Anda di halaman 1dari 12

No Tugas : 01

Mata Kuliah : Teori Perencanaan

Penyerahan : 14 februari 2022

Tugas Teori Perencanaan Filsafat Ilmu

Tugas ini disusun dalam rangka memenuhi tugas matakuliah Teori Perencanaan

Disusun
oleh:
GavrilRozik
183060002

PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN


KOTA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS
PASUNDAN 2020
PENGERTIAN DAN CAKUPAN FILSAFAT ILMU
PENGERTIAN DAN CAKUPAN FILSAFAT ILMU
A. Pengertian Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu adalah merupakan penelusuran pengembangan filsafat pengetahuan. Objek


dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah
mengikuti perkembangan zaman dan keadaaan. Pengetahuan lama menjadi pijakan untuk
mencari pengetahuan baru. Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu,
Filsafat ilmu (philosophy of science) hampir semua penyakit dan ilmu dapat dipelajari
oleh kita. Filsafat ilmu adalah ikhtiar manusia untuk memahami pengetahuan agar menjadi
bijaksana. Dengan filsalat ilmu ke absahan atau cara pandang harus bersifat ilmiah. Filsalat
ilmu memperkenaIkan knowledge dan science yang dapat ditransfer melalui proses
pembelajaran atau pendidikan.
Filsafat ilmu adalah filsafat yang menelusuri dan menyelidiki sedalam dan seluas
mungkin segala sesuatu mengenal semua ilmu. Filsalat ilmu merupakan bagian dan
epistemologi yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu. Sedangkan Ilmu merupakan cabang
pengetahuan yang mernpunyai ciri- ciri tertentu, Menurut The Liang Gie Filsafat ilmu adalah
segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang
menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dan kehidupan
manusia.
Filsafat ilmu merupakan suatu pengetahuan campuran yang eksistensi dan
pemekarannya bergantung pada huhungan timbal balik dan saling- pengaruh antara filsalat
dan ilmu Sehubungan dengan pendapat tersebut bahwa filsafat ilmu merupakan penerusan
pengembangan filsafat pengetahuan, Objek dan filsalat ilmu adalah ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan
keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi

pijakan untuk mencari pengetahuan. Menurut Muchsin, dalam kajian filsafat ilmu dikenal
adanya beberapa dimensi, yaitu:
1. Dimensi ontologis (hakekat ilmu). Ontologi adalah hakikat yang ada (being, sein) yang
merupakan asumsi dasar bagi apa yang disebut sebagai kenyataan dan kebenaran. dalam
perspektif ilmu, ontologi ilmu dapat dimaknai sebagai teori tentang wujud dalam
perspektif objek materil ke-Ilmuan, konsep-konsep penting yang diasumsikan oleh ilmu
ditelaah secara kritis dalam ontologi ilmu.
2. Dimensi epistomologis (cara mendapatkan pengetahuan). Epistemologi derivasinya dari
bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan. Epistemologi merupakan gabungan
dua kalimat episteme, pengetahuan dan logos, theory. Epistemologi adalah cabang ilmu
filasafat yang menenggarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu
pengetahuan. Dengan kata lain, epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-
usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu
penting dalam menentukan sebuah model filsafat. Dengan pengertian ini epistemologi
tentu saja menentukan karakter pengetahuan, bahkan menentukan “kebenaran” seperti
apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak. Aspek epistemology adalah
kebenaran fakta / kenyataan dari sudut pandang mengapa dan bagaimana fakta itu benar
yang dapat diverifikasi atau dibuktikan kembali kebenarannya.
3. Dimensi aksiologis (manfaat pengetahuan). Aksiologis (teori tentang nilai) sebagai
filsafat yang membahas apa kegunaan ilmu pengetahuan manusia. Aksiologi menjawab,
untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu
itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antar acara penggunaan tersebut dengan kaidah-
kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan
moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi
metode ilmiah dengan norma-norma moral?

B. Metode Filsafat Ilmu


Fuad ikhsan mengemukakan pendapat Runnes dalam dictionary of philosofi sebagaimana
dikutip Anton Beker, dia mengatakan sepanjang sejarah filsafat telah dikembangkan sejumlah
metode filsafat yang berbeda dan jelas. Setidaknya dalam sejarah tercatat paling penting yang
dapat di susun menurut garis historis sedikitnya sepuluh metode yang digunakan dalam
filsafat termasuk dalam filsafat ilmu yaitu:
1. Metode kritis yang di kembangkan oleh socrates dan plito metode ini bersifat analisis
terhadap istilah dan pendapat metode ini dikenal merupakan metode hermeneutika.
2. Metode intuitif yang dikembangkan oleh Plotinos dan Bergson dengan jalan intropeksi
bersama dengan persucab moral, sehingga tercapai suatu penerangan atau pencerahan
pikiran
3. Metode skolastik yang dikembangkan oleh Aristoteles, Thomas Aquinas dan termasuk
aliran filsafat abad pertengahan ini yaitu dengan bertitik tolak dari definisi atau prinsip
yang jelas kemudian di tarik kesimpulan
4. Metode filsafat Rene Descartes dan pengikutnya yang di kenal metode yang tertolak dari
analisis mengenai hal-hal kompleks kenudian di capai intuasi akan hakikat yang
sederhana dan lebih terang.
5. Metode geometri yang dikreasikan Rene Descartes dan pengikutnya menurutnya
hanyalah pengalaman yang menyajikan pengertian benar,
maka semuanya pengertian dan ide dalam intropeksi kemudian disusun bersama secara
geometris
6. Metode transedental yang di kreasikan Immanuel Kant, metode ini di kenal juga dengan
metode neo-skolastik yang bertitik tolak dari tempatnya pengertian tertentu yaitu jalan
analisis yang diselidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian yang sedemikian rumit dan
kompleks.
7. Metode fenomenologis dari Husserl, yaitu eksistensialisme yaitu metode dengan jalan
beberapa pemotongan sistematis (reduction), refleksi atas fenomena dalam kesadaran
sehingga mencapai penglihatan hakikat yang murni.
8. Metode dialektis dari Hegel dan Marx, yakni metode yang digunakan dengan jalan
mengikuti dinamika pikiran atau alam berpikir sendiri.
9. Metode neopositivitis yaitu bahwa kenyataan di pahami menurut hakikatnya dengan jalan
menggunakan aturan-aturan seperti berlaku dalam ilmu pengetahuan positif (eksakta).
10. Metode analitika yang di kreasikan oleh Wittgenstein. Metode ini di gunakan dengan
jalan analisis pemakaian bahasa sehari hari menentukan sah tidaknya ucapan filosofis
menurutnya bahasa merupakan bola permainan makna si pemiliknya.

Sedangkan, Susanto dalam bukunya Filsafat Ilmu mengatakan sebagian ahli


mengelompokkan metode yang dipergunakan dalam mempelajari filsafat ini menjadi tiga
macam, yaitu:
1. Menggunakan metode sistematis, para pelajar akan menghadapi karya- karya filsafat,
misalnya mempelajari tentang teori-teori pengetahuan yang terdiri atas beberapa cabang
filsafat. Setelah itu ia mempelajari teori hakikat yang merupakan cabang ilmu lainnya,
kemudian ia akan mempelajari teori nilai atau filsafat nilai. Ketika para pelajar
membahas setiap cabang atau subcabang filsafat melalui metode sistematis ini
perhatiannya akan terfokus pada isi filsafat, bukan pada tokoh ataupun pada zaman serta
periodenya.
2. Metode historis, digunakan bila para pelajar mengkaji filsafat dengan mengikuti
sejarahnya. Ini dapat dilakukan dengan cara membicarakan tokoh demi tokoh menurut
kedudukannya dalam sejarah. Sebagai contoh, jika kita ingin membicarakan tokoh
filsafat atau filosof Thales, berarti kita membicarakan riwayat hidupnya, pokok
ajarannya, baik dalam teori pengetahuan, teori hakikat, maupun dalam teori nilai.
Kemudian dilanjutkan dengan membicarakan Anaximandros, Socrates, Rousseau,
Immanuel Kant dan seterusnya sampai pada tokoh-tokoh filsafat ini memang sangat perlu
karena ajarannya biasanya berkaitan erat dengan lingkungan, pendidikan dan
kepentingannya. Dapat disimpulkan bahwa metode filsafat historis ini berarti
mempelajari filsafat secara kronologis, mulai dari mempelajari filsafat kuno, filsafat
pertengahan dan selanjutnya filsafat abad modern.
3. Metode kritis, metode ini digunakan untuk mereka yang mempelajari filsafat tingkat
intensif. Para pelajar haruslah memiliki bekal pengetahuan tentang filsafat secara
memadai. Dalam metode ini pengajaran filsafat dapat menggunakan metode sistematis
atau historis. Langkah pertama adalah memahami isi ajaran, kemudian para pelajar
mencoba mengajukan kritiknya. Kritikan itu boleh bersifat menentang atau menolak
paham atau pendapat para tokoh, namun dapat juga berupa dukungan atau memperkuat
terhadap ajaran atau paham filsafat yang sedang dikajinya. Dalam mengkritik mungkin
menggunakan pendapat sendiri atau pendapat para filosof lainnya.
C. Tujuan Filsafat Ilmu
Salah satu yang terpenting dalam filsafat termasuk filsafat ilmu yaitu menyangkut
pertanyaan dan jawaban atas pertanyaan itu, baik pertanyaan yang bersifat komperhensif
maupun spesifik. Hal ini sepadan dengan Stathis Psillos and Martin Curd, dia mengatakan
bahwa filsafat ilmu secara umum yaitu bertujuan menjawab pertanyaan seputar ilmu yang
meliputi menjelaskan bahwa filsafat secara umum menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
meliputi:
1. Apa tujuan dari ilmu dan itu metode? Jelaskan apakah ilmu itu bagaiman membedakn
ilmu dengan yang bukan ilmu (non science) dan juga pseudoscience?
2. Bagaiman teori ilmiah dan hubungannya dengan dunia secara luas? Bagaimana konsep
teoritik itu dapat lebih bermakna dan bermanfaat kemudian dapat dihubungkan dengan
penelitian dan observasi ilmiah?
3. Apa saja membangun struktur teori dan konsep-konsep seperti misalnya causation
(sebab-akibat dan illat), eksplanasti (penjelasan) konfirmasi, teori, eksperimen, model,
reduksi dan sejumlah probalitas?
4. Apa saja aturan-aturan dalam pengembangan ilmu? Apa fungsi eksperimen? Apakah ada
kegunaan epistemic atau pragmatis dalam kebijakan dan bagaimana semua itu
dihubungkan dengan kehidupan sosial, budaya faktor faktor gender?

Dari kutipan Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A, tujuan fisafat ilmu adalah:
1. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami
sumber, hakikat dan tujuan ilmu.

2. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu diberbagai bidang,


sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis.
3. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan
tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non-ilmiah
4. Mendorong pada calon ilmuan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan
mengembangkannya.
5. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak

ada pertentangan.6
Perencanaan Wilayah Kota Sebagai Ilmu

Perencanaan Wilayah dan Kota (Regional and City Planning) yang telah berkembang

sebagai suatu disiplin ilmu. pengertian dasar, konsep atau terminonologi yang berkaitan

dengan perencanaan, karakteristik, fungsi dan kebutuhan perencanaan, wilayah, kota, dan

lingkup perencanaan wilayah dan kota.Dalam hal ini pengertian dasar, konsep dan

terminologi tersebut dapat diacu baik dari definisi yang selama ini dikemukakan oleh para

akademisi perencanaan maupun dalam praktek perencanaan wilayah dan kotaberdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Teori perencanaan merupakan penjelasan

ilmiah tentang usaha menintervensi masa dapan. Teori digunakan sebagai pedoman dasar

yang digunakan dalam proses perencanaan wilayah dan kota sehingga perencanaan

wilayah dan kota menjadi efisien dan akan mengurangi ketidakpastian perencanaan di

masa yang akan datang. Teori sangat erat kaitannya dengan praktek. Dimana praktek akan

membutuhkan teori, dan teori dapat dirumuskan dengan praktek-praktek.

Praktisi-praktisi ilmu perencanaan wilayah dan kota berbeda dengan praktisi-praktisi ilmu

lain. Praktisi perencanaan wilayah dan kota harus memiliki pengetahuan yang

komprehensif. Hal-hal yang akan terjadi jika praktisi perencanaan tidak menggunakan

teori-teori yang komprehensif adalah ketidak tepatan produk perencanaan sehingga dapat

menimbulkan banyak kerugian di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, teori sangat

berpengaruh besar dalam suksesnya perencanaan, khususnya dalam perencanaan wilayah

dan kota.

Pohon Ilmu Perencanaan Wilayah Kota

Pohon PWK (perencanaan wilayah & kota) di bawah, secera diagram sederhana jelas bahwa
akar atau bekal dasar ilmu PWK berasal dari sumber-sumber ilmu basic Lingkungan,
Kebumian (geologi, geodesi, geografi), Engineering (sipil), Ekonomi, Demografi, Sosial,
Budaya (arsitek, anthropologi), Manajemen, Hukum, MKDU (mata kuliah dasar umum).

Dari bahan dasar yang multi bidang itu, diserap, diracik dengan ilmu gabungan (teori
lokasi, urban/regional geography, urban/regional economic), Ilmu-ilmu
gabungan/sintesis ini penting untuk menguasai ilmu (bahan adonan) wilayah/kota.
Seperti insinyur mesin harus menguasai ilmu logam, sifat fisika dan kimianya, Planner
juga harus menguasai teori lokasi (gabungan ekonomi dan geografi) untuk memahami
persebaran penduduk, kegiatan ekonomi (tani, industri, dagang, jasa). Dalam
implementasi skala kota atau wilayahnya. Sebagai dasar memahami land- use dan
Struktur Ruang Kota dan Wilayah. Suka atau tidak “pertimbangan ekonomi” (terutama
skala wilayah) adalah motivasi dasar manusia berlokasi, beraglomerasi. Hampir tidak
ada kota di zaman sekarang yang tidak tumbuh, di datangi orang, karena motif
“ekonomi” atau “diekonomikan” (kota wisata budaya misalnya). Karena itu perlu
belajar juga Studi Pembangunan (development studies) sebagai perkawinan ilmu ek-sos-
bud-link dengan unsur Kebijakan Pembangunan.
orientasi kebijakan pembangunan pemerintah (pro-growth, pro-equality, dan apakah
serius atau basa-basi soal pro-poor dan sustainable development). Ini tentu sangat
berpengaruh dalam lokasi-alokasi dan distribusi pembangunan dalam ruang.
Disamping Planning Theory, Development Studies ini bekal intellectual thinking
Planner, agar tidak jadi pelaksana PP, SK saja, tapi bisa mempengaruhinya,
mengonsepnya. Kurang kuatnya planning theory dan development studies ini sering
membuat Planner agak naïf, dengan menganggap Planning/Pembangunan cuma satu
aliran, dan menganggap pemerintah otomatis seperti pemilik setiap jengkal ruang
(public), sehingga otomatis produk rencana bisa diterapkan begitu saja.

Anda mungkin juga menyukai