Anda di halaman 1dari 12

EVALUASI KAPASITAS TAMPUNG MAKSIMUM SUNGAI DAN SALURAN DRAINASE TERHADAP BANJIR MAKSIMUM (Studi Kasus DAS Way

Kuala Garuntang Bandar Lampung) Yuneri Maulina Megawati1), M. Zen Kadir2), M. Amin2) Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

ABSTRAK DAS Way Kuala Garuntang merupakan salah satu DAS di Kota Bandar Lampung yang arah alirannya melalui kawasan perkotaan sehingga kejadian banjir akan sangat mengganggu dan merugikan. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian untuk memprediksi volume banjir yang terjadi di daerah-daerah rawan banjir pada DAS Way Kuala Garuntang. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kapasitas tampung maksimum sungai dan saluran drainase terhadap banjir maksimum yang direncanakan untuk periode ulang 2, 5, 10, 20, 50, 100 tahun pada DAS Way Kuala Garuntang, sehingga dapat diperkirakan volume banjir maksimumnya. Perhitungan banjir maksimum pada penelitian ini didapatkan dari hasil analisis data hidrologi (data sekunder), berupa data curah hujan harian maksimum selama 18 tahun. Sedangkan, kapasitas tampung maksimum sungai dan saluran drainasenya didapat dari pengukuran secara langsung (data primer) dimensi sungai dan saluran drainase di lapangan. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, diketahui sungai-sungai yang ada di DAS Way Kuala Garuntang masih mampu menampung debit rencana yang diperhitungkan. Umumnya, kejadian banjir di DAS Way Kuala Garuntang disebabkan oleh masalah saluran drainase, seperti kapasitas tampung yang tidak memadai, tersumbatnya saluran oleh sampah, sedimen, dan sebagainya. Saluran-saluran drainase yang dianggap rawan banjir, sehingga perlu mendapat prioritas utama untuk diperbaiki oleh pemerintah Kota Bandar Lampung antara lain saluran drainase di Jl. Pagar Alam, sebagian Jl. Teuku Umar, Jl. Raden Intan, sebagian Jl. Imam Bonjol, Jl. Samratulangi, Jl. Agus Salim, Jl. Sisingamangaraja, dan Jl. Ridwan Rais. Untuk itu perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai dimensi dan tingkat kemiringan sepanjang saluran drainase pada daerah yang dianggap rawan banjir serta penanganan yang sesuai dengan kondisi di daerah tersebut, seperti penggantian bahan saluran alami dan bahan pas.batu kali menjadi plester kasar atau plester halus atau bahkan pendalaman atau pelebaran saluran untuk mengurangi tingkat kerawanannya terhadap banjir.

1) 2)

Alumni Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Unila Dosen Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Unila

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Air merupakan sumber daya alam yang paling berharga, karena tanpa air tidak mungkin terdapat kehidupan. Air tidak hanya dibutuhkan untuk kehidupan manusia, hewan, dan tanaman, tetapi juga merupakan media pengangkutan, sumber energi, dan berbagai keperluan lainnya. Pada suatu saat dalam bentuk hujan lebat dan banjir, air juga dapat menjadi benda perusak, menimbulkan kerugian harta dan jiwa, serta menghanyutkan berjuta-juta ton tanah subur. Ilmu yang mempelajari proses yang mengatur kehilangan dan penambahan serta penampungan sumber-sumber air di bumi adalah hidrologi. Dua besaran ekstrem dalam hidrologi adalah besaran maksimum berupa banjir dan besaran minimum berupa kekeringan. Mengingat pentingnya sungai bagi kehidupan manusia, maka keadaan ekstrem alirannya, baik kekeringan maupun banjir tidak dikehendaki. Terutama untuk kasus banjir, perlindungan terhadap berbagai aspek kehidupan di sepanjang sungai perlu diperhatikan. Di dalam analisis hidrologi, salah satu hasil akhir yang sering diharapkan adalah perkiraan besar banjir (atau hujan) rancangan untuk suatu bangunan hidraulik tertentu (Sri Harto, 1993). Secara umum, banjir dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana tinggi muka air sungai (atau debit sungai) melebihi suatu batas yang ditetapkan oleh suatu kepentingan tertentu. Banjir merupakan hasil rusaknya kesetimbangan air (water balance) akibat berkurangnya nilai infiltrasi dan evepotranspirasi, sehingga nilai debit aliran permukaan (run off) menjadi lebih besar daripada kapasitas angkut debit air pada sistem drainase (alami maupun buatan). Nilai kapasitas angkut yang lebih kecil ini menyebabkan air meluap dari tanggul dan menggenangi daerah sekitarnya. Adanya tekanan penduduk terhadap kebutuhan lahan baik untuk kegiatan pertanian, perumahan, industri, rekreasi, maupun kegiatan lain akan menyebabkan perubahan penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan yang paling besar pengaruhnya terhadap kelestarian sumberdaya air adalah perubahan dari kawasan hutan ke penggunaan lainnya seperti, pertanian, perumahan ataupun industri. Kerapatan bangunan (perumahan) yang tinggi misalnya, akan mengurangi area peresapan air hujan ke dalam tanah. Kerapatan perumahan ini dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah penduduk di Kota Bandar Lampung. Perkembangan penduduk Kota Bandar Lampung tahun 1971 sampai dengan tahun 2002 disajikan pada Tabel 1. Apabila kegiatan tersebut tidak segera dikelola dengan baik, maka akan menyebabkan kelebihan air (banjir) pada saat musim hujan dan kekeringan pada saat musim kemarau. Hal ini disebabkan karena perubahan penggunaan lahan yang tidak bijaksana (tidak disertai penanganan tindakan konservasi), sehingga hujan yang jatuh sebagian besar akan menjadi aliran permukaan (run off).

Tabel 1. Perkembangan Penduduk Kota Bandar Lampung Tahun 1971 2002


Tahun Jumlah Penduduk 1971 198,427 1980 284,275 1990 636,706 1997 720,231 1998 737,706 2000 743,109 2001 754,847 2002 757,336 Sumber: Bappeda Kota Bandar Lampung Pertumbuhan Penduduk (%) 4,81 12,40 1,87 2,43 0,37 1,58 0,33

Kerugian yang diakibatkan oleh banjir sangat besar. Untuk daerah pertanian misalnya, genangan air yang melebihi batas tinggi tertentu sampai lebih lama dari suatu periode tertentu akan menyebabkan tanaman menjadi kurus, produksinya berkurang, bahkan bisa mematikan tanaman. Penggenangan daerah perkotaan, lapangan terbang, dan daerah-daerah lain, selain menimbulkan kerugian langsung kepada penduduk juga mengganggu kelancaran lalu lintas kendaraan yang berarti mengganggu perhubungan. Bila keadaan itu berlangsung terlalu lama maka akan menghambat jalannya perekonomian. Baru-baru ini terjadi banjir di beberapa daerah di Kota Bandar Lampung. Daerahdaerah tersebut umumnya adalah daerah-daerah yang sering dilalui kendaraan atau merupakan jalan besar (utama) di Kota Bandar Lampung, sehingga banjir yang terjadi saat itu dirasakan sangat mengganggu aktivitas di Kota Bandar Lampung, apalagi Kota Bandar Lampung merupakan kota pusat bisnis di Propinsi Lampung. Daerah Way Halim misalnya, puluhan rumah tergenang banjir dan menyebabkan kepanikan warga setempat karena banjir tersebut merupakan banjir terbesar dalam 15 tahun terakhir. Daerah lain yang mengalami banjir yaitu daerah Kedaton dan beberapa daerah di Panjang (Radar Lampung, 2005). 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi kapasitas tampung maksimum sungai dan saluran drainase terhadap banjir maksimum yang direncanakan untuk periode ulang 2, 5, 10, 20, 50, 100 tahun pada DAS Way Kuala Garuntang, sehingga dapat diperkirakan volume banjir maksimumnya. 1.3 Batasan Penelitian Dalam penelitian ini tidak diperhitungkan pengaruh besarnya sedimentasi, penambahan limbah kota, dan perkembangan kota terhadap besarnya banjir yang terjadi. Namun, banjir yang diperhitungkan hanya sebagai akibat dari curah hujan maksimum di DAS Way Kuala Garuntang. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat digunakan untuk menentukan daerah-daerah yang mengalami banjir dan kemampuan sungai dan saluran drainase dalam menampung banjir,

serta dapat dijadikan sebagai dasar pemikiran dalam membuat perencanaan bangunan air seperti bendungan, jembatan, maupun bangunan pengendalian banjir.

PELAKSANAAN PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2005 sampai dengan bulan September 2005 di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Kuala Garuntang, Kota Bandar Lampung. 2.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data curah hujan dari stasiun pencatat curah hujan di wilayah DAS Way Kuala Garuntang (tahun 1986 sampai dengan tahun 2003), peta administrasi Kota Bandar Lampung, peta topografi Kota Bandar Lampung, peta penggunaan lahan Kota Bandar Lampung, peta jaringan sungai Kota Bandar Lampung, komputer dan alat tulis lainnya, serta rol meter.

METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu metode pengumpulan data serta analisis data primer dan data sekunder. Data primernya didapat dengan cara pengukuran secara langsung di lapangan terhadap dimensi sungai dan saluran drainase pada DAS Way Kuala Garuntang, Kota Bandar Lampung untuk mengetahui luasan penampang basah suatu penampang melintang sungai dan saluran drainase, sehingga dapat diketahui kapasitas angkut sungai dan saluran drainase tersebut terhadap debit aliran yang melewatinya. Sedangkan data sekundernya, antara lain: data curah hujajn selama 18 tahun dari 6 stasiun pencatat curah hujan di wilayah DAS Kuala Garuntang, diperoleh dari Dinas PU Pengairan Propinsi Lampung; peta administrasi, peta topografi, peta penggunaan lahan, dan peta jaringan sungai Kota Bandar Lampung diperoleh dari BPN (Badan Pertanahan Nasional) dan Bappeda Kota Bandar Lampung. 3.1 Pelaksanaan Penelitian Pertama-tama menganalisis data sekunder, yaitu menghitung curah hujan rata-rata DAS Way Kuala Garuntang menggunakan metode Thiessen, kemudian dianalisis frekuensinya menggunakan metode Gumbel. Intensitas curah hujan rencana dihitung menggunakan persamaan Mononobe, sedangkan waktu konsentrasinya dihitung dengan persamaan Kirpich. Hasilnya dapat digunakan untuk menghitung debit rencana dengan metode Rasional.

Data primer didapatkan dari pengukuran secara langsung dimensi sungai dan saluran drainase di lapangan, meliputi luas penampang saluran, kemiringan saluran, dan jari-jari hidrolis saluran. Kapasitas tampung maksimum sungai dan saluran drainase dihitung dengan slope area method (persamaan Manning). Setelah data primer dan data sekunder dianalisis, maka langkah berikutnya yaitu mengevaluasi masing-masing nilai yang dihasilkan dari analisis data primer dan sekunder tersebut. Sungai dan saluran drainase dikatakan banjir apabila nilai debit rencananya hasil perhitungan menggunkan metode Rasiona lebih besar daripada nilai kapasitas tampung maksimumnya yang dihitung dengan slope area method (persamaan Manning). 3.2 Analisis Data 3.2.1 Analisis curah hujan a) Curah hujan rata-rata Besarnya curah hujan rata-rata pada DAS Way Kuala Garuntang dihitung menggunakan metode Thiessen. A R + A2 R2 + ... + An Rn R= 1 1 A1 + A2 + ... + An A1 R1 + A2 R2 + ... + An Rn A = W1 R 1 +W 2 R2 + ... + W n Rn = R : curah hujan daerah R1, R2, Rn : curah hujan di tiap titik pengamatan dan n adalah jumlah titik-titik pengamatan A1, A2, An : bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamatan A A A W1 , W2 ,...Wn : 1 , 2 ,... n A A A b) Analisis frekuensi Analisis frekuensi yang digunakan untuk menentukan probabilitas curah hujan atau curah hujan rencana pada DAS Way Kuala Garuntang adalah distribusi Gumbel. c) Intensitas curah hujan dan waktu konsentrasi Intensitas curah hujan dihitung berdasarkan besarnya curah hujan rencana menggunakan persamaan Mononobe. Rumus ini sudah lazim digunakan di Indonesia. R 24 3 I = 24 24 tc
2

Keterangan:

I : intensitas curah hujan (mm/jam) tc : waktu konsentrasi (jam) R24 : curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm) Sedangkan, waktu konsentrasi dihitung dengan rumus Kirpich. t c = 0,0195 L 0,77 x S -0,385 Keterangan: tc L S : waktu konsentrasi (menit) : panjang sungai (m) : kemiringan sungai (m/m)

3.2.2 Debit banjir maksimum Perkiraan besarnya debit banjir maksimum dihitung dengan metode rasional. Debit banjir maksimum ini diperlukan untuk mengetahui besarnya debit maksimum yang dapat melewati sungai dan saluran drainase dengan periode ulang tertentu, sehingga dapat diperkirakan kemungkinan terjadinya banjir pada sungai dan saluran drainase tersebut. Qp = 0,278 C I A Keterangan: Qp : debit banjir maksimum (m3/det) C : koefisien aliran I : intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam) A : luas daerah aliran sungai (km2) 3.2.3 Kapasitas tampung maksimum sungai dan saluran drainase Kecepatan aliran yang melewati sungai dan saluran drainase dihitung menggunakan rumus Manning. 1 2 1 V = R3 S 2 n kemudian dipakai untuk menghitung kapasitas tampung maksimum sungai dan saluran drainase dengan menggunakan persamaan berikut, Q = A xV Keterangan: V : kecepatan aliran rata-rata (m/det) n : koefisien kekasaran Manning (tabel) R : jari-jari hidrolis (m) S : kemiringan garis energi (m/m) Q : debit (m3/det)

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Hidrologi DAS Way Kuala Garuntang memiliki 12 anak sungai, yaitu: (1) Way Kemiling, (2) Way Langkapura, (3) Way Pemanggilan, (4) Way Balau, (5) Way Kedaton, (6) Way Penengahan, (7) Way Awi, (8) Way Simpur, (9) Way Halim, (10) Way Balok, (11) Way Kedamaian, dan (12) Anak Way Kuala. Hulu sungai DAS Way Kuala Garuntang berada pada Pegunungan Kramat dan Pegunungan Langgar

Perbesi di Kecamatan Tanjung Karang Timur, Gunung Banten dan Gunung Perahu di Kecamatan Kedaton, Pegunungan Tangkit di Tanjung Karang Barat, dan dataran tinggi di Kecamatan Kemiling. Sedangkan, muaranya ke Teluk Lampung, tepat pada perbatasan antara wilayah Teluk Betung Selatan dengan Panjang. Peta jaringan sungai pada DAS Way Kuala Garuntang. 4.2 Analisis Hidrologi 4.2.1 Analisis curah hujan a) Curah hujan rata-rata DAS Curah hujan yang dipakai untuk mencari curah hujan rata-rata DAS adalah curah hujan harian maksimum dalam setahun (tahunan) yang tercatat pada stasiun pencatat curah hujan di wilayah DAS Way Kuala Garuntang, seperti pada Tabel 2. berikut ini Tabel 2. Curah Hujan Harian Maksimum Tahunan DAS Way Kuala Garuntang Tahun 1991 - 2003
Tahun 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 PH-001 50 125 71 185 143 90 119 43 117 83 103 130 130 67 74 80 95 75 PH-002 97 106 88 150 85 86 77 55 58 110 185 91 85 75 80 87 87 78 Stasiun Pencatat Curah Hujan PH-003 PH-004 124 73 96 89 153 75 151 83 115 79 90 120 93 89 64 126 60 95 41 82 25 62 54 39 100 100 67 85 18 60 21 700 48 153 80 72 PH-005 42 105 60 84 74 100 152 65 95 95 50 83 93 168 148 78 105 70 R-064 57 60 62 49 36 120 64 64 85 100 85 69 89 79 111 79 79 85

Sumber: Dinas PU Pengairan Propinsi Lampung

Persentase luas wilayah yang diwakili oleh masing-masing stasiun pencatat curah hujan di wilayah DAS Way Kuala Garuntang adalah (1) PH-001 sebesar 30,98%; (2) PH-002 sebesar 6,6%; (3) PH-003 sebesar 21,46%; (4) PH-004 sebesar 1,55%; (5) PH-005 sebesar 28,93%; dan (6) R-064 sebesar 10,48%. Dari perhitungan, didapat curah hujan rata-rata DAS Way Kuala Garuntang sebesar 90,1 mm. b) Curah Hujan Rencana Curah hujan rencana ini dihitung dengan periode ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 20 tahun, 50 tahun, dan 100 tahun. Semakin besar angka periode ulang, semakin besar curah hujan rencana di DAS Way Kuala Garuntang, namun kejadiannya akan semakin jarang. Curah hujan dengan periode ulang 2 tahun frekuensi

kejadiannya lebih tinggi daripada curah hujan dengan periode ulang 5 tahun, dan seterusnya. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui harga curah hujan rencana periode ulang 2 tahun sebesar 87,55 mm; curah hujan rencana periode ulang 5 tahun sebesar 106,34 mm; curah hujan rencana periode ulan 10 tahun sebesar 118,77 mm; curah hujan rencana periode ulang 20 tahun sebesar 130,70 mm; curah hujan rencana periode ulang 50 tahun sebesar 146,15 mm, dan curah hujan rencana periode ulang 100 tahun sebesar 157,72 mm. Harga curah hujan rencana tiap periode ulang ini digunakan untuk menghitung intensitas curah hujan rencana yang kemudian digunakan dalam perhitungan debit rencana. a) Intensitas curah hujan rencana dan waktu konsentrasi Dari perhitungan dapat diketahui bahwa semakin singkat waktu konsentrasi, semakin tinggi intensitas curah hujan rencananya. Intensitas curah hujan rencana juga akan meningkat dengan bertambah besarnya periode ulang yang digunakan. 4.3 Debit Banjir Maksimum Debit banjir maksimum yang dimaksud adalah debit banjir rencana yang dihitung berdasarkan curah hujan maksimum di DAS Way Kuala Garuntang. Semakin besar koefisien pengaliran dan intensitas curah hujan yang terjadi dalam suatu aliran sungai dan saluran drainase, semakin besar debit banjir yang melewatinya. 4.4 Kapasitas tampung Maksimum Sungai dan saluran drainase Berdasarkan perhitungan, diketahui bahwa sungai-sungai di DAS Way Kuala Garuntang masih mampu menampung debit rencana yang telah diperhitungkan. Ini berarti harga kapasitas tampung maksimum sungai-sungai di DAS Way Kuala Garuntang lebih besar daripada harga debit banjir rencana tiap periode ulang. Saluran drainase di Jl. Hayam Wuruk dan Jl. Yos Sudarso masih memenuhi dan mampu menampung debit rencana yang telah diperhitungkan tiap periode ulangnya. 4.5 Volume dan Lokasi Banjir Berdasarkan perhitungan, diketahui bahwa saluran drainase di Jl Pagar Alam, Jl. P.Kelagian , Jl. Pangeran Antasari, Jl. Teuku Umar, Jl. Raden Intan, Jl. Harimau, Jl. Badak, Jl. Pahlawan, Jl. Tupai, Jl. Urip Sumoharjo, Jl. Imam Bonjol, Jl. Samratulangi, Jl. Panglima Polem, Jl. Agus Salim, Jl. Sisingamangaraja, Jl. Tamin, dan Jl. Ridwan Rais mengalami banjir pada curah hujan tiap periode ulang yang diperhitungkan. Sedangkan, saluran drainase lainnya mengalami banjir pada curah hujan dengan periode ulang tertentu, yaitu: a. Saluran drainase di Jl. Arief Rahman Hakim dan Jl. Tirtayasa mengalami banjir terhadap debit rencana dengan periode ulang 20, 50, dan 100 tahun. b. Saluran drainase di Jl. Gajah Mada mengalami banjir terhadap debit rencana dengan periode ulang 50 dan 100 tahun.

a. Saluran drainase di Jl. Urip Sumoharjo mengalami banjir terhadap debit rencana dengan periode ulang 100 tahun. b. Saluran drainase di Jl. Cut Nyak Dien mengalami banjir terhadap debit rencana dengan periode ulang 5 hingga 100 tahun. c. Saluran drainase di Jl. Morotai mengalami banjir terhadap debit rencana dengan periode ulang 10 hingga 100 tahun. Tabel 3. Persentase Kapasitas Tampung Maksimum Saluran Drainase Terhadap Debit Rencana Dengan Periode Ulang 5 Tahun
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Lokasi Saluran Drainase Jl. Pagar Alam Jl. Pulau Kelagian Jl. P. Antasari Jl. Teuku Umar Jl. Raden Intan Jl. Harimau Jl. Badak Jl. Pahlawan Jl. Tupai Jl. Imam Bonjol I Jl. Imam Bonjol II Jl. Samratulangi Jl. Panglima Polem Jl. Cut Nyak Dien Jl. Agus Salim Jl. Tamin Jl. Sisingamangaraja Jl. Ridwan Rais QKapasitas (m3/det) 0,34 0,31 2,50 0,83 0,58 0,52 0,19 0,56 0,71 0,41 1,30 0,64 0,65 0,35 0,20 0,39 0,46 0,16 QRencana Periode Ulang 5 tahun (m3/det) 2,46 0,84 4,38 6,67 1,31 1,23 0,93 0,93 1,68 1,02 1,88 1,77 0,85 0,42 0,28 0,49 13,77 0,33 Persentase (%) 13,82 36,90 57,08 12,44 44,27 42,28 20,43 60,22 42,26 40,20 69,15 36,16 76,47 83,33 71,43 79,59 3,34 48,48

