Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KEGIATAN MANDIRI

PERTEMUAN 4

Oleh :

DESMI VIA S. SILABAN

(1913462156)

PROGRAM PRODI DIII PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN

KESEHATAN UNIVERSITAS IMELDA MEDAN

T.A 2021/2022

1. 1
A. Kerangka Teori
1. Pengertian Teori
Salah satu unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran sangat besar dalam
pelaksanaan penelitian adalah teori. Karena teori dengan unsur ilmiah inilah yang akan
mencoba menerangkan fenomena-fenomena sosial yang menjadi pusat perhatian peneliti
( Masri Singarimbun & Sofyan Efendi, 1989:37). Menurut Kerlinger (1973:9), teori adalah
serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi dan proposisi untuk menerangkan fenomena
sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar variabel. Berdasar
pengertian tersebut, definisi teori mengandung tiga hal. Pertama, teori adalah serangkaian
proposisi antar konsep-konsep yang saling berhubungan. Kedua, teori merangkan secara
sistematis atau fenomena sosial dengan sosial dengan cara menentukan hubungan  antar
konsep. Ketiga, teori menerangkan fenomena-fenomena tertentu dengan cara menentukan
konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk hubungannya.
Dalam menyusun kerangka teori menurut Prof. Noeng Muhadjir, dalam makalahnya yang
berjudul ”Proses Mengkonstruksi Teori dan Hipotesis”, bagian teori harus menampilkan
bagian yang bulat yang disajikan secara holistik, tetapi juga bukan sekedar penyajian konsep
yang terpilah dan terpecah-pecah, sehingga konsep tersebut akan lebih menarik untuk dikaji.
Tata fikir yang ditawarkan dalam penyusunan kerangka teori menggunakan logika reflektif,
yaitu logika yang mondar-mandir antara proses berfikir induktif dan proses berfikir deduktif,
dan tidak dipermasalahkan dari mana harus dimulai. Alat berfikir bukan hanya sekedar
mendasarkan pada generalisasi dari rerata keberagaman individul dan rerata frekuensi
kejadian, tetapi juga konteks, esensi, indikasi pragmatik, fungsional, atau yang lainnya.
Oleh karena itu suatu teori tampil sebagai abstraksi, simplifikasi atau idealitas dari
fenomena, mungkin merupakan eksplanasi dan mungkin pula merupakan penafsiran atas
empiri. Pada dasarnya teori mengandung beberapa hal antara lain: asumsi, postulat, tesis,
hipotesis, proposisi dan sejumlah konsep. Dalam teori juga terdapat idealisasi tentang tata
hidup kemasyarakatan atau tata hidup alam semesta. Validasi suatu teori diuji atas
kemampuannya memberikan evidensi  empirik.

2.  Fungsi dan Peranan Teori


Sesuai dengan definisi Kerlinger (1973), bahwa teori adalah seperangkat konstruk
(konsep), definisi, dan proporsi yang menyajikan gejala-gejala sistematis, merinci hubungan
1. 1
antar variabel-variabel, dengan tujuan meramalkan dan menerangkan gejala tersebut, maka
teori memiliki fungsi antara lain:
a.    Menyediakan kerangka konsepsi penelitian, dan memberikan pertimbangan perlunya
penyelidikan
b.    Melalui teori kita dapat membuat pertanyaan yang terinci untuk penyidikan.
c.    Menunjukkan hubungan antar variable yang diteliti.
d.    Kajian pustaka meliputi pengidentifikasian secara sistematis, penemuan, dan analisis
dokumen-dokumen yang memuat informasi  yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3. Teknik Penyusunan Landasan/Kerangka Teori


Ada  beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti dalam menyusun kerangka/ landasan
teori, antara lain:
a.    Kerangka teori sebaiknya menggunakan acuan yang berhubungan dengan permasalahan
yang diteliti dan acuan-acuan yang berupa hasil penelitian terdahulu (bisa disajikan di Bab II
atau dibuat sub-bab tersendiri).
b.    Cara penulisan dari subbab ke subbab yang lain harus tetap mempunyai keterkaitan yang
jelas dengan memperhatikan aturan penulisan pustaka.
c.    Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik, studi pustaka harus memenuhi prinsip
kemutakhiran dan keterkaitannya dengan permasalahan yang ada. Apabila menggunakan
literatur dengan beberapa edisi, maka yang digunakan adalah buku dengan edisi terbaru, jika
referensi tidak terbit lagi, referensi tersebut adalah terbitan terakhir. Dan bagi yang
menggunakan Jurnal sebagai referensi pembatasan tahun terbitan tidak berlaku
d.    Semakin banyak sumber bacaan, maka  kualitas penelitian yang akan dilakukan semakin
baik, terutama sumber bacaan yang terdiri  dari teks book atau sumber lain misalnya jurnal,
artikel dari majalah, Koran, internet dan lain-lain.
            Pedoman kerangka teori di atas berlaku untuk semua jenis penelitian.
            Teori bukan merupakan pendapat pribadi (kecuali pendapat tersebut sudah ditulis di
BUKU). Pada akhir kerangka teori bagi penelitian korelasional disajikan model teori, model
konsep (apabila diperlukan) dan model hipotesis pada subbab tersendiri, sedangkan penelitian
studi kasus cukup menyusun Model teori dan beri keterangan. Model teori dimaksud
merupakan kerangka pemikiran penulis dalam penelitian yang sedang dilakukan. Kerangka
itu dapat berupa kerangka dari ahli yang sudah ada, maupun kerangka yang berdasarkan
teori-teori pendukung yang ada. Dari kerangka teori yang sudah disajikan dalam sebuah
1. 1
skema, harus dijabarkan jika dianggap perlu memberikan batasan-batasan, maka asumsi-
asumsi harus dicantumkan.

1. Pengertian Hipotesis
Kerlinger (1973) menyatakan hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari
hubungan antara dua atau lebih variable. Dari arti katanya, hipotesis memang dari dua
penggalan. Kata “HYPO” yang artinya “DI BAWAH” dan “THESA” yang artinya
“KEBENARAN” jadi hipotesis yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan ejaan
bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis. Hipotesis adalah
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena
jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori dan belum menggunakan fakta. Oleh
karena itu, setiap penelitian yang dilakukan memiliki suatu hipotesis atau jawaban sementara
terhadap penelitian yang akan dilakukan. Dari hipotesis tersebut akan dilakukan penelitian
lebih lanjut untuk membuktikan apakah hipotesis tersebut benar adanya atau tidak benar.
Atau bisa dikatakan bahwa Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap
masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Dalam penelitian yang menggunakan analisis statistik inferensial, terdapat dua hipotesis yang
perlu diuji, yaitu hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Menguji hipostesis penelitian
berarti menguji jawaban yang sementara itu apakah betul-betul terjadi pada sampel yang
diteliti atau tidak. Kalau terjadi berarti hipotesis penelitian terbukti dan kalau tidak berarti
bahwa tidak terbukti. Selanjutnya menguji hipotesis statistik, berarti menguji apakah
hipotesis penelitian yang telah terbukti atau tidak terbukti berdasarkan data sampel itu dapat
diberlakukan pada populasi atau tidak.

2. Kegunaan Hipotesis
Walaupun hipotesis penting sebagai arah dan pedoman kerja dalam penelitian, tidak
semua penelitian mutlak harus memiliki hipotesis. Penggunaan hipotesis dalam suatu
penelitian didasarkan pada masalah atau tujuan penelitian. Dalam masalah atau tujuan
penelitian tampak apakah penelitian menggunakan hipotesis atau tidak. Contohnya
yaitu Penelitian eksplorasi yang tujuannya untuk menggali dan mengumpulkan sebanyak
mungkin data atau informasi tidak menggunakan hipotesis. Hal ini sama dengan penelitian
deskriptif, ada yang berpendapat tidak menggunakan hipotesis sebab hanya
membuat deskripsi atau mengukur secara cermat tentang fenomena yang diteliti, tetapi ada
1. 1
juga yang menganggap penelitian deskriptif dapat menggunakan hipotesis. Sedangkan, dalam
penelitian penjelasan yang bertujuan menjelaskan hubungan antar-variabel adalah keharusan
untuk menggunakan hipotesis.
Perumusan yang kita lakukan sebenarnya sudah memiliki jawaban dari pertanyaan yang
dibuat di perumusan masalah. Namun jawaban tersebut belum disertai data dilapangan
sehingga harus diverivikasi dilapangan ketika melakukan penelitian. Dari perumusan masalah
tersebut maka akan muncul hipotesis yang memberikan jawaban sementara yang cepat
dengan berpatokan pada fakta-fakta, teori, dan penelitian-penelitian sebelumnya di landasan
teori. Kegunaan hipotesis antara lain :
Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan
perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam
penelitian.
Hipotesis memberikan arah kepada penelitian.
Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan.

3. Macam Macam Hipotesis


Macam macam hipotesis dalam penelitian, sebagai berikut :
1. Hipotesis Deskriptif
Pengertian Hipotesis Deskriptif adalah dugaan terhadap nilai satu variabel dalam satu sampel
walaupun di dalamnya bisa terdapat beberapa kategori. Hipotesis deskriptif ini merupakan
salah satu dari macam macam hipotesis.
Contoh :
Ho : Kecenderungan masyarakat memilih warna mobil gelap.
Ha : Kecenderungan masyarakat memilih warna mobil bukan warna gelap.

2. Hipotesis Komparatif
Pengertian Hipotesis Komparatif adalah dugaan terhadap perbandingan nilai dua sampel atau
lebih. Hipotesis komparatif merupakan salah satu dari macam macam hipotesis. Dalam hal
komparasi ini terdapat beberapa macam, yaitu :
(1) Komparasi berpasangan (related) dalam dua sampel dan lebih dari dua sampel (k sampel).
(2) Komparasi independen dalam dua sampel dan lebih dari dua sampel (k sampel).
Contoh :
1. 1
Sampel Berpasangan, komparatif dua sampel
Ho : Tidak terdapat perbedaan nilai penjualan sebelum dan sesudah ada iklan.
Ha : Terdapat berbedaan nilai penjualan sebelum dan sesudah ada iklan
Sampel Independen, komparatif tiga sampel
Ho : Tidak terdapa perbedaan antara birokrat, akademisi dan pebisnis dalam memilih partai.
Ha : Terdapa perbedaan antara birokrat, akademisi dan pebisnis dalam memilih partai.

3. Hipotesis Asosiatif
Pengertian Hipotesis Asosiatif adalah dugaan terhadap hubungan antara dua variabel atau
lebih. Hipotesis asosiatif merupakan salah satu dari macam macam hipotesis.
Contoh :
Ho : Tidak terdapat hubungan antara jenis profesi dengan jenis olah raga yang disenangi.
Ha : Terdapat hubungan antara jenis profesi dengan jenis olah raga yang disenangi.

4.      Perumusan Hipotesis
Nazir (2005: 154) menyatakan bahwa menemukan suatu hipotesis merupakan kemampuan
peneliti dalam mengaitkan masalah-masalah dengan variabel-variabel yang dapat diukur
dengan menggunakan suatu kerangka analisis yang dibentuknya. Peneliti harus memfokuskan
permasalahan sehingga hubungan-hubungan yang terjadi dapat diterka. Menurut Nazir (2005:
154) dalam menggali hipotesis penelitian, peneliti harus: Mempunyai banyak informasi
tentang masalah yang ingin dipecahkan dengan jalan banyak membaca literatur-literatur yang
ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan; Mempunyai kemampuan
untuk memeriksa keterangan tentang tempat-tempat, objek-objek serta hal-hal yang
berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki; Mempunyai
kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan lainnya yang sesuai
dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang bersangkutan.

Tahap-tahap pembentukan/perumusan hipotesis pada umumnya sebagai berikut:


Penentuan masalah.
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul
karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan
berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar penalaran pun
1. 1
sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran
ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).
Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan.
Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, pengamatan tidak
akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk
menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi. Karena
tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan
hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan
untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
Pengumpulan fakta.
Dalam penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya
dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan
pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.

Formulasi hipotesa.
Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat
berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu di antara
sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan
dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di
bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat
hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.
Pengujian hipotesa
Artinya, mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati dalam istilah ilmiah hal
ini disebut verifikasi (pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka
disebut konfirmasi Falsifikasi (penyalahan) terjadi jika usaha menemukan fakta dalam
pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa. Bilamana usaha itu tidak berhasil, maka
hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesa
yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.

6.      Aplikasi/penerapan.
1. 1
Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah
disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat
diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.[6]
Awal terbentuknya hipotesis dalam sebuah penelitian biasanya diawali atas dasar terkaan
atau conjecture peneliti. Meskipun hipotesis berasal dari terkaan, namun sebuah hipotesis
tetap harus dibuat berdasarkan paca sebuah acuan, yakni teori dan fakta ilmiah.
-          Teori Sebagai Acuan Perumusan Hipotesis
Untuk memudahkan proses pembentukan hipotesis, seorang peneliti biasanya menurunkan
sebuah teori menjadi sejumlah asumsi dan prostulat. Asumsi-asumsi tersebut dapat
didefinisikan sebagai anggapan atau dugaan yang mendasari hipotesis. Berbeda dengan
asumsi, hipotesis yang telah diuji dengan menggunakan data melalui proses penelitian adalah
dasar untuk memperoleh kesimpulan.
-          Fakta Ilmiah Sebagai Acuan Perumusan Hipotesis
Selain menggunakn teori sebagai acuan, dalam merumuskan hipotesis dapat pula
menggunakan acuan fakta. Secara umum, fakta dapat didefinisikan sebagai kebenaran yang
dapat diterima oleh nalar dan sesuai dengan kenyataan yang dapat dikenali dengan panca
indera.
Fakta Ilmiah sebagai acuan perumusan hipotesis dapat diperoleh dengan berbagai cara,
misalnya :
Memperoleh dari sumber aslinya
Fakta yang diidentifikasi dengan cara menggambarkan dan menafsirkannya dari sumber yang
asli.
Fakta yang diperoleh dari orang mengidentifikasi dengan jalan menyusunnya dalam
bentuk abstract reasoning (penalaran abstrak).
Selain teori dan fakta ilmiah, hipotesis dapat pula dirumuskan berdasarkan beberapa sumber
lain, yakni:
Kebudayaan dimana ilmu atau teori yang relevan dibentuk
Ilmu yang menghasilkan teori yang relevan
Analogi
Reaksi individu terhadap sesuatu dan pengalaman

1. 1
B. Kerangka Konsep
Untuk memperjelas dari kerangka teori atas sistem pengelolaan rekam medis di
Rumah Sakit dituangkan kedalam bentuk bagan dari Input-Proses- Output sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konsep

INPUT PROSES OUTPUT

Sumber Daya Manusia Pengelolaan RM


Sarana dan Fasilitas Formulir
SPO PendaftaranPengelolaan Rekam Medis yang Efisien dan Efektif
Organisasi Penamaan
Penomoran
Distributing
Coding
Filing/
penyimpanan
Penyusutan
Pemusnahan
Pelaporan

1. 1
KESIMPULAN
Hipotesis ini merupakan suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban
tentatif atas suatu masalah dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai suatu jenis proposisi,
umumnya hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya
pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis.
Hipotesis ini, diturunkan, atau bersumber dari teori dan tinjauan literatur yang berhubungan
dengan masalah yang akan diteliti. Pernyataan hubungan antara variabel, sebagaimana
dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan sementara atas suatu
masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang
digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian. Sebab, teori yang tepat akan menghasilkan
hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti
atau dipelajari dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori.
Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.
Agar teori yang digunakan sebagai dasar penyusunan hipotesis dapat diamati dan
diukur dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan ke dalam bentuk yang
nyata yang dapat diamati dan diukur. Cara yang umum digunakan ialah melalui
proses operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori menjadi tingkat
yang lebih konkret yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam bentuk proposisi yang
dapat diamati atau dapat diukur. Proposisi yang dapat diukur atau diamati adalah proposisi
yang menyatakan hubungan antar-variabel. Proposisi seperti inilah yang disebut sebagai
hipotesis.
Jika teori merupakan pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-konsep (pada
tingkat abstrak atau teoritis), hipotesis merupakan pernyataan yang menunjukkan hubungan
antar-variabel (dalam tingkat yang konkret atau empiris). Hipotesis menghubungkan teori
dengan realitas sehingga melalui hipotesis dimungkinkan dilakukan pengujian atas teori dan
bahkan membantu pelaksanaan pengumpulan data yang diperlukan untuk menjawab
permasalahan penelitian. Oleh sebab itu, hipotesis sering disebut sebagai pernyataan tentang
teori dalam bentuk yang dapat diuji (statement of theory in testable form), atau kadang-
kadanag hipotesis didefinisikan sebagai pernyataan tentatif tentang realitas (tentative
statements about reality).
Oleh karena teori berhubungan dengan hipotesis, merumuskan hipotesis akan sulit
jika tidak memiliki kerangka teori yang menjelaskan fenomena yang diteliti, tidak
1. 1
mengembangkan proposisi yang tegas tentang masalah penelitian, atau tidak memiliki
kemampuan untuk menggunakan teori yang ada. Kemudian, karena dasar penyusunan
hipotesis yang reliabel dan dapat diuji adalah teori, tingkat ketepatan hipotesis dalam
menduga, menjelaskan, memprediksi suatu fenomena atau peristiwa atau hubungan antara
fenomena yang ditentukan oleh tingkat ketepatan atau kebenaran teori yang digunakan dan
yang disusun dalam kerangka teoritis. Jadi, sumber hipotesis adalah teori sebagaimana
disusun dalam kerangka teoritis. Karena itu, baik-buruknya suatu hipotesis bergantung pada
keadaan relatif dari teori penelitian mengenai suatu fenomena sosial disebut hipotesis
penelitian atau hipotesis kerja. Dengan kata lain, meskipun lebih sering terjadi bahwa
penelitian berlangsung dari teori ke hipotesis (penelitian deduktif), kadang-kadang sebaliknya
yang terjadi.

1. 1
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Kinayati,Djojosuroto & M.L.A Sumaryati.2004. Prinsip-prinsip Penelitian Bahasa dan Sastra.
Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia.
Moleong, Lexy.J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono, 1999. Judul : Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. Penerbit Bandung :
Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.

1. 1

Anda mungkin juga menyukai