Ilmu adalah salah satu dari sebuah pemikiran manusia dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan ini. Ilmu merupakan salah satu dari pengetahuan manusia, agar bisa menghargai
ilmu kita terlebih dahulu harus memahami hakekat ilmu sebenarnya (Suriasumantri, 2001).
Pengertian ilmu berasal dari Bahasa Arab ilm, Inggris science, Belanda watencamp, dan
Jerman wissenchaf. Ilmu merupakan hal yang urgen dalam kehidupan manusia di dunia agar
manusia meningkatkan kemampuan diri serta kualitas dan mengangkat eksistensinya.
(Tamrin, 2019)
Definisi ilmu yang dikemukakan oleh pakar luar negeri salah satunya yaitu R. Harre.
Ilmu menurut Harre adalah ‘‘a collection of well a sested theoris which explain the patterns
regulaties and irregulaties among carefully studies fenomeno”.
Definisi ilmu menurut harre adalah kumpulan teori-teori yang sudah diuji coba
dengan menjelaskan pola teratur ataupun tidak teratur diantara fenomena yang dipelajari
secara hati-hati. Definisi pemikir Marxis bangsa Rusia bernama Alfensyef menjelaskan ilmu
pengetahuan “ Science is the society and thought, if reflect the word correctness, categories
and laus the recivied by protical experience”. Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan
manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan kategori-kategori,
konsep-konsep, dan kebenarannya diuji dengan praktis. (R, 1995)
Salah satu pakar Indonesia yang mendefinisikan ilmu pengetahuan adalah A. Baiquni,
Guru besar Universitas Gajah Mada Yogyakarta. “ Science merupakan general consensus
dari masyarakat yang terdiri dari para scientific” menurut A. Baiquni dalam (Tamrin, 2019).
- PENGERTIAN FILSAFAT
Anda tentu menyadari bahwa dalam kehidupan sehari-hari sering kali manusia
mengalami hal-hal yang kurang dipahami sehingga menimbulkan sebuah pertanyaan dalam
dirinya dan menyebabkan tergugahnya rasa kaingintahuan. Banyak sekali kejadian serta
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari- hari di alam semesta ini yang sangat indah
dan menakjubkan, sehingga menyebabkan rasa kagum atau bahkan rasa takut serta heran.
Hujan yang turun dari langit, gunung-gunung yang indah berhamparan, gunung Meletus dan
bahkan tsunami. Tentu saja peristiwa ini dapat menimbulkan pertanyaan apakah sebenarnya
yang terjadi dan apakah yang menjadi asal dari segala yang ada di ala mini. Hal inilah yang
kemudian menjadi pertanyaan dan pemikiran bagi beberapa orang pada masa sekitar 600-200
tahun sebelum masehi di Yunani.
Kata filsafat berasal dari kata philosophia yang diambil dari Bahasa Yunani yang
artinya adalah mencintai kebijakasanaan sedangkan dalam Bahasa Inggris kata filsafat
disebut dengan kata philosophy dan dalam Bahasa Arab disebut dengan istilah falsafah yang
artinya adalah cinta kearifan. Kata philosophia memiliki akar kata philen yang berarti
mencintai dan Sophos yang berarti bijaksana. Jadi, istilah philosophia berarti mencintai akan
hal-hal yang bersifat bijaksana. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa filsafah memiliki arti cinta kebijaksanaan. Orang yang sedang menempuh atau sedang
berusaha mencari kebijaksanaan atau pecinta pegetahuan disebut dengan filsuf atau filosof.
Dan sumber dari filsafat adalah manusia, dalam hal ini akal dan kalbu manusia yang sehat
ydan berupaya keras dengan sangat bersungguh-sungguh untuk mencari sebuah kebenaran
dan nakhirnya memperoleh sebuah kebenaran menurut Solomon dan Higgins dalam
(Rahman, 2020).
Menurut maha guru Prof. Jamma, menyampaikan bahwa secara umum filsadat
memiliki arti cinta atau sesuatu yang disukai. Sedangkan menurut plato filsafat adalah
pengetahuan tentang segala sesuatu yang ada, berusaha mencari sebuah kebenaran yang
murni, penyelidikan tentang segala sesuatu yang ada. Filsafat adalah menyelidiki sebab, asas,
segala benda, mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab dari realitas yang ada.
Mempelajari being as being atau sebagaimana adanya being as such menurut Aristoteles
dalam (Jamma, 2012).
