Anda di halaman 1dari 25

KAJIAN ULANG DESAIN HIDROLOGIS PENAMPANG

BATANG MARANSI SETELAH NORMALISASI

TUGAS AKHIR

Oleh:
MUHAMMAD GEVAND LERIVALDO
1710921054

JURUSAN TEKNIK SIPIL - FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
KAJIAN ULANG DESAIN HIDROLOGIS PENAMPANG
BATANG MARANSI SETELAH NORMALISASI

TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Strata-I
pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas

Oleh:
MUHAMMAD GEVAND LERIVALDO
1710921054

Pembimbing:
Ir. Ahmad Junaidi, M.T, M.Eng,Sc
Dr. Nurhamidah, M.T, M.Eng,Sc

JURUSAN TEKNIK SIPIL - FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021

1
1. BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bencana banjir menjadi fenomena rutin di musim penghujan yang merebak


di berbagai daerah aliran sungai (DAS) di sebagian besar wilayah
Indonesia. Jumlah kejadian banjir dalam musim hujan selama beberapa
tahun terakhir terus meningkat demikian juga dengan jumlah korban
manusia dan kerugian harta benda termasuk sarana dan prasarana
umum/sosial, transportasi dan pertanian/pengairan. Selain masalah curah
hujan sebagai faktor penyebab, timbulnya bencana juga tidak terlepas dari
adanya kerusakan ekosistem lingkungan yang terjadi di daerah aliran
sungai (DAS) dan buruknya pengelolaan sumberdaya air. Adanya
kerusakan lahan menyebabkan meningkatnya koefisien aliran permukaan
semakin besar. Daerah hulu DAS akan semakin rentan terhadap
kekeringan, sebaliknya daerah hilir justru rentan terhadap banjir, seperti
yang terjadi pada Batang Maransi.
Sungai Batang Maransi merupakan sungai yang terletak di Kota
Padang, Kecamatan Koto Tangah. Luas daratan Kota Padang adalah ±
694,96 km² dan memiliki ± 23 aliran sungai dengan total panjan mencapai
155,40 km (10 sungai besar dan 13 sungai kecil). Umumnya sungai-sungai
besar dan kecil yang ada di wilayah Kota Padang ketinggiannya tidak jauh
berbeda dengan tinggi permukaan laut.

2
Pemasalahan utama yang seringkali terjadi pada Batang Maransi
adalah banjir akibat penampang sungai tidak mampu menampung curah
hujan yang tinggi. Untuk menangani hal tersebut, telah dilakukan
normalisasi sungai pada Batang Maransi dalam rentang tahun 2018 – 2021.
Tetapi, normalisasi tersebut belum mampu mengatasi resiko terjadinya
banjir secara maksimal. Salah satu kasus yang terjadi pada Batang Maransi
setelah di normalisasi pada tanggal 18 Agustus 2021 terjadi banjir di
Kecamatan Koto Tangah, terkhususnya di wilayah Maransi dengan tinggi
muka air banjir ±1 m yang mengakibatkan kerugian baik secara materil
maupun secara non materil.

Haviz (2021) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh


Normalisai Sungai Terhadap Kapasitas Penampang Dengan Studi Kasus
Batang Maransi. Pada hasil penelitiannya, terdapat 3 titik banjir pada
Batang Maransi setelah normalisasi dengan panjang sungai yang ditinjau
sepanjang 1,15 Km.

Gambar 1.1 Sungai Batang Maransi

3
Dari penjelasan di atas, maka penulis perlu melakukan penelitian
mengenai kajian ulang penampang hidrolis Batang Maransi setelah
normalisasi dengan cara mengambil data penelitian sebelumnya tentang
evaluasi kapasitas penampang Batang Maransi setelah normalisasi lalu
melakukan desain ulang penampang hidrolis Batang Maransi untuk
mengurangi titik terjadinya banjir di wilayah sekitar Batang Maransi dan
membandingkannya.

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:


a. Melakukan desain ulang penampang hidrolis Batang Maransi
setelah normalisasi dan mengetahui tinggi muka air dengan
menggunakan aplikasi HEC – RAS 5.0.7 lalu membandingkan
dengan penelitian sebelumnya.
Manfaat dari penelitian ini adalah:
Untuk mengurangi resiko banjir pada masyarakat di wilayah
terdampak dan sebagai pedoman bagi instansi yang menangani masalah
banjir untuk rujukan pengambilan kebijakan penanganan banjir di daerah
tersebut.

1.3 Batasan Masalah

Dalam menganalisa data lapangan yang digunakan untuk penelitian ini,


terdapat batasan-batasan masalah yaitu:
a. Daerah yang dijadikan lokasi penelitian adalah kawasan Maransi.
b. Analisa hidrologi menggunakan data dari penelitian sebelumnya
(Fauzan, 2021)

4
c. Analisa hidrolika yaitu menghitung profil muka air aliran
permanen berubah beraturan dan melakukan simulasi aliran pada
kondisi setelah dilakukan desain ulang penampang Batang
Maransi setelah normalisasi dengan menggunakan software HEC-
RAS 5.0.7.
d. Pada penelitian ini diasumsikan bahwa debit banjir yang masuk
ke sungai adalah 100% dari perhitungan debit banjir rencana.
e. Panjang sungai Batang Maransi yang ditinjau sepanjang 2,375
Km.
f. Penelitian ini tidak memperhitungan sedimentasi dan tidak
melakukan penyelidikan tanah.

5
2. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sungai
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991
Mengenai sungai, menyebutkan bahwa sungai adalah tempat penampung
air dan jaringan air dari mata air sampai muara dengan terbatas mengalir
ke kiri dan kanan lewati garis sempadan (Pasal 1 (1)). Sungai juga bisa
Didefinisikan sebagai bagian di bawah permukaan bumi daratan di
sekitarnya menjadi tempat air tawar mengalir ke laut, danau, rawa atau
sungai lain. Sungai ini adalah bagian dari air Bumi, pada dasarnya, adalah
tempat air mengalir. Kesimpulan bisa dibuat yaitu Sungai adalah bagian
dari daratan tempat air mengalir dari mata air atau hujan.

2.2 Banjir
Banjir diartikan sebagai tempat yang terendam karena luapan air melebihi
kapasitas sungai suatu tempat luas dan menimbulkan kerugian fisik, sosial
dan ekonomi (Rahayu Et al., 2009). Banjir merupakan ancaman musiman
yang terjadi di air meluap dari saluran yang ada dan membanjiri daerah
tersebut. Banjir adalah ancaman alam yang paling umum yang paling
berbahaya dari segi manusia dan ekonomi (IDEP, 2007). Alasan umun
terjadinya banjir adalah sebagai berikut:

a. Curah hujan tinggi.


b. Permukaan tanah berada di bawah permukaan laut
c. Banyak pemukiman di bangun di dataran sepanjang sungai
d. Akibat banyaknya sampah dan bangunan di tepian sungai, aliran
sungai menjadi tidak lancar

6
e. Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.
f. Hutan gundul akibat penebangan hutan secara liar.

2.3 Infrastruktur Pengendali Banjir

2.3.1 Normalisasi Sungai

Normalisasi sungai adalah upaya untuk meningkatkan kapasitas sungai itu


sendiri. Dengan normalisasi sungai, penanganan banjir dapat dilakukan
pada hampir seluruh hilir sungai. Faktor yang perlu diperhatikan dalam
penanganan ini adalah penampang dasar sungai di berikan penampang
ganda dengan debit dominan, perencanaan aliran yang stabil untuk
mencegah erosi dan sedimentasi dasar sungai maupun elevasi muka air
banjir.

2.3.2 Bendung

Bendung adalah bangunan yang terbuat dari batu bata, bronjong atau beton,
yang terletak di seberang tepian sungai. Selain untuk irigasi, bendung juga
dapat digunakan untuk keperluan lain, seperti untuk air minum,
pembangkit listrik atau pengendali banjir. Menurut jenisnya bendung ada
dua macam yaitu bendung tetap dan bendung sementara. Bendung tetap
adalah bangunan yang gunakan untuk mengatur ketinggian air sungai.
Bendung sementara digunakan untuk mengatur ketinggian air di sungai,
untuk mencapai ketinggian air yang dibutuhkan oleh aliran air mengarah
ke saluran irigasi dan petak tersier (Vicky Richard Mangore: Juni 2013).

2.4 Analisa Hidrologi

Menurut Triatmodjo (2008) Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari


tentang air di bumi, termasuk keberadaanya, peredaran dan penyebarannya,

7
sifat sifatnya dan hubungan dengan lingkungan terutama dengan makhluk
hidup. Sebenarnya hidrologi adalah ilmu interprestasi, tafsiran atau
perkiraan terhadap air itu sendiri dengan melakukan pendekatan-
pendekatan melalui data-data dan kejadian yang telah lalu. Dari data-data
tersebut dibuat suatu perumusan untuk menyederhanakan masalah
sehingga bisa menafsirkan kejadian berikutnya. Analisis hidrologi adalah
bidang yang sangat kompleks dan rumit. Hal ini disebabkan oleh
ketidakpastian hidrologi, keterbatasan dalam teori dan pencatatan data,
serta keterbatasan ekonomi.

Selain pengertian hidrologi terdapat pula siklus hidrologi hidrologi. Siklus


hidrologi adalah proses dimana air mengalir dari bumi menuju atmosfir
kemudian kembali lagi ke bumi, proses ini terjadi secara terus menerus.
(Triatmojdo, 2008). Proses daur hidrologi di mulai dengan pengupan air di
laut. Lalu, uap air yang dihasilkan dari laut di bawa melalui udara. Uap air
yang dibawa melalui udara akan mengalami kondensasi yang membentuk
awan sehingga terjadinya presipitasi. Presipitasi (hujan) yang jatuh ke
bumi ke berbagai arah dengan berbagai cara. Sebagian air hujan yang jatuh
akan tertahan di tanah dan pada akhirnya di kembalikan ke atmosfer dengan
proses penguapan (evaporasi) dan penguapan (transpirasi) oleh tanaman
dan sebagian air hujan yang lain akan mengalir ke sungai melalui
permukaan dan bagian atas tanah dan sebagian air hujan yang mengalir
melalui permukaan tanah akan masuk ke dalam tanah dan menjadi bagian
dari air tanah (groundwater). Dengan pengaruh gaya gravitasi, baik air di
permukaan (surface streamflow) maupun air dalam tanah mengalir ke
tempat yang lebih rendah dan pada akhirnya mengalir ke muara sungai
yaitu laut. Terdapat beberapa langkah dalam melakukan analisa hidrologi

8
yaitu analisa curah hujan, analisa frekuensi, analisa intensitas hujan dan
waktu hujan, dan analisa debit banjir.

2.4.1 Analisa Curah Hujan

Hujan merupakan salah satu proses dari siklus hidrologi, karena curah
hujan (rainfall depth) yang dialirkan ke sungai baik melalui limpasan
permukaan atau yang masuk ke dalam tanah menjadi bagian dari air tanah.

Dalam mendapatkan prediksi besar banjir yang akan terjadi, maka


kedalaman hujan yang terjadi di seluruh DAS harus bisa diketahui. Untuk
kondisi daerah seperti Kota Padang, hujan di daerah tersebut bersifat hujan
lokal, yaitu hujan yang terjadi di satu wilayah saja dan tidak berpengaruh
ke wilayah lainnya.

Maka dari itu, untuk analisa curah hujan pada penelitian ini, hanya
memerlukan curah hujan di satu stasiun hujan yang terdekat dari lokasi
penelitian dengan mengambil curah hujan maksimal pada tiap tahunnya.

Data curah hujan yang di ambil pada satu stasiun di ambil selama
20 tahun terakhir supaya curah hujan yang di dapatkan lebih akurat.

2.4.2 Analisa Frekuensi Hujan

Analisa frekuensi ialah suatu prakiraan atau probabilitas yang terjadi pada
peristiwa hidrologi dalam bentuk hujan rencana. curah hujan rencana
adalah hujan yang mungkin terjadi selama periode ulang tertentu. Hasil
analisa frekuensi dapat digunakan sebagai dasar perhitungan perencanaan
hidrologi untuk memprediksi setiap kemungkinan yang akan terjadi.

9
Dari curah hujan rata-rata maka diperlukan menganalisis secara
statistic agar memperoleh pola curah hujan yang tersebar berdasarkan dari
data yang ada. Ada beberapa metoda dalam penyebaran data curah hujan
yang terdiri dari teori distribusi probabilitas, yaitu distribusi normal,
distribusi log normal, distribusi log-pearson III, distribusi gumbel.
Pengukuran dispersi adalah ukuran seberapa jauh penyimpangan nilai-nilai
individu dari nilai pusatnya (rata-rata) (Suparyanto,2010). Berikut cara
perhitungan dispersi sebagai berikut;

a. Standar Deviasi (S)


∑𝑛
𝑖=1 𝑥
x̅ =
𝑛
∑𝑛
𝑖=1(𝑥𝑖 −𝑥̅ )
2
𝑆=√
𝑛−1
Keterangan:
xi = Nilai varian ke i
x̅ = Nilai rata-rata varian
n = Jumlah data
S = Standar Deviasi

b. Koefisien Skewness (Cs)


𝑛
𝑎= ∑ |𝑥𝑖 − 𝑥̅ |3
(𝑛−1)(𝑛−2)
𝑎
𝐶𝑠 =
𝑆3
Cs = Koefisien skewness

c. Koefisien Kurtosis (Ck)


1
Σ(𝑥𝑖 −𝑥̅ )4
𝐶𝑘 = 𝑛
𝑆4
Keterangan:
Ck = Koefisien Kurtosis

10
d. Koefisien Variasi (Cv)
𝑆
𝐶𝑣 =
𝑥̅
Keterangan:
Cv = Koefisien Variasi
Tabel 2.1. Penentuan jenis-jenis distribusi
No Jenis Distribusi Syarat

1 Distribusi Normal Ck ~ 3
Cs ~ 0
2 Distribusi Log-Normal Cv ~ 0.06
Cs ~ 3Cv + Cv2 = 0.1482
3 Distribusi Gumbel Cs ~ 1.1396
Ck ~ 5.4002
4 Distribusi Log-Person Tipe III Cs ~ bebas
Cv ~ bebas
Sumber: Syofyan. Z Dosen ITP, 2014

2.4.3. Distirbusi Probabilitas


Ada beberapa metode analisa distribusi untuk mengestimasi kejadian
dengan frekuensi tertentu. Analisa distribusi yang dipakai dalam
perhitungan adalah dengan Distribusi Log Pearson III :

a. Distribusi Log Pearson III

Metode distribusi Log Pearson Tipe III menurut (Wiryawan & Suputra,
2016) menggunakan persamaan berikut:

Log X =
 LogX
n

 LogX  LogN 
2

Slog X =
n 1
n Log X i  LogX 
3

n  1n  2Slog X 3
Cs =

11
Log Xr = LogX r  K Tr .S log X
Keterangan
Xtr = curah hujan dengan periode ulang TR (mm)
X = curah hujan rata-rata (mm)
TR = periode ulang
Ktr = faktor berdasarkan periode ulang TR
Cs = koefisien kemiringan, digunakan untuk mencari harga
Ktr
n = jumlah data hujan yang ditinjau
SlogX = standar deviasi dari log X

2.4.4. Analisa Intesitas dan Waktu Hujan

Intensitas hujan ialah besaran jumlah hujan yang turun ke permukaan dan
dinyatakan dalam satuan mm/jam. Intensitas hujan tergantung kepada
frekuensi kejadian dan lama curah hujan. Dalam analisa ini, metode yang
di gunakan dalam menentukan intensitas hujan yaitu dengan rumus
Mononobe, menurut (Kamiana, 2011) rumus Mononobe adalah :
2/3
R24  24 
I =  
24  tc 
Keterangan:
I = intensitas hujan (mm/jam)
R24 = curah hujan maksimum (mm)
tc = waktu konsentrasi (jam)
Waktu konsentrasi hujan (tc) adalah waktu yang di butuhkan air
hujan untuk mengalir dari titik terjauh untuk sampai ke daerah outlet DAS.

12
Untuk menghitung waktu konsentrasi hujan, dapat digunakan metode
Kirpich seperti berikut:
0.06628𝐿0.77
tc =
𝑆 0.385
Keterangan :
tc = waktu konsentrasi (jam)
L = panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik yang ditinjau
(km)
S = kemiringan rata-rata daerah lintasan air.

2.4.5. Analisa Debit Banjir

Dalam mendapatkan debit banjir rencana, maka salah satu metode yang
digunakan untuk memperoleh laju aliran puncak banjir adalah dengan
menggunakan metode rasional. Metode ini dapat diganakan untuk
menghitung debit puncak sungai ataupun saluran dalam luas DAS yang
terbatas. Rumus Pada metoda rasional adalah sebagai berikut
Q = 0.278 x C x I x A

Keterangan:
Q = debit (m3/s)
C = koefisien limpasan
I =intensitas curah hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)
A = luas DAS (km2)
Nilai C pada daerah yang tidak homogen dapat dicari dengan rumus:

13
n

C A
i 1
C = Crata-rata = n

A
i 1

Keterangan
C = koefisien limpasan sub daerah pengaliran.
A = luas sub daerah pengaliran.
Koefisien pengaliran (C) rasio puncak aliran permukaan terhadap intensitas
hujan. Nilai koefisien C tergantung pada kehilangan air akibat infiltrasi,
penguapan, tampungan permukaan, intensitas dan lama hujan. Nilai C
dapat ditentukan pada tabel berikut.

Tabel 2.2 koefisien pengaliran (C) untuk rumus rasional


Deskripsi lahan/karakter permukaan Koefisien pengaliran (C)
Bisiness :
 Perkotaan 0.70 – 0.95
 Pinggiran 0.50 – 0.70
Perumahan :
 Rumah tinggal 0.30 – 0.50
 Multiunit, terpisah 0.40 - 0.60
 Multiunit tergabung 0.60 - 0.75

 Perkampungan 0.25 – 0.40

Deskripsi lahan/karakter permukaan Koefisien pengaliran (C)

 Apartemen 0.50 – 0.70


Perkerasan :
 Aspal dan beton 0.70 – 0.95
 Batu bata, paving 0.50 – 0.70

14
Halaman berpasir
 Datar (2%) 0.05 – 0.10
 Curam (7%) 0.15 – 0.20
Hutan :
 Datar 0-5% 0.10-0.40
 Bergelombang 5-10% 0.25-0.50

 Berbukit 10-30% 0.30-0.60

Halaman tanah :
 Datar (2%) 0.13-0.17

Curam (7%) 0.18-0.22

Sumber : (Kamiana, 2011)

2.5. Analisa Hidrolika


Untuk mengetahui kapasitas penampang untuk menampung debit
rencana, maka dilakukan analisa hidrolika pada penampang tersebut.
Dalam penelitian ini, digunakan software HEC-RAS dalam melakukan
analisa hidrolika pada penampang sungai Batang Maransi.

2.5.1 HEC-RAS

HEC-RAS adalah software yang di rancang mampu untuk melakukan


analisa hidrolika. HEC-RAS dapat menghasilkan perhitungan penampang
muka air dalam bentuk 1 dimensi baik dalam saluran alami maupun saluran
buatan. Selain itu, HEC-RAS juga dapat menghasilkan perhitungan
penampang muka air aliran subkritis, superkritis, dan campuran (mixed
flow). Sistem aplikasi HEC-RAS memiliki berbagai komponen untuk
analisa hidrolika 1 dimensi, yaitu perhitungan penampang muka air aliran
tetap (steady flow), aliran tidak tetap (unsteady flow), perhitungan
transportasi sedimen. Komponen tersebut akan menghasilkan tampilan
data geometri dan perhitungan geometri dan hidrolika. HEC-RAS yang

15
digunakan dalam penelitian ini adalah HEC-RAS versi 5.0.7.

Dalam sistem kerja aplikasi HEC-RAS, prosedur iterasi yang


disebut metode standard step digunakan untuk memperikirakan
penampang dasar muka air dari satu cross section ke cross section
selanjutnya. Misalnya saluran alami yaitu sungai, biasanya memiliki
kemiringan melintang yang bervariasi (non prismatis) dan bentuk
penampang yang berubah.

Dalam penelitian ini, analisa hidrolika yang dilakukan untuk muka


air aliran tetap (steady flow). Untuk aliran tetap HEC-RAS menggunakan
persamaan energi, kecuali di tempat dengan kedalaman aliranya melebihi
kedalaman kritisnya. Di tempat terjadi loncat air, pertemuan alur, aliran
dangkal melalui jembatan, HEC-RAS menggunakan persaman momentum.
Dimana terjadi terjunan mengalir melalui evaporator dan melalui bendung,
HEC-RAS menggunakan persamaan empiris:
a. Persamaan energi.

Untuk aliran permanen muka air dihitung menggunakan persamaan energi


yang diselesaikan dengan metode standard step method. Persamaan energi
antara dua tampang lintang dituliskan dalam bentuk berikut:

𝐴2 𝑉 2 2 𝐴1 𝑉 1 2
𝑌2 + 𝑍2 + = 𝑌1 + 𝑍1 +
2𝑔 2𝑔

Dengan:

Y1, Y2: Tinggi Tekanan (m)

Z1, Z2: Tinggi Tempat (m)


𝑉12 𝑉22
, : Tinggi Kecepatan (m)
2𝑔 2𝑔

16
α1, α2: Kehilangan Energi (m)

Gambar 2.2 Persamaan rumus energi

b. Kehilangan tinggi energi

Besarnya kehilangan energi (he) antara dua penampang terdiri dari dua
bagian yaitu kehilangan energi yang disebabkan oleh gesekan (friction
loss) dan kehilangan energi yang disebabkan oleh perubahan tampang
(contraction or expansion losse). Kehilangan tinggi energi terdiri dari 2
bagian yaitu nilai kritis dan kehilangan kuat tekan. Kehilangan tinggi
energi di peroleh dengan rumus berikut:

𝐴2 𝑉 2 2 𝐴1 𝑉 1 2
ℎ𝑒 = 𝐿𝑆̅ 𝑓 + 𝐶 | − |
2𝑔 2𝑔

Dengan:

L: Panjang Reach

Sf: Kemiringan Gesekan

c. Koefisien Kehilangan Ekspansi atau Kontraksi

Panjang ruas sungai dua tampang yang diberi bobot sesuai dengan debit
(L) di hitung dengan rumus:

17
𝐿𝑙𝑜𝑏 𝑄̅ 𝑙𝑜𝑏 + 𝐿𝑐ℎ 𝑄̅ 𝑐ℎ + 𝐿𝑟𝑜𝑏 𝑄̅𝑟𝑜𝑏
𝐿=
𝑄̅ 𝑙𝑜𝑏 + 𝑄̅ 𝑐ℎ + 𝑄̅ 𝑟𝑜𝑏

Dengan:

Llob, Lch, Lrob: Jarak cross section untuk overbank kiri, tengah, dan kanan

𝑄̅ lob, 𝑄̅ ch, , 𝑄̅ rob : debit rata-rata untuk overbank kiri, tengah dan kanan.

Lch

Gambar 2.3 Jarak cross section


d. Kapasitas angkut tampang
Kapasitas angkut dan kecepatan rata-rata di suatu tampang dihitung dengan
membagi tampang menjadi beberapa bagian. Pada setiap bagian kecepatan
di distribusikan secara merata. Pada setiap bagian tampang, kapasitas
angkut dihitung dengan menggunakan persamaan Manning berikut:

Q  K. S f
1/ 2

1 2/3
𝐾= 𝐴𝑅
𝑛
Keterangan:

K = kapasitas angkut tiap bagian tampang,


n = koefisien kekasaran Manning tiap bagian tampang,
A = luas tampang basah tiap bagian tampang,

18
R = radius hidraulik tiap bagian tampang.
e. Tinggi energi kinetik rata-rata
Dalam satu tampang, hanya ada satu nilai energi kinetik (nilai rata-rata).
Energi kinetik rata-rata dihitung dengan rata-rata energi kinetik dari tiga
bagian tampang (tepi kiri, saluran utama, dan tepi kanan), kemudian
dilakukan pembobotan sesuai aliran masing-masing tampang untuk
ketinggian air yang tinggi.

Gambar 2.4 Bagian tampang energi kinetik rata-rata

Untuk menghitung tinggi rata-rata energi kinetik diperlukan koefisien


tinggi kecepatan (α) yang dihitung sebagai berikut:

tinggi energi kinetik rata-rata = tinggi kecepatan yang diberi bobot sesuai
dengan debit.
v12 v2
_2 Q1  Q2 2
v 2g 2g
 
2g Q1  Q2

Q1V12  Q2V22

_ 2
(Q1  Q2 ) V

19
f. Tinggi hilang akibat gesekan
Kehilangan energi akibat gesekan (friction loss) merupakan hasil kali dari
kemiringan garis energi yang disebabkan oleh gesekan dan panjang
penampang sungai antara kedua tampang. Kemiringan garis energi (friction
slope) yang di hasilkan akibat gesekan pada tampang dihitung dengan
persamaan Manning sebagai berikut:

2
Q
S f  
K
Selain persamaan diatas, HEC-RAS memiliki opsi beberapa
persamaan lain untuk menghitung friction slope.
i. Kapasitas angkut rata
2
_  Q  Q2 
S f   1 
 K1  K 2 
ii. Friction slope rata-rata
_ S f1  S f 2
Sf 
2
iii. Friction slope rata-rata geometrik
_
S f  S f1 x S f 2
iv. Friction slope rata-rata harmonik
_ 2 S f 1 x S f 2 
Sf 
S f1  S f 2

v. Koefisien persempitan dan pelebaran tampang


1V12  2V22
he  C 
2g 2g

20
Keterangan:
C = koefisien kontraksi atau ekspansi

Ketika ketinggian kecepatan hilir lebih besar dari ketinggian kecepatan


hulu, HEC-RAS menganggap aliran melewati kontraksi (persempitan
tampang). Sebaliknya, jika kecepatan hulu lebih besar dari kecepatan hilir,
HEC-RAS RAS menganggap aliran melewati ekspansi (perlebaran
tampang).

21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metodologi

Kajian Ulang Desain Hidrologis Penampang Batang Maransi Setelah


Normalisasi dilakukan dengan metodologi seperti berikut:

a. Survey lapangan

Survey lapangan dilakukan untuk memahami permasalahan


lapangan yang terjadi pada lokasi studi. Survey lapangan
dilakukan untuk memperkirakan dimensi saluran sungai, dan
elevasi sungai.

b. Pengumpulan data sekunder

Data yang diperlukan dalam evaluasi kapasitas penampang ini


antara lain:

i.Cross section

Cross section adalah data ukuran satu dimensi penampang


melintang sungai. Data cross section di dapatkan dari
pengukuran penampang melintang sungai.

ii. Data bendung

Data bendung diperlukan dalam memodelkan bentuk


bendung dalam aplikasi HEC-RAS 5.0.7.

iii. Penampang memanjang sungai

Data ini diperlukan untuk melihat panjang penampang


memanjang sungai.

22
c. Analisa hidrologi

Analisa hidrologi akan menggunakan data dari penelitian


sebelumnya (Fauzan, 2021).
d. Analisa hidrolika
Penampang sungai dimodelkan dengan menggunakan HEC-RAS.
HEC-RAS adalah software yang dikembangkan oleh U.S Army
Corps Engineering. HEC-RAS dirancang untuk melakukan
analisa hidrolika satu dimensi untuk jaringan saluran secara
keseluruhan baik saluran alami maupun saluran buatan.
e. Hasil dan Pembahasan
Hasil ditampilkan dalam bentuk perhitungan profil muka air aliran
permanen berubah beraturan dan gambar pemodelan dari simulasi
aliran dari penampang Batang Maransi setelah dilakukan desain
ulang penampang hidrolis dan membandingkan dengan penelitian
terdahulu.
f. Kesimpulan
Berisikan kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh. Serta
saran yang merujuk dari hasil kesimpulan yang didapat untuk
penelitian selanjutnya.

23
Berikut adalah tahapan-tahapan penelitian yang dapat dilihat pada
Gambar 3.2.

Mulai

Pengumpulan data
sekunder Analisa Hidrologi
dari penelitian
1. Cross section
sebelumnya
2. Data Topografi

Input data ke HEC-RAS (project


data, geometri data, flow data) :
- River Reach, Cross Section
- Angka manning, jarak antar cross
- Boundary Condition
- Koefisien kontraksi-ekspansi

Run Program

Kapasitas Tampungan
( Trial and Error)

Pembahasan dan
Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir (Flowchart)

24

Anda mungkin juga menyukai