0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian filsafat, ilmu, dan filsafat ilmu. Secara ringkas, filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang mengkaji ilmu pengetahuan dari segi ciri-ciri dan cara pemerolehannya, sementara filsafat berupaya menjembatani jurang antara filsafat dan ilmu. Manusia memiliki tiga potensi yakni pikiran, perasaan, dan kemauan yang membedakannya dari makhluk lain.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian filsafat, ilmu, dan filsafat ilmu. Secara ringkas, filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang mengkaji ilmu pengetahuan dari segi ciri-ciri dan cara pemerolehannya, sementara filsafat berupaya menjembatani jurang antara filsafat dan ilmu. Manusia memiliki tiga potensi yakni pikiran, perasaan, dan kemauan yang membedakannya dari makhluk lain.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian filsafat, ilmu, dan filsafat ilmu. Secara ringkas, filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang mengkaji ilmu pengetahuan dari segi ciri-ciri dan cara pemerolehannya, sementara filsafat berupaya menjembatani jurang antara filsafat dan ilmu. Manusia memiliki tiga potensi yakni pikiran, perasaan, dan kemauan yang membedakannya dari makhluk lain.
Tugas 1 Filsafat Ilmu Pengertian Filsafat, Ilmu, Filsafat Ilmu
Dosen : Dr. Priyono, M.Pd Nama : Abdul Halim
Hari/jam : Jumat / 10:00 – 11:50 NIM :1502620041
1. Sebutkan dua macam filsafat !
Jawaban: 1) FILSAFAT HIDUP 2) FILSAFAT ILMU 2. Nyatakan dua definisi filsafat di atas ! Jawaban: 1) FILSAFAT HIDUP Diartikan sebagai pandangan hidup karena filsafat pada hakikatnya bersumber pada hakikat kodrat pribadi manusia (sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk Tuhan). Hal ini berarti bahwa filsafat mendasarkan pada penjelmaan manusia secara total dan sentral sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk monodualisme (manusia secara kodrat terdiri dari jiwa dan raga). Manusia secara total (menyeluruh) dan sentral di dalamnya memuat sekaligus sebagai sumber penjelmaan bermacam-macam filsafat sebagai berikut. a) Manusia dengan unsur raganya dapat melahirkan filsafat biologi. yang semakin luas. Hal itu dapat membantu penyelesaian masalah yang selalu kita hadapi dengan cara yang lebih bijaksana. b) Dasar semua tindakan adalah ide. Sesungguhnya filsafat di dalamnya memuat ide-ide yang fundamental. Ide-ide itulah yang akan membawa manusia ke arah suatu kemampuan untuk merentang kesadarannya dalam segala tindakannya, sehingga manusia akan dapat lebih hidup, lebih tanggap (peka) terhadap diri dan lingkungannya, lebih sadar terhadap hak dan kewajibannya. c) Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kita semakin ditantang dengan memberikan alternatifnya. Di satu sisi kita berhadapan dengan kemajuan teknologi beserta dampak negatifnya, perubahan demikian cepatnya, pergeseran tata nilai, dan akhirnya kita akan semakin jauh dari tata nilai dan moral. Di sisi lainnya, apabila kita tidak berani menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, akhirnya kita akan menjadi manusia “terbelakang”. Untuk itu kita berusaha untuk mengejar kemajuan tersebut dengan segala upaya. Dengan semakin jauhnya kita dengan tata nilai dan moral, akibatnya banyakilmuwan kehilangan bobot kebijaksanaannya. Dengan demikian, apa yang dihasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi bersamaan itu pula manusia kehilangan pendirian dan dihantui kebingungan dan keraguan (skeptis). Tinggal menunggu malapetaka datang menghancurkan kehidupan manusia. Mengingat hal-hal tersebut di atas, kita sangat memerlukan suatu Emu yang sifatnya memberikan pengarahan (ilmu pengarahan) atau Bence of direction. Dengan ilmu tersebut, manusia akan dibekali suatu kebijaksanaan yang di dalamnya memuat nilai-nilai kehidupan yang sangat diperlukan oleh umat manusia. Hanya ilmu filsafatlah yang dapat diharapkan mampu memberi manusia suatu integrasi dalam membantu mendekatkan manusia pada nilai-nilai kehidupan untuk mengetahui mana yang pantas kita tolak, mana yang pantas kita setujui, mana yang pantas kita ambit sehingga dapat memberikan makna kehidupan. 2) FILSAFAT ILMU Peter Caws memberikan makna filsafat ilmu sebagai bagian dari filsafat yang kegiatannya menelaah ilmu dalam konteks keseluruhan pengalaman manusia, Steven R. memaknai filsafat ilmu sebagai suatu disiplin yang diarahkan untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan prosedur penelitian ilmiah, penentuan argumen, dan anggapan- anggapan metafisik guna menilai dasar-dasar validitas ilmu dari sudut pandang logika formal, dan metodologi praktis serta metafisika. Sementara itu White Beck lebih melihat filsafat ilmu sebagai kajian dan evaluasi terhadap metode ilmiah untuk dapat dipahami makna ilmu itu sendiri secara keseluruhan, masalah kajian atas metode ilmiah juga dikemukakan oleh Michael V. Berry setelah mengungkapkan dua kajian lainnya yaitu logika teori ilmiah serta hubungan antara teori dan eksperimen, demikian juga halnya Benyamin yang memasukan masalah metodologi dalam kajian filsafat ilmu disamping posisi ilmu itu sendiri dalam konstelasi umum disiplin intelektual (keilmuan). Sementara itu Gahral Adian mendefinisikan filsafat ilmu sebagai cabang filsafat yang mencoba mengkaji ilmu pengetahuan (ilmu) dari segi ciri-ciri dan cara pemerolehannya. Filsafat ilmu selalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendasar/radikal terhadap ilmu seperti tentang apa ciri-ciri spesifik yang menyebabkan sesuatu disebut ilmu, serta apa bedanya ilmu dengan pengetahuan biasa, dan bagaimana cara pemerolehan ilmu, pertanyaan-pertanyaan tersebut dimaksudkan untuk membongkar serta mengkaji asumsi-asumsi ilmu yang biasanya diterima begitu saja (taken for granted). Dengan demikian filsafat ilmu merupakan jawaban filsafat atas pertanyaan ilmu atau filsafat ilmu merupakan upaya penjelasan dan penelaahan secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan ilmu. (Suharsaputra, 2004). Spesifikasi dan kemandirian ilmu yang dihadapkan dengan semakin banyaknya masalah kehidupan yang tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat menjadi tumpuan untuk menjawabnya. Filsafat memberi penjelasan atau jawaban substansial dan radikal atas masalah tersebut, sementara ilmu terus mengembangakan dirinya dalam batas-batas wilayahnya, dengan tetap dikritisi secara radikal, proses atau interaksi tersebut pada dasarnya merupakan bidang kajian filsafat ilmu, oleh karena itu filsafat ilmu dapat dipandang sebagai upaya menjembatani jurang pemisah antara filsafat dengan ilmu, sehingga ilmu tidak menganggap rendah pada filsafat, dan filsafat tidak memandang ilmu sebagai suatu pemahaman atas alam secara dangkal. 3. Sebutkan tiga potensi manusia yang tidak dimiliki makluk lain? Jawaban: 1) PIKIRAN Pikiran merupakan seperangkat fakultas yang bertanggung jawab atas fenomena mental. Kerapkali sebutan tersebut pula diidentikkan dengan fenomena itu sendiri. Keahlian ini meliputi benak, imajinasi, ingatan, kehendak, serta sensasi. Mereka bertanggung jawab atas bermacam fenomena mental, semacam anggapan, pengalaman rasa sakit, keyakinan, kemauan, hasrat serta emosi. Dalam hal ini manusia memiliki pikiran yang berbeda dengan hewan yakni manusia memiliki pikiran yang dapat mencari nilai kebenaran dengan logika 2) PERASAAN Manusia telah dikaruniai akal pikiran dan perasaan. Bila akal dan perasaannya menyatu, maka terciptalah akhlak atau moral dalam berperilaku. Akhlak atau moral dalam berprilaku akan meciptakan nilai keindahan (estetika) 3) KEMAUAN Kemauan yang dimaksud ialah manusia memiliki syaraf dan otak untuk dapat membedakan nilai baik dan buruk. Kemauan pada manusia akan menghasilkan nilai kebaikan (Etika). 4. Sebutkan 9 syarat berfikir filosofis ! Jawaban: 1) KOHEREN (LOGIS), yaitu berpikir dengan menggunakan logika (undang-undang berpikir) yaitu melalui tiga tahap; pemahaman, keputusan dan argumentasi 2) SISTEMATIS, yaitu berpikir melalui alur yang sistemik sehingga ditemukan adanya koheren (saling runtut), diantara satu pertanyaan dengan pertanyaan lainnya. 3) RADIKAL, berpikir sampai kepada akar masalah. 4) UNIVERSAL, berpikir secara umum bukan khusus. Disini perbedaannya ilmu berpikir secara khusus, filsafat berpikir secara umum. 5) KONSEPTUAL, Semua hal yang berhubungan dengan hasil yang baik pastilah mempunyai konsep yang baik pula di dalamnya. Konsep disini diibaratkan sebagai rancangan abtrak, jika rancangan baik maka hasil dari tugas yang dirancang tersebut juga baik. Konseptual juga berkaitan dengan generalisasi (penyamarataan). 6) KONSISTEN, adalah salah satu sifat integritas. Satu kesamaan yang dimiliki oleh orang- orang yang tidak sukses adalah mereka kurang konsisten. Konsisten dapat diartikan tidak kontradiktif dengan filsafat. 7) KOMPREHENSIF, adalah suatu hal yang bersifat menyeluruh. Istilah ini digunakan dalam berbagai bidang, di mana maknanya tentu akan menyesuaikan konteks yang sedang dibicarakan. 8) BEBAS DARI PRASANGKA Dalam berfikir filosofis diharuskan bebas dari pertimbangan yang subjektif, baik dalam aspek sosial, historis, kultural, maupun religius. 9) BERTANGGUNG JAWAB, adalah sikap atau perilaku untuk melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh dan siap menanggung segala risiko dan perbuatan.
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita