikan gambaran dan
mengarahkan asumsi mengenai variabelvariabel yang akan diteliti. Kerangka
konseptual ini memberikan petunjuk kepada peneliti dalam merumuskan masalah
penelitian. Dengan tersedianya kerangka konseptual ini, maka akan memudahkan
peneliti untuk menentukan pertanyaan-pertanyaan mana yang harus dijawab oleh
penelitian yang sedang dilaksanakannya, dan bagaimana menggunakan prosedur
empiris sebagai alat untuk menemukan jawaban terhadap pertanyaan penelitian
tersebut. Berikut didalam menentukan jenis data yang diperlukan bergantung pada
sifat fenomena yang akan dijelaskan dalamn kerangka konseptual penelitian itu.
Konsep adalah hasil akhir dari proses konseptualisasi,Pemilihan kerangka
konseptual yang tepat pada sebagian besar penelitian, pada umumnya ditentukan oleh:
1. Berpikir deduktif yang berdasarkan pada: analisis teori, konsep. Premis yang
berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Sehubungan dengan berpikir
deduktif ini, maka peneliti harus membuat analisis secara hati-hati dan kritis, serta
menelaah semua bahan kepustakaan yang relevan dengan subjek penelitian secara
cermat, sebelum memformulasikan hipotesis yang bertujuan untuk menjawab
pertanyaan penelitian yang sedang ditekuni peneliti.
2. Berpikir induktif yang berdasarkan penelusuran hasil penelitianorang lain yang
mendahului yang terkait dengan masalah dan tujuan penelitian yang sedang
ditekuni oleh peneliti.
3. Merumuskan permasalahan dan penetapan tujuan penelitian atas dasar sintesis
dari analisis landasan pertama.
4. Berpikirkreatif-inovatif dengan memasukan sintesis pengalaman(analisis landasan
kedua), teori, fakta, tujuan penelitian, dan logika berpikirkreatif yang disusun
menjadi kerangka konseptual penelitian
Selanjutnya kerangka konseptual yang sudah tersusun itu oleh Supriyanto dan Djohan
dimetaforakannya sebagai sebuah meja dengan tiga pilar utama, yang dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Pilar Kerangka Konseptual
Dari tiga pilar yang mendukung itu maka disusunlah kerangka konseptual
yang merupakan sintesis dari hasil analisis berpikir deduktif, induktif, dan tujuan
penelitian itu, sehingga nampak kerangka konseptual penelitian itu menjadi sinkron
dan memudahkan pelaksanaan proses penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti.
Kerangka konseptual itu akan menjadi lebih operasional bila dikembangkan pula ide
kreatif-inovatif. Kerangka konseptual ini berisi faktor dan variabel yang lengkap dan
menyeluruh yang dapat menjelaskan terjadinya permasalahan penelitian. Selanjutnya
dari kerangka konseptual ini dikembangkan turunannya yang disebut kerangka
operasional yang berisi variabel penelitian yang akan diukur dan dianalisis dengan
berbagai pilihan metode pengukuran dan analisis data yang sesuai dengan model
penelitian yang dikembangkan.
G. Langkah-Langkah Menyusun Kerangka Konseptual
Sistematika langkah atau prosedur yang harus diikuti dalam menyusun
kerangka konsep penelitian yang baik, bersandarkan kerangka berpikir yang benar
dan ilmiah yang biasa dilakukkan dengan pendekatan berpikir ontologi, epistemologi,
dan axiologi. Ontologi yang kita tulis dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dalam
bahasa Inggris “ontology” yang akar katanya berasal dari bahasa Yunani on-ontos
(yang berarti adakeberadaan)dan logos yang berati studi, ilmu tentang.
Ontologi (ontology)adalah logika berpikir untuk mencoba menjelaskan atau
mendiskripsikan apa yang menjadi atribut dari masalah, epistemologi (epistemology)
adalah menjelaskan bagaimana hubungan masalah dengan variabel yang lain, yang
diduga sebagai penyebab timbulnya masalah. Epistemologi ini bisa didapat dari
pengalaman, tinjauan teori atau hipotesis yang diajukan orang lain. Sedangkan
aksiologi (axiology) mencoba memanfaatkan temuan epistemologi untuk menjelaskan
masalah, dari mempelajari masalah itu kita juga bisa meramalkan besarnya masalah
itu bila tidak dilakukan tindakan penyelesaian.
Dengan berpikir melalui tahapan proses berpikir yang benar (ilmiah) ontologi,
epistemologi, dan axiology maka, peneliti akan menemukan fenomena atau masalah
penelitian yang biasa disebut research problem yang akan dipelajari untuk selanjutnya
dilakukan penelitian. Masalah penelitian dapat dinyatakan dalam kalimat (proposisi)
yang terdiri dari faktor atau variabel. Ruang lingkup masalah penelitian (research
problem), dapat dijelaskan dengan faktor atau variabel yang mempengaruhi timbulnya
masalah dan konsekuensi yang ditimbulkannya.
Selanjutnya masalah penelitian ini dapat dipelajari melalui penelusuran
kepustakaan, jurnal, dan hasil penelitian orang lain, dan bahkan juga bisa dari
pengalaman diri sendiri. Masalah harus dideskripsikan menurut besarnya masalah,
tingkat kepentingan, tempat terjadinya masalah, dan waktu terjadinya masalah. Itulah
yang kita sebut dengan istilah ontologi tadi, yang biasa kita tanyakan dengan what is
the problem? Kemudian teori, konsep, prinsip, hukum, premis, maupun rumus yang
mendahului mencoba menjawab permasalahan atau penyebab masalah yang kita sebut
lingkup epistemologi. Epistemologi ini akan menjawab pertanyaan penelitian yang
biasa kita ajukan Why it happen?, yang selanjutnya kita sebut dengan analisis.
Analisis adalah kegiatan mengusai dari “what” untuk mendapatkan gambaran
problematika permasalahan atau penyebab akar masalah dan karakteristik hubungan
antar variabel masalah dan penyebab masalah, dan hasil analisisnya berupa akar
penyebab masalah, sebagaimana gambar dibawah ini :

Gambar 3. Proses membangun Kerangka Konseptual Penelitian


Tahap selanjutnya adalah menelaah hasil pertanyaan “what” dan hasil analisis
dari pertanyaan “why” sebagaimana nampak dalam gambar diatas. Dari jawaban dua
pertanyaan (what dan why itu) kita bisa mengambil variabel yang relevan dengan
masalah dan tujuan penelitian untuk disintesa menjadi konsep. Kemudian bila hasil
analisisnya dipadukan dengan teori, konsep temuan penyelesaian masalah sebelumnya
yang didapatkan dari jawaban pertanyaan “How to solve the problem”?, maka dapat
disusun rencana penyelesaian masalah yang benar dan tepat, inilah yang disebut
dengan axiology.
