Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi UPI 2020 ISBN : 978-623-92801-1-6

Sub Tema 2 : Analisis Ketimpangan Ruang Melalui PJ dan SIG

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI KOTA AMBON


DENGAN METODE MAXIMUM LIKELIHOOD CLASSIFICATION

Ahmat Rifai1, Muhammad Ziah Ulhaq Payapo2, Muhammad Amin Lasaiba3


1
Departemen Geografi, Universitas Indonesia, Depok
2
Program Studi Perikanan Tangkap Politeknik Kelautan dan Perikanan Maluku.
3
Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Pattimura Ambon
ahmat.rifai81@ui.ac.id

ABSTRAK

Kota Ambon merupakan kota dengan pertumbuhan ekonomi dan penduduk tertinggi di Provinsi
Maluku, yang menjadikan kebutuhan lahan terbangun yang tinggi dan pesat. Oleh karena itu
perkembangan perubahan tutupan lahan sangat penting untuk dipahami, agar pola perubahan tutupan
lahan di masa depan dapat diprediksi dan dampak negatifnya dapat dicegah atau dikurangi. Analisis
spasial perubahan tutupan lahan di Kota Ambon dilakukan dengan pengolahan citra Landsat 4-5 TM
dan Landsat 8 OLI terdiri dari proses pre-processing dan klasifikasi citra dengan menggunakan
metode Maximum Likelihood Classification. Hasil penelitian menunjukkan, secara umum lahan
terbangun di Kota Ambon terpusat pada wilayah inti kota yaitu Kecamatan Sirimau. Distribusi
penggunaan lahan permukiman dan lahan terbangun di pusat Kota Ambon tersebar di seluruh wilayah
pusat kota dengan variasi luas yang beragam tergantung dari luasan administrasi wilayah tersebut.
Wilayah permukiman sebagian besar tersebar pada Desa Batu Merah 156.607 Ha, dan Desa Soya
seluas 107.112 Ha. Kedua wilayah ini merupakan basis sentral permukiman penduduk terpadat di
Pusat Kota Ambon dan pengembangannya banyak tersebar pada wilayah-wilayah perbukitan.

Kata Kunci: Spasial, Tutupan Lahan, Maximum Likelihood Classification

ABSTRACT

Ambon City is a city with the highest economic growth and population in Maluku Province, which
causes a high and rapid development of land needs. Therefore, the development of land cover change
is very important to understand, so that future patterns of land cover change can be predicted and the
negative impacts can be prevented or reduced. The spatial analysis of land cover change in Ambon
City was carried out by processing Landsat 4-5 TM and Landsat 8 OLI images consisting of a pre-
processing and image classification using the Maximum Likelihood Classification method. The results
showed, in general, the land developed in Ambon City was centered in the core area of the city,
namely Sirimau District. The distribution of residential land use and built-up land in the center of
Ambon City was spread throughout the downtown area with wide variations depending on the area of
the administration of the area. The residential areas were mostly scattered in Batu Merah Village,
156.607 Ha, and Soya Village covering an area of 107.112 Ha. These two areas were the central
bases of the most densely populated settlements in the center of Ambon City and their development
was widely spread over hilly areas.

Keywords: Spatial, Land Cover, Maximum Likelihood Classification

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tutupan lahan sebagai wujud dari proses interaksi yang dinamis antara aktivitas manusia
dengan sumberdaya lahan yang terdistribusi secara spasial dari permukaan darat dan mengidentifikasi
penutup biofisik dari medan, ini termasuk air daratan, lahan kosong atau infrastruktur manusia
(Gopalakrishnan et al., 2020) tutupan lahan dan unsur-unsur pembatasnya berpengaruh terhadap
proses-proses yang terjadi di permukaan lahan. Setiap wilayah memiliki berbagai variasi jenis tutupan
lahan yang beragam (Guo et al., 2020). variasi ini diidentifikasi dari jenis-jenis tutupan lahan yang

47
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi UPI 2020 ISBN : 978-623-92801-1-6

tumbuh dan berkembang pada guna lahan tersebut(Yin et al., 2020). perubahan tutupan lahan yang
paling cepat telah terlihat adalah di sekitar daerah perkotaan (Sapena & Ruiz, 2019).
Perubahan tutupan lahan sangat berpengaruh signifikan terhadap perencanaan pengembangan
wilayah dan juga terhadap fungsi ekosistem di semua skala spasial, dari global hingga lokal (Akhtar et
al., 2020, Calderón-Loor et al., 2021), oleh sebab itu penting untuk memahami hubungan antara
fenomena sosial dan alam, terutama di wilayah perkotaan untuk meningkatkan keberlanjutan lanskap
yang dinamis dan untuk memprediksi efek perencanaan penggunaan lahan (Darvishi et al., 2020).
Peningkatan jumlah penduduk sejalan dengan Peningkatan kegiatan manusia di berbagai sektor
terutama sektor ekonomi, sehingga kebutuhan akan sumberdaya lahan juga akan meningkat,
sedangkan keberadaan lahan yang tetap (He et al., 2018) hal ini akan menyebabkan meningkatnya
persaingan dalam penggunaan lahan, sehingga kebutuhan ekonomi dan sosial akan selalu menjadi
prioritas dalam perubahan penggunaan lahan, oleh karena itu, pemanfaatan dan efisiensi dari tutupan
lahan perkotaan harus ditingkatkan berdasarkan perencanaan tutupan lahan yang rasional dengan
tujuan untuk pembangunan yang berkelanjutan (Tian et al., 2016). Sehingga perlu adanya peningkatan
dan pengelolaan potensi pengembangan. Karena salah satu kunci pembangunan berkelanjutan pada
wilayah perkotaan adalah dengan perencanaan dan penataan ruang terutama dalam pengembangan
ruang terbuka hijau (Patra et al., 2018).
Perubahan penggunaan lahan dapat berlangsung dalam waktu yang berbeda dan dalam skala
bentuk dan ukuran yang berbeda pula. Perubahan tutupan lahan dapat dikatakan pula sebagai
beralihnya fungsi lahan yang satu dengan yang lain yang berhubungan langsung maupun tidak
langsung dengan tujuan manusia dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya. Kondisi ini menjadi
suatu permasalahan wilayah akibat tuntutan kebutuhan lahan dan keterbatasan lahan serta perlu dikaji
untuk dapat memberikan solusi dalam penataan penggunaan lahan Kota Ambon ke depan yang
sustainable berdasarkan aspek ekologis serta upaya-upaya konservatif guna mendukung perencanaan
penggunaan lahan serta pengalokasian penggunaan lahan yang tepat di samping melakukan kegiatan
konservatif sebagai upaya preventif dalam penggunaan lahan yang berbasis ekologis.
Penelitian tentang perubahan tutupan lahan dengan menggunakan teknik maximum likelihood
classification merupakan sebuah langkah awal dalam pengelolaan dan keberlanjutan lahan ke depan,
penelitian ini juga dapat memfasilitasi pemerintah/stakeholder dan para pemangku kepentingan dalam
penanganan dan pengelolaan lahan secara bijaksana agar dapat diambil keputusan pemanfaatan lahan
yang menguntungkan dalam dimensi perencanaan penggunaan lahan yang berkelanjutan seiring
dengan pengembangan Kota Ambon di masa yang akan datang.

METODE PENELITIAN
Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan
spasial, penelitian ini dilakukan di Kota Ambon, Provinsi Maluku yang mempunyai pertumbuhan
penduduk dan perkembangan tutupan lahan terutama wilayah terbangun yang tinggi di antara
kabupaten/kota lainnya di Provinsi Maluku. Tutupan lahan menggambarkan lahan terbangun dan
ruang terbuka, karena pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi menyebabkan kebutuhan lahan
juga semakin tinggi. Semakin tinggi kebutuhan lahan, maka ketersediaan lahan yang ada akan semakin
sedikit karena jumlah lahan yang relatif tetap serta semakin meningkatnya wilayah terbangun. Pola
perkembangan tutupan lahan ini akan dianalisis secara spasial dengan menggunakan teknik maximum
likelihood classification.
Data ini berupa hasil ekstraksi informasi tutupan lahan dari citra Landsat 5 (2008) dan Landsat 8
OLI (2013 dan 2018) yang telah diverifikasikan dengan hasil survei. Pada informasi perubahan
tutupan lahan dari ekstraksi citra Landsat 5 TM (2008) dan Landsat 8 OLI (2013 dan 2018) yang
menggunakan maximum likelihood classification. kemudian dilakukan analisis overlay untuk
mengetahui perkembangan lahan 10 tahun terakhir (2008-2018).
Pengolahan citra Landsat 4-5 TM dan Landsat 8 OLI terdiri dari proses pre-processing dan
klasifikasi citra dengan menggunakan metode maximum likelihood classification (Ali et al., 2018)
Pengolahan data ini dimaksudkan untuk mendapatkan data luas wilayah terbangun tahun 2008-2018.

48
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi UPI 2020 ISBN : 978-623-92801-1-6

Citra Landsat 5 dan Landsat 8 OLI


Spatial Analysis Tools
Multivariate
Pre-processing Create Signature
Input Data Raster
Maximum Likelihood
Classification
Supervised Classification

Peta Penutup Lahan

Gambar 1. Alur Kerja Tutupan Lahan dari Citra Landsat 5 dan 8 OLI
Sumber: Pengolahan Data, 2020

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, wilayah terbangun dilihat berdasarkan perubahan tutupan lahan dalam
kurun waktu 10 tahun yang disesuaikan dengan data kependudukan. Untuk memperoleh informasi
mengenai tren perubahan tutupan lahan, diambil informasi dari tiga tahun citra bebas awan (kurang
dari 10%) yang berbeda dalam periode 10 tahun, dengan rincian citra Landsat 5 TM tahun 2008, citra
Landsat 8 OLI/TIRS 2013 dan citra Landsat 8 OLI/TIRS 2013. Klasifikasi citra Landsat dengan teknik
Supervised Classification dan metode Maximum Likelihood Classification dilakukan untuk
memudahkan proses analisis. hasil Supervised kemudian juga dikoreksi dengan menggunakan Citra
dari Google Earth sesuai tahun yang dianalisis untuk mendapatkan hasil analisis yang benar-benar
menggambarkan keadaan aslinya.
Klasifikasi terhadap citra dilakukan dengan menggunakan standar klasifikasi SNI 7645 – 2010
mengenai Klasifikasi Penutup Lahan. Setelah melakukan penyesuaian bahwa data yang diperlukan
adalah data perkembangan permukiman, maka klasifikasi penutup lahan dibagi ke dalam 5 (lima)
kelas. Kelas penutup lahan tersebut antara lain: lahan terbangun, hutan, semak dan tegalan, lahan
terbuka dan badan air. Lahan terbangun terdiri dari permukiman dan lahan terbangun meliputi
permukiman, kawasan permukiman, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan pemerintahan dan
BUMN, kawasan peribadatan, kawasan pertahanan dan keamanan, kawasan pendidikan dan kesehatan,
kawasan pelabuhan dan bandara, serta kawasan olahraga, jalan dan kuburan. Hutan terdiri dari hutan
primer dan hutan sekunder, selanjutnya semak belukar, sawah, tegal, dan perkebunan. Lahan terbuka
terdiri dari, padang rumput dan alang-alang. Badan air terdiri dari danau, rawa, dan sungai.

Tutupan Lahan Tahun 2008


Tutupan lahan pada tahun 2008 didominasi oleh tutupan lahan daerah hutan yaitu sebesar
17.281.862 Ha dan luasan tutupan lahan terbangun sebesar 5.157.811 Ha. Secara keseluruhan peta
persebaran tutupan lahan dapat dilihat pada Gambar 2, di mana untuk tutupan lahan terbangun terpusat
pada wilayah pusat Kota Ambon atau di Kecamatan Sirimau.

Tutupan Lahan Tahun 2013


Tutupan lahan tahun 2013 masih didominasi juga tutupan lahan jenis hutan yaitu sebesar
14.281.862 Ha (42%) meskipun telah terjadi penurunan. Penurunanpun terjadi pada tutupan lahan
jenis tegalan dan semak menjadi 5.000,30 Ha. selanjutnya kawasan lahan terbuka menjadi 519.882.79
Ha, padang rumput 301.986 Ha dan peningkatan terjadi pada jenis lahan terbangun sebesar 6.549.162
Ha dapat dilihat pada Gambar 2 komposisi kelas tutupan lahan tahun 2013 di mana untuk tutupan
lahan terbangun masih terpusat pada wilayah pusat Kota Ambon atau di Kecamatan Sirimau dan di
pesisir Kecamatan Teluk Ambon mengikuti pola jalan utama.

49
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi UPI 2020 ISBN : 978-623-92801-1-6

Tutupan Lahan Tahun 2018


Tutupan lahan tahun 2018 yaitu tutupan lahan terbangun terjadi penambahan menjadi 9.087.064
Ha dan tutupan lahan jenis hutan menjadi 13.181.862 Ha, tutupan lahan tegalan dan semak belukar
menjadi 451.990 Ha, dan tutupan lahan padang rumput menjadi 289.635 Ha. Pada gambar di bawah,
komposisi kelas tutupan lahan tahun 2018 di mana untuk tutupan lahan terbangun masih terpusat pada
wilayah pusat Kota Ambon atau di Kecamatan Sirimau dan di wilayah pinggiran kota yaitu
Kecamatan Teluk Ambon perkembangan lahan terbangun mengikuti pola jalan utama. Selanjutnya
terjadi penurunan pada tutupan lahan terbuka menjadi 451.945 Ha, dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Tutupan Lahan 2008, 2013, 2018 di Kota Ambon


Sumber: Citra Landsat 5, OLI 8 (Pengolahan Data, 2020)

Perkembangan Wilayah Terbangun


Berdasarkan perkembangan tutupan lahan, maka didapatkan persentase luas lahan terbangun
dan ruang terbuka yang dapat dilihat pada Tabel 1. Secara umum ruang terbuka (hutan, semak dan
tegalan, lahan terbuka, serta padang rumput) cenderung terus mengalami penurunan dari yang pada
awalnya memiliki persentase. Sedangkan lahan terbangun cenderung terus mengalami kenaikan dari
persentase luas. Walaupun demikian, persentase ruang terbuka hijau yang ada masih sesuai dengan
Peraturan Menteri PU No. 05/PRT/M/2008 yang mengharuskan suatu wilayah memiliki ruang terbuka
hijau minimal 30% dari luas total wilayah, di mana Kota Ambon masih memiliki ruang terbuka hijau
75 % pada tahun 2018.

50
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi UPI 2020 ISBN : 978-623-92801-1-6

Tahun Luas Wilayah Terbangun (Ha) % Δ Luas


2008 51578,11 -
2009 55341,22 7,30
2010 57890,86 4,61
2011 58901,34 1,75
2012 60393,01 2,53
2013 65491,62 8,44
2014 71101,19 8,57
2015 77448,93 8,93
2016 83664,40 8,03
2017 86788,90 3,73
2018 90870,64 4,70
Rata-rata 5,86
Tabel 1. Luas dan Persentase Laju Perkembangan Lahan Terbangun
Sumber: Pengolahan Data, 2020

Berdasarkan luas lahan terbangun pada tahun 2008, 2013, dan 2018 maka didapatkan luas lahan
terbangun pada tahun 2009, 2010, 2011, 2012, 2014, 2015, 2016, dan 2017 yang luasan dan persentase
perubahannya dapat dilihat pada Tabel 1. Secara umum, laju perkembangan lahan terbangun di Kota
Ambon cenderung bervariasi. Sementara itu, rata-rata laju perkembangan lahan terbangun Kota
Ambon memiliki nilai 5,86%. Variatifnya laju perkembangan lahan terbangun tersebut dikarenakan
faktor penekan wilayah terbangun yang semakin tinggi.

KESIMPULAN
Pola perubahan tutupan lahan pada tahun 2008 didominasi oleh tutupan lahan daerah hutan
yaitu sebesar 17.281.862 Ha dan luasan tutupan lahan terbangun sebesar 5.157.811 Ha. Secara
keseluruhan, peta persebaran tutupan lahan dapat dilihat pada Gambar 2 di mana untuk tutupan lahan
terbangun terpusat pada wilayah pusat Kota Ambon atau di Kecamatan Sirimau. Selanjutnya, tutupan
lahan tahun 2013 masih didominasi juga tutupan lahan jenis hutan yaitu sebesar 14.281.862 Ha (42%)
meskipun telah terjadi penurunan. Penurunanpun terjadi pada tutupan lahan jenis tegalan dan semak
menjadi 5.000,30 Ha. selanjutnya kawasan lahan terbuka menjadi 519.882.79 Ha. Selanjutnya, padang
rumput 301.986 Ha dan peningkatan terjadi pada jenis lahan terbangun sebesar 6.549.162 Ha, dapat
dilihat pada Gambar 2 komposisi kelas tutupan lahan tahun 2013 di mana untuk tutupan lahan
terbangun masih terpusat pada wilayah pusat Kota Ambon atau di Kecamatan Sirimau dan di pesisir
Kecamatan Teluk Ambon mengikuti pola jalan utama. Kemudian pada tutupan lahan tahun 2018,
tutupan lahan terbangun mengalami penambahan menjadi 9.087.064 Ha dan tutupan lahan jenis hutan
menjadi 13.181.862 Ha, tutupan lahan tegalan dan semak belukar menjadi 451.990 Ha, dan tutupan
lahan padang rumput menjadi 289.635 Ha. Selanjutnya, terjadi penurunan pada tutupan lahan terbuka
menjadi 451.945 Ha, dapat dilihat pada Gambar 2 komposisi kelas tutupan lahan tahun 2018 di mana
untuk tutupan lahan terbangun masih terpusat pada wilayah pusat Kota Ambon atau di Kecamatan
Sirimau dan di wilayah pinggiran kota yaitu Kecamatan Teluk Ambon perkembangan lahan terbangun
mengikuti pola jalan utama.
Berdasarkan luas lahan terbangun pada tahun 2008, 2013, dan 2018, maka didapatkan luas lahan
terbangun pada tahun 2009, 2010, 2011, 2012, 2014, 2015, 2016, dan 2017 yang luasan dan persentase
perubahannya dapat dilihat pada Tabel 1. Secara umum, laju perkembangan lahan terbangun di Kota
Ambon cenderung bervariasi. berdasarkan data tersebut, didapatkan rata-rata laju perkembangan lahan
terbangun Kota Ambon memiliki nilai 5,86%. Variatifnya laju perkembangan lahan terbangun tersebut
dikarenakan faktor penekan wilayah terbangun yang semakin tinggi. Selanjutnya, berdasarkan
peraturan Menteri PU No. 05/PRT/M/2008 yang mengharuskan suatu wilayah memiliki ruang terbuka
hijau minimal 30% dari luas total wilayah, di mana Kota Ambon masih memiliki ruang terbuka hijau
75 % pada tahun 2018.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Departemen Geografi Universitas Indonesia, Program Studi
Perikanan Tangkap Politeknik Kelautan dan Perikanan Maluku dan Program Studi Pendidikan Geografi
Universitas Pattimura Ambon yang telah mendukung penelitian ini.

51
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi UPI 2020 ISBN : 978-623-92801-1-6

REFERENSI
Akhtar, M., Zhao, Y., Gao, G., & Gulzar, Q. (2020). Regional Sustainability Assessment of ecosystem services
value in response to prevailing and future land use / cover changes in Lahore, Pakistan. Regional
Sustainability, 1(1), 37–47. https://doi.org/10.1016/j.regsus.2020.06.001
Ali, M. Z., Qazi, W., & Aslam, N. (2018). A comparative study of ALOS-2 PALSAR and landsat-8 imagery for
land cover classification using maximum likelihood classifier. Egyptian Journal of Remote Sensing and
Space Science, 21, S29–S35. https://doi.org/10.1016/j.ejrs.2018.03.003
Calderón-Loor, M., Hadjikakou, M., & Bryan, B. A. (2021). High-resolution wall-to-wall land-cover mapping
and land change assessment for Australia from 1985 to 2015. Remote Sensing of Environment, 252.
https://doi.org/10.1016/j.rse.2020.112148
Darvishi, A., Yousefi, M., & Marull, J. (2020). Modelling landscape ecological assessments of land use and
cover change scenarios. Application to the Bojnourd Metropolitan Area (NE Iran). Land Use Policy,
99(September), 105098. https://doi.org/10.1016/j.landusepol.2020.105098
Gopalakrishnan, R., Seppänen, A., Kukkonen, M., & Packalen, P. (2020). Utility of image point cloud data
towards generating enhanced multitemporal multisensor land cover maps. International Journal of Applied
Earth Observation and Geoinformation, 86(October 2019), 102012.
https://doi.org/10.1016/j.jag.2019.102012
Guo, Y., Fang, G., Xu, Y., Tian, X., & Xie, J. (2020). Science of the Total Environment Identifying how future
climate and land use / cover changes impact stream fl ow in Xinanjiang Basin , East China. Science of the
Total Environment, 710, 136275. https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2019.136275
He, Q., He, W., Song, Y., Wu, J., Yin, C., & Mou, Y. (2018). Land Use Policy The impact of urban growth
patterns on urban vitality in newly built-up areas based on an association rules analysis using geographical ‘
big data .’ Land Use Policy, 78(July), 726–738. https://doi.org/10.1016/j.landusepol.2018.07.020
Patra, S., Sahoo, S., Mishra, P., & Mahapatra, S. C. (2018). Impacts of urbanization on land use /cover changes
and its probable implications on local climate and groundwater level. Journal of Urban Management, 7(2),
70–84. https://doi.org/10.1016/j.jum.2018.04.006
Sapena, M., & Ruiz, L. Á. (2019). Computers , Environment and Urban Systems Analysis of land use / land
cover spatio-temporal metrics and population dynamics for urban growth characterization. Computers,
Environment and Urban Systems, 73(August 2018), 27–39.
https://doi.org/10.1016/j.compenvurbsys.2018.08.001
Tian, G., Ma, B., Xu, X., Liu, X., Xu, L., Liu, X., Xiao, L., & Kong, L. (2016). Simulation of urban expansion
and encroachment using cellular automata and multi-agent system model—A case study of Tianjin
metropolitan region, China. Ecological Indicators, 70, 439–450.
https://doi.org/10.1016/j.ecolind.2016.06.021
Yin, K., Xu, S., Zhao, Q., Huang, W., Yang, K., & Guo, M. (2020). Effects of land cover change on atmospheric
and storm surge modeling during typhoon event. Ocean Engineering, 199(February), 106971.
https://doi.org/10.1016/j.oceaneng.2020.106971

52

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai