Tugas ini disusun dalam rangka memenuhi tugas matakuliah Teori Perencanaan
Disusun
oleh:
GavrilRozik
183060002
pijakan untuk mencari pengetahuan. Menurut Muchsin, dalam kajian filsafat ilmu dikenal
adanya beberapa dimensi, yaitu:
1. Dimensi ontologis (hakekat ilmu). Ontologi adalah hakikat yang ada (being, sein) yang
merupakan asumsi dasar bagi apa yang disebut sebagai kenyataan dan kebenaran. dalam
perspektif ilmu, ontologi ilmu dapat dimaknai sebagai teori tentang wujud dalam
perspektif objek materil ke-Ilmuan, konsep-konsep penting yang diasumsikan oleh ilmu
ditelaah secara kritis dalam ontologi ilmu.
2. Dimensi epistomologis (cara mendapatkan pengetahuan). Epistemologi derivasinya dari
bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan. Epistemologi merupakan gabungan
dua kalimat episteme, pengetahuan dan logos, theory. Epistemologi adalah cabang ilmu
filasafat yang menenggarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu
pengetahuan. Dengan kata lain, epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-
usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu
penting dalam menentukan sebuah model filsafat. Dengan pengertian ini epistemologi
tentu saja menentukan karakter pengetahuan, bahkan menentukan “kebenaran” seperti
apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak. Aspek epistemology adalah
kebenaran fakta / kenyataan dari sudut pandang mengapa dan bagaimana fakta itu benar
yang dapat diverifikasi atau dibuktikan kembali kebenarannya.
3. Dimensi aksiologis (manfaat pengetahuan). Aksiologis (teori tentang nilai) sebagai
filsafat yang membahas apa kegunaan ilmu pengetahuan manusia. Aksiologi menjawab,
untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu
itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antar acara penggunaan tersebut dengan kaidah-
kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan
moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi
metode ilmiah dengan norma-norma moral?
Dari kutipan Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A, tujuan fisafat ilmu adalah:
1. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami
sumber, hakikat dan tujuan ilmu.
ada pertentangan.6
Perencanaan Wilayah Kota Sebagai Ilmu
Perencanaan Wilayah dan Kota (Regional and City Planning) yang telah berkembang
sebagai suatu disiplin ilmu. pengertian dasar, konsep atau terminonologi yang berkaitan
dengan perencanaan, karakteristik, fungsi dan kebutuhan perencanaan, wilayah, kota, dan
lingkup perencanaan wilayah dan kota.Dalam hal ini pengertian dasar, konsep dan
terminologi tersebut dapat diacu baik dari definisi yang selama ini dikemukakan oleh para
ilmiah tentang usaha menintervensi masa dapan. Teori digunakan sebagai pedoman dasar
yang digunakan dalam proses perencanaan wilayah dan kota sehingga perencanaan
wilayah dan kota menjadi efisien dan akan mengurangi ketidakpastian perencanaan di
masa yang akan datang. Teori sangat erat kaitannya dengan praktek. Dimana praktek akan
Praktisi-praktisi ilmu perencanaan wilayah dan kota berbeda dengan praktisi-praktisi ilmu
lain. Praktisi perencanaan wilayah dan kota harus memiliki pengetahuan yang
komprehensif. Hal-hal yang akan terjadi jika praktisi perencanaan tidak menggunakan
teori-teori yang komprehensif adalah ketidak tepatan produk perencanaan sehingga dapat
menimbulkan banyak kerugian di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, teori sangat
dan kota.
Pohon PWK (perencanaan wilayah & kota) di bawah, secera diagram sederhana jelas bahwa
akar atau bekal dasar ilmu PWK berasal dari sumber-sumber ilmu basic Lingkungan,
Kebumian (geologi, geodesi, geografi), Engineering (sipil), Ekonomi, Demografi, Sosial,
Budaya (arsitek, anthropologi), Manajemen, Hukum, MKDU (mata kuliah dasar umum).
Dari bahan dasar yang multi bidang itu, diserap, diracik dengan ilmu gabungan (teori
lokasi, urban/regional geography, urban/regional economic), Ilmu-ilmu
gabungan/sintesis ini penting untuk menguasai ilmu (bahan adonan) wilayah/kota.
Seperti insinyur mesin harus menguasai ilmu logam, sifat fisika dan kimianya, Planner
juga harus menguasai teori lokasi (gabungan ekonomi dan geografi) untuk memahami
persebaran penduduk, kegiatan ekonomi (tani, industri, dagang, jasa). Dalam
implementasi skala kota atau wilayahnya. Sebagai dasar memahami land- use dan
Struktur Ruang Kota dan Wilayah. Suka atau tidak “pertimbangan ekonomi” (terutama
skala wilayah) adalah motivasi dasar manusia berlokasi, beraglomerasi. Hampir tidak
ada kota di zaman sekarang yang tidak tumbuh, di datangi orang, karena motif
“ekonomi” atau “diekonomikan” (kota wisata budaya misalnya). Karena itu perlu
belajar juga Studi Pembangunan (development studies) sebagai perkawinan ilmu ek-sos-
bud-link dengan unsur Kebijakan Pembangunan.
orientasi kebijakan pembangunan pemerintah (pro-growth, pro-equality, dan apakah
serius atau basa-basi soal pro-poor dan sustainable development). Ini tentu sangat
berpengaruh dalam lokasi-alokasi dan distribusi pembangunan dalam ruang.
Disamping Planning Theory, Development Studies ini bekal intellectual thinking
Planner, agar tidak jadi pelaksana PP, SK saja, tapi bisa mempengaruhinya,
mengonsepnya. Kurang kuatnya planning theory dan development studies ini sering
membuat Planner agak naïf, dengan menganggap Planning/Pembangunan cuma satu
aliran, dan menganggap pemerintah otomatis seperti pemilik setiap jengkal ruang
(public), sehingga otomatis produk rencana bisa diterapkan begitu saja.