TUGAS AKHIR
Oleh:
MUHAMMAD GEVAND LERIVALDO
1710921054
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Strata-I
pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas
Oleh:
MUHAMMAD GEVAND LERIVALDO
1710921054
Pembimbing:
Ir. Ahmad Junaidi, M.T, M.Eng,Sc
Dr. Nurhamidah, M.T, M.Eng,Sc
1
1. BAB I
PENDAHULUAN
2
Pemasalahan utama yang seringkali terjadi pada Batang Maransi
adalah banjir akibat penampang sungai tidak mampu menampung curah
hujan yang tinggi. Untuk menangani hal tersebut, telah dilakukan
normalisasi sungai pada Batang Maransi dalam rentang tahun 2018 – 2021.
Tetapi, normalisasi tersebut belum mampu mengatasi resiko terjadinya
banjir secara maksimal. Salah satu kasus yang terjadi pada Batang Maransi
setelah di normalisasi pada tanggal 18 Agustus 2021 terjadi banjir di
Kecamatan Koto Tangah, terkhususnya di wilayah Maransi dengan tinggi
muka air banjir ±1 m yang mengakibatkan kerugian baik secara materil
maupun secara non materil.
3
Dari penjelasan di atas, maka penulis perlu melakukan penelitian
mengenai kajian ulang penampang hidrolis Batang Maransi setelah
normalisasi dengan cara mengambil data penelitian sebelumnya tentang
evaluasi kapasitas penampang Batang Maransi setelah normalisasi lalu
melakukan desain ulang penampang hidrolis Batang Maransi untuk
mengurangi titik terjadinya banjir di wilayah sekitar Batang Maransi dan
membandingkannya.
4
c. Analisa hidrolika yaitu menghitung profil muka air aliran
permanen berubah beraturan dan melakukan simulasi aliran pada
kondisi setelah dilakukan desain ulang penampang Batang
Maransi setelah normalisasi dengan menggunakan software HEC-
RAS 5.0.7.
d. Pada penelitian ini diasumsikan bahwa debit banjir yang masuk
ke sungai adalah 100% dari perhitungan debit banjir rencana.
e. Panjang sungai Batang Maransi yang ditinjau sepanjang 2,375
Km.
f. Penelitian ini tidak memperhitungan sedimentasi dan tidak
melakukan penyelidikan tanah.
5
2. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sungai
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991
Mengenai sungai, menyebutkan bahwa sungai adalah tempat penampung
air dan jaringan air dari mata air sampai muara dengan terbatas mengalir
ke kiri dan kanan lewati garis sempadan (Pasal 1 (1)). Sungai juga bisa
Didefinisikan sebagai bagian di bawah permukaan bumi daratan di
sekitarnya menjadi tempat air tawar mengalir ke laut, danau, rawa atau
sungai lain. Sungai ini adalah bagian dari air Bumi, pada dasarnya, adalah
tempat air mengalir. Kesimpulan bisa dibuat yaitu Sungai adalah bagian
dari daratan tempat air mengalir dari mata air atau hujan.
2.2 Banjir
Banjir diartikan sebagai tempat yang terendam karena luapan air melebihi
kapasitas sungai suatu tempat luas dan menimbulkan kerugian fisik, sosial
dan ekonomi (Rahayu Et al., 2009). Banjir merupakan ancaman musiman
yang terjadi di air meluap dari saluran yang ada dan membanjiri daerah
tersebut. Banjir adalah ancaman alam yang paling umum yang paling
berbahaya dari segi manusia dan ekonomi (IDEP, 2007). Alasan umun
terjadinya banjir adalah sebagai berikut:
6
e. Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.
f. Hutan gundul akibat penebangan hutan secara liar.
2.3.2 Bendung
Bendung adalah bangunan yang terbuat dari batu bata, bronjong atau beton,
yang terletak di seberang tepian sungai. Selain untuk irigasi, bendung juga
dapat digunakan untuk keperluan lain, seperti untuk air minum,
pembangkit listrik atau pengendali banjir. Menurut jenisnya bendung ada
dua macam yaitu bendung tetap dan bendung sementara. Bendung tetap
adalah bangunan yang gunakan untuk mengatur ketinggian air sungai.
Bendung sementara digunakan untuk mengatur ketinggian air di sungai,
untuk mencapai ketinggian air yang dibutuhkan oleh aliran air mengarah
ke saluran irigasi dan petak tersier (Vicky Richard Mangore: Juni 2013).
7
sifat sifatnya dan hubungan dengan lingkungan terutama dengan makhluk
hidup. Sebenarnya hidrologi adalah ilmu interprestasi, tafsiran atau
perkiraan terhadap air itu sendiri dengan melakukan pendekatan-
pendekatan melalui data-data dan kejadian yang telah lalu. Dari data-data
tersebut dibuat suatu perumusan untuk menyederhanakan masalah
sehingga bisa menafsirkan kejadian berikutnya. Analisis hidrologi adalah
bidang yang sangat kompleks dan rumit. Hal ini disebabkan oleh
ketidakpastian hidrologi, keterbatasan dalam teori dan pencatatan data,
serta keterbatasan ekonomi.
8
yaitu analisa curah hujan, analisa frekuensi, analisa intensitas hujan dan
waktu hujan, dan analisa debit banjir.
Hujan merupakan salah satu proses dari siklus hidrologi, karena curah
hujan (rainfall depth) yang dialirkan ke sungai baik melalui limpasan
permukaan atau yang masuk ke dalam tanah menjadi bagian dari air tanah.
Maka dari itu, untuk analisa curah hujan pada penelitian ini, hanya
memerlukan curah hujan di satu stasiun hujan yang terdekat dari lokasi
penelitian dengan mengambil curah hujan maksimal pada tiap tahunnya.
Data curah hujan yang di ambil pada satu stasiun di ambil selama
20 tahun terakhir supaya curah hujan yang di dapatkan lebih akurat.
Analisa frekuensi ialah suatu prakiraan atau probabilitas yang terjadi pada
peristiwa hidrologi dalam bentuk hujan rencana. curah hujan rencana
adalah hujan yang mungkin terjadi selama periode ulang tertentu. Hasil
analisa frekuensi dapat digunakan sebagai dasar perhitungan perencanaan
hidrologi untuk memprediksi setiap kemungkinan yang akan terjadi.
9
Dari curah hujan rata-rata maka diperlukan menganalisis secara
statistic agar memperoleh pola curah hujan yang tersebar berdasarkan dari
data yang ada. Ada beberapa metoda dalam penyebaran data curah hujan
yang terdiri dari teori distribusi probabilitas, yaitu distribusi normal,
distribusi log normal, distribusi log-pearson III, distribusi gumbel.
Pengukuran dispersi adalah ukuran seberapa jauh penyimpangan nilai-nilai
individu dari nilai pusatnya (rata-rata) (Suparyanto,2010). Berikut cara
perhitungan dispersi sebagai berikut;
10
d. Koefisien Variasi (Cv)
𝑆
𝐶𝑣 =
𝑥̅
Keterangan:
Cv = Koefisien Variasi
Tabel 2.1. Penentuan jenis-jenis distribusi
No Jenis Distribusi Syarat
1 Distribusi Normal Ck ~ 3
Cs ~ 0
2 Distribusi Log-Normal Cv ~ 0.06
Cs ~ 3Cv + Cv2 = 0.1482
3 Distribusi Gumbel Cs ~ 1.1396
Ck ~ 5.4002
4 Distribusi Log-Person Tipe III Cs ~ bebas
Cv ~ bebas
Sumber: Syofyan. Z Dosen ITP, 2014
Metode distribusi Log Pearson Tipe III menurut (Wiryawan & Suputra,
2016) menggunakan persamaan berikut:
Log X =
LogX
n
LogX LogN
2
Slog X =
n 1
n Log X i LogX
3
n 1n 2Slog X 3
Cs =
11
Log Xr = LogX r K Tr .S log X
Keterangan
Xtr = curah hujan dengan periode ulang TR (mm)
X = curah hujan rata-rata (mm)
TR = periode ulang
Ktr = faktor berdasarkan periode ulang TR
Cs = koefisien kemiringan, digunakan untuk mencari harga
Ktr
n = jumlah data hujan yang ditinjau
SlogX = standar deviasi dari log X
Intensitas hujan ialah besaran jumlah hujan yang turun ke permukaan dan
dinyatakan dalam satuan mm/jam. Intensitas hujan tergantung kepada
frekuensi kejadian dan lama curah hujan. Dalam analisa ini, metode yang
di gunakan dalam menentukan intensitas hujan yaitu dengan rumus
Mononobe, menurut (Kamiana, 2011) rumus Mononobe adalah :
2/3
R24 24
I =
24 tc
Keterangan:
I = intensitas hujan (mm/jam)
R24 = curah hujan maksimum (mm)
tc = waktu konsentrasi (jam)
Waktu konsentrasi hujan (tc) adalah waktu yang di butuhkan air
hujan untuk mengalir dari titik terjauh untuk sampai ke daerah outlet DAS.
12
Untuk menghitung waktu konsentrasi hujan, dapat digunakan metode
Kirpich seperti berikut:
0.06628𝐿0.77
tc =
𝑆 0.385
Keterangan :
tc = waktu konsentrasi (jam)
L = panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik yang ditinjau
(km)
S = kemiringan rata-rata daerah lintasan air.
Dalam mendapatkan debit banjir rencana, maka salah satu metode yang
digunakan untuk memperoleh laju aliran puncak banjir adalah dengan
menggunakan metode rasional. Metode ini dapat diganakan untuk
menghitung debit puncak sungai ataupun saluran dalam luas DAS yang
terbatas. Rumus Pada metoda rasional adalah sebagai berikut
Q = 0.278 x C x I x A
Keterangan:
Q = debit (m3/s)
C = koefisien limpasan
I =intensitas curah hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)
A = luas DAS (km2)
Nilai C pada daerah yang tidak homogen dapat dicari dengan rumus:
13
n
C A
i 1
C = Crata-rata = n
A
i 1
Keterangan
C = koefisien limpasan sub daerah pengaliran.
A = luas sub daerah pengaliran.
Koefisien pengaliran (C) rasio puncak aliran permukaan terhadap intensitas
hujan. Nilai koefisien C tergantung pada kehilangan air akibat infiltrasi,
penguapan, tampungan permukaan, intensitas dan lama hujan. Nilai C
dapat ditentukan pada tabel berikut.
14
Halaman berpasir
Datar (2%) 0.05 – 0.10
Curam (7%) 0.15 – 0.20
Hutan :
Datar 0-5% 0.10-0.40
Bergelombang 5-10% 0.25-0.50
Halaman tanah :
Datar (2%) 0.13-0.17
2.5.1 HEC-RAS
15
digunakan dalam penelitian ini adalah HEC-RAS versi 5.0.7.
𝐴2 𝑉 2 2 𝐴1 𝑉 1 2
𝑌2 + 𝑍2 + = 𝑌1 + 𝑍1 +
2𝑔 2𝑔
Dengan:
16
α1, α2: Kehilangan Energi (m)
Besarnya kehilangan energi (he) antara dua penampang terdiri dari dua
bagian yaitu kehilangan energi yang disebabkan oleh gesekan (friction
loss) dan kehilangan energi yang disebabkan oleh perubahan tampang
(contraction or expansion losse). Kehilangan tinggi energi terdiri dari 2
bagian yaitu nilai kritis dan kehilangan kuat tekan. Kehilangan tinggi
energi di peroleh dengan rumus berikut:
𝐴2 𝑉 2 2 𝐴1 𝑉 1 2
ℎ𝑒 = 𝐿𝑆̅ 𝑓 + 𝐶 | − |
2𝑔 2𝑔
Dengan:
L: Panjang Reach
Panjang ruas sungai dua tampang yang diberi bobot sesuai dengan debit
(L) di hitung dengan rumus:
17
𝐿𝑙𝑜𝑏 𝑄̅ 𝑙𝑜𝑏 + 𝐿𝑐ℎ 𝑄̅ 𝑐ℎ + 𝐿𝑟𝑜𝑏 𝑄̅𝑟𝑜𝑏
𝐿=
𝑄̅ 𝑙𝑜𝑏 + 𝑄̅ 𝑐ℎ + 𝑄̅ 𝑟𝑜𝑏
Dengan:
Llob, Lch, Lrob: Jarak cross section untuk overbank kiri, tengah, dan kanan
𝑄̅ lob, 𝑄̅ ch, , 𝑄̅ rob : debit rata-rata untuk overbank kiri, tengah dan kanan.
Lch
1 2/3
𝐾= 𝐴𝑅
𝑛
Keterangan:
18
R = radius hidraulik tiap bagian tampang.
e. Tinggi energi kinetik rata-rata
Dalam satu tampang, hanya ada satu nilai energi kinetik (nilai rata-rata).
Energi kinetik rata-rata dihitung dengan rata-rata energi kinetik dari tiga
bagian tampang (tepi kiri, saluran utama, dan tepi kanan), kemudian
dilakukan pembobotan sesuai aliran masing-masing tampang untuk
ketinggian air yang tinggi.
tinggi energi kinetik rata-rata = tinggi kecepatan yang diberi bobot sesuai
dengan debit.
v12 v2
_2 Q1 Q2 2
v 2g 2g
2g Q1 Q2
Q1V12 Q2V22
_ 2
(Q1 Q2 ) V
19
f. Tinggi hilang akibat gesekan
Kehilangan energi akibat gesekan (friction loss) merupakan hasil kali dari
kemiringan garis energi yang disebabkan oleh gesekan dan panjang
penampang sungai antara kedua tampang. Kemiringan garis energi (friction
slope) yang di hasilkan akibat gesekan pada tampang dihitung dengan
persamaan Manning sebagai berikut:
2
Q
S f
K
Selain persamaan diatas, HEC-RAS memiliki opsi beberapa
persamaan lain untuk menghitung friction slope.
i. Kapasitas angkut rata
2
_ Q Q2
S f 1
K1 K 2
ii. Friction slope rata-rata
_ S f1 S f 2
Sf
2
iii. Friction slope rata-rata geometrik
_
S f S f1 x S f 2
iv. Friction slope rata-rata harmonik
_ 2 S f 1 x S f 2
Sf
S f1 S f 2
20
Keterangan:
C = koefisien kontraksi atau ekspansi
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metodologi
a. Survey lapangan
i.Cross section
22
c. Analisa hidrologi
23
Berikut adalah tahapan-tahapan penelitian yang dapat dilihat pada
Gambar 3.2.
Mulai
Pengumpulan data
sekunder Analisa Hidrologi
dari penelitian
1. Cross section
sebelumnya
2. Data Topografi
Run Program
Kapasitas Tampungan
( Trial and Error)
Pembahasan dan
Kesimpulan
Selesai
24