GEOGRAFIS
Istiqomah ‘Aini, Abdul Wahid Hasyim, Donny Harisuseno
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 -Telp (0341)567886
Email: istiqomahaini1571@gmail.com
ABSTRAK
Perubahan tutupan lahan dan adanya penyempitan badan sungai, dapat menyebabkan sungai meluap dan banjir
jika terjadi hujan deras. Berdasarkan siklus hidrologi banjir akan selalu terjadi, sehingga diperlukan solusi yang
inovatif untuk mengatasi banjir di Kota Mojokerto. Embung merupakan konservasi air daerah cekungan disungai
atau alran air dan merupakan salah satu inovasi manahan juga tampungan air yang mempunyai banyak manfaat,
(Direktorat Pengelolaan Air Irigasi, Kementerian Pertanian, 2011). Penelitian ini dilaksanakan untuk menentukan
lokasi yang sesuai untuk embung dengan menggunakan hasil skoring dari analisis AHP. Bobot dari AHP akan
digunakan sebagai penentu kelas klasifikasi kesesuaian lahan lokasi embung setelah overlay peta dilakukan. Kelas
klasifikasi keseusian lokasi embung ada empat yaitu sesuai, cukup sesuai, kurang sesuai dan tidak sesuai. Lokasi
yang sesuai memiliki total luas 4991,20 Ha atau 24,69% dari total luas Kota Mojokerto yang tersebar di 18
kelurahan. Kelurahan dengan luas lokasi sesuai dan sangat sesuai terbesar adalah Kelurahan Kedundung yang
berada di sebelah barat Kota Mojokerto.
ABSTRACT
Land cover changes and narrowing of river bodies, can cause rivers to overflow and floods when heavy rains
occur. Based on the hydrological cycle, floods will always occur, so innovative solutions are needed to overcome
flooding in Mojokerto City. Retention basin is a water conservation area near a river or water flow and being one
of the innovations for managing water reservoirs that has many benefits (Directorate of Irrigation Water
Management, Ministry of Agriculture, 2011). This research was conducted to determine the appropriate location
for the reservoir using the scoring results from the AHP analysis. The weight of the AHP will be used as a
determinant of the land suitability classification class of the reservoir location after the map overlay is carried
out. There are four classification classes for the suitability of the location of the reservoir, namely suitable, quite
suitable, less suitable and not suitable. The suitable location has a total area of 4991.20 Ha or 24.69% of the total
area of Mojokerto City which is spread over 18 urban villages. The village with the largest suitable and most
suitable location area is Kedundung Village, which is located in the west of Mojokerto City.
Planning for Urban Region and Environment Volume 10, Nomor 3, Juli 2021 193
PENENTUAN LOKASI EMBUNG DI KOTA MOJOKERTO BERDASARKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
menyebabkan terjadinya luapan di hampir topografi. Variabel dan sub variabel ada pada
sepanjang DAS Kali Sadar. Tabel 1.
Salah satu cara untuk mengatasi
Tabel 1. Variabel Penelitian
permasalahan luapan air sugai di Kota Mojokerto Variabel Sub Variabel
sesuai dengan RPJM Kota Mojokerto adalah Hidrologi 1. Curah hujan
dengan pembangunan embung. Embung adalah 2. Evapotranspirasi
inovasi drainase yang dapat berfungsi sebagai 3. Keseaimbangan air
pengendali banjir, (Dirjen Sarana dan Prasarana 4. Jarak Dengan Sungai
Pertanian, 2015). Lokasi embung ditentukan 5. Ketersediaan air untuk embung
dengan menggunakan analisis debit andalan, dan
Sedimentasi dan 1. R (Arnoldus)
Erosi
2. Indeks K
analisis kekritisan lahan yang akan di overlay
3. Faktor LS
dengan peta daerah cekungan, peta tutupan 4. Faktor P
lahan dan peta jarak lahan tak terbangun dengan 5. Faktor C
sungai, sehingga didapatkan alternatif lokasi 6. Solum Tanah
embung di Kota Mojokerto. Alternatif lokasi 7. TBE dan Kekritisan Lahan
embung akan dilakukan skoring menggunakan Tutupan Lahan 1. Lahan Terbangun
AHP guna menentukan lokasi embung paling 2. Lahan Tak Terbangun
optimal. Alternatif lokasi embung yang terpilih 3. Luasan Sub DAS
diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam Topografi 1. Ketinggian
penentuan arahan lokasi embung sesuai kriteria 2. Kelerengan
3. Kontur
untuk Kota Mojokerto. Alternatif lokasi embung Sumber: Pedoman Teknis Konservasi Air Tahun 2007
yang terpilih akan menjadi rekomendasi bagi tata
rung di Kota Mojokerto. Teknik Sampling
Pembangunan embung sudah tertuang Populasi yang digunakan adalah seluruh
dalam RPJM Kota Mojokerto Tahun 2018-2023 staf ahli dari SKPD terkait di Kota Mojokerto.
dan merupakan salah satu program prioritas Metode pengambilan sampling yang digunakan
pembangunan di Kota Mojokerto. Tetapi embung dalam penelitian “Penentuan Lokasi Embung di
yang akan direncanakan pembangunannya belum Kota Mojokerto dengan Sistem Informasi
memiliki lokasi yang sesuai, sehingga perlu Geografis” adalah non probability sampling,
dilaksanakan studi ini untuk menentukan lokasi purposive sampling.
embung. Dengan adanya studi ini diharapkan
Kota Mojokerto mendapatkan solusi atas Metode Analisis
permasalahan banjir dari luapan sungai. Analisis TBE dan Kekritisan Lahan
194 Planning for Urban Region and Environment Volume 10, Nomor 3, Juli 2021
Istiqomah ‘Aini, Abdul Wahid Hasyim, Donny Harisuseno
dengan metode Arnoldus dapat menggunakan No. Macam Penggunaan Lahan Nilai Faktor C
19 Talas 0,85
rumus: 20 Kebun campuran
𝑝! • Kerapatan Tinggi 0,1
𝐹 = , • Kerapatan Sedang 0,2
𝑃 • Kerapatan Rendah 0,5
Keterangan: 21 Perladangan 0,4
F = Indeks erosivitas hujan bulanan 22 Hutan Alam
p = Rerata curah hujan bulanan (mm) • Serasah banyak 0,001
• Serasah sedikit 0,005
P = Rerata curah hujan tahunan (mm) 23 Hutan Produksi
Pendekatan Jenis Tanah dengan nilai K • Tebang Habis 0,5
menggunakan skoring kepekaan tanah terhadap • Tebang Pilih 0,2
24 Semak belukar, padang rumput 0,3
erosi. Skoring tersebut terdapat pada tabel 25 Ubi kayu + kedelai 0,181
berikut. 26 Ubi kayu + kacang tanah 0,195
27 Padi – sorghum 0,345
Tabel 2. Kepekaan Tanah Terhadap Erosi 28 Padi – kedelai 0,417
Kelas Jenis Tanah Nilai Skor (K) 29 Kacang tanah + gude 0,495
1 Aluvial, Planosol Hidromorf 1 30 Kacang tanah + kacang tunggak 0,571
2 Latosol 2 31 Kacang tanah + mulsa jerami 4 t/ha 0,049
3 Mediteran 3 32 Padi + mulsa jerami 4 t/ha 0,096
4 Andosol, Laterik, Grumosol 4 33 Kacang tanah + mulsa jagung 4 t/ha 0,128
5 Podsol, Podsolic, Regosol, Litosol, 5 34 Kacang tanah + mulsa crotalaria 3 t/ha 0,136
Rensina, Orgosol 35 Kacang tanah + mulsa kacang tunggak 0,259
Sumber: Utomo dalam Asmaranto (2012) 36 Kacang tanah + mulsa jerami 2 t/ha 0,377
37 Padi + mulsa crotalaria 3 t/ha 0,387
Faktor LS dapat diketahui dengan beberapa
38 Pola tanaman tumpang gilir + mulsa 0,079
metode, yaitu tabel perbandingan atau rumus. jerami
Metode yang paling sering digunakan adalah 39 Pola tanaman berurutan + mulsa sisa 0,357
tanaman
metode Nilai Faktor LS yang digambarkan pada 40 Alang-alang murni subur 0,001
rumus berikut: 41 Padang rumput (stepa) dan savana 0,001
42 Rumput brachiaria 0,002
"
𝐿𝑆 = .#$$ (0,136 + 0,097𝑆 + 0,0139𝑆 ! Sumber: Utomo dalam Asmaranto (2012)
Faktor pengolahan tanah (P) merupakan
Keterangan:
bentuk usaha manusia untuk membatasi
LS : Faktor panjang lereng dan kemiringan
semaksimum mungkin pengaruh erosi terhadap
lereng
lahan. Nilai P terhadap tiap tindakan konservasi
L : Panjang lereng (m)
tanah ada pada Tabel 4.
S : Kemmiringan lereng (%)
sumber: Utomo dalam Asmaranto (2012) Tabel 4. Nilai P
Faktor C menggambarkan nisbah antara No Tindakan Konservasi Tanah Nilai P
besarnya erosi dari lahan yang bertanaman 1 Terras Bangku
• Konstruksi baik 0,04
tertentu dan dengan manajemen (pengelolaan) • Konstruksi sedang 0,15
tertentu terhadap besarnya erosi tanah yang • Konstruksi kurang baik 0,35
• Terras tradisional 0,40
tidak ditanami dan diolah bersih. Nilai C terhadap
2 Strip tanaman rumput 0,40
penggunaan lahan ada pada Tabel 3. 3 Pengolahan tanah dan penanaman menurut
garis kontur 0,50
Tabel 3. Nilai C • Kemiringan 0 – 8% 0,75
No. Macam Penggunaan Lahan Nilai Faktor C • Kemiringan 9 – 20% 0,90
1 Tanah terbuka tanpa tanaman 1,0 • Kemiringan > 20%
2 Hutan atau semak belukar 0,001 4 Tanpa tindakan konservasi 1,00
3 Savana dan prairie yang baik 0,01 Sumber: Utomo dalam Asmaranto (2012)
4 Savana dan prairie yang rusak untuk 0,1
gembalaan Selanjutnya adalah penentuan TBE dan
5 Sawah 0,001 tingkat kekritisan lahan, yang dapat diketahui
6 Tegalan tidak dispesifikasi 0,7
7 Ubi kayu 0,8
setelah membandingkan dengan kedalaman
8 Jagung 0,7 solum tanah. Kelas bahaya erosi ada 5 dengan
9 Kedelai 0,399 kelas terendah yaitu kelas I dengan erosi kurang
10 Kentang 0,4
11 Kacang tanah 0,2 dari 15 Ton/Ha/Tahun. Kriteria penetapan tingkat
12 Padi gogo 0,55 bahaya erosi lainnya dapat dilihat pada Tabel 5.
13 Tebu 0,2
14 Pisang 0,60 Tabel 5. Kriteria Penetapan TBE
15 Akar wangi 0,4 Kelas Bahaya Erosi
16 Rumput bede (tahun pertama) 0,287 Solum Tanah (cm) I II III IV V
17 Rumput bede (tahun kedua) 0,002 Erosi Ton/Ha/Tahun
18 Kopi dengan penutup tanah buruk 0,2
Planning for Urban Region and Environment Volume 10, Nomor 3, Juli 2021 195
PENENTUAN LOKASI EMBUNG DI KOTA MOJOKERTO BERDASARKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
196 Planning for Urban Region and Environment Volume 10, Nomor 3, Juli 2021
Istiqomah ‘Aini, Abdul Wahid Hasyim, Donny Harisuseno
Planning for Urban Region and Environment Volume 10, Nomor 3, Juli 2021 197
PENENTUAN LOKASI EMBUNG DI KOTA MOJOKERTO BERDASARKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
198 Planning for Urban Region and Environment Volume 10, Nomor 3, Juli 2021
Istiqomah ‘Aini, Abdul Wahid Hasyim, Donny Harisuseno
pada tahun 2011, sehingga debit yang digunakan menghitung erosi dengan metode USLE perlu
adalah debit tahun 2011. Dalam perencanaan diketahui indeks K, faktor LS dan faktor C juga
suatu proyek penyediaan air terlebih dahulu faktor P.
