Anda di halaman 1dari 15

Novan, et al.

Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

STUDI TENTANG POTENSI EKOLOGIS SEMPADAN SUNGAI METRO, KECAMATAN SUKUN,


KOTA MALANG

Ecologist Potential Study River Damarcation Of Metro River, Sukun District, Malang City

Lalu Novan Satria Utama1, Bambang Suharto2*, Alexander Tunggul Sutan Haji2
1
Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Brawijaya, Jl Veteran Malang 65145
2
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran malang 65145

*Email Korespondensi : bambangs@ub.ac.id

ABSTRAK

Sungai merupakan salah satu sumber air bersih yang penting dalam kehidupan, akan tetapi pembangunan
pada daerah palung sungai dan sempadan dapat menyebabkan terganggunya fungsi ekologis (simpanan
air dan daya serap terhadap polusi udara berupa CO2) yang sangat potensial untuk kelestarian lingkungan.
Potensi ekologis diteliti dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan metode spasial.. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa karakteristik sungai wilayah studi (1914 meter) adalah dendritik, dengan
lebar dominan atau modus daerah palung sungai sebesar 10 meter kearah kiri dan kanan dari titik tengah
dasar sungai dan lebar sempadan sebesar 10 meter. Luas pemanfaatan lahan pada palung sungai dan
sempadan berturut-turut sebesar 6,41 Ha dan 3,95 Ha dengan pamanfaatan lahan pada palung sungai dan
sempadan berupa bangunan Beton, jalan Plester, hutan Bambu dan semak belukar. Potensi ekologis
simpanan air pada daerah palung sungai sepanjang wilayah studi mencapai 544,65 m3/tahun dan daya
serap terhadap polusi udara berupa karbon dioksida (CO 2) pada daerah palung sungai mencapai 110,57
Ton/Ha/Tahun. Simpanan air pada sempadan dengan panjang wilayah studi seperti daerah palung sungai
mencapai 421,98 m3/tahun dan daya serap terhadap polusi udara berupa karbon dioksida (CO2) pada
daerah sempadan mencapai 64,48 Ton/Ha/Tahun.

Kata Kunci: Palung Sungai, Sempadan, Simpanan Air, Daya Serap Polusi Udara.

ABSTRACT

River is one of important clean water source of life, But the existing river would be on thread if there is
no development control and monitoring on riverbed and demarcation that potentially harm the
ecological function (water saving and CO2 absorbing ability) of environment sustainability. The existing
ecological potential been watched with descriptive quantitative methode and spatial method. The existing
ecological potential been watched with descriptive quantitative methode and spatial method. The result
of research shows characteristic of river of area study (1914 meters) is dendritic with its dominant width
or mode of its riverbed area is 10 meters to right and left from the center point of river base, and width of
river demarcation is 10 meters. The land use on riverbed and demarcation area is 6,41 Ha and 3,95 Ha
each as Concrete building, Plestar street, Bamboo wood and thicked bushes. The ecological potential of
the water saving on riverbed throughout of the study area is 544,65 m3/year and the CO 2 polution
absobing ability on riverbed is 110,57 Ton/Ha/Year. Amount of the saved water on demarcation as the
same length with riverbed is 421,98 m3/year and the CO2 polution absorbing ability on demarcation is
64,48 Ton/Ha/Year.