Sumber: Hasil Analisis

Saluran-saluran drainase pada tabel di atas adalah saluran drainase yang mengalami banjir pada periode ulang 5 tahun. Saluran drainase di Jalan Pagar Alam misalnya, mempunyai daya tampung terhadap debit dengan periode ulang 5 tahun sebesar 13,82%. Artinya, hanya 13,82% dari debit total periode ulang 5 tahun yang mampu ditampung oleh saluran tersebut, sedangkan 86,18% nya menjadi volume banjir/genangan air. Saluran di Jalan Pulau Kelagian mampu menampung 36,90% dari debit total periode ulang 5 tahun, sedangkan 63,10% nya menjadi volume banjir. Demikian seterusnya. Semakin kecil nilai persentase kapasitas tampung maksimum saluran drainase terhadap debit periode ulang 5 tahun, maka saluran tersebut semakin rawan terhadap banjir. Saluran inilah yang menjadi prioritas utama atau memerlukan perbaikan secepatnya. 4.6 Penyebab Banjir Secara garis besar, penyebab terjadinya genangan air atau banjir yang ada di sungai dan saluran drainase DAS Way Kuala Garuntang antara lain: a. Dimensi dan kapasitas tampung saluran drainase yang tidak memadai. b. Berkurangnya kemampuan dari kapasitas tampung sungai dan saluran drainase yang ada akibat pendangkalan atau penimbunan di dasar saluran oleh lumpur/sedimen dan tumbuhnya rumput serta tanaman liar di dalam saluran.

a. Aktivitas masyarakat maupun industri di sekitar sungai dan saluran drainase yang membuang limbah rumah tangga (sampah) atau limbah industri ke dalamnya. Hal ini mengakibatkan pendangkalan dan menghambat aliran air serta penyempitan di beberapa jalur sungai dan saluran drainase yang ada. b. Berkembangnya daerah pemukiman di sekitar sungai dan saluran drainase, sehingga pada beberapa tempat terjadi perubahan atau penyempitan dari penampang saluran tersebut. c. Penggundulan hutan dan berkembangnya daerah pemukiman pada daerah hulu sungai, menyebabkan derasnya air hujan yang masuk ke dalam sungai. Akibat lain dari keadaan tersebut adalah terbawanya lumpur yang disebabkan erosi, sehingga terjadi akumulasi lumpur terutama pada daerah hilir sungai serta beberapa tempat seperti jembatan-jembatan, titik pertemuan sungai, dan belokan-belokan sungai. d. Belum adanya kontinuitas dari segi pemeliharaan, terutama terhadap pengerukan lumpur dan sampah/limbah pada badan sungai dan saluran drainase. 4.5 Pencegahan Banjir. Saluran-saluran drainase pada lampiran Tabel 3 dapat diperkecil peluang kejadian banjirnya dengan mengganti bahan saluran tersebut. Peluang kejadian banjir saluran drainase pada Tabel 3 dapat diperkecil dengan cara seperti penggantian bahan saluran alami atau pasangan batu kali menjadi bahan plester. Hal ini menyebabkan meningkatnya kecepatan aliran air pada saluran, sehingga meningkatkan kapasitas tampungnya. Saluran drainase di Jl. Pagar Alam, Jl. Pahlawan, dan Jl. Panglima Polem tidak banjir untuk periode ulang 2 tahun dengan penggantian bahan saluran menjadi plester halus. Saluran drainase di Jl. Antasari dan Jl. Raden Intan tidak banjir untuk periode ulang 2 hingga 10 tahun dengan penggantian bahan saluran menjadi plester halus. Saluran drainase di Jl. Cut Nyak Dien tidak banjir untuk periode ulang 2 dan 5 tahun dengan penggantian bahan saluran menjadi plester halus. Saluran drainase di Jl. Agus Salim tidak banjir untuk periode ulang 2 hingga 10 tahun dengan penggantian bahan saluran menjadi plester halus. Saluran drainase di Jl. Ridwan Rais tidak banjir untuk periode ulang 2 hingga 50 tahun dengan penggantian bahan saluran menjadi plester kasar.

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sungai-sungai di DAS Way Kuala Garuntang masih mampu menampung debit rencana untuk periode ulang hingga 100 tahun.

2) Pada umumnya kejadian banjir di DAS Way Kuala Garuntang disebabkan oleh masalah saluran drainase, seperti kapasitas tampung yang tidak memadai dan tersumbatnya saluran oleh sampah. 3) Saluran drainase di Jl. Hayam Wuruk dan Jl. Yos Sudarso masih mampu menampung debit rencana untuk periode ulang hingga 100 tahun. 4) Saluran drainase di Jl Pagar Alam, Jl. P.Kelagian , Jl. Pangeran Antasari, Jl. Teuku Umar, Jl. Raden Intan, Jl. Harimau, Jl. Badak, Jl. Pahlawan, Jl. Tupai, Jl. Urip Sumoharjo, Jl. Imam Bonjol, Jl. Samratulangi, Jl. Panglima Polem, Jl. Agus Salim, Jl. Tamin, Jl. Sisingamangaraja, dan Jl. Ridwan Rais mengalami banjir pada curah hujan tiap periode ulang yang diperhitungkan. 5) Saluran drainase di Jl. Arief Rahman, Jl. Gajah Mada, Jl. Urip Sumoharjo, Jl. Cut Nyak Dien, Jl. Tirtayasa, dan Jl. Morotai hanya mengalami banjir pada curah hujan dengan periode ulang tertentu. 6) Saluran drainase yang dianggap rawan terhadap banjir sehingga perlu mendapatkan prioritas utama untuk diperbaiki antara lain saluran drainase di Jl. Pagar Alam, Jl. Kelagian, Jl. Antasari, sebagian Jl. Teuku Umar, Jl. Raden Intan, Jl. Harimau, Jl. Badak, Jl. Tupai, sebagian Jl. Imam Bonjol, Jl. Samratulangi, Jl. Sisingamangaraja, dan Jl. Ridwan Rais. 5.2 Saran 1) Perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai dimensi dan tingkat kemiringan sepanjang saluran drainase pada daerah yang dianggap rawan terhadap banjir serta penanganan yang sesuai dengan kondisi di daerah tersebut. 2) Perlunya perhatian, perawatan, dan usaha perbaikan dari pemerintah Kota Bandar Lampung terhadap saluran-saluran yang dianggap rawan terhadap banjir, seperti penggantian bahan saluran alami dan bahan pasangan batu kali menjadi plester kasar atau plester halus atau bahkan pendalaman atau pelebaran saluran untuk mengurangi tingkat kerawanannya terhadap banjir.

DAFTAR PUSTAKA Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajdah Mada University Press. Yogyakarta. Br. Harto, Sri. 1993. Analisis Hidrologi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. CV. Physik Samudra. 1995. Pekerjaan Pendataan Banjir di Kotamadya Bandar Lampung Tahun Anggaran 1994/1995. Laporan. Departemen Pekerjaan Umum. Lampung. Linsley, K.Ray; Kohler, A.Max; Paulhus, L.H.Joseph; Hermawan, Yandi. 1991. Hidrologi untuk Insinyur. Erlangga. Jakarta. Noersyachbana. 1984. Analisa Frekuensi Hidrologi Sub DAS Lesti, Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu. IPB. Bogor.

Seyhan, Ersin. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Soemarto, CD, Ir. 1986. Hidrologi Teknik. Usaha Nasional. Surabaya. Soewarno. 1991. Hidrologi Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai. Nova. Bandung. Sosrodarsono, Suyono, Ir; Takeda, Kensaku. 1999. Hidrologi untuk Pengairan. PT Pradnya Paramita. Jakarta. Subarkhah, Imam, Ir. 1980. Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air. Idea Dharma Bandung. Bandung. Sulistiorini, Ani. 1999. Pola Aliran Permukaan pada Daerah Tangkapan Bodong Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung.

Anda mungkin juga menyukai