ditentukan debit andalan, tujuannya untuk
Indeks K
memperkirakan debit aliran yang selalu tersedia
di sungai. Indeks erodibilitas tanah (K) dapat
diketahui dari pendekatan jenis tanah yang telah
Indeks Erosivitas Arnoldus
dilakukan penelitian oleh Utomo pada tahun
Berdasarkan analisis debit andalan, 1994, dapat dilihat pada Tabel 2. Kota mojokerto
perhitungan erosi menggunakan data curah memiliki dua jenis tanah yaitu aluvial dan
hujan selama tahun 2011 sebagai tahun dasar. grumosol. Nilai K dengan jenis tanah aluvial
Data lainnya yang diperlukan dalam perhitungan adalah 0,20 dan jenis tanah grumosol adalah
erosi lainnya adalah jumlah hari hujan dan curah 0,26.
hujan maksimum serta guna lahan yang dapat
Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)
dilihat pada tabel 10.
Berdasarkan RTRW Kota Mojokerto 2012-
Tabel 10. Data Curah Hujan Bulanan
Bln Data Jml Hujan Data Hujan
2032 kemiringan lereng Kota Mojokerto adalah
Curah Hari Maks Curah Maks 24 sebesar 0-2% (rendah). Nilai LS Kota Mojokerto
Hujan Hujan 24 Jam Hujan Jam (cm) terendah adalah sebesar 0,48 dan yang tertinggi
Bulan Bulan (mm) Blnn
(mm) (hari) (cm) sebesar 6,20.
Jan 335 12 80 33,5 8,0
Feb 224 12 40 22,4 4,0
Faktor C
Mar 446 15 60 44,6 6,0
Apr 380 9 101 38,0 10,1
Faktor C atau tutupan lahan ditentukan
Mei 155 3 98 15,5 9,8 mengguakan peta guna lahan dan dari
Jun 68 2 64 6,8 6,4 pengamatan di lapangan. Nilai C yang ada di Kota
Jul 0 0 0 0 0
Agu 0 0 0 0 0 Mojokerto berkisar antara 0,001 – 1.
Sep 0 0 0 0 0
Okt 0 0 0 0 0 Faktor Pengelolaan Lahan (P)
Nov 152 7 50 15,2 5,0
Des 200 7 65 20,0 6,5 Nilai P pada Kota Mojokerto berupa strip
Total 1980 67 558 198,0 55,8 tanaman rumput dan tertinggi tidak adanya
Rata 165 16,5 tindakan koservasi, hal ini diketahui setelah
Sumber : Stasiun Klimatologi Jawa Timur Tahun 2011
dilakukan pengamatan lapangan dan
Untuk mengetahui indeks erosivitas ada
perhitungan. Rentang nilai P adalah 0,04 sampai
dua metode yaitu metode Bols dan metode
dengan 1.
Arnoldus. Indeks erosivitas menggunakan
metode Arnoldus ada di tabel 11. Scoring Klasifikasi TBE
Tabel 11. Indeks Erosivitas Metode Arnoldus Perhitungan tingkat bahaya erosi (TBE)
Bulan P = Data (P^2) P F= menggunakan metode Arnoldus, yaitu membagi
Curah (P^2)/P
Hujan
erosivitas lahan metode Arnoldus dengan 100,
Bulanan setelah itu baru diklasifikasikan. Klasifikasi TBE
(Mm) ada 5 yaitu sangat ringan, ringan, sedang dan
Januari 335 112225 1980 56,68
Februari 224 59636 1980 30,07 berat serta sangat berat. TBE di Kota Mojokerto
Maret 446 198916 1980 100,46 dari semua guna lahan termasuk klasifikasi
April 380 144400 1980 72,93 Ringan karena memiliki nilai <15 ton/ha/tahun.
Mei 155 24025 1980 12,13
Juni 68 4624 1980 2,34 Penentuan Lahan Kritis
Juli 0 0 1980 0
Augstus 0 0 1980 0 Lahan kritis dapat ditentukan dengan
September 0 0 1980 0
Oktober 0 0 1980 0 membandingkan TBE dengan kedalaman solum
November 152 23104 1980 11,67 tanah. Berdasarkan perhitungan TBE, seluruh
Desember 200 40000 1980 20,20
guna lahan memiliki tingkat bahaya erosi yang
Total 1980 306,48
ringan (<15 t0n/ha/tahun), dan kedalaman solum
Berdasarkan Tabel 11 Indeks erosivitas tanah Kota Mojokerto adalah 60-90 cm. Lahan di
menggunakan metode Arnoldus sebesar 306,48 wilayah Kota Mojokerto masuk dalam kategori
mm. Setelah indeks erosivitas diketahui, untuk potensial kritis. Potensial kritis adalah lahan yang
Planning for Urban Region and Environment Volume 10, Nomor 3, Juli 2021 199
PENENTUAN LOKASI EMBUNG DI KOTA MOJOKERTO BERDASARKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Gambar 3 Peta Tutupan Lahan Kota Mojokerto Gambar 5. Peta Jarak Lahan Tak Terbangun
dengan Sungai dan anak Sungai
Penentuan Daerah Cekungan
Analytic Hierarchy Process (AHP)
Kota Mojokerto memiliki ketinggian 16-30
mdpl yang dibagi menjadi 3 klasifikasi yaitu Peralatan utama AHP adalah sebuah hirarki
kawasan rendah (16-20 mdpl), kawasan sedang fungsional dengan input utamanya persepsi
(21-25 mdpl) dan kawasan tinggi (26-30 mdpl). manusia. Penentuan skoring kriteria dilakukan
Klasifikasi ini dikelompokkan dengan dengan mewawancarai 3 narasumber, yaitu
mengunakan metode equal interval, sehingga Pengolah Sarana dan Prasarana Pengairan Dinas
memiliki nilai rentang antar kelas yang sama. PUPRPERKIM, Kasubid Data dan Informasi
Ketinggian Kota Mojokerto dapat dlihat pada BAPPEDALITBANG dan Kepala Seksi Pengendalian
(Gambar 4).Berdasarkan Peta Topografi daerah Banjir Dinas PUPRPERKIM. Kriteria yang didapat
cekungan adalah kawasan rendah yang ada di memiliki CR 0,17, bobot terdapat di tabel 12.
seluruh kota Mojokerto dengan ketinggian 16-20
Tabel 12. Bobot AHP
mdpl.
200 Planning for Urban Region and Environment Volume 10, Nomor 3, Juli 2021
Istiqomah ‘Aini, Abdul Wahid Hasyim, Donny Harisuseno
Planning for Urban Region and Environment Volume 10, Nomor 3, Juli 2021 201
PENENTUAN LOKASI EMBUNG DI KOTA MOJOKERTO BERDASARKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Overlay Peta
Analisis overlay didasarkan dari skoring
bobot dari AHP yang memiliki total nilai bobot
dari 0,253 – 2,605 yang akan digunakan utuk
menentukan kategori kesesuaian. Berdasarkan
Nafisa (2020), ada empat klasifikasi kesesuaian
lokasi dengan panjang kelas yang dihitung dengan
menggunakan metode equal interval. Rentang
nilai kategori kesesuaian Lokasi terlihat di tabel
17.
Tabel 17. Kesesuaian Lokasi Embung
No. Kriteria Rentang Nilai
1 Tidak Sesuai 0,253-0,841
Gambar 6. Kesesuaian Lahan untuk Lokasi
2 Kurang Sesuai 0,841-1,429 Embung di Kota Mojokerto
3 Sesuai 1,429-2,017
4 Sangat Sesuai 2,017-2,605 Efektivitas Reduksi Banjir Kota Mojokerto
Jumlah 1
Berdasarkan RDTR Kota Mojokerto Tahun
Kategori yang di prioritaskan dalam 2018-2038 banjir terbesar di Kota Mojokerto
pembangunan embung adalah kategori sesuai memiliki ketinggian 1,3 meter dengan total luas
yang memiiki rentang nilai 2,017-2,605. Peta 472850,08 m2. Volume banjir terbesar di Kota
Kesesuaian lahan untuk lokasi embung di Kota mojokerto adalah sebesar 614705,11 m3.
Mojokerto ada pada (Gambar 6) dan luasan tiap Penentuan efektivitas reduksi banjir di Kota
klasifikasi di setiap Kelurahan di Kota Mojokerto Mojokerto dengan adanya perencanaan lokasi
terdapat pada tabel 18. embung dapat dihitung dengan menggunakan
Berdasarkan Tabel 18 luas lahan yang rumus % Reduksi Volume Banjir.
sesuai sebesar 4991,20 ha, luas lahan yang cukup 𝑉𝑜𝑙. 𝐵𝑎𝑛𝑗𝑖𝑟 − Ʃ 𝑉𝑜𝑙. 𝑇𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑋 100%
sesuai sebesar 4519,03 ha, luas lahan yang kurang 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑎𝑛𝑗𝑖𝑟
sesuai sebesar 411,44 dan luas lahan yang tidak Berdasarkan (Gambar 7) ada 15 lokasi embung
sesuai sebesar 10291,92 ha. Kelurahan dengan potensial dengan tampungan alami dengan
lokasi sesuai terbesar adalah Kelurahan volume total tampungan sebesar 524611,49.
Kedundung dan sebarannya dapat dilihat pada Volume banjir Kota Mojokerto setelah tereduksi
(Gambar 6). berkurang menjadi 14,66% dari volume awal.
Pembangunan embung di Kota Mojokerto efektif
dalam mengatasi banjir karena dapat mengurangi
genangan banjir hingga 85,34%.
Tabel 18. Luas Kesesuaian Lahan untuk Lokasi Embung di Kota Mojokerto
Luas (ha)
Kelurahan Tingkat Kesesuaian Lahan untuk Lokasi Embung Kota Mojokerto Luas Wilayah (ha)
Sesuai Cukup Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai
Kel. Balongsari 345,12 27,19 0 475,10 847,41
Kel. Blooto 432,25 971,81 130,99 589,06 2124,11
Kel. Gedongan 2,57 1,70 0 216,89 221,16
Kel. Gunung Gedangan 800,87 418,63 0,31 607,15 1826,96
Kel. Jagalan 0,51 0 0 265,36 265,87
Kel. Kauman 7,97 15,53 3,72 248,81 276,03
Kel. Kedundung 898,06 469,34 88,31 902,59 2358,3
Kel. Kranggan 112,83 62,46 1,52 1191,01 1367,82
Kel. Magersari 62,59 58,07 7,51 530,14 658,31
Kel. Mentikan 34,37 34,86 12,68 341,80 423,71
Kel. Meri 869,11 312,38 0,02 672,18 1853,69
Kel. Miji 40,95 20,73 3,04 838,02 902,74
Kel. Prajuritkulon 269,02 507,87 14,39 602,76 1394,04
Kel. Pulorejo 485,10 761,10 59,01 610,91 1916,12
Kel. Purwotengah 0,99 0,83 0 263,40 265,22
Kel. Sentanan 4,99 3,76 0,36 207,28 216,39
Kel. Surodinawan 316,66 745,89 88,72 788,02 1939,29
Kel. Wates 307,24 106,88 0,86 941,44 1356,42
Luas Total 4991,20 4519,03 411,44 10291,92 20213,59
Sumber: Hasil Overlay Peta Tahun 2021
202 Planning for Urban Region and Environment Volume 10, Nomor 3, Juli 2021
Istiqomah ‘Aini, Abdul Wahid Hasyim, Donny Harisuseno
Planning for Urban Region and Environment Volume 10, Nomor 3, Juli 2021 203
PENENTUAN LOKASI EMBUNG DI KOTA MOJOKERTO BERDASARKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
204 Planning for Urban Region and Environment Volume 10, Nomor 3, Juli 2021