Melakukan what saja tanpa dianalisis dengan why tentu tidak ada gunanya.
Begitu pula selanjutnya melakukan what dan why saja tanpa diiringi dengan
menyimpulkan (sintesa) sebagai jawaban dari how juga tidak ada artinya. Jadi
didalam aktivitas melaksanakan penelitian itu antara kegiatan what, why, dan how
harus seimbang dan diakhiri dengan tersusunnya kerangka konseptual penelitian.
VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
A. Pengertian Variabel
Variabel berasal dari bahasa Inggris “variable” yang berarti faktor tak tetap atau
berubah-ubah. Dalam bahasa Indonesia kata “variabel” lebih tepat dipadankan
dengan kata bervariasi. Dalam berbagai literatur metodologi penelitian terdapat
beberapa definisi yang dapat dikemukakan di sini, yaitu:
1. Menurut Suharsimi Arikunto, variabel adalah objek penelitian atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian. Ia juga mengemukakan definisi dari
Sutrisno Hadi bahwa variabel adalah gejala yang bervariasi.
2. Menurut Noeng Muhadjir, variabel adalah satuan terkecil dari objek penelitian.
Misalnya mahasiswa sebagai objek penelitian dapat dilihat satuansatuannya
seperti: intelegensi, minat, status sosial, hobi, cita-cita, prestasi akademik,
kemampuan bahasa, kesehatan dan lainnya dari mahasiswa itu.
3. Menurut Bungin, variabel adalah fenomena yang bervariasi dalam bentuk,
kualitas, kuantitas, mutu standar dan sebagainya.
4. S. Margono mendefinisikan variabel sebagai konsep yang mempunyai variasi
nilai.
5. Variabel penelitian secara terminologi adalah suatu atribut atau sifat atau nilai
dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Adapula
yang mendefinisikan variabel sebagai semua objek atau gejala-gejala yang
menjadi sasaran penelitian yang menunjukkan variasi, baik pada jenis maupun
pada tingkatannya
Dari beberapa definisi di atas, secara sederhana variabel penelitian dapat
diartikan sebagai objek penelitian, fenomena atau konsep yang memiliki variasi
atau ragam nilai baik dari segi bentuk, kualitas, kuantitas, mutu standar dan lainnya.
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat orang atau objek yang mempunyai
variasi yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan menarik kesimpulan dari
variabel itu.
Di atas telah disebutkan istilah konsep. Konsep adalah abstraksi terhadap
fenomena atau dunia empirik yang diolah dan dimaknai oleh manusia. Karena itu,
konsep merupakan suatu makna yang berada di alam pikiran dan pemahaman
manusia yang dinyatakan kembali dalam bentuk lambang perkataan atau kata-kata.
Dengan kata lain, konsep adalah hasil pemaknaan dalam intelektual manusia yang
merujuk pada fenomena empirik (gejala yang dapat ditangkap oleh indra manusia).
Dibanding dengan variabel, konsep masih bersifat abstrak dan belum terukur,
sementara variabel merupakan konsep yang sudah memiliki varian nilai. Misalnya,
badan adalah konsep bukan variabel karena badan tidak memiliki keragaman atau
varian nilai. Sebaliknya, berat badan merupakan variabel, karena berat badan
memiliki variasi nilai: berat badan ada yang 30 kg, 45 kg, bisa juga 60 kg, dan
lainnya. Perkawinan adalah konsep bukan variabel. Tetapi status perkawinan
merupakan variabel karena ia memiliki variasi nilai: belum kawin, sudah kawin,
dan janda/duda.
Sebenarnya variabel berasal dari konsep. Untuk mengubah konsep menjadi
variabel caranya adalah dengan memusatkan perhatian pada aspek tertentu dari
konsep itu sendiri. Misalnya, konsep mahasiswa diubah menjadi prestasi akademik
mahasiswa, dan sebagainya. Contoh lainnya adalah variabel jenis kelamin,
variasinya adalah jenis kelamin lakilaki dan jenis kelamin perempuan, variabel
berat badan variasinya misalnya berat badan 40 kg, berat badan 45 kg, berat badan
60 kg dst.
B. Jenis Variabel
Sugiyono (2014: 91) menyebutkan hubungan antara satu variabel dengan variabel
yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi 4
macam:
a. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Sering disebut sebagai Variabel Out Put, Kriteria, Konsekuen, Variabel Efek,
Variabel Terpengaruh, Variabel Terikat atau Variabel Tergantung. Dalam SEM
(Structural Equation Modeling) atau Pemodelan Persamaan Struktural, Variabel
Independen disebut juga sebagai Variabel Indogen. Variabel Terikat merupakan
Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel
bebas. Disebut Variabel Terikat karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel
bebas/variabel independent. Contoh suatu penelitian dengan judul “Pengaruh
Therapi Musik terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan…”, maka dari judul
tersebut yang merupakan Variabel Terikat adalah Penurunan Tingkat Kecemasan
b. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variable ini sering disebut sebagai Variabel Stimulus, Predictor, Variabel
Pengaruh, Variabel Perlakuan, Kausa, Treatment, Risiko, atau Variable Bebas.
Dalam SEM (Structural Equation Modeling) atau Pemodelan Persamaan
Struktural, Variabel Independen disebut juga sebagai Variabel Eksogen. Variabel
Bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel Dependen (terikat). Dinamakan sebagai
Variabel Bebas karena bebas dalam mempengaruhi variabel lain. Contoh suatu
penelitian dengan judul “Pengaruh Therapi Musik terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan…”, maka dari judul tersebut yang merupakan Variabel Bebas adalah
Therapi Musik.
c. Variabel Moderator (Moderating Variable)
Variabel Moderator adalah variabel yang mempengaruhi (Memperkuat dan
Memperlemah) hubungan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat. Variabel
Moderator disebut juga Variabel Independen Kedua. Contoh hubungan Variabel
Independen – Moderator – Dependen : Misalkan ada suatu penelitian dengan
judul Hubungan Motivasi belajar dengan prestasi belajar”. Hubungan motivasi
dan prestasi belajar akan semakin kuat bila peranan dosen dalam menciptakan
iklim atau lingkungan belajar sangat baik, dan hubungan semakin rendah bila
peranan dosen kurang baik dalam menciptakan iklim belajar.
d. Variabel Antara (Intervening Variable)
Variabel antara adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat msenjadi suatu hubungan yang tidak
langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Contoh yang dapat kami berikan
yaitu bahwa tinggi rendahnya penghasilan akan mempengaruhi secara tidak
langsung terhadap harapan hidup (panjang pendeknya umur). Hal ini menjelaskan
adanya variabel antara, yaitu berupa gaya hidup seseorang. Antara variabel
pengahasilan dengan gaya hidup, terdapat variabel moderator, yang berupa
budaya lingkungan tempat tinggal.
e. Variabel Kontrol
Variabel Kontrol adalah Variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh factor
luar yang tidak diteliti. Variabel Kontrol sering dipakai oleh peneliti dalam
penelitian yang bersifat membandingkan, melalui penelitian Eksperimental.
Contoh suatu penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Pembelajaran terhadap
Penguasaan Keterampilan Praktik Klinik”. Variabel Bebasnya adalah Metode
Pembelajaran, misalnya Metode Ceramah & Metode Bedside Teaching.
Sedangkan Variabel Kontrol yang ditetapkan adalah sama, misalnya Standard
Keterampilan sama, dari kelompok mahasiswa dengan latar belakang sama
(tingkat/semesternya sama), dari institusi yang sama. Dengan adanya Variabel
Kontrol tersebut, maka besarnya pengaruh Metode Pembelajaran terhadap
Penguasaan Keterampilan Praktik Klinik dapat diketahui lebih pasti.
C. Variabel Confounding
Variabel confounding adalah variabel yag tidak kita teliti, tetapi dapat
mempengaruhi hasil penelitian (terjadi distorsi pada efek), karena berhubungan
dengan variabel bebas dan variabel terikat, tetapi bukan variabel antara. Contoh :
Pada studi yang meneliti apakah faktor A merupakan kausa penyakit B, maka faktor
X merupakan confounding bila :
1. Faktor X merupakan faktor resiko untuk penyakit B.
2. Faktor X berhubungan dengan Faktor A secara timbal balik (faktor x bukan
merupakan hasil dari faktor A)
Variabel cpnfounding harus dikontrol/dikendalikan, agar hubungan yang
tampaknya signifikan antara variabel bebas dan terikat benar-benar valid.
Pengontrolan variabel confounding melaui studi literature yang baik, kerangka
teoritis yang baik, kerangka konsreptual yang baik, dan hubungan antar variabel
yang benar. Terdapat dua cara mengontrol variabel confounding yaitu melalui
modifikasi desain penelitian dan melalui analisis data.
1. Modifikai desain penelitian
a. Restriksi, adalah membatasi sampel dengan kriteria inklusi atau eksklusi.
Kelebihan restriksi adalah sangat praktis, karena salah satu variabel dapat
dihilangkan dalam penelitian. Kelemahan retriksi adalah sulit memperoleh
subjek penelitian dan sulit melakukan generalisasi.
b. Matcing (mencocokkan, menyamakan)
 Frequency matching
Pemilihan subjek pada kelompok yang diteliti dan dikontrol dibatasi oleh
faktor yang diduga sebagai confounding yang nyata. Contoh : penelitian
pengaruh pil KB terhadap agregasi trombosit pemilihan subjek dibatasi
oleh umur, status reproduksi, dan jumlah anak.
 Individual matching
Kelebihan : karena telah disamakan, tidak berperan dalam analisis.
Kekurangan : bila banyak confounding, banyak matching maka
menyulitkan untuk mencari kontrol, over matcing (matching bukan
untuk confounding) sulit untuk mencari kontrol dan menyebabkan
distorsi hasil penelitian.
c. Randomisasi
Cara yang efektif untuk menghilangkan pengaruh confounding, confounding
terbagi seimbang antara kelompok penelitian. Berlaku juga bila confounding
tidak diketahui sebelum penelitian dilakukan. Sayarat : randomisasi
dilakukan dengan benar dan jumlah subjek cukup besar, misalnya > 100 per
kelompok.
2. Analisis Statistik
a. Stratifikasi, uji ini mampu mengestimasi nilai asosiasi untuk satu atau lebih
variabel pengganggu.
b. Analisis multivariat
D. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan Simetris
Hubungan Simetris merupakan suatu hubungan antara dua variabel atau lebih
yang terjadi secara bersamaan dan samasama disebabkan oleh pengaruh variabel
lain. Hubungan seperti ini dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut:

Gambar 4. Hubungan Simetris Antar variabel

2. Hubungan asimetris
Hubungan Asimetris disebut juga sebagai Hubungan Kausal atau Hubungan
Detreministic, yaitu hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat sebab-
akibat. Jadi disini ada variabel bebas yang mempengaruhi dan variabel terikat
yang dipengaruhi. Sedangkan hubungan antara kedua variabel bersifat kausal
apabila perubahan yang terjadi pada satu variabel akan mempengaruhi perubahan
pada varaienl yang lain. Hubungan kausal ini dapat dibedakan menjadi 2 macam,
yaitu:

 Hubungan Bivariat
Hubungan Bivariat merupakan hubungan antara 2 variabel, yaitu antara satu
variabel bebas (Independen) dengan satu varaiabel terikat (Dependen).
Hubungan Bivariat ini dapat digambarkan dengan skema seperti berikut:

Gambar 5. Skema Hubungan Bivariat antar Variabel

 Hubungan Multivariat
Hubungan Multivariat adalah hubungan antara lebih dari 2 varaiabel, yaitu
hubungan antara beberapa variabel bebas (Independen) dengan satu variabel
terikat (Dependen). Gambaran tentang hubungan Multivariat tersebut dapat
dijelaskan dengan skema sebagai berikut:

Gambar 6. Skema Hubungan Multivariat antar Variabel

3. Hubungan Timbal Balik atau Resiprocal


Hubungan antar variabel yang bersifat timbal balik atau reciprocal ini sering juga
disebut sebagai hubungan Interaktif. Merupakan hubungan antara dua variabel
atau lebih yang saling memengaruhi (timablbalik). Variabel yang satu dapat
menjadi variabel bebas dari varaiabel yang lain, tetapi juga dapat menjadi variabel
terikat dari varaibel lain. Sehingga pada pola hubungan seperti ini, satu varaiabel
dapat disebut sebagai variabel bebas dan dapat juga disebut sebagai variabel
terikat. Hubungan Resprocal ini dapat digambarkan dengan skema berikut ini:

Gambar 7. Skema Hubungan Timbal Balik antar Variabel


E. Skala Pengukuran Variabel
Konsep tentang Skala pengukuran varaibel adalah sama dengan istilah Skala Data
atau Skala pengukruan Data, yang pada dasarnya merupakan seperangkat aturan yang
diperlukan untuk mengkuantitatifkan suatu variabel. Dalam melakukan analisis
statistik, perbedaan jenis skala variabel sangat berpengaruh terhadap pemilihan model
atau alat uji statistik. Tidak sembarangan skala pengukuran varaibel dapat digunakan
oleh alat uji tertentu. Untuk itu skala pengukuran variabel sangat menentukan dalam
uji statistic. Skala pengukuran variabel terdiri dari :
1. Skala Nominal
Variasinya tidak menunjukkan Perurutan atau Kesinambungan, tiap variasi
berdiri sendiri secara terpisah. Dalam Skala Nominal tidak dapat dipastikan
apakah kategori satu mempunyai derajat yang lebih tinggi atau lebih rendah dari
kategori yang lain ataukah kategori itu lebih baik atau lebih buruk dari kategori
yang lain. contohnya : jenis kelamin, Ras, Suku bangsa, dan Golongan darah
2. Skala Ordinal
Skala Ordinal Adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan – tingkatan.
Skala Ordinal merupakan pengukuran di mana skala yang dipergunakan disusun
berdasarkan atas jenjang dalam atribut tertentu sehingga penyusunannya disusun
secara terurut dari yang rendah sampai yang tinggi menurut suatu ciri tertentu,
tetapi antara urutan (ranking) yang satu dengan yang lainnya tidak mempunyai
jarak yang sama. Contoh : Tingkat pendidikan, tingkat keganasan kanker dll.
3. Skala Interval
Merupakan skala pengukuran di mana jarak satu tingkat dengan tingkat lainnya
sama, oleh karena itu skala interval dapat juga disebut skala unit yang sama
(equal unit scale). Dalam skla interval tidak terdapat NOL mutlak. Contoh : Suhu
tubuh, tingkat kecerdasan dll
4. Skala rasio
Merupakan skala pengukuran yang mempunyai nilai NOL MUTLAK dan
mempunyai jarak yang sama. Skala interval yang benar-benar memiliki nilai nol
mutlak disebut skala rasio, dengan demikian skala rasio menunjukkan jenis
pengukuran yang sangat jelas dan akurat (precise). Contoh : tinggi badan, denyut
nadi, dll
F. Pengertian Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional Variabel adalah penjelasan tentang variabel yang
dirumuskan berdasarkan karakeristik dan indicator yang digunakan dalam sebuah
penelitian sebagai dasar untuk mengumpulkan data. Definisi Operasional juga
dapat diartikan sebagai proses mendefinisikan variable secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati yang memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena.
Mendefinisikan Variabel secara Operasional berarti menggambarkan atau
mendeskripsikan variable penelitian sedemikian rupa, sehingga variable tersebut
bersifat Spesifik (Tidak Beinterpretasi Ganda) dan Terukur (Observable atau
Measurable).
Kegunaan Definisi Operasional Variabel :
a. Definisi Operasional Variabel dapat memberikan persepsi yang sama antara
peneliti dengan pembaca terhadap konsep atau batasan-batasan yang
disgunakan dalam sebuah penelitian.
b. Dapat memberikan definisi yang spesifik dan pasti terhadap variabel yang
diteliti sehingga tidak terjadi perbedaan konsep antara peneliti dengan
pembaca.
c. Dapat menghindari rumusan variabel yang masih bersifat konseptual dan
abstrak, sehingga menjadi lebih mudah untuk diterapkan dalam penelitian.
G. Pedoman Penyusunan Definisi Operasional Variabel
a. Definisi Operasional dirumuskan berdasarkan Kriteria Pengukuran yang
dipergunakan pada variabel yang diteliti.
b. Definisi Operasional dirumuskan berdasarkan cara kerja variabel dalam
penelitian yang didasarkan pada proses pengukuran atau observasi terhadap
varaibel tersebut.
c. Definisi Operasional dirumuskan berdasarkan proses dimana suatu variabel
yang diukur itu terjadi.
Definisi Operasional ditentukan berdasarkan Parameter yang dijadikan ukuran
dalam penelitian. Sedangkan cara pengukuran adalah Cara dimana variable dapat
diukur dan ditentukan karakteristiknya. Sehingga dalam Definisi Operasional
Variabel mencakup penjelasan tentang: Nama variable; Definisi variable
berdasarkan kriteria atau maksud penelitian; Hasil Ukur ata Kategori; Skala
Pengukuran. Perumusan Definisi Operasional Variabel memerlukan penguasaan
terhadap teori-teori yang terkait dengan variabel yang didefinisikan, sehingga
definisi operasional yang disusun benar-benar dapat menunjukkan karakteristik
dan indicator-indikator dari varaiabel tersebut. Oleh karena itu dalam membuat
definisi operasional varaibel harus tegas, dalam arti benar-benar dapat
menggambarkan karakteristik-karakteristik apa yang akan diukur atau diobservasi,
indicator-indikator terhadap pengukuran dan kriteria hasil pengukuran. Semakin
unik suatu definisi operasional, maka semakin baik dalam menggambarkan
informasi yang spesifik terkait variabel pada penelitian tersebut
Berikut contoh cara pembuatan Definisi Operasional Variabel dalam bentuk
tabel: Suatu penelitian dengan judul “Faktor – faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi pada ibu hamil…....” Berdasarkan judul tersebut, maka
Variabel bebasnya (Faktor-faktor) adalah Obesitas, Diet Tinggi Garam, Genetik
dan Umur. Sedangkan Variabel terikatnya adalah Hipertensi. Maka Definisi
Operasionalnya dapat dibuat sebagai berikut :
No Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur Skala
1. Obesitas Kelebihan massa 1. Ya (IMT > 27 Nominal
tubuh responden yang kg/m2)
didapat berdasarkan 2. Tidak (IMT ≤
perhitungan rasio 27 kg/m2 )
berat badan dan tinggi
badan pada kurun
waktu tiga bulan
terakhir.
2. Diet Tinggi Garam Kebiasaan responden Intensitas : Nominal
dalam mengkonsumsi 1. Sering
makanan yang 2. Tidak Pernah
rasanya asin.
3. Genetik Factor keturunan yang 1. Ada Keluarga Nominal
dimaksud adalah yg Hipertensi
adanya riwayat 2. Tidak ada
hipertensi dalam keluarga yg
keluarga yaitu orang hipertensi
tua atau saudara
kandung
4. Umur Usia responden yang 1. Muda (16 – 25 Ordinal
terhitung sejak lahir tahun)
hingga ulang tahun 2. Dewasa (26 –
terakhir 35 tahun)
3. Tua (36 – 46
5. Hipertensi Suatu keadaan dimana 1. Borderline : Ordinal
tekanan darah  TS : 140 – 159
responden (ibu hamil) mmHg .
melebihi batas normal  TD : 90 – 99
yaitu sistolik ≥ 150 mmHg
mmHg dan Diastolik 2. Ringan :
> 90 mmHg.  TS : 160 – 179
mmHg .
 TD : 100 –
109 mmHg
3. Sedang :
 TS : 180 – 209
mmHg .
 TD : 110 –119
mmHg
4. Berat :
 TS : > 210
mmHg
 TD : > 120
mmHg
DESAIN PENELITIAN KUANTITATIF
A. Pengertian Desain Penelitian Kuantitatif
Desain penelitian merupakan rencana untuk memilih sumber-sumber daya dan
datayang akan dipakai untuk diolah guna menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Dalam menyusun desain penelitian, harus tetap berpedoman kepada rumusan masalah
serta hipotesis yang akan diuji. Mengingat rumusan masalah merupakan pangkal tolak
dari penelitian, maka rancangan penelitian harus mencakup: tujuan penelitian,
pembatasan masalah, obyek penelitian, penentuan jumlah sampel dan teknik
pengambilan sampel, analisis data, laporan dan evaluasi keseluruhan, sehingga dapat
digunakan sebagai pedoman dalam proses penelitian secara keseluruhan.
Desain penelitian kuantitatif merupakan penelitian empiris dimana data adalah
dalam bentuk sesuatu yang dapat dihitung/angka. Penelitiankuantitatif memperhatikan
pada pengumpulan dan analisis data dalam bentuk numeric. Desain penelitian
kuantitatif memiliki ciri khas berhubungan dengan data numeric dan bersifat obyektif.
Fakta atau fenomena yang diukur. Variabel-variabel penelitian dapat diidentifikasi
dan interkorelasi variabel dapat diukur. Peneliti kuantiatif menggunakan sisi
pandangnya untuk mempelajari subjek yang ia teliti. Secara garis besar suatu desain
penelitian kuantitatif umumnya memuat beberapa jawaban mengenai pertanyaan
berikut ini:
1. Mengapa studi (penelitian) harus dilakukan
2. Apa yang diteliti dan data apa yang dibutuhkan
3. Dimana data yang dibutuhkan itu dapat diperoleh
4. Dimana dan yang mana populasi penlitian
5. Kapan dan sampai kapan penelitian itu dilakukan
6. Alat ukur apa yang akan digunakan
7. Teknik pengumpulan data apa yang dipakai
8. Rancangan dan alat analis data apa yang akan digunakan.
Penelitian kuantitatif memiliki beberapa ciri, diantaranya sebagai berikut :
1. Tujuan penelitian
Mengeneralisasi temuan penelitian sehingga dapat digunakan untuk memprediksi
situasi yang sama pada populasi lain. penelitian kuantitatif juga digunakan untuk
menjelaskan hubungan sebab-akibat antar variabel yang diteliti.
2. Pendekatan
Peneltian kuantitatif dimulai dengan hipotesis dan teori. Peneliti menggunakan
teknik manipulasi dan mengkontrol variabel melalui instrument formal untuk
melihat interaksi kausalitas. Peneliti coba mereeduksi data menjadi susunan
numeric selanjutnya ia melakukan analisis terhadap komponen penelitian.
Penarikan kesimpulan secara deduksi dan menetapkan norma secara konsesus.
Bahasa penelitian dikemas dalam bentuk laporan.
3. Peran peneliti
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti secara ideal berlaku sebagai observer subyek
penelitian yang idak terpengaruh dan memihak.
4. Pendekatan kuantitatif lebih menitikberatkan pada frekuensi tinggi
5. Kebenaran dari hasil analisis penelitian kuantitatif bersifat nomothetic dan dapat
digeneralisasi.
6. Penelitian kuantitatif menggunakan paradigm positivistic-ilmiah.
Segala sesuati dikatan ilmiah bila dapat diukur dan diamati secara obyektif yang
mengarah pada kepastian dan kecermatan. Karena itu, paradigm ilmiah-
positivisme melahirkan berbagai bentuk percobaan, perlakuan, pengukuran, dan
uji-uji statistic.
7. Penelitian kuantitatif sering bertolak pada teori
Sehingga bersifat reduksionis dan verifikatif, yakni hanya membuktikan teori.
8. Penelitian kuantitatif khususnya ekpserimen, dapat menggambarkan sebab-akibat
Peneliti seringkali tertarik untuk mengetahui : apakah X mengakibatkan Y? atau,
sejauh mana X mengakibatkan Y? jika peneliti hanya tertarik untuk mengetahui
pengaruh X terhadap Y, penelitian eksperimen akan mengendalikan atau
mengontrol berbagai variabel yang diduga akan berpengaruh terhadap Y. kontrol
dilakukan sedemikian rupa bukan hanya melalui teknik-teknik penelitian
melainkan juga melalui analisis statistic.
9. Waktu pengumpulan dan analisis data sudah dapat dipastikan
Peneliti dapat menentukan berbagi aturan yang terkait dengan pengumpulan data,
jumlah tenaga yang diperlukan, berapa lama pengumpulan data akan dilakukan,
dan jenis data yang akan dikumpulkan sesuai hipotesis yang dirumuskan. Hal itu
sejalan dengan instrument yang sudah dipersiapkan. Demikian halnya model
analisis data, uji-uji statistic, dan penyajian data, termasuk table-tabel yang akan
dipergunakan sudah dapat ditentukan.
B. Jenis Desain Penelitian Kuantitatif
Ada beberapa jenis desain penelitian kuantitaif. Jenis-jenis desain penelitian
kuantitatif menurut para ahli diantaranya :
1. Desain penelitian deskriptif
Desain penelitian deskriptif adalah desain penelitian yang disusun dalam rangka
memberikan gambaran secara sistematis tentang informasi ilmiah yang berasal
dari subyek atau obyek penelitian. Penelitian deskriptif berfokus pada penjelasan
sistematis tentang fakta yang diperoleh saat penelitian dilakukan. Pada penelitian
deskriptif ini peneliti tidak berupaya untuk menguji hubungan antar fakta, baik
hubungan korelasional maupun hubungan kausalitas. Oleh karena itu rumusan
hipotesis jarang ditemukan dalam penelitian deskriptif. Disini peneliti
menjelaskan fakta tersebut dengan menggunakan hasil olahan data berupa
persentase, rata-rata, kecenderungan (trend), median, dan modus.
Langkah-langkah dalam penelitian deskriptif biasanya megikuti langkah-langkah
penelitian pada umumnya, yaitu:
a. Merumuskan masalah penelitian
b. Merumuskan tujuan penelitian
c. Mengkaji pustaka, yaitu menelaah teori yang relevan
d. Menetapkan populasi dan sampel yang representatif
e. Menyusun instrumen penelitian
f. Mengumpulkan data
g. Mengolah dan menganalisis data
h. Menarik kesimpulan
2. Desain penelitian Kausalitas
Desain penelitian kausalitas adalah desain penelitian yang disusun untuk meneliti
kemungkinan adanya hubungan sebab akibat antar variabel. Dalam desain ini
umumnya hubungan sebab akibat tersebut sudah dapat diprediksi oleh peneliti,
sehingga peneliti dapat menyatakan klasifikasi variabel penyebab, variabel antara,
dan terikat atau tergantung.
Langkah-langkah yang biasanya ditempuh dalam penelitian kausalitas adalah
sebagai berikut:
a. Menetapkan masalah penelitian
b. Merumuskan tujuan penelitian
c. Mengkaji teori dan menelaah hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan
d. Merumuskan hipotesis penelitian
e. Menetapkan ukuran sampel jika populasinya besar jumlahnya, dan memilih
metode penarikan sampel yang tepat
f. Mengklasifikasi dan mendefinisikan secara konseptual dan operasional
variabel penelitian
g. Menyusun instrumen penelitian dengan mengacu pada variabel yang sudah
didefinisikan
h. Melakukan uji validitas dan reliabilitas instrument
i. Menentukan metode pengumpulan data
j. Melakukan pengujian hipotesis
k. Menarik kesimpulan
3. Desain penelitian korelasi
Desain penelitian korelasi adalah desain penelitian yang dibuat untuk meneliti
bagaimana kemungkinan hubungan terjadi antar variabel dengan memperhatikan
besaran koefisien korelasi. Oleh karena itu hal yang perlu diperhatikan dalam
penelitian ini adalah keeratan hubungan antar variabel penelitian, bukan pada
sebab dan penyebab terjadinya hubungan tersebut.
iabel atau lebih sebagaimana adanya tanpa perlakuan,29 dalam desain penelitian
korelasi ini peneliti akan dapat:
a. Melihat apakah perubahan satu variabel berhubungan dengan perubahan
variabel lainnya.
b. Menentukan indeks kuantitatif yang menentukan prediksiarah hubungan
antara dua variabel atau lebih.
c. Menentukan koefisien korelasi (dalam hal ini nilai r) yang diperoleh, apakah
nilai r nya negatif atau positif.
Jika koefisien korelasi yang diperoleh negatif (nila r nya -), maka korelasi yang
diperoleh adalah korelasi negatif. Artinya peningkatan pada variabel X akan
diikuti dengan penurunan pada variabel Y. Begitu pula sebaliknya bila korelasi
yang diperoleh Positif (nilai r nya plus), maka korelasi yang diperoleh adalah
korelasi positif. Artinya penurunan pada variabel X akan diikuti dengan
peningkatan pada variabel Y. Kemudian lihat pula berapa harga p
(probabilitas)nya apakah memenuhi taraf signifikansi yang ditetapkan atau tidak,
biasanya taraf signifikansi itu ditetapkan 1% atau 5%), jika harga p signifikan
berarti terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Langkah
selanjutnya adalah melihat nilai r2 (kuadrat) yang biasa ditulis dengan huruf besar
R2 . Misalnya R2 = 0,75 artinya variabel X memberikan sumbangan efektif
sebesar 75% kepada variabel Y.
Selanjutnya Iswardono (2001: 17) antara lain menjelaskan tentang analisa regresi
dan korelasi saling berhubungan tetapi mempunyai tujuan yang berbeda. Dalam
analisis regresi sederhana, yang dicari hubungan antara variabel-variabel yang
bersangkutan dan bagaimana bentuk hubungan tersebut, dengan menggunakan
random variabel untuk variabel bergantung (independent) yang berdistribusi
normal, sedangkan untuk variabel bebasnya tak perlu random.
Untuk lebih memudahkan memahami mari kita coba melihat kemungkinan
hubungan hubungan 2 variabel X dan Y. Misalnya apakah biaya iklan yang besar
(X) akan menyebabkan volume penjualan (Y) yang melimpah?. Atau apakah nilai
uji bakat yang tinggi (X) cenderung menunjukan tingkat kemampuan kerja yang
tinggi pula (Y)?. Untuk mempelajari kemungkinan hubungan antara variabel X
dan Y, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengumpulkan data,
kemudian langkah kedua menggambarkannya pada sumbu-sumbu X – Y. Gambar
ini dikenal dengan Scatter Diagram, dimana akan ada tiga kemungkinan yang
menyatakan hubungan antara variabel X dan Y, tiga kemungkinan tersebut adalah:
a. Hubungan yang lurus, jika scatter diagramnya menunjukan sepertipada
gambar a.
b. Hubungan kuadratik, jika scatter diagramnya menunjukan seperti pada gambar
b
c. Hubungan eksponential atau logaritmik, jika scatter diagramnya menunjukan
seperti pada gambar c.
Gambar 8. Beberapa Kemungkinan Scatter Diagram
Sedangkan korelasi sederhana meneliti hubungan dan bagaimana eratnya
hubungan itu, tanpa melihat bentuk hubungan, dalam analisa korelasi
sederhana variabel yang digunakan semua random dan keduanya bivariate
normal.
Jika kenaikan suatu variabel diikuti oleh kenaikan pada variabel yang lain,
maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut mempunyai korelasi
yang positif. Tetapi jika kenaikan didalam satu variabel diikuti oleh penurunan
didalam variabel yang lain, maka dapat dikatakan kedua variabel tersebut
mempunyai korealasi yang negatif, dan jika tidak ada perubahan pada satu
variabel walaupun variabel yang lainnya berubah, maka dikatakan kedua
variabel tersebut tidak mempunyai hubungan (uncorelated), hubungan-
hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 9. Hubungan Antara Variabel dalam analysis korelasi


4. Desain penelitian Tindakan
Desain penelitian tindakan adalah desain penelitian yang disusun dengan tujuan
untuk melakukan perbaikan terhadap kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya.
Istilah lain dari penelitian tindakan ini disebut juga action research. Penelitian
tindakan ini pada umumnya mengevaluasi pendekatan atau metode yang sudah
diterapkan sebelumnya, kemudian mengemangkan atau memperbaikinya menjadi
pendekatan atau metode yang lebih baik.
Penelitian tindakan ini menurut memiliki ciri-ciri sebagai berikut
a. Praktis dan relevan dengan untuk situasi aktual dalam dunia kerja
b. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk pemecahan masalah dan
perkembangan-perkembangan baru
c. Dilaksanakan berdasarkan observasi aktual dan data mengenai tingkah laku
d. Tidak berdasar pada pendapat subyektif dari pengalaman masa lalu
e. Fleksibel dan adaptif
Walaupun desain penelitian tindakan ini sistematis, namun dari sisi bobot
ilmiahnya dinilai kurang, karena validitas internal dan eksternalnya lemah,
Tujuannya sangat situasional,sampelnya terbatas dan tidak representatif, serta
kontrolnya terhadap variabel bebas sangat kurang. Oleh karena itu walaupun
hasilnya sangat berguna untuk keperluan praktis, namun sumbangan penelitian ini
untuk pengembangan penelitian tindakan ini terhadap ilmunya sendiri relatif
kurang.
5. Desain Penelitian Eksperiment
Desain penelitian eksperimen adalah desain penelitian yang disusun dengan tujuan
untuk meneliti adanya hubungan kausalitas mengenai sifat tertentu antara
kelompok yang diberi perlakuan dengan kelompok lainnya yang tidak diberi
perlakuan.
Langka-langkah dalam penelitian eksperimen yang biasa dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Melakukan identifikasi dan merumuskan masalah penelitian
b. Merumuskan tujuan penelitian
c. Melakukan telaah perpustakaan yang relevan dengan masalah yang sudah
dirumuskan
d. Merumuskan hipotesis
e. Mendefinisikan variabel operasional
f. Membuat rencana eksperimen
g. Melakukan pembahasan dan sekaligus menginterpretasikan hasil
h. Menyusun laporan.
6. Desain penelitian survey
Desain penelitian survey adalah suatu bentuk teknik penelitian dimana informasi
dikumpulkan dari sejumlah sampel berupa orang, melalui pertanyaan-pertanyaan
atau lisan.
7. Desain penelitian Ex Post Facto
Desain penelitian Ex Post facto adalh desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian yang meneliti hubungan sebab akibat yang tidak dimanipulasi oleh
peneliti. Adanya hubungan sebab akibat didasarkan atas kajian teoritis, bahwa
suatu variabel tertentu mengakibatkan variabel tertentu.
8. Desain penelitian True Experiment
Dikatan true eksperiment karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol
semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian
validitas internal dapat menjadi tinggi. ciri utama dari true experimental adalah
bahwa, sample yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok
kontrol diambil secara random dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya
kelompok kontrol dan sampel yang dipilih secara random.
9. Desain penelitian Quasi Experiment
Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental
design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi
tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
10. Desain penelitian Subjek Tunggal
Eksperimen subjek tunggal merupakan eksperimen yang dilakukan pada subjek
tunggal.
C. Desain Penelitian Kuantitatif
1. Latar belakang masalah
Dalam menyusun desain penelitian kuantitatif, langkah pertama yang
dilakukan adalah menjelaskan apa yang melatarbelakangi masalah penelitian itu.
Latar belakang masalah biasanya berisi uraian tentang keadaan umum dan kondisi
yang berkaitan dengan masalah, dan alasan mengapa masalah itu penting dan
perlu diteliti. Masalah itu harus didukung oleh fakta empiris, sehingga menjadi
jelas ada masalahnya dan perlu diteliti.
Teknis penulisannya dapat dimulai dengan uraian konteks permasalahan yang
lebih luas, misalnya tentang kebijakan suatu program, tata laksana suatu program,
karakteristik masyarakat penerima program, serta data yang dapat dikemukakan
sebagai titik awal pemikiran yang mengarahkan peneliti pada suatu permasalahan
yang lebih spesifik. Untuk memudahkan memahami disini diberi gambaran
misalnya, dari sudut pandang ekonomi atau bisnis, masalah penelitian dapat
diangkat dari masalah yang ada pada perusahaan atau masalah yang ada pada
konsumen. Jadi apa saja masalah yang ada pada perusahaan dapat diangkat
menjadi permasalahan penelitian, begitu pula apa saja masalah yang ada
konsumen dapat diangkat menjadi masalah penelitian.
Latar belakang masalah dalam rancangan penelitian, sebenarnya hendak
menjawab pertanyaan mengapa masalah tersebut yang dipilih untuk diteliti atau
menjadi pokok persoalan. Menjawab pertanyaan mengapa ini, pada dasarnya
menuntut suatu penjelasan yang logis dan historis mengenai keberadaan masalah
tersebut dalam masyarakat atau lingkungan sosial tertentu yang akan menjadi
setting penelitian. Dalam rangka ini maka uraian-uraian yang harus dikemukakan
adalah mengenai kondisi umum atau kecenderungan-kecenderungan umum dari
permasalahan yang sedang dibicarakan, dengan kata lain peneliti mencoba
mendeskripsikan secara logis dan meyakinkan ditingkat permukaan fakta-fakta
awal yang diketahui, didengar, dilihat, atau dibaca.
Fungsi utama dari pembahasan latar belakang masalah ini selain memberikan
keyakinan bahwa masalah tersebut memang penting dan layak untuk diteliti, juga
berfungsi untuk untuk membedah fenomena yang mengandung masalah tersebut,
agar peneliti dapat memilih metode penelitian yang tepat dan dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah. Penggunaan teori baik dalam pengungkapan latar
belakang masalah maupun dalam bab kajian teori, pada umumnya belum mampu
membedah fenomena, akan tetapi masih pada taraf menjelaskan fenomena yang
didalamnya ada yang akan diteliti, pembedahan fenomena melalui teori sangat
penting untuk menentukan metode penelitian yang akan digunakan secara tepat.
2. Merumuskan masalah dan ruang lingkup penelitian
Setelah fenomena berhasil dibedah dan diidentifikasi komponenkomponen
teori yang terkait, langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah dan ruang
lingkup penelitian yang hendak dilakukan, sehingga peneliti tidak terseret
kedalam lautan persoalan atau bidang-bidang telaah yang begitu luas. Hal ini perlu
secara sungguh-sungguh dilakukan, karena bila tidak atau kurang mendapat
perhatian, bisa saja seorang peneliti yang sedang bersemangat sekali, secara tidak
disadari justru berhadapan dengan serentetan kesukaran, karena batasan dan ruang
lingkup permasalahan penelitiannya belum dibatasi.
Setelah menemukan masalah-masalah yang bisa dijadikan objek penelitian,
langkah berikutnya yang perlu dilakukan adalah memilih dan merumuskan salah
satu dari masalah-masalah yang ditemukan itu menjadi masalah penelitian.
Masalah penelitian yang dirumuskan itu harus fokus dan jelas ruang lingkupnya.
Hal itu dapat dilakukan peneliti dengan membedah permasalahan itu dengan
memunculkan variabel-variabel yang melingkupi. Hal ini perlu dilakukan oleh
peneliti agar peneliti tidak terjebak dalam kubangan masalah yang amat luas
sehingga menyulitkan dalam pembahasannya.
3. Merumuskan pertanyaan penelitian
Setelah masalah dipilih dengan menggunakan pertimbangan yang rasional,
langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah yang dipilih tersebut dalam
bentuk “pertanyaan penelitian”. Rumusan masalah yang disimpulkan dalam
pertanyaan penelitian ini memegang peran kunci dalam proses penelitian, karena
sederhana atau rumitnya pelaksanaan penelitian sangat ditentukan oleh sederhana
atau rumitnya rumusan masalah yang tersimpul dalam pertanyaan penelitian.
Masalah penelitian harus dirumuskan dengan kalimat bertanya, yang bisa dimulai
dengan kata-kata: apakah, bagaimana, sejauhmana, dan sebagainya.
4. Kriteria permasalahan penelitian
Kriteria permasalahan penelitian sangat berkaitan dengan karakteristik
permasalahan penelitian. Kuncoro (2003) dalam Muhammad (2008) menyebutkan
karakteristik permasalahan penlitian itu ditentukan oleh empat hal berikut ini:
a. Permasalahan penelitiaan harus dapat diselidiki melalui pengumpulan dan
analisis data.
b. Permasalahan penelitian memiliki arti penting baik dari latar belakang teori
maupun praktik.
c. Peneliti mempunyai sumber daya yang diperlukan oleh penelitian itu.
d. Peneliti telah mempertimbangkan keadaan waktu, dana, dan berbagai kendala
yang akan timbul dalam pelaksanaan penelitian yang akan dilakukannya.
Selanjutnya permasalahan penelitian itu dikatakan baik apabila memenuhi kriteria
berikut ini:
a. Rumusan masalahnya singkat, jelas ruang lingkup dan batasannya, baik
batasan masalah maupun istilah yang digunakan.
b. Rumusannya mendiskripsikan dan/atau menghubungkan beberapa ubahan.
c. Rumusan masalah penelitiannya “researchable” dan manageble”.
d. Rumusan masalahnya signifikan untuk diteliti, artinya masalah penelitian
tersebut memiliki: ketepatan waktu, menjawab masalah praktis, menyangkut
populasi yang luas, kritis atau berpengaruh dalam masyarakat, menjembatani
penelitian masa lalu dan masa depan, ada kemungkinan untuk digeneralisasi
baik prinsip ataupun temuannya,mempertajam definisi konsep yang ada, dan
mempunyai implikasi yang luas.
e. Untuk penelitian reflikasi, sebaiknya menghindari repetisi dan/atau duplikasi
murni.
Kemudian dalam menyusun rumusan masalah seorang peneliti harus
menghindari kesalahan perumusannya. Secara umum peneliti sering mengalami
dan melakukan kesalahan dalam perumusan masalah penelitiannya, seperti
misalnya:
a. Penentuan tujuan terlalu umum dan ambigius.
b. Penentuan permasalahan tanpa didasari kajian literatur dan penelitian
terdahulu.
c. Permasalahannya bersifat ad hoc sehingga tidak memungkinkan untuk
digeneralisasi atau ada tindak lanjutnya.
d. Ada kalanya juga ruang lingkup dan kedalaman permasalahannya jauh diluar
jangkauan peneliti.
e. Permasalahan yang dipilih tidak dapat dipecahkan melalui penelitian karena
didalam rumusannya tidak jelas apa yang dijadikan variabelnya
Selain hal-hal yang disebutkan diatas, masih ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan permasalahan penelitian.Permasalahan
penelitian itu tidak dibuat begitu saja, tetapi harus dilakukan melalu identifikasi
yang cermat. Melakukan identifikasi yang cermat hanya bisa dilakukan oleh
peneliti bila peneliti memiliki pengetahun tentang masalah yang akan diteliti,
wawasan yang cukup sesuai perkembangan dibidang ilmu pengetahuan yang ada
kaitannya dengan permasalahan yang akan diteliti, dan kemampuan
mengembangkan kreatifitas. Masalah-masalah yang teridentifikasi dari hasil
penelaahan, tentu tidak semua dapat dijadikan permasalahan penelitian. Masalah-
masalah yang dapat dijadikan permasalahan penelitian sangat tergantung pada
beberapa pertimbangan berikut ini: Kegunaan penelitian, Prioritas, Kendala waktu
dan dana, Seleksi masalah dan Kemampuan peneliti.
5. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian adalah sesuatu yang penting sekali, yang harus dirumuskan
dengan jelas dan tegas dan dinyatakan secara eksplisit.Tujuan penelitian ini
berjalin berkelindan dengan judul penelitian, perumusan masalah, pembahasan
hasil penelitian dan kesimpulan, dalam praktik penulisan laporan penelitian
kelima subtansi ini ada dalam garis paralel, jadi lima substansi ini saling merajut
dan berkaitan secara logis.
Beberapa pakar penelitian menempatkan tujuan penelitian dan juga hipotesis
penelitian sesudah tinjauan pustaka, dengan asumsi peneliti sudah atau lebih
memahami permasalahan penelitian, tujuan penelitian dapat dikelompokan atas
dasar:
a. Pernyataan permasalahan (rumusan masalah) yang dikemukakan
b. Pemanfaatan hasil penelitian
c. Sejauh mana analisis atau penyajian analisis hasil penelitian yang disajikan.
6. Kegunaan penelitian
Rumusan tentang kegunaan hasil penelitian adalah kelanjutan dari tujuan
penelitian. Apabila seorang peneliti telah selesai mengadakan penelitian dan
memperoleh hasil, maka ia diharapkan dapat menyumbangkan hasil penelitiannya
itu kepada pihak-pihak terkait, khususnya kepada bidang ilmu yang ditelitinya.
Pembicaraan mengenai kegunaan hasil penelitian ini menjadi penting ketika ada
peneliti yang kebingunan (sulit merumuskan) apa sebenarnya hasil penelitian yang
diharapkan dan sejauhmana sumbangannya terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,M.(2015).Metodologi Penelitian Kuantitatif.Yogyakarta:Aswaja Pressindo
Abubakar,R.(2021).Pengantar Metodologi Penelitian.Yogyakarta : SUKA-Press UIN Sunan
Kalijaga
Arikunto, Suharsimi (2002). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka
Cipta.
Azwar, S. (2009). Metode Penelitian. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Budiarto,E. (2004). Metodologi Penelitian Kedokteran : Sebuah Pengantar, Jakarta, EGC.
Budiman. (2011). Penelitian Kesehatan. Bandung. PT. Refika Aditama
Creswell.J.W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed.
Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
---------------., 2014. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta. Salemba
Medika.
Dawson, C. (2010). Metode Penelitian Praktis: Sebuah Panduan. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar.
Heriyanto. A., Sandjaja. (2006). Panduan Penelitian. Jakarta. Prestasi Pustaka
Ideputri, M.E., Muhith, A., Nasir, A. (2011). Buku Ajar Metodologi Penelitian: Konsep
Pembuatan Karya Tulis dan Tesis untuk Mahasiswa Kesehatan. Yogyakarta. Nuha
Medika.
Nasution (2003). Metode Research. Jakarta. PT. Bumi Aksara.
Notoatmodjo, Soekidjo (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta.
Pratiknya, A.W. (2007). Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan,
Jakarta, Raja Grafindo Persada.
Sangaji, E.M., Sopiah. (2010). Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dalam Penelitian.
Yogyakarta. Andi Offset.

Anda mungkin juga menyukai