Keyword : Riverbed, Demarcation, Water Saving, Polution Absorbing Ability

1
Novan, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

PENDAHULUAN mengetahui atau mengidentifikasi


Perkembangan kota merupakan konsekuensi permasalahan-permasalahan yang ada di Sungai
logis dari proses urbanisasi. Pertambahan Metro. Dengan diketahuinya permasalahan-
penduduk yang terus-menerus membawa permasalahan dilapangan, potensi yang dapat
konsekuensi spasial yang serius bagi kehidupan dikembangkan pada sempadan Sungai Metro
kota, yaitu adanya tuntutan akan space dalam akan diketahui dan dapat dijadikan dasar
rangka pemenuhan kebutuhan permukiman, pertimbangan dalam pengambilan keputusan
rumah tinggal ataupun perdagangan dan jasa. bagi pihak-pihak berkepentingan didalamnya,
Akan tetapi dengan kondisi lahan perkotaan baik pemerintah, swasta, atau akademisi.
yang terbatas, menyebabkan semakin tingginya
kepadatan bangunan dengan arah persebaran BAHAN DAN METODE
yang tidak beraturan. Sehingga menimbulkan
tekanan pada kawasan sekitarnya, terutama Area studi
pada kawasan sempadan sungai. Persebaran Pada Sungai Metro, Kelurahan Karang
bangunan yang tidak terkendali memberi Besuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang,
dampak pada kawasan sempadan sungai dengan dengan wilayah studi terletak pada koordinat
timbulnya bangunan-bangunan di daerah 7°57'8.55" LS 112°36'6.03" BT (Jembatan Jalan
sempadan sungai. Ditambah lagi, dengan Candi VI) sampai dengan 7°57'56.48" LS
semakin tingginya harga lahan perkotaan dan 112°36'23.47" BT (Jembatan Tidar) atau sekitar
disertai lemahnya perekonomian sebagian besar 1914 meter dengan waktu pelaksanaan pada
masyarakat, memaksa penduduk memanfaatkan Minggu ke-3 bulan Februari sampai dengan
lahan kosong seperti daerah sempadan sungai Minggu ke-1 bulan April 2016.
dengan membangun permukiman liar. Metode yang digunakan dalam penelitian
Sungai merupakan salah satu sumber air berupa metode deskriptif kuantitatif dan metode
bersih yang penting dalam kehidupan. Manfaat spasial. Metode deskriptif kuantitatif digunakan
sungai antara lain adalah sebagai tempat untuk menggambarkan jumlah simpanan air dan
budidaya Ikan, drainase makro kota, tempat daya serap terhadap polusi udara berupa CO2
rekreasi, pengairan, sumber air baku bagi pada luasan pemanfaatan lahan di daerah palung
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dll. sungai dan sempadan, baik lahan terbangun
Akan tetapi keberadaan sungai tersebut akan maupun tidak terbangun. Metode
sangat berbahaya jika tidak dilakukan spasial digunakan untuk mengetahui batasan
pengendalian serta pengawasan pembangunan daerah palung sungai dan sempadan sesuai
pada sempadan sungai dan badan sungai karena dengan Peraturan Menteri
dapat menyebabkan terganggunya fungsi Pekerjaan Umum dan
ekologis (menyimpan air dan penyerapan polusi Perumahan Rakyat Nomor 28/PRT/M/2015.
udara) pada daerah tersebut sehingga manfaat Alat yang digunakan adalah laptop Asus tipe
sungai tidak teroptimalkan . X201E 32 bit untuk menyimpan data dan untuk
Sungai Metro merupakan salah satu anak menjalankan perangkat lunak; software
Sungai Brantas yang melalui Kecamatan Sukun, Microsoft excel dan Microsoft word 2013 untuk
Kota Malang dan bermuara di daerah paling mengolah data dan penulisan laporan; software
selatan dari Kecamatan Kepanjen, Kabupaten ArcGIS 10.2.1 untuk menampilkan,
Malang. Sungai Metro sebagai sungai yang memanipulasi, dan mengubah data spasial;
melewati daerah perkotaan dan memiliki software HEC-RAS 4.1.0 digunakan untuk
panjang 54,55 km tentunya tidak lepas dari menganalisis penampang melintang atau cross
permasalahan-permasalahan yang biasa terjadi section dan hidrolika wilayah studi.
pada sungai-sungai di Indonesia, yaitu Data yang digunakan berupa data primer dan
pembangunan fisik pada kawasan pinggiran data sekunder. Data primer terdiri dari
sungai atau daerah sempadan sungai. Oleh pemotretan wilayah studi dan data sekunder
karenanya diperlukan suatu penelitian untuk terdiri dari Peta Digital Sungai Metro, Peta
Digital Kontur Kota Malang, Peta Digital Jalan
2
Novan, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

dan Bangunan Kota Malang yang semuanya


diterbitkan pada tahun 2015 oleh Program Studi (3)
Perencanaan Wilayah dan Tatakota, Fakultas 𝐧 𝐱 ∑(𝐥𝐨𝐠 𝐗 − 𝐥𝐨𝐠 𝐗 𝐫𝐚𝐭𝐚 − 𝐫𝐚𝐭𝐚)
𝐂𝐬 = 𝟑
Teknik, Universitas Brawijaya. Selain peta, data
(𝐧 − 𝟏)(𝐧 − 𝟐)(𝐒) 𝟑
yang digunakan adalah Data Debit Sungai Metro dimana:
dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Cs = koefisien kemencengan
Wilayah Sungai Bango-Gedangan Kota Malang n = jumlah data debit
Tahun 2014 (Loebis,1984)
d. Perhitungan faktor frekuensi KT untuk log
Pengolahan data normal dan log pearson tipe III. Jika
Pengolahan data berturut-turut meliputi koefisien kemencengan Cs = 0, distribusi
perhitungan debit rencana periode 2 tahun, 5 yang digunakan adalah distribusi log
tahun, dan 1000 tahun, pemodelan geometri normal. faktor frekuensi KT untuk Cs = 0
menggunakan software ArcGIS 10.2.1, dapat ditentukan dengan persamaan
pemodelan hidrolika menggunakan software berikut:
HEC-RAS 10.1.0, pemetaan daerah sempadan
menggunakan software ArcGIS 10.2.1, 𝟐,𝟓𝟏𝟓𝟓𝟏𝟕+𝟎,𝟖𝟎𝟐𝟖𝟓𝟑𝐰+𝟎,𝟎𝟏𝟎𝟑𝟐𝟖𝐰 𝟐 (4)
perhitungan potensi ekologis berupa nilai 𝐊𝐓 = 𝐰 𝟏+𝟏,𝟒𝟑𝟐𝟕𝟖𝟖𝐰+𝟎,𝟏𝟖𝟗𝟐𝟔𝟗𝐰 𝟐+𝟎,𝟎𝟎𝟏𝟑𝟎𝟖𝐰 𝟑
simpanan air dan daya serap polusi udara berupa
karbon dioksida (CO2) 𝟏
1. Perhitungan debit rencana periode 2, 5, dan 𝐰 = [𝐥𝐧( 𝟎.𝟓 (5)
𝐩 �)]
1000 tahun dengan langkah-langkah sebagai
berikut: 𝟏
𝐩= (6)
a. Perhitungan parameter statistik distribusi 𝐓
log normal dan log pearson tipe III dimana:
dengan persamaan sebagai berikut: KT = faktor frekuensi
w = variabel faktor frekuensi
(LogXi-LogXrt), (LogXi-Log (1)
p = nilai kebalikan (resiprokal) kala
Xrt)2,(LogXiLog Xrt)3 ulang
dimana: T = tahun periode ulang yang akan
Xi = besarnya debit harian maksimum ditentukan
(m3/dtk). (Chow dkk., 1988)
Xrt = rata-rata debit harian maksimum jika koefisien kemencengan Cs ≠ 0,
tahunan (m3/dtk). distribusi yang digunakan adalah
(Loebis,1984) distribusi log pearson tipe III. Faktor
frekuensi KT
b. Perhitungan standar deviasi dengan rumus untuk Cs ≠ 0 dapat ditentukan dengan
sebagai berikut: persamaan berikut:

