PENGAJUAN HIPOTESIS
DISUSUN
OLEH
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Konsep Dasar Landasan Teori..............................................................3
B. Kerangka Berfikir.................................................................................8
C. Hipotesis...............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15
ii
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sugiyono Prof. Dr., metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kulaitatif dan R & D,
Bandung : Cv. Alfa Beta, 2008
2
Sugiyono Prof. Dr., metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kulaitatif dan R & D,
Bandung : Cv. Alfa Beta, 2008
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud landasan teori ?
2. Apa yang dimaksud kerangka pikir ?
3. Apa yang dimaksud hipotesis ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu landasan teori
2. Untuk mengetahui apa itu kerangka pikir
3. Untuk mengetahui apa itu hipotesis
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sumadi Suryabrata dalam Sugiyono Prof. Dr., metode penelitian pendidikan pendekatan
kuantitatif, kulaitatif dan R & D, Bandung : Cv. Alfa Beta, 2010, H.52
4
Neumen dalam Sugiyono Prof. Dr., metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif,
kulaitatif dan R & D, Bandung : Cv. Alfa Beta, 2010, H.52
3
hanya bisa menjadi sebuah pertimbangan atau penentu apakah penelitian tersebut
perlu dilakukan ataukah tidak.
Fungsi teori dalam kegiatan penelitian, menurut Sugiyono (2008) adalah
yang pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup,
atau konstruk variabel yang akan diteliti. Fungsi yang kedua, adalah untuk
merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena hipotesis itu
adalah pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya, fungsi yang ketiga adalah
digunakan untuk membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan
untuk memberikan saran dalam upaya memecahkan masalah.
Teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat
digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik5..
Sitirahayu Haditono, 1999 menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh
arti yang penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan
meramalkan gejala yang ada. Mark 1963 membedakan adanya tiga macam teori.
Ketiga teori ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat
dibedakan antara lain:
1. Teori yang deduktif: memberikan keterangan yang dimulai dari suatu
perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan.
2. Teori yang induktif: adalah cara menerangkan dari data ke arah teori.
Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada
kaum behaviorist.
3. Teori yang fungsional: di sini tampak suatu interaksi pengaruh antara data
dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan
pembentukan teori kembali mempengaruhi data.
Berdasarkan tiga pandangan ini dapatlah disimpulkan bahwa teori dapat
dipandang sebagai berikut.
1. Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis.
Hukum-hukum ini biasanya sifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum
5
Wiliam Wiersma dalam Sugiyono Prof. Dr., metode penelitian pendidikan pendekatan
kuantitatif, kulaitatif dan R & D, Bandung : Cv. Alfa Beta, 2010, H.52
4
menunjukkan suatu hubungan antara variabel-variabel empiris yang bersifat
ajeg dan dapat diramal sebelumnya.
2. Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai
suatu kelompok hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang
tertentu. Di sini orang mulai dari data yang diperoleh dan dari data yang
diperoleh itu datang suatu konsep yang teoritis (induktif).
3. Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang
menggeneralisasi. Di sini biasanya tedapat hubungan yang fungsional antara
data dan pendapat yang teoritis.
Berdasarkan data tersebut di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa,
suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem
pengertian ini diperoleh malalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat
diuji kebenarannya, bila tidak, dia bukan suatu teori.
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep,
definisi, dan proporsisi yang disusun secara sistematis. Secara umum, teori
mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan
(prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala6.
Konsep merupakan pendapat ringkas yang dibentuk melalui proses penyimpulan
umum dari suatu peristiwa berdasarkan hasil obervasi yang relevan. Definisi
merupakan suatu pernyataan mengenai ciri-ciri penting suatu hal, dan biasaya
lebih kompleks dari arti, makna, atau pengertian suatu hal. Sedangkan proposisi
merupakan pernyataan yang membenarkan atau menolak suatu perkara.
3. Deskripsi Teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori
(bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang
relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu
dikemukakan, akan tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis
tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Bila dalam suatu penelitian terdapat
6
Sugiyono Prof. Dr., metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kulaitatif dan R & D,
Bandung : Cv. Alfa Beta, 2010.
5
tiga variabel independen dan satu dependen, maka kelompok teori yang perlu
dideskripsikan ada empat kelompok teori, yaitu kelompok teori yang berkenaan
dengan variabel independen dan satu dependen. Oleh karena itu, semakin banyak
variabel yang diteliti, maka akan semakin banyak teori yang dikemukakan7.
Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel
yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari
berbagai dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi
terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan
terarah8.
Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai
berikut:
1. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya
2. Cari sumber-sumber bacaan yang banyak dan relevan dengan setiap
variabel yang diteliti.
3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap
variabel yang diteliti. Untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian lihat
penelitian permasalahan yang digunakan, tempat penelitian, sampel sumber
data, teknik pengumpulan data, analisis dan saran yang diberikan.
4. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,
kemudian bandingkan antara satu sumber dengan sumber lainnya dan dipilih
definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5. Baca seluruh isi topik buku sesuai dengan variabel yang akan diteliti
lakukan analisis renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri
tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam
bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip
atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus
dicantumkan.
7
Sugiyono Prof. Dr., metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kulaitatif dan R & D,
Bandung : Cv. Alfa Beta, 2010, h.58
8
Sugiyono Prof. Dr., metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kulaitatif dan R & D,
Bandung : Cv. Alfa Beta, 2010, h.58
6
4. Kegunaan Teori Dalam Penelitian
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus
berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah
jelas, karena teori di sini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang akan
diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk
menyusun instrumen penelitian. Oleh karena itu landasan teori dalam proposal
penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai.
Teori-teori pendidikan dapat dibagi menjadi teori umum pendidikan dan teori
khusus pendidikan. Teori umum pendidikan dapat dibagi menjadi filsafat-filsafat
pendidikan (filsafat ilmu pendidikan dan filsafat praktek pendidikan) dan Ausland
pedagogik. Teori khusus pendidikan dapat dibagi menjadi teknologi pendidikan
(manajemen pendidikan, pengembangan kurikulum, model-model belajar
mengajar dan evaluasi pendidikan) dan ilmu pendidikan (ilmu pendidikan makro
dan mikro).
Redja Mudyaharjo 2002 dalam (Sugiyono, 2010), mengemukakan bahwa,
sebuah teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep yang terpadu, menerangkan
dan prediktif tentang peristiwa-peristiwa pendidikan. Sebuah teori ada yang
berperan sebagai asumsi atau titi tolak pemikiran pendidikan, dan ada pula yang
berperan sebagai definisi atau keterangan yang menyatakan makna. Asumsi pokok
pendidikan adalah:
1. Pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi
aktual dari individu yang belajar dan lingkungan belajarnya
2. Pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-
hal yang baik atau norma-norma yang baik
3. pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan
berupa serangkaian kegiatan yang bermula dari kondisi-kondisi aktual dari
individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan.
Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang pertama
digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk
variabel yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua adalah untuk merumuskan
hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu
7
merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya fungsi teori yang
ketiga digunakan mencandra dan membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya
digunakan untuk memberikan saran dan upaya pemecahan masalah.
Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori, dan kerangka berfikir,
sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian.
8
Keempat, teori juga sebagai sarana untuk mendapatkan legitimasi dan perhatian
dari disiplin lain. Etika ilmiah tidak membenarkan seseorang melakukan
pencurian karya orang lain.
B. Kerangka Berfikir
Uma Sekaran dalam bukunya Business Research, 1992 mengemukakan
bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting9.
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan
antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan
antar variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel
moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut
dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya
dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap
penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir10.
Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila
dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian
hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan
peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing
variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti11.
Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya
dirumuskan hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena
itu dalam rangka menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan
maupun komparasi, maka perlu dikemukakan kerangka berfikir.
Suriasumantri 1986, dalam (Sugiyono, 2010) mengemukakan bahwa
seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi
dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Krangka
9
Siregar, Syofian. 2013, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana.
10
Siregar, Syofian. 2013, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana.
11
Siregar, Syofian. 2013, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana.
9
pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang
menjadi obyek permasalahan.
Kiteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama
ilmuwan, adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka
berfikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi kerangka
berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari
berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah
dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis,
sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti.
Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk
merumuskan hipotesis (Sugiyono, 2010:60-61).
Kerangka pikir merupakan inti sari dari teori yang telah dikembangkan
yang dapat mendasari perumusan hipotesis. Teori yang telah dikembangkan dalam
rangka memberi jawaban terhadap pendekatan pemecahan masalah yang
menyatakan hubungan antar variabel berdasarkan pembahasan teoritis.
Uma Sekaran (Dalam Sugiyono, 2008) mengatakan bahwa Kerangka
Berpikir adalah suatu model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan
dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting.
Penyusunan kerangka berfikir, yaitu argumentasi yang menjelaskan
hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai factor yang saling mengkait
dan membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berfikir ini disusun secara
rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan
memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan
Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2008) menengarahi bahwa kerangka
berpikir yang baik, memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Variabel-variabel yang akan diteliti harus dijelaskan.
2. Diskusi dalam kerangka berpikir harus dapat menunjukkan dan
menjelaskan hubungan antar variabel yang diteliti, dan teori yang
mendasari.
10
3. Diskusi juga harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan
antar variabel itu positif atau negatip, berbentuk simetris, kausal atau
interaktif (timbal balik).
4. Kerangka berpikir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk
diagram (paradigma penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami
kerangka berpikir yang dikemukakan.
Perlu dijelaskan bahwa tidak semua penelitian memiliki kerangka pikir.
Kerangka pikir pada umumnya hanya dipruntukkan pada jenis penelitian
kuantatif. Untuk penelitian kualitatif kerangka berpikirnya terletak pada kasus
yang selama ini dilihat atau diamati secara langsung oleh penulis. Sedangkan
untuk penelitian tindakan kerangka berpikirnya terletak pada refleksi, baik pada
peneliti maupun pada partisipan. Hanya dengan kerangka berpikir yang tajam
yang dapat digunakan untuk menurunkan hipotesis.
C. Hipotesis
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam
penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir.
Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis.
Penelitian yang bersifat ekploratif dan deskriptif sering tidak perlu merumuskan
hipotesis.
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul12.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan
sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban
yang empirik.
12
Arikunto Suharsimi, Prof. Dr. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka
Cipta, 2010
11
Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan
pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis,
tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut
akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Semula istilah hipotesis berasal dari bahasa yunani yang mempunyai dua
kata “hupo” (sementara) dan “thesis” (peryataan atau teori). Karena hipotesis
merupakan pernyataan sementara yang masil lemah kebenarannya, maka perlu
diuji kebenarannya. Kemudain para ahli menafsirkan arti hipotesis adalah dugaan
terhadap hubungan antara dau variabel atau lebih. Atas dasar definisi diatas dapat
diartikan bahwa hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji
kebenarannya.
Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan
terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari
kerangka berfikir yang dikembangkan
Pengujian hipotesis, yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang
relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat
fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
Rumusan hipotesis yang baik hendaknya memenuhi karakteristik sebagai
berikut:
1. Merupakan dugaan terhadap variabel mandiri (bebas), perbandingan
keadaan variabel pada berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang hubungan
antara dua variabel atau lebih (Pada umumnya hipotesis deskriptif tidak
dirumuskan).
2. Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan
berbagai penafsiran.
12
2. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara
variabel-variabel-variabel.
3. Hipotesis harus dapat diuji
4. Hipotesis hendaknya konsistesis dengan pengetahuan yang sudah ada.
5. Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana dan seringkas mungkin.
Jenis-Jenis Hipotesis
1. Hipotesis Nol (Ho)
Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan
antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Artinya, dalam
rumusan hipotesis, yang diuji adalah ketidakbenaran variabel (X) mempengaruhi
(Y). Ex: “tidak ada hubungan antara warna baju dengan kecerdasan mahasiswa”.
2. Hipotesis Kerja (H1)
Hipotesis Kerja (H1) adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara
variabel independen (X) dan variabel dependen (Y) yang diteliti. Hasil
perhitungan H1 tersebut, akan digunakan sebagai dasar pencarian data penelitian.
Tidak semua jenis penelitian mempunyai hipotesis. Hipotesis merupakan
dugaan sementara yang selanjutnya diuji kebenarannya sesuai dengan model dan
analisis yang cocok. Hipotesis penelitian dirumuskan atas dasar kerangka pikir
yang merupakan jawaban sementara tas masalah yang dirumuskan.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran sangat
besar dalam penelitian adalah teori. Teori adalah alur logika atau penalaran, yang
merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara
sistematis. Teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation),
meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala.
Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang
pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau
konstruk variabel yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua adalah untuk
merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena pada dasarnya
hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya fungsi
teori yang ketiga digunakan mencandra dan membahas hasil penelitian, sehingga
selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dan upaya pemecahan masalah.
Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori, dan kerangka berfikir,
sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian.
14
DAFTAR PUSTAKA
15