Mengingat pentingnya pengetahuan umum dalam interaksi sosial, luar biasa bahwa
baru- baru ini para filsuf dan ilmuan sosial mencoba menganalisis konsep tersebut. David
Hume (1740) mungkin adalah orang pertama yang membuat referensi eksplisit tersebut
tentang peranan pengetahuan dalam koordinasi. Dalam penjelasannya tentang konvensi
dalam A Treatise of Human Nature, Hume berpendapat bahwa kondisi yang diperlukan
untuk aktivitas terkoordinasi adalah semua agen mengerti perilaku apa saja yang diharapkan
dari satu sama lain. tanpa pengetahuan timbal balik yang diperlukan, Hume mempertahankan
konvensi sosial yang saling menguntungkan akan hilang (Rahman, 2020)
Ruang lingkup filsafat ilmu meliputi konsep filsafat, kajian filsafat sebagai cara
berpikir, ciri-ciri berpikir kefilsafatan, dan konsep dari filsafat ilmu itu sendiri. Pada
umumnya masyarakat awam beranggapan bahwa filsafat merupakan hal yang berbahaya dan
tidak penting. Padahal filsafat sendiri adalah salah satu pengetahuan sekaligus disiplin ilmu
yag unik dan sangat mendasar serta merupakan induk dari seemua disiplin ilmu lainnya.
Bahkan setiap kita merupakan orang-orang yang berfilsafat setiap detik dalam hidup kita,
seperti berfikir dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang meresahkan atau yang membuat
takjub diri kita. Filsafat bukanlah sesuatu yang menakutkan melainkan justru dengan filsafat
menjadikan kita menajadi seseorang yang pemberani di dalam mengarungi kehidupan.
Filsafat bukanlah sesuatu yang dapat merusak keyakinan dan nilai-nilainy, tetapi cara yang
tidak benar dalam berfilsafatlah yang mampu merusak keyakinan serta nilai-nilainya. Filsafat
juga tidak bertujuan untuk mencari salah dan benar, tetapi filsafat bertujuan untuk mencari
kebenaran tanpa menyalahkan. Filsafat juga tidak memiliki tujuan untuk membanding-
bandingkan kebaikan dan keburukan, tetapi dengan filsafatlah bertujuan untuk memperbaiki
hal-hal yang dianggap buruk secara normative, manusiawi, dan hasilnya dapat diterima sesuai
dengan kesepakatan (konveksi) walaupun seifatnya sementara (tentative). Filsafat tidak
bertujuan untuk menimbulkan kesalahpahaman, tetapi filsafat justru bertujuan untuk
membawa kita kepada pemahaman, dan pemahaman membawa kita kepada tindakan yang
lebih layak (Sudarsana et al., 2020) serta membawa kita kepada tujuan yang jelas kemana kita
harus bereksistensi dalam kehidupan kita (Sariasumantri, 2017) dan oleh karenanya tugas
filsafat berkisar pada pemahaman hakikat dan tujuan keberadaan manusia beserta segala
kerumitannya (Palmquis, 2000).
Kajian filsafat sebagai cara berfikir, sadar atau tidak ketika kita bersentuhan dengan
filsafat sebenarnya kita sedang melakukan kegiatan berfikir dan bagaimana kita berfikir,
demikian pula sebaliknya. Kegiatan dan cara berfikir yang kita lakukan secara keseluruhan
merupakan inti dari pengetahuan kita sendiri. Untuk itu kita perlu mengetahui karakteristik
berfikir dalam berfikir. Dalm filsafat. Ada 6 karakteristik berfikir dalam filsafat yaitu
menyeluruh, mendasar, spekulatif, reflektif, kritis dan postulatif (Boeriswati & Arung, 2018).
Terdapat ciri-ciri berpikir kefilsafatan. Hal ini penting bagi kita agar kita mampu
memahami lebih apa yang kita pikirkan, serta bagaimana memikirkannya, dapat disebut
sebagai pikiran yang filosofis. Menurut Craig,2002; Kebung,2011;dan Kattsoff,2004
beberapa ciri-ciri berfikir kefilsafatan antara lain ( 1. Komprehensif dan mendalam, 2.
Konseptual, 3. Koheren dan Konsisten, 4. Rasional, 5. Bebas dan Kritis, 6. dan Bertanggung
Jawab.
Setelah memahami apakah itu filsafat ilmu, fungsi dari filsafat ilmu dan tujuan dari
filsafat ilmu, maka kita akan mengetahui apa itu konsep dari filsafat ilmu. Dimana pada
bagian ini kita akan masuk pada refleksi lanjutan tentang bagaimana kita dapat
mengambangkan disiplin ilmu kita dengan menerapkan konsep-konsep filsafat yang telah kita
pahami. Kita mampu mengatakan bahwa filsafat ilmu adalah salah satu cabang ilmu filsafat
serta bagaimna pengaturan pendekatan, metode, dan strategi tertentu yang digunakan untuk
menyatkan kebenaran suatu ilmmu berdasarkan tujuan yang hendak dicapai oleh ilmu
tersebut.
KONSEP FILSAFAT
Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran
tertentu akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yaitu berupa pengetahuan. Partap Sing
Mehra (1968) menyatakan bahwa proses berikir mencakup hal-hal antara lain, yaitu (
conception, Judgement, Reasoning). Seseorang yang sedang berfikir tentang sesuatu, maka
yang pertama dia lakukan adalah membentuk gagasan umum tentang sesuatu. Kedua, akan
menentukan sesuatu dari gagasan umum itu. Ketiga, dia akan menalarkannya dengan
mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan sesuatu tersebut (mencari argumentasi).
Penjelasan ini mengukuhkan bahwa prose berfikir dalam filsafat dilakukan secara bertahap
dan berurutan. Kemudian ini disebut dengan filsafat itu berfikir secara sistematis.
Secara umum dengan demikian dapat disimpulkan bahwa filsafat memiliki arti yaitu
upaya individu atau manusia untuk memahami segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan
kritis. Artinya, filsafat merupakan sebuah proses bukan sebuah produk, maka proses yang
dilakukan adalah berfikir kritis yaitu usaha secara aktif, sistematis, dan mengikuti prinsip-
prinsip logika untuk mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan menentukan
apakah informasi itu dapat diterima atau ditolak. Dengan demikian kita tahu bahwa gambaran
filsafat adalah tentang proses berfikir, lalu berfikir seperti apa yang digunakan dalam filsafat
KEDUDUKAN FILSAFAT
Persoalan hidup ada dikarenakan adanya rasa ingin tahu. Apabila manusia tidak
mempunyai sikap dan perilaku ingin tahu, rasanya tidak aka nada persoalan dalam
kehidupannya. Manusia memang dibekal rasa ingin tahu dan inginselalu mencari kebenaran
atas persoalan dalam hidupnya yang diakibatkan dari rasa ingin tahunya. Rasa ingin tahu
itulah kemudian diwujudkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Misalnya, mengapa
pelangi uncul setelah hujan ?, mengapa hujan turun dari langit ?, dan mengapa sinar matahari
panas ?. pertanyaan tersebut tentunya muncul setelah manusia mengalami atau dapat
dikatakan peristiwa ini bisa dialami oleh manusia.
Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran
tertentu akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yaitu berupa pengetahuan. Partap Sing
Mehra (1968) menyatakan bahwa proses berikir mencakup hal-hal antara lain, yaitu (
conception, Judgement, Reasoning). Seseorang yang sedang berfikir tentang sesuatu, maka
yang pertama dia lakukan adalah membentuk gagasan umum tentang sesuatu. Kedua, akan
menentukan sesuatu dari gagasan umum itu. Ketiga, dia akan menalarkannya dengan
mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan sesuatu tersebut (mencari argumentasi).
Penjelasan ini mengukuhkan bahwa prose berfikir dalam filsafat dilakukan secara bertahap
dan berurutan. Kemudian ini disebut dengan filsafat itu berfikir secara sistematis.
Secara umum dengan demikian dapat disimpulkan bahwa filsafat memiliki arti yaitu
upaya individu atau manusia untuk memahami segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan
kritis. Artinya, filsafat merupakan sebuah proses bukan sebuah produk, maka proses yang
dilakukan adalah berfikir kritis yaitu usaha secara aktif, sistematis, dan mengikuti prinsip-
prinsip logika untuk mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan menentukan
apakah informasi itu dapat diterima atau ditolak. Dengan demikian kita tahu bahwa gambaran
filsafat adalah tentang proses berfikir, lalu berfikir seperti apa yang digunakan dalam filsafat
CONCLUSION ( KESIMPULAN )
Boeriswati, E., & Arung, F. (2018). Ruang Lingkup Filsafat. Idik4006/Modul 1, 1, 1–54.
Palmquis. (2000). The Tree of Philosophy: A Course of Introductory Lectures for Beginning
Students of Philosophy – 4th Edition.
Poedjiadi, A., & Muchtar, S. Al. (2014). fILSAFAT ILMU. In Repository UT (Issue
Poedjiadi, A., Al-Muchtar, S. (2014). Modul Pengertian Filsafat. Repository UT, 1–29.).
http://repository.ut.ac.id/4144/1/IDIK4006-M1.pdf
R, H. (1995). The Philoshopies of Science and Introdictory Survey, London: The Ford
University Press. Dissertation, 62.
Rahman, M. T. (2020). Filsafat Ilmu Pengetahuan.pdf (R. Rosyad & D. Suherman (eds.)).
UIN Sunan Gunung Djati bandung.
Sariasumantri, J. S. (2017). Keterkaitan Ilmu, Agama, dan Seni. Jakarta, Indonesia. 2017.
Sudarsana, I. K., Purandina, I. P. Y., Joyo, P. R., Bagus, I., Saitya, S., & Putu, N. (2020).
Implementation Of Value And Moral Philosophy In Multicultural Education In School.
Jour of Adv Research in Dynamical & Control Systems, 12(06), 2948.
https://doi.org/10.5373/JARDCS/V12I6/S20201258
Suriasumantri, J. S. (2001). Ilmu dalam perspektif (J. S. Suriasumantri (ed.)). Yayasan Obor
Indonesia.
Tamrin, A. (2019). Relasi Ilmu, Filsafat dan Agama Dalam Dimensi Filsafat Ilmu. SALAM:
Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 6(1), 71–96.
https://doi.org/10.15408/sjsbs.v6i1.10490