∑(𝐥𝐨𝐠 𝐗 − 𝐥𝐨𝐠 𝐗 𝐫𝐚𝐭𝐚 − 𝐫𝐚𝐭𝐚) 𝟐 KT ’ = KT + (KT2 - 1)k + 1/3(KT3 - 6 (7)


KT)k2 - (KT2 - 1)k3 + KTk4 + 1/3k5
𝐒= √ (2)
𝐧−𝟏 (8)
k = Cs/6
dimana: dimana:
S = standar deviasi sebagai berikut:
X = jumlah debit pada tahun ke-t (m3)
n = jumlah data debit
(Loebis,1984)
c. Perhitungan koefisien skewness atau
koefisien kemencengan dengan rumus
3
Novan, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

KT’ = faktor frekuensi


(Cs ≠ 0) KT = faktor
frekuensi (Cs = 0) k
= variabel untuk
KT’ (Chow dkk., 1988)
e. Perhitungan debit rencana
distribusi log normal dan
log pearson
tipe III

4
Novan, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

menggunakan faktor frekuensi pada tepi palung sungai yang telah ditentukan.
periode ulang ‘t’ tahun dengan persamaan Kemudian untuk penentuan lebar sempadan
sebagai berikut: (9) terlebih dahulu dilakukan input terhadap
X = Xrt + KT.S masing-masing nilai debit rencana
Xt’ = Xrt + KT’.S (10) perkedalaman rata-rata aliran air pada cross
section terbentuk. Setelah mengetahui
dimana: kedalaman rata-rata muka air selanjutnya
Xt = debit rencana distribusi log normal
dilakukan penyesuaian dengan Peraturan
pada periode ulang ‘t’ tahun
Xt’ = debit rencana distribusi log pearson Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011.
tipe III pada periode ulang ‘t’ tahun 6. Pemetaan situasi daerah tepi palung sungai
Xrt = debit rata-rata dan sempadan menggunakan software
KT = faktor frekuensi (Cs = 0) ArcGIS 10.2.1
KT’ = faktor frekuensi (Cs ≠ 0) Dilakukan untuk mengetahui daerah tepi
palung sungai dan sempadan berdasarkan
2. Pemodelan geometri menggunakan software
titik palung sungai (hasil analisis cross
ArcGIS 10.2.1
section).
Dilakukan untuk mengetahui bentuk
7. Identifikasi pemanfaatan lahan daerah tepi
geometri wilayah studi dengan membuat
palung sungai dan sempadan
layer Triangulated Irregular Network (TIN)
Dilakukan untuk mengetahui pemanfaatan
pada software ArcGIS 10.2.1. Setelah
lahan beserta luas yang digunakan pada
membuat layer TIN selanjutnya membuat
daerah tepi palung sungai atau sempadan.
layer stream centerline, layer bank lines,
8. Penentuan nilai simpanan air tanah
layer flow paths centerlines, layer cross
Menurut Arsyad (2006), simpanan air
section, pengisian nilai atribut pada stream
tanah (S) dapat diduga dengan menggunakan
centerline dan XS cut lines.
persamaan:
3. Pemodelan hidrolika menggunakan sofware 𝟐𝟓𝟒𝟎𝟎
HEC-RAS 10.1.0 𝐒=[ (11)
] − 𝟐𝟓𝟒
Dilakukan untuk mengetahui tinggi muka 𝑪𝑵
air dari nilai debit yang telah dihitung dan dimana Curve Number (CN) atau bilangan
tepi palung sungai dari pemodelan geometri kurva (Lampiran 3) merupakan bilangan
yang telah dibentuk menggunakan software yang nilainya berkisar antara 1 – 100. Nilai
ArcGIS 10.2.1. CN ditentukan untuk setiap jenis tutupan
lahan pada suatu kelompok hidrologi tanah.
4. Analisis cross section untuk penentuan titik
Untuk suatu kawasan yang terdiri dari
tepi palung sungai beberapa kelompok hidrologi tanah, maka
Dilakukan untuk mengetahui titik tepi nilai CN ditentukan dengan metode rata-rata
palung sungai sebagai dasar dalam penentuan berbobot. Prinsip dasar metode tersebut
daerah tepi palung sungai dan sempadan. adalah menghitung nilai rata-rata secara
Penentuan titik palung sungai ditentukan proporsional
dengan penyesuaian cross section terbentuk ,dimana setiap variasi berkontribusi sebanding
dengan bobotnya. Dalam perhitungan nilai
dengan ketentuan-ketentuan Peraturan
CN, menggunakan bobot setiap variasi tanah,
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan sehingga diperoleh persamaan:
Rakyat Nomor 28/PRT/M/2015 CNi = ∑ (Wm,i x CNm,i) (12)
5. Penentuan lebar sempadan Wm,i =.Am,i/Ai (13)
Dilakukan dengan menghubungkan garis
titik tengah dasar badan sungai menuju titik
5
Novan, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

dimana Kelompok D: Potensi tanah ini untuk


CNi = nilai CN rata-rata berbobot untuk tipe melimpaskan air sangat besar, hal ini dapat
tutupan lahan i ditunjukkan dengan sangat rendahnya tingkat
Wm,i infiltrasi jika dibandingkan dengan kelompok
= perbandingan luas tipe tanah m A, B, dan C. Pada umumnya berupa tanah
dengan luas total areal tutupan lempung atau tanah liat yang memiliki tekstur
lahan i sangat rapat dan tinggi muka air tanah yang
CNm,i = nilai CN pada tipe tanah m pada areal permanen, sehingga kemampuan untuk
tutupan lahan i mentransmisi air kedalam tanah menjadi
Am,i = luas tipe tanah m pada areal tutupan sangat rendah.
lahan i (ha) 9. Penentuan daya serap vegetasi dalam
Ai = luas total areal tutupan lahan i (ha) menyerap polusi udara berupa karbon
Tipe tanah, penggunaan tanah, dan kondisi dioksida (CO2)
hidrologi penutup tanah adalah sifat-sifat daerah Dilakukan dengan mengetahui terlebih
aliran yang mempunyai pengaruh paling penting dahulu luasan lahan beserta vegetasi pada
dalam menduga volume aliran permukaan lahan tersebut. Setelah luasan lahan dan
(Arsyad, 2006). Klasifikasi kelompok tanah Soil vegetasi diketahui selanjutnya luasan lahan
Conservation Service (SCS) telah dikalikan dengan daya serap vegetasi dalam
mengembangkan sistem klasifikasi tanah menyerap polusi udara berupa karbon
berdasarkan sifat tanah yang mengelompokkan dioksida (CO2). Berikut pada Tabel 3.3
tanah ke dalam empat kelompok hidrologi
ditampilkan nilai-nilai daya serap vegetasi
(McQueen,1982 dalam Lokolo, 2002):
dalam menyerap CO2.
Kelompok A: Dalam keadaan basah, tanah
ini memiliki tingkat infiltrasi relatif tinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN
sehingga potensi air limpasan di permukaan
menjadi sangat kecil. Susunan tanah ini
Gambaran umum wilayah studi
biasanya terdiri dari pasir dan kerikil yang
Wilayah studi yang terletak di Kelurahan
memiliki tingkat kelulusan air sangat baik.
Karangbesuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang
Kemampuan mentransmisi air ke dalam tanah
memiliki karakteristik sungai dendritik dan
yang besar ditunjukkan melalui tingkat
berdasarkan hasil observasi peneliti ketika
infiltrasi tanah di atas 0,3 inci/jam.
menyusuri hulu hingga hilir wilayah studi
Kelompok B: Dalam keadaan basah tanah ini
didapat beberapa hal yang menjadi catatan
memiliki tingkat infiltrasi sedang, atau lebih
terutama dalam hal pemanfaatan lahan dan
kecil jika dibandingkan kelompok A.
perilaku masyarakat disekitar wilayah studi.
Biasanya terdiri dari tanah bertekstur kasar
Lahan pada wilayah studi secara garis besar
yang memiliki tingkat kelulusan air baik
masih rimbun dengan rumpun Bambu rata-rata
dengan potensi untuk melimpaskan air
berdiameter 10 sentimeter dan membentuk
permukaan sedang. Kemampuan
kanopi yang menutupi permukaan tanah.
mentransmisi a i r k e d a l a m t a n a h
Walaupun secara garis besar lahan lebih banyak
ditunjukkan melalui tingkat infiltrasi yang
ditumbuhi oleh rimbun tumbuhan alami
berkisar antara 0,15 - 0,20 inci/ jam.
(Bambu) namun sebagian lahan dimanfaatkan
Kelompok C: Dalam keadaan basah tanah ini
juga oleh masyarakat sebagai tempat menanam
memiliki tingkat infiltrasi rendah, atau lebih
umbi- umbian seperti Kacang tanah, Ubi jalar
kecil jika dibandingkan dengan kelompok B.
dan Singkong.
Pada umumnya berupa tanah yang memiliki
Lahan pada wilayah studi baik yang
tekstur halus dengan potensi untuk
ditumbuhi tumbuhan alami atau dimanfaatkan
melimpaskan air dipermukaan cukup baik.
oleh masyarakat berdampak pada lestarinya
Kemampuan mentransmisi ke dalam tanah
reptil dan satwa di wilayah studi seperti reptil
yang rendah diperlihatkan melalui tingkat
(Ular) pada wilayah studi yang menunjukkan
infiltrasi yang berkisar antara 0,05 – 0,15
adanya keselarasan antara alam dan
inci/jam.
penghuninya. Namun disatu sisi terdapat
6
Novan, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

penyimpangan yang

7
Novan, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

tentunya dapat mengganggu keselarasan yang Setelah membuat hal-hal diatas selanjutnya
telah terbentuk seperti masih adanya aktivitas membuat cross section dengan software yang
Mandi, Cuci, dan Kakus (MCK) serta sama. Berikut pada Gambar 1 merupakan
pembuangan sampah pada badan sungai dan gambar cross section.
palung sungai.
Proses penentuan tepi palung sungai dan
sempadan
Proses penentuan tepi palung sungai dan
sempadan terdiri dari beberapa proses seperti
perhitungan debit rencana periode 2 tahun, 5
tahun, dan 1000 tahun, pemodelan geometri,
pemodelan hidrolika, analisis cross section
untuk penentuan titik tepi palung sungai,
penentuan lebar daerah palung sungai dan
sempadan, pemetaan situasi daerah palung
sungai dan sempadan, identifikasi pemanfaatan
lahan daerah palung sungai dan sempadan, dan
fungsi ekologis daerah palung sungai dan
Gambar 1 Cross section
sempadan meliputi fungsi dalam menyimpan air
dan daya serap terhadap polusi udara (CO2). Setelah cross section dibuat selanjutnya
1. Proses perhitungan debit rencana periode 2, dilakukan export data menuju software HEC-
5, dan 1000 tahun RAS 10.1.0 untuk dilakukan pemodelan
Ditentukan dengan menggunakan hidrolika.
persamaan parameter statistik (1), log normal
(9) dan log pearson tipe III (10). Berikut 3. Proses pemodelan hidrolika
pada Tabel 1 hasil perhitungan menggunakan Dilakukan dengan meng-import data dari
persamaan-persamaan diatas. software ArcGIS 10.2.1. Proses pemodelan
geometri menggunakan software HEC-RAS
Tabel 1 Hasil Analisis Debit Rencana 10.1.0 dengan beberapa proses seperti
menentukan nilai-nilai pada river reach
2 tahun 5 tahun 1000 stream lines, cross sections and IB nodes,
tahun manning’s n or k values, steady flow data,
Log 94.925970 97.326266 104.0378 dan reach boundary conditions. Berikut pada
normal m3/tahun m3/tahun m3/tahun
Gambar 2 dapat dilihat hasil pemodelan
geometri menggunakan HEC-RAS 10.1.0.
Log 94.925970 97.326266 104.0378
pearson m3/tahun m3/tahun m3/tahun
tipe
III
Sumber: Hasil perhitungan

Hasil analisis debit rencana menggunakan log


normal dan log pearson tipe III tidak
mengalami perbedaan karena nilai koefisien
kemencengan (Cs) sama yaitu
0.00000000111396383883019.
2. Proses pemodelan geometri Gambar 2 Hasil pemodelan geometri
Dilakukan dengan membuat Triangulated
Irregular Network (TIN), stream centerline, 4. Proses analisis cross section untuk penentuan
bank lines, dan flow paths centerlines titik tepi palung sungai
menggunakan software ArcGIS 10.2.1.

8
Novan, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Analisis cross section untuk penentuan Pemetaan situasi daerah palung sungai
tepi palung sungai dilakukan dengan dan sempadan menggunakan software
menyesuaikan cross section terbentuk dengan ArcGIS
ketentuan-ketentuan pada Peraturan Menteri 10.2.1. Pemetaan dilakukan dengan meng-
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat input tiitik-titik tepi palung sungai hasil
Nomor 28/PRT/M/2015. Penyesuaian cross analisis cross section yang selanjutnya
section terbentuk dengan ketentuan-ketentuan dihubungkan menjadi garis tepi palung
peraturan seperti misalnya meng-input nilai sungai. Setelah garis tepi palung sungai
debit rencana periode ulang Q2, Q5 dan Q1000 terbentuk selanjutnya dilakukan pembuatan
pada cross section bertebing miring polygon untuk mengetahui daerah palung
memanjang sangat landai. Berikut pada sungai dan proses buffer untuk mengetahui
Gambar 3 cross section yang telah ditentukan daerah sempadan. Berikut pada Gambar 5
tepi palung sungainya. dapat dilihat salah satu peta garis tepi palung
sungai, peta daerah palung sungai dan
sempadan.

Gambar 3 Cross section dengan tepi


palung yang telah ditentukan

5. Penentuan lebar daerah palung sungai dan


sempadan Gambar 5 Peta garis tepi palung sungai,
peta daerah palung sungai dan sempadan
Penentuan lebar daerah palung sungai
dilakukan dengan mengukur jarak dari titik 7. Identifikasi pemanfaatan lahan daerah palung
tengah dasar badan sungai menuju titik tepi sungai dan sempadan
palung sungai secara horizontal. Berikut pada Berdasarkan pemetaan daerah palung
Gambar 4 merupakan cross section yang sungai dan sempadan selanjutnya dilakukan
telah ditentukan lebar palung sungainya. identifikasi terhadap luasan pemanfaatan
lahan daerah palung sungai dan sempadan.
Identifikasi dilakukan dengan operasi spatial
analist berupa pembuatan polygon pada
daerah pemanfaatan lahan palung sungai dan
sempadan. Berikut pada Gambar 6
ditampilkan salah satu peta pemanfaatan
lahan palung sungai dan sempadan.

Gambar 4 cross section dengan lebar


palung sungai yang telah ditentukan

6. Proses pemetaan situasi daerah palung sungai


dan sempadan

9
Novan, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

semak belukar penentuan luasan lahan sama


dengan penentuan luas lahan hutan Bambu.

Fungsi ekologis palung sungai dan sempadan


Setelah diketahui luasan palung sungai dan
sempadan pada wilayah studi, selanjutnya
dilakukan analisis fungsi ekologis berupa
simpanan air dan penyerapan polusi udara
sebagai potensi yang dapat direkomendasikan.
Fungsi simpanan air diduga menggunakan
persamaan (11) dan fungsi penyerapan polusi
Gambar 6 Peta pemanfaatan lahan udara diduga dengan mengetahui terlebih
palung sungai dan sempadan dahulu daya serap vegetasi dalam menyerap
polusi udara berupa karbon dioksida
Identifikasi pemanfaatan lahan daerah palung (CO2) yang
sungai dan sempadan selanjutnya dikalikan dengan luas lahan.
Dari identifikasi yang telah dilakukan 1. Simpanan air
didapat total luas daerah palung sungai & Simpanan air dapat diketahui dengan
sempadan berturut-turut sebesar 6.41 Ha dan menggunakan persamaan (11), namun
3,95 Ha. Pemanfaatan lahan terbagi menjadi sebelum mengetahui nilai simpanan air
beberapa pemanfaatan. Berikut pada Tabel 2 terlebih dahulu harus diketahui total luas
ditampilkan pemanfaatan lahan daerah palung lahan wilayah studi dan luas lahan dengan
sungai dan sempadan beserta luas. vegetasi tertentu. Hasil analisis menggunakan
software ArcGIS 10.2.1 dan observasi
Tabel 2 Pemanfaatan Lahan Daerah Palung dilapangan didapat data seperti Tabel 4.5.
Sungai dan Sempadan Beserta Luas Berdasarkan data tersebut selanjutnya
ditentukan perbandingan luas pemanfaatan
No Nama Palung sungai Sempadan lahan dengan persamaan (13) dan nilai CN
Luas Persentase Luas Persentase menggunakan persamaan (12).
(Ha) (%) (Ha) (%) Setelah nilai perbandingan luas
Hutan 79,61 2,99 60,43
1
Bambu
5,41 pemanfaatan lahan dan nilai CN diketahui
Bangun 7,69 0,27 17,82 selanjutnya kedua nilai dikalikan. Hasil kali
2 0,16 perbandingan luas dengan CN pada
an
3 Jalan 0,01 0,48 0,17 11,22 pemanfaatan lahan daerah palung sungai dan
Semak 12,21 0,52 10,51
sempadan selanjutnya dijumlahkan dan
4 0,83 didapat nilai total simpanan air daerah palung
belukar
Total 6,41 100 3,95 100 sungai dan daerah sempadan. Berikut pada
Tabel 3 dan Tabel 4 berturut-turut
Sumber: Hasil perhitungan ditampilkan nilai perbandingan luas lahan,
nilai CN, dan besaran simpanan air masing-
Hutan Bambu pada wilayah studi rata-rata masing pemanfaatan lahan pada daerah
berdiameter 10 sentimeter dengan kanopi palung sungai dan sempadan.
menutupi permukaan tanah. Penentuan luasan
lahan hutan Bambu dengan cara membuat
polygon pada batas-batas kanopi hutan Bambu
menggunakan software ArcGIS 10.2.1.
Kemudian bangunan pada wilayah studi
merupakan bangunan Beton, jalan merupakan
jalan Plester, semak belukar merupakan
sekumpulan tumbuhan perdu yang tumbuh
alami. Pada bangunan Beton, jalan Plester, dan

1
Novan, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Tabel 3 Perbandingan Luas Lahan, Nilai CN serap CO2 oleh rumpun vegetasi. Setelah
dan Besar Simpanan Air Daerah Palung Sungai
diketahui luasan pemanfaatan lahan dan daya
Perban- Persen- serap CO2 oleh rumpun vegetasi, selanjutnya
Peman- dingan Simpanan tase (%) kedua nilai dikalikan. Berikut pada Tabel 5 dan
faatan luas air Tabel 6 berturut-turut ditampilkan luasan
lahan lahan CN (m3/tahun) pemanfaatan lahan dan nilai daya serap CO2
Hutan 79,61
Bambu 0,84 30 459,68 oleh rumpun vegetasi pada daerah palung
7,69 sungai dan sempadan.
Bangunan 0,025 98 13,59
Jalan 0,001 98 0,84 0,48
Tabel 5 Perbandingan Luas Lahan, Nilai CN dan
Semak 12,21 Besar Simpanan Air Daerah Palung Sungai
belukar 0,13 30 70,52
Sumber: Hasil perhitungan Daya Persen-
Tabel 4 Perbandingan Luas Lahan, Nilai CN dan serap Nilai daya tase (%)
Peman- CO2 serap CO2
Besar Simpanan Air Daerah Palung Sungai
faatan Luas (Ton/ (Ton/Ha/
Peman- Perbandi- Simpanan Persen- Hutan
lahan (Ha) Tahu) Tahun) 58,71
5,41
faatan ngan luas air tase (%) Bambu 12 64,92
lahan lahan CN (m3/tahun) Bangunan 0,16 0 0 0
Hutan 319,42 60,43 Jalan 0,01 0 0 0
Bambu 0,757 30 Semak 41,28
Bangunan 0,068 98 28,84 17,82 belukar 55 45,65
Jalan 0,043 98 18,16 11,22 Sumber: Hasil analisis
Semak 55,55 10,51
belukar 0,131 30 Tabel 6 Perbandingan Luas Lahan, Nilai CN dan
Sumber: Hasil analisis Besar Simpanan Air Daerah Palung Sungai
Hasil kali perbandingan luas dengan CN pada Daya Persen-
pemanfaatan lahan daerah palung sungai dan serap Nilai daya tase (%)
sempadan selanjutnya dijumlahkan dan didapat Peman- CO2 serap CO2
nilai total simpanan air daerah palung sungai faatan Luas (Ton/ (Ton/Ha/
sebesar 544,65 m3/tahun dan daerah sempadan lahan (Ha) Tahu) Tahun)
421,98 m3/tahun. Jumlah simpanan air tersebut Hutan
2,99
55,64
dapat bertambah jika pada daerah palung sungai Bambu 12 35,88
dan sempadan tidak terdapat bangunan seperti Bangunan 0,27 0 0 0
jalan Plester dan Beton. Karena dengan Jalan 0,17 0 0 0
demikian nilai simpanan air pada palung sungai Semak 44,35
0,52
dan sempadan akan berkurang. belukar 55 28,6
Berdasarkan perhitungan jika lahan Sumber: Hasil analisis
terbangun menjadi hutan dengan pepohonan
Hasil kali luas pemanfaatan lahan dengan nilai
pada daerah palung sungai dan sempadan, nilai
daya serap CO2 selanjutnya dijumlahkan,
simpanan air dapat mencapai 562,66 m3/tahun
atau meningkat sejumlah 18 m 3/tahun (3,19 %) sehingga didapat nilai daya serap CO 2 sejumlah
untuk daerah palung sungai dan 562,66 110,57 Ton/Ha/Tahun untuk daerah palung
m3/tahun atau meningkat sejumlah 140,67 sungai dan 64,48 Ton/Ha/Tahun untuk daerah
m3/tahun (25 sempadan. Nilai daya serap CO2 pada daerah
%) untuk daerah sempadan. palung sungai dan sempadan dapat bertambah
jika bangunan berupa jalan Plester dan Beton
Daya serap terhadap polusi udara ditanami pohon Trambesi yang disesuaikan
Daya serap daerah palung sungai dan dengan luas lahan bangunan. Penyesuaikan
sempadan dalam menyerap polusi udara dengan dengan luas lahan bangunan dilakukan dengan
mengetahui luasan pemanfaatan lahan dan daya

1
Novan, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

mengetahui luas lahan optimal untuk sebenarnya masih


penanaman 1 pohon Trambesi yaitu dengan luas
15 meter x 15 meter. Berikut pada Tabel 7 dan
Tabel 8 berturut-turut ditampilkan jumlah
pohon Trambesi yang akan ditanam setelah
disesuaikan dengan luas lahan bangunan.

Tabel 7 Jumlah Pohon Trambesi yang Akan


Ditanami di Daerah Palung Sungai

Luas lahan
untuk
Pemanfaatan menanam 1 Jumlah
lahan di Pohon yang
daerah palung Luas Luas Trambesi akan
sungai (Ha) (m2) (m2) ditanam
Bangunan 0,16 1600 225 7
Jalan 0,01 100 225 1
Sumber: Hasil perhitungan

Tabel 8 Jumlah Pohon Trambesi yang Akan


Ditanami di Daerah Sempadan Sungai

Luas lahan
untuk
Pemanfaatan menanam 1 Jumlah
lahan di Pohon yang
daerah palung Luas Luas Trambesi akan
sungai (Ha) (m2) (m2) ditanam
Bangunan 0,27 2700 225 12
Jalan 0,17 1700 225 7
Sumber: Hasil perhitungan

Jumlah pohon Trambesi yang akan ditanami


selanjutnya dikalikan dengan nilai daya serap
CO2 pohon Trambesi yaitu sebesar 28,44
Ton/Tahun. Setelah dikalikan nilai daya serap
CO2, pada lahan terbangun daerah palung
sungai meningkat menjadi 338,09
Ton/Ha/Tahun atau meningkat sejumlah 227,57
Ton/Ha/Tahun (67,29 %) dan nilai daya serap
CO2 pada lahan terbangun daerah sempadan
meningkat menjadi 604,84 Ton/Ha/Tahun atau
meningkat sejumlah 540,36 Ton/Ha/Tahun
(89,33 %).
Pemilihan pohon Trambesi sebagai
rekomendasi tanaman didasari bahwa pohon
Trambesi memiliki lebih dari satu fungsi yang
cukup optimal dalam menunjang fungsi
ekologis palung sungai dan sempadan. Fungsi
pertama adalah kemampuan Trambesi dalam
menyerap CO2 cukup baik, walaupun
1
Novan, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

terdapat alternatif lain yang lebih baik sebesar 11,22 % dan semak belukar sebesar
(misal: semak belukar). Namun yang 10,51 %. Nilai akan bertambah menjadi
memenangkan Trambesi sebagai 562,66 m3/tahun atau meningkat sejumlah
rekomendasi tanaman adalah fungsi 140,67 m3/tahun (25 %) bila jalan Plester dan
kedua dari Trambesi. Hal tersebut bangunan Beton ditanami Trambesi;
dikarenakan Trambesi tergolong tanaman 5. Daya serap terhadap polusi udara berupa
tingkat tinggi sehingga kemampuan karbon dioksida (CO2) pada daerah palung
Trambesi dalam menyimpan air cukup
baik dibandingkan tanaman lainnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan beberapa hal terkait potensi
ekologis sempadan Sungai Metro,
Kecamatan Sukun, Kota Malang. Berikut
merupakan kesimpulan-kesimpulan dari
penelitian:
1. Karakteristik sungai pada wilayah
studi sepanjang 1914 meter di
Kelurahan Karangbesuki, Kecamatan
Sukun, Kota Malang berupa
karakteristik dendritik dan setelah
disesuaikan dengan PERMEN PUPR
No. 28/PRT/M/2015 tentang Pedoman
Pelaksanaan Teknis Kajian Penetapan
Garis Sempadan Sungai dan PP No.
38 Tahun 2011 Tentang Sungai, lebar
dominan atau modus daerah palung
sungai adalah 10 meter kearah kiri dan
kanan dari titik tengah dasar sungai.
Kemudian lebar sempadan sebesar 10
meter;
2. Luas daerah palung sungai dan
sempadan berturut-turut sebesar 6,41
Ha dan 3,95 Ha;
3. Simpanan air pada daerah palung
sungai mencapai 544,65 m3/tahun
dengan persentase dari hutan Bambu
sebesar 79,61 %, bangunan Beton
sebesar 7,69 %, jalan Plester sebesar
0,48 % dan semak belukar sebesar
12,21 %. Nilai simpanan akan
bertambah menjadi 562,66 m3/tahun
atau meningkat sejumlah 18 m 3/tahun
(3,19 %) bila jalan Plester dan
bangunan Beton ditanami Trambesi;
4. Simpanan air pada daerah sempadan
wilayah studi mencapai 421,98
m3/tahun dengan persentase dari hutan
Bambu sebesar 60,43 %, bangunan
Beton sebesar 17,82 %, Jalan Plester

1
Novan, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

sungai wilayah studi mencapai 110,57 Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air.
Ton/Ha/Tahun dengan persentase dari hutan IPB Press. Bogor.
Bambu sebesar 58,71 %, dan semak belukar
sebesar 41,28 %. Nilai daya serap polusi Chow, V.T., Maidment, D.R., Mays, L.W. 1988.
udara akan bertambah menjadi 338,09 Applied Hydrology. McGraw Hill Book
Ton/Ha/Tahun atau meningkat sejumlah Company. New York.
227,57 Ton/Ha/Tahun (67,29 %) bila jalan
Plester dan bangunan Beton ditanami DIRJEN BPDASP. 2013. Pedoman Identifikasi
Trambesi; Karakteristik Daerah Aliran Sungai.
6. Daya serap terhadap polusi udara berupa Kementerian Lingkungan Hidup dan
karbon dioksida (CO2) pada daerah Kehutanan (LHK). Republik Indonesia.
sempadan wilayah studi mencapai 64,48
Ton/Ha/Tahun dengan persentase dari hutan Dahlan, E.N. 2007. Analisis Kebutuhan
Bambu sebesar 55,64 %, dan semak belukar Luasan Hutan Kota Sebagai Sink Gas
sebesar 44,35 %. Nilai daya serap polusi CO2 Antropogenik dari Bahan Bakar
berupa CO2 akan bertambah menjadi 604,84 Minyak dan Gas di Kota
Ton/Ha/Tahun atau meningkat sejumlah Bogor Dengan Pendekatan Sistem Dina
540,36 Ton/Ha/Tahun (89,33 %) bila jalan mik. Disertasi. IPB. Bogor
Plester dan bangunan Beton ditanami
Trambesi. Istiarto. 2014. Modul Pelatihan Simulasi
Aliran 1-Dimensi Dengan Bantuan
Saran Paket Program Hidrodinamika Hec-
Beberapa saran yang dapat dihasilkan dalam Ras. Jurusan Teknik Sipil dan
penelitian ini antara lain: Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas
1. Diperlukan kemitraan antara pemerintah Gajah Mada. Yogyakarta.
daerah selaku leader dalam pengelolaan
sungai bersama pihak swasta, akademisi dan Loebis, J. 1984. Banjir Rencana Untuk
masyarakat untuk meningkatkan kesadaran Bangunan Air. Departemen Pekerjaan
dalam menjaga lingkungan serta secara Umum, Badan Penerbit Pekerjaan
berkala diadakan kegiatan seperti Umum. Jakarta.
PROKASIH (Program Kali Bersih) pada
wilayah studi; Lokollo, J.A.,.2002. Analisis Pengaruh
2. Diperlukan penelitian lanjutan sepanjang alur Perubahan Fungsi Ruang Hidrologi
Sungai Metro untuk mengetahui pemanfaatan Terhadap Keseimbangan Air: Studi
lahan daerah palung sungai dan sempadan, Kasus Kawasan Kotamadya Ambon,
kemampuan total daerah palung sungai dan Propinsi Maluku [Tesis]. Program
sempadan dalam menyimpan air dan Pascasarjana IPB. Bogor.
kemampuan total daerah palung sungai dan
sempadan dalam menyerap polusi udara Mulyanto, H. R. 2006. Sungai, Fungsi dan
berupa karbon dioksida (CO2); Sifat-Sifatnya.
3. Hasil penelitian dapat dijadikan rekomendasi Graha Ilmu. Semarang.
kepada pemerintah setempat sebagai bahan
pertimbangan dalam penentuan daerah PERMEN PUPR. 2015. Tentang Penetapan
palung sungai dan sempadan serta sebagai Garis Sempadan Sungai dan Garis
pengetahuan umum kepada pihak swasta, Sempadan Danau. Kemeterian Pekerjaan
akademisi dan masyarakat mengenai potensi Umum dan Perumahan Rakyat
yang dapat dihasilkan dari daerah palung (PUPR). Republik Indonesia.
sungai dan sempadan.
PERPRES NO.32. 1990. Tentang
Pengelolaan Kawasan.Lindung.
DAFTAR PUSTAKA Republik Indonesia.

1
Novan, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Poedjioetami, E. 2008. Penataan Ulang


Kawasan Bantaran Sungai dengan
Menghadirkan Sentra Ekonomi dan
Rekreasi Kota, Studi Kasus Kawasan
Dinoyo Tenun, Surabaya. Jurnal
Rekayasa Perencanaan Vol. 4, No. 3.

PP NO. 38. 2011. Tentang Sungai. Republik


Indonesia.

Tinambunan R. S. 2006. Analisis Kebutuhan


Ruang Terbuka Hijau di Kota Peka
Baru Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan.Sekolah Pascasarjana In
stitut.
Pertanian Bogor. Bogor.

UU NO. 32. 1990. Tentang Pengelolaan


Kawasan Lindung. Republik Indonesia.

UU NO. 7. 2004. Tentang Sumber Daya Air.


Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai