Anda di halaman 1dari 35

Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih

(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang


Kabupaten Kutai Kartanegara

BAB IV
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1. LATAR BELAKANG

Air merupakan hal paling penting dalam kehidupan. Dalam setiap aktivitasnya
manusia mutlak membutuhkan air bersih. Untuk itu diperlukan adanya
penyediaan air bersih yang secara kualitas memenuhi standar yang berlaku dan
secara kuantitas maupun kontinuitas harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di
suatu wilayah sehingga aktivitas dapat berjalan dengan baik.
Sumber daya air yang ada perlu dikelola secara berkelanjutan. Sistem pengelolaan
sumberdaya air berkelanjutan (sustainable water resourses management system)
merupakan system pengelolaan sumberdaya air yang didesain dan dikelola serta
berkontribusi penuh terhadap tujuan masyarakat (sosial dan ekonomi) saat ini dan
masa yang akan datang, dengan tetap mempertahankan kelestarian aspek
ekologisnya.
Berbagai upaya dilakukan manusia untuk memperoleh sumber airnya. Mata air
merupakan salah satu sumber air yang selama ini digunakan oleh masyarakat untuk
memenuhi kebutuhannya. Mata air dapat ditemukan pada satu titik lokasi yang
umumnya terjadi di sepanjang perbukitan dan dataran rendah yang tanahnya berpori
atau formasi batuannya patah (fractured), sehingga memungkinkan air mengalir di
atas permukaan tanah. Aliran mata air selanjutnya mengalir membentuk aliran
permukaan, dan apabila berkumpul dengan aliran air dari sumber air lainnya
membentuk aliran sungai.
Di sekitar wilayah SMK 3 desa Loa Lepu belum mendapatkan pelayanan air bersih
dari PDAM Kabupaten Kutai Kartanegara dan selama ini mengandalkan air sumur,
air tanah dalam (artesis), dan mata air. Kondisi topografi desa tersebut terdiri dari
tanah datar dan pegunungan sehingga potensi sumber air yang kontinu dan besar
yang berada di sumber air selama ini belum dapat dimaksimalkan secara
menyeluruh.
Oleh karena itu, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kutai Kartanegara Bidang
Ciptakarya Sub Bidang Tata Lingkungan bermaksud untuk merencanakan
penyediaan air bersih untuk masyarakat disekitar wilayah SMK 3 desa Loa Lepu.

Bagian F - 1
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

4.2. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam perencanaan jaringan air bersih menuju SMK 3 adalah :
a. Bagaimana upaya secara teknis jaringan air bersih penduduk perdesaan yang
disesuaikan dengan kondisi wilayah rencana dan minat serta kemampuan
masyarakat untuk mendapatkan air bersih.
b. Bagaimana perencanaan untuk memenuhi kebutuhan air bersih sampai 5
tahun hingga 20 tahun kedepan.
c. Bagaimana sistem jaringan perpipaan untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

4.3. LINGKUP PEKERJAAN

Untuk memperoleh hasil kajian sesuai dengan latar belakang, tujuan dan kegunaan
serta sasaran yang diharapkan maka kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan adalah
sebagai berikut :

4.3.1. Kegiatan A : Persiapan dan Pendahuluan


Dalam kegiatan ini akan dilakukan pengumpulan data sekunder yang
meliputi data hidrologi (iklim dan curah hujan), sosial kependudukan,
sosial ekonomi, tata ruang, tata guna lahan, peta topografi skala
1:50.000, geologi regional serta data-data lain yang diperlukan. Selain hal
tersebut juga dilakukan pengumpulan hasil studi yang pernah dilakukan
pada lokasi yang sama, penyiapan personil, peralatan dan bahan yang
diperlukan serta mobilisasi.

4.3.2. Kegiatan B : Survey, Investigasi dan Evaluasi Data


Kegiatan survey dan investigasi merupakan kegiatan lapangan untuk
mendapatkan data-data primer kondisi lokasi studi.
Kegiatan lapangan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Survey pengukuran dan pemetaan topografi
b. Investigasi geologi dan mekanika tanah. Kegiatan ini berupa
interpretasi peta geologi dan jenis tanah di lokasi studi.
c. Survey hidrologi dan kualitas air untuk memperoleh data debit air,
pasang surut air dan kualitas air.
d. Survey sosial ekonomi
e. Survey lingkungan

4.3.3. Kegiatan C : Optimasi dan Formulasi Pengembangan


Dalam kegiatan optimasi dan pengembangan akan dilakukan
perencanaan pemanfaatan air baku dengan berbagai alternatif kombinasi
kondisi pemanfaatan, pembuatan model matematis sistem untuk

Bagian F - 2
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

menggambarkan keseimbangan air (water balance) antara ketersediaan air


baku dengan pemanfaatan.

4.3.4. Kegiatan D : Perencanaan Teknis Rinci


Kegiatan perencanaan teknis rinci meliputi analisis-analisis hidrologi,
hidrogeologi, geoteknik dan mekanika tanah, penentuan site bangunan air,
hidrolika desain, struktur bangunan, dan stabilitas bangunan. Dari hasil
analisis tersebut kemudian dilakukan perhitungan analisa ekonomi proyek
yang meliputi perhitungan biaya pembangunan, biaya operasi dan
pemeliharaan, manfaat yang diperoleh dari pengelolaan air baku.
Perencanaan teknis tersebut akan menghasilkan kondisi kelayakan yang
ditinjau secara teknis, ekonomi dan lingkungan.

4.3.5. Kegiatan E : Penyusunan Laporan dan Diskusi/Presentasi


Untuk dapat melihat hasil-hasil yang dikerjakan oleh Konsultan, sarana
utama untuk mengkomunikasikannya, dibutuhkan satu media yang
disebut Pelaporan. Jenis pelaporan yang akan disampaikan Konsultan ada
beberapa macam sesuai dengan tujuan pelaporan tersebut. Berikut ini akan
disampaikan laporan pertanggung jawaban Konsultan dalam
melaksanakan tugas ini.

4.4. BATASAN PERMASALAHAN

Memperhatikan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka pembatasan


masalah pada studi ini adalah sebagai berikut :
a. Upaya peningkatan pelayanan dalam memenuhi kebutuhan air bersih di sekitar
kawasan SMK 3 desa Loa Lepu Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten
Kutai Kartanegara.
b. Proyeksi Perencanaan sistem jaringan perpipaan untuk memenuhi kebutuhan
air bersih di sekitar kawasan SMK 3 desa Loa Lepu Kecamatan Tenggarong
Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara untuk proyeksi 5 tahun sampai 20
tahun.

4.5. PENDEKATAN UMUM

4.5.1. Kerangka Pemikiran


Data sekunder yang akan dikumpulkan dalam pekerjaan ini baik hasil studi
terdahulu yang relevan dengan pekerjaan ini dari instansi lain dapat
digunakan sebagai data penunjang. Sungai Mahakam merupakan wilayah
yang cukup luas, dimana di dalam daerah tangkapan (cacthmen area) sungai

Bagian F - 3
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

tersebut perkembangan penduduknya semangkin meningkat. Peningkatan


populasi dan aktivitas masyarakat saat ini sangat berpengaruh terhadap
potensi sumber air dan permasalahan sumber daya air. Salah satu pengaruh
nyata dari aktivitas manusia adalah ancaman tingkat bahaya erosi dan alih
fungsi lahan pada daerah tangkapan dan daerah resapan. Hal ini dapat
berakibat tingkat sedimentasi Sungai Mahakam cukup tinggi dengan
fluktusi debit sungai juga cukup tinggi baik pada musim hujan maupun
musim kemarau.
Disisi lain, terbatasnya prasarana air baku mengakibatkan terbatasnya
daerah layanan untuk beberapa daerah di Kabupaten Kutai Kartenagara.
Agar terjaganya kelestarian dan keseimbangan antara kertersediaan dan
kebutuhan air berkaitan dengan berbagai isu permasalahan yang ada
diperlukan adanya perencanaan yang tepat dan akurat, sehingga sumber
daya air dapat dipergunakan secara berkelanjutan.

4.5.2. Pendekatan Masalah


Diperlukan pendekatan dari berbagai disiplin (multi interdisiplin) dalam
memecahkan permasalahan dalam rangka melaksanakan tugas pekerjaan
Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih Menuju SMK 3
Kecamatan Tenggarong Seberang.
Pendekatan yang dilakukan yaitu pendekatan yang holistik dari aspek
geologi, geomorfologi, hidrologi, topografi, landscaping, sosial ekonomi
dan lingkungan

4.5.3. Penerapan Teknologi


Penerapan teknologi akan dilakukan dengan pertimbangan yang teliti dan
seksama, pendekatan tehnik dengan menggunakan teknologi yang tepat
guna yang berwawasan lingkungan dan teknologi padat karya yang
berwawasan sosial-ekonomi, diharapkan akan dapat menunjang perluasan
lapangan kerja produktif dan pertambahan nilai yang berimbang dan
berkelanjutan.

4.5.4. Metodologi Dasar


Metodologi dasar deskriptif analitis akan digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan ini. Metodologi dasar ini bertujuan untuk memecahkan
permasalahan yang ada terutama masalah topografi, geologi, hidrologi, yang
berhubungan dengan standar perencanaan jaringan air bersih perdesaan.

Bagian F - 4
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

4.5.5. Pengumpulan Data Primer


Pengumpulan data primer (survey lapangan) yang dilakukan adalah survey
topografi, survey geologi (interpretasi peta) dan suvey sosial-ekonomi
lingkungan. Pengumpulan data primer ini dimaksudkan untuk memperoleh
data fisik daerah lokasi pekerjaan perencanaan jaringan air bersih perdesaan.

4.5.6. Standar dan Peraturan Teknis


Standar dan peraturan teknis yang dipergunakan tim Konsultan dalam
pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi
Air Bersih Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang pada
dasarnya adalah menggunakan standar yang berlaku di Indonesia, antara
lain adalah.-sebagai berikut :
a. Pedoman, Kriteria dan Standar yang dipakai untuk melaksanakan
pekerjaan ini adalah pedoman, kriteria dan standar yang berlaku di
Indonesia. Dalam penerapannya harus dipertimbangkan untung-rugi,
perubahan atau penggantian bangunan yang telah ada, kemudahan
sistim operasi dan pemeliharaan, tepat guna dan biaya konstruksi yang
paling menguntungkan.
b. Sebagai pegangan dipakai pedoman, kriteria dan standar perencanaan
yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Ciptakarya, Departemen
Pekerjaan Umum, cq. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kutai
Kartenagara.
c. Apabila diperlukan perubahan pedoman, kriteria dan standar tersebut
di atas berdasarkan pertimbangan penyesuaian terhadap kondisi di
lapangan, kemudahan operasional dan pemeliharaan serta biaya yang
paling menguntungkan, perubahan tersebut akan dibahas untuk dapat
disetujui oleh direksi sebelum dibuat desainnya.
d. Pedoman Teknis Bangunan Sederhana dan standar sejenis yang
berlaku di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum, dimana
penerapannya disesuaikan dengan keadaan lapangan.
Berikut di bawah ini disampaikan standar dan peraturan teknis yang umum
dipakai Konsultan dalam Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air
Bersih Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang, antara lain :
a. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
b. Permen PU No. 04/PRT/M/2009 tentang Sistem Jaminan Mutu;
c. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum;

Bagian F - 5
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

d. SNI 06-2552-1991 tentang Metode Pengambilan Contoh Uji Pipa


PVC Untuk Air Minum;
e. SNI 03-3981-1995 tentang Tata cara perencanaan instalasi saringan
pasir lambat;
f. SNI 03-6419-2000 tentang Spesifikasi Pipa PVC bertekanan
berdiameter 110-315 mm untuk Air Bersih;
g. SK SNI S-20-1990-2003 tentang Spesifikasi Pipa PVC untuk Air
Minum;
h. SNI 06-4829-2005 tentang Pipa Polietilena Untuk Air Minum;
i. SNI 19-6773-2002 tentang Spesifikasi Unit Paket Instalasi
Penjernihan Air Sistem Konvensional Dengan Struktur Baja;
j. SNI 19-6988, 2004 Tata Cara Pengukuran Kontrol Vertikal;
k. SNI 19-6724, 2002 Tata Cara Pengukuran Kontrol Horizontal;
l. SNI 03-3441, 1994 Tata cara perencanaan teknik pelindung tebing
sungai dari pasangan batu;
m. SNI 6774-2008 - Tata cara perenc. unit paket instalasi Air Bersih
n. SNI-6774-2008 - tata cara perencanaan pengolah Air Bersih
o. SNI 19-6774-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi
Penjernihan Air;
p. SNI 03-6481-2000 tentang Sistem Plumbing
a. KP-07 Kriteria Perencanaan Bagian Standar Penggambaran;
q. Standar pedoman lain yang terkait.

4.6. PENDEKATAN METODOLOGI PELAKSANAAN

Urut-urutan kegiatan pelaksanaan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi


Air Bersih Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang adalah sebagai
berikut :

4.6.1. Pekerjaan Pengukuran Topografi


Sebelum pekerjaan perencanaan detail dilaksanakan terlebih dahulu
dilakukan pekerjaan pengukuran topografi. Pengukuran yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Pemasangan patok beton (BM) dan patok kayu
b. Kontrol horizontal dan vertikal
c. Pengukuran situasi detail, skala 1 : 1.000, elevasi dan keadaan
topografinya
d. Pengukuran Cross dan Long Section
e. Perhitungan
f. Penggambaran
g. Reproduksi

Bagian F - 6
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

Uraian pelaksanaan pekerjaan pengukuran topografi adalah sebagai berikut :


a. Pelaksanaan Survey
1). Pendahuluan
Pedoman teknis berikut ini adalah uraian ruang pelaksanaan
pengukuran untuk pembuatan peta situasi yang akan digunakan
sebagai dasar pembuatan lay-out tata letak bangunan
pengambilan dan bangunan pelengkapnya.
2). Bench Mark
Lokasi Bench Mark dan Azimuth Mark ditunjukkan pada
gambar dengan skala 1 : 1.000 lengkap dengan nomor serta
koordinat (X,Y,Z). Bench Mark dipasang ditempat yang aman
dari gangguan manusia atau binatang.
3). Patok Poligon
Titik poligon selain bench mark adalah patok kayu (5 x 5 x 60)
cm. Patok ini dicat dan diberi nomor unik untuk memudahkan
identifikasi.
Hasil pengukuran digambar pada kertas berukuran A1. Over dan
side lap sesuai dengan petunjuk buku standar dari Departemen
PU dan interval grid setiap 10 cm (100 m di lapangan) untuk
skala 1 : 1.000.
b. Kontrol Horizontal
Pengukuran kontrol horizontal dilakukan dengan cara poligon tertutup
dan melingkupi dareah yang dipetakan, jika daerah cukup luas maka
poligon utama dibagi dalam beberapa kring tertutup, maksimum sisi
poligon 1,0 km.
Diusahakan sisi-sisi poligon sama panjangnya, poligon cabang terikat
pada poligon utama dana titik referensi yang digunakan harus
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Jalur poligon baik
cabang atau utama.
Setiap poligon akan dilakukan pengamatan matahari setiap 2,5 km,
dan sebagai target adalah azimuth mark bila pengamatan dilakukan di
titik bench mark.
Sudut ukur double seri dan digunakan Theodolit T.2 perbedaan seri
pertama dari seri kedua lebih kecil dari 5" dan ketelitian sudut lebih
kecil dari 10" √n, dimana "n" adalah jumlah titik poligon.

Bagian F - 7
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

c. Kontrol Vertikal
Semua titik poligon akan diukur ketinggiannya. Titik referensi untuk
kontrol vertikal yang telah digunakan telah mendapat persetujuan
Direksi Pekerjaan.
Pengukuran kontrol vertikal dilakukan pulang pergi, tiap jalur
merupakan kring tertutup, alat yang digunakan adalah alat ukur
Waterpass otomatis (Zeiss Ni2, Wild, Nak2 atau yang sejenis).
Sebelum dan sesudah pengukuran, alat akan diperiksa ketelitian garis
bidiknya, jumlah jarak belakang diusahakan sama dengan jumlah
jarak muka dan jarak dari alat ke rambu tidak boleh lebih dari 50 m.
Sedangkan jarak terdekatnya dari alat ke rambu ≤ 5 m.
Ketelitian pengukuran Waterpass utama salah penutup tidak dari 8
D05 dan Waterpass cabang tidak lebih dari 10 D0.5 dimana D adalah
jumlah jarak dalam satuan km.
Diskripsi Bench Mark dan Azimuth Mark :
Seluruh Bench Mark dan Azimuth Mark dibuat diskripsinya,
koordinat (x,y) dan elevasinya (z). semua bench mark dan patok
poligon ditujukan pada peta situasi skala 1 : 1.000. Nama bench mark
dan elevasinya dicantumkan dengan jelas, demikian pula elevasi
permukaan tanahnya. Untuk patokan poligon hanya nama/nomor dan
elevasi tanah aslinya yang dicantumkan.
d. Pengukuran Situasi
Situasi diukur berdasarkan jaringan kerangka horizontal dan vertikal
yang dipasang dengan melakukan pengukuran semua titik detail
didalam daerah lokasi survey.
Jalur poligon dapat ditarik lagi dari kerangka utama dan cabang untuk
mengisi titik detail planimetris berikut spot height yang cukup,
sehingga diperoleh penggambaran kontur yang lebih menghasilkan
informasi ketinggian yang memadai. Titik spot height terlihat tidak
lebih interval 1 cm pada peta skala 1 : 1.000, interval ini ekuivalen
dengan cara 10 m tiap penambahan satu titik spot height atau 36 titik
spot untuk setiap 1 Ha diatas tanah.
Jarak antara titik spot height bervariasi tergantung kepada kecuraman
dan ketidakteraturan train.
Pengukuran situasi dilakukan dengan metode Techometry
menggunakan Theodolit T0 atau sejenis. Jarak dari alat ke rambu
tidak boleh lebih dari 100 meter.

Bagian F - 8
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

Kontur digambar apa adanya berdasarkan titik spot height dan


pemberian angka kontur terlihat jelas dimana setiap interval kontur 2.5
meter digambar lebih tebal.
e. Isi Peta
Peta situasi skala 1 : 1.000 tersebut mencakup antara lain :
1). Jaringan kerangka dasar, garis kontur, titik ketinggian dan lain-
lain.
2). Batas pemerintah, kampung, desa, kecamatan dan lain-lain
termasuk namanya.
3). Batas tata guna lahan/vegetasi lahan (misalnya : hutan berat,
hutan ringan, semak belukar, alang-alang, ladang, tegal, kebun,
sawah, rawa dan lain-lain).
4). Tata letak jalan, jalan desa, jalan setapak dan lain-lain.
5). Seluruh alur sungai (dasar sungai terendah dan lebar sungai
harus jelas terlihat).
6). Tata letak saluran dan bangunan irigasi dan drainase serta
bangunan lainnya (jembatan, sekolah, mesjid, kantor-kantor
pemerintah).
7). Pohon besar (berdiameter > 20 cm dengan ketinggian sekitar 12
m diatas tanah) bila pepohonan ini berada di sawah.
f. Data Ukur Dan Perhitungan
Data lapangan dibundel dengan rapi. Hitungan pendahuluan dalam
rangka pengecekan data dilaksanakan sedini mungkin begitu selesai
pengamatan lapangan. Seluruh perhitungan, pengeplotan data dan
penggambaran dikerjakan di atas kertas bersih. Seluruh peta rencana
diplot pada lembar berkoordinat ukuran A1, dimana koordinat bulat
diperlihatkan pada garis grid. Sumbu vertikal adalah arah utara
sedangkan sumbu horizontal arah timur. Seluruh ketinggian patok
poligon utama dihitung sampai 2 desimal dalam peta rencana dan
peta cross section.

4.6.2. Survey Hidrologi


Kegiatan survey hidrologi dalam studi ini yang meliputi pengukuran debit,
pengukuran sedimen dan pengambilan sample kualitas air dilakukan secara
bersamaan, baik waktu pelaksanaan maupun lokasi/titik pengukuran. Untuk
pengambilan sample air, dilakukan pada 1 (satu) tempat dimana rencana
intake pengambilan air.

Bagian F - 9
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

a. Pengukuran Debit
Kegiatan pengukuran debit secara umum tercakup dalam kegiatan
survey hidrometri yang dalam arti sempit dapat dimaksudkan sebagai
kegiatan untuk mengumpulkan data tentang aliran sungai. Informasi
yang terukur mencakup perubahan waktu dan ruang. Oleh sebab itu,
data sungai yang panjang dan menerus di beberapa tempat di
sepanjang sungai sangat diperlukan untuk analisis. Kegiatan
pengukuran harus mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Penetapan hubungan antara tinggi muka air dan debit.
b. Penempatan alat ukur disesuaikan dengan keadaan tempat, sifat
DAS dan optimum yang diharapkan.
c. Peralatan dan metode pelaksanaan yang digunakan dalam
kegiatan pengukuran, baik tinggi air maupun debit.
d. Perhitungan kesalahan Analisis

Prosedure pelaksanaan pengukuran debit adalah sbb. :


1). Metode Pengukuran
Pengukuran debit pada umumnya dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Cara yang lazim dipergunakan dalam hidrometri
adalah pengukuran debit dengan pengukuran kecepatan aliran.
Pengukuran Kecepatan aliran dilakukan dengan beberapa
macam cara, yaitu : Pengukuran dengan current meter.
Dari beberapa cara tersebut diatas, metode pengukuran yang
dipergunakan adalah pengukuran dengan “current meter”.
2). Tahapan Pelaksanaan
Pelaksanaan pengukuran dengan current meter dilaksanaakan
dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a). Membagi penampang sungai menjadi beberapa vertikal.
Jumlah vertikal dalam tiap penampang tidak ada
ketentuan, akan tetapi perlu diperhatikan bentuk
penampang alirannya. Apabila ternyata bahwa penampang
alirannya teratur maka penampang dapat diambil sedikit.,
namun apabila bentuk penampang tidak teratur maka
jumlah vertikal harus lebih besar. Hal ini tidak lain adalah
mempertinggi ketelitian hasil hitungan debit. Penetapan
jumlah vertikal dapat dilakukan dengan menjajaki dengan
sepintas bentuk penampang pada umumnya, kemudian

Bagian F - 10
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

dapat ditetapkan beberapa jumlah vertikal yang akan


dipergunakan.
b). Mengukur kecepatan rata-rata dalam masing-masing
vertikal. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya dengan pengukuran satu titik atau pengukuran
dengan dua titik.
c). Untuk menghitung debit aliran pada penampang dapat
dilakukan dengan mean area methode. Mean area methode
dilakukan dengan menghitungdebit di masing-masing
bagian yang diarsir (Gambar). Debit tersebut dapat
dihitung dengan persamaan, sebagai berikut :

Q=∑ [ ( V n + V n+1 ) / 2 ][ ( H n + H n+1 ) / 2 ] B

Cara mid area methode dilakukan dengan menganggap


kecepatan rata-rata verikal mewakili kecepatan pias yang
diarsir (Gambar). Selajutnya debit dengan persamaan :

Q=∑ H n x V n x B

b. Pengukuran Angkutan Sedimen


Beban sedimen yang diangkut melewati suatu penampang alur sungai
terdiri atas beban bilas (wash load), beban layang (suspended load),
dan beban alas (bed load). Beban bilas terdiri atas patikel-partikel
yang sangat halus dan koloid, yang mengendap sangat lambat
meskipun dalam air tenang sekalipun. Jenis bahan ini didapatkan dari
bahan alas (bed material) dalam jumlah yang sangat sedikit atau
jumlahnya sangat terbatas. Aliran turbulen yang biasa saja sudah
mempunyai kemampuan besar untuk mengangkut beban bilas,
sehimgga beban bilas yang diangkut hanya merupakan fungsi
penyediaan material yang terdapat di alas sungai.
Beban layang dan beban alas kadang-kadang dikelompokkan bersama
dan disebut beban bahan alas (bed material load), karena terbentuk
oleh partikel-partikel yang terdapat pada bahan alas (bed material)
dalam jumlah yang besar. Beban layang didefinisikan sebagai sedimen
yang tidak pernah berada di alas alur sungai selama dalam kondisi
aliran. Beban alas didefinisikan sebagai sebagian beban yang bergerak

Bagian F - 11
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

sepanjang alas sungai dengan cara menggelinding, bergeser atau


berloncatan.
Banyaknya beban bahan alas dipengaruhi oleh kondisi aliran, jika ada
(suplly) cukup untuk memelihara pengangkutan pada kapasitas alur.
Ketiga macam pengangkutan sedimen tersebut dapat mempengaruhi
ketelitian dalam pengukuran sedimen terutama bila digunakan
lengkung aliran sedimen dan lengkung debit.
Dewasa ini telah dibanyak dikembangkan alat-alat khusus dan cara-
cara pengambilan contoh sedimen. Alat yang banyak digunakan terdiri
atas badan yang terbuat dari logam, yang di dalamnya terdapat botol
tempat contoh (sample) yang dihubungkan dengan pipa kecil yang
merupakan jalan masuk. Alat pengambil contoh tersebut biasanya
digunakan sebagai alat pengambil contoh depth integrating maupun
sebagai point integrating.

4.6.3. Investigasi Geologi dan Mekanika Tanah


Penyelidikan ini dimaksudkan untuk mendapatkan sifat-sifat mekanika
tanah sebagaibahan masukan perencanaan bangunan-bangunan dan saluran
yang efisien, berupa :
a. Analisa kestabilan lereng saluran dan tanggul
b. Besaran konsolidasi dan settlement tanggul
c. Sifat-sifat pemadatan bahan tanah urugan
d. Daya dukung tanah pondasi bangunan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap investigasi geologi dan mekanika
tanah hanya berupa interpretasi peta geologi. Konsultan telah memiliki
peta / data geologi wilayah studi.

4.6.4. Survey Sosial Ekonomi


a. Maksud dan Tujuan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk meneliti kembali perkembangan
masyarakat di daerah / lokasi proyek serta mengidentifikasi
permasalahan dan kendala yang dihadapi. Sedangkan tujuannya
adalah mencari cara pemecahan serta upaya peningkatan taraf hidup
melalui pendayagunaan sumber daya alam yang ada dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan.
b. Lingkup Kegiatan
Kegiatan pekerjaan ini meliputi sebagai berikut :
1). Survey dan Inventarisasi Perkembangan Sosial Penduduk

Bagian F - 12
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

a). Pengumpulan data sekunder untuk mendapatkan gambaran


secara menyeluruh tentang aspek-aspek demografi seperti
jumlah serta perkembangan penduduk (Jumlah Jiwa,
Kepala Keluarga / KK, Kelahiran, Kematian, Umur
Penduduk, dan lainnya).
b). Keadaan kesehatan masyarakat dan permasalahannya serta
sarana yang ada.
c). Perkembangan masyarakat di dalam pendidikan,
keagamaan, kebudayaan, ketrampilan petani,
kesejahteraan petani dan organisasi- organisasi
kemasyarakatan yang ada beserta sarana yang tersedia.
d). Status tanah yang akan dimanfaatkan dan pemukiman
serta keadaan fasilitas umum yang tersedia.
2). Survey dan Inventarisasi Keadaan Ekonomi Masyarakat
a). Mengadakan inventarisasi mengenai luas dan pola
usaha serta perkembangannya
b). Menganalisa perkembangan masyarakatm pengeluaran
keluarga dan perkembangan inventasi usaha
c). Meneliti tentang hambatan-hambatan yang dihadapi
masyarakat dalam rangka peningkatan penggunaan air
untuk keperluan sehari-hari
d). Menginventarisasi masalah yang berhubungan dengan
penggunaan air bersih.

4.6.5. Survey Komponen Lingkungan


a. Ruang Lingkup Kegiatan
1). Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan beberapa kegiatan antara lain :
a). Pengumpulan data
(1). Pengumpulan data sekunder, yang diperoleh antara
lain dan studi perencanaan daerah pengairan maupun
pembangunan fisik daerah pengairan tersebut
sebelumnya
(2). Pengumpulan data-data penunjang lainnya yang
menyangkut daerah areal studi seperti daerah
administrasi, peta topografi, DAS, data iklim dan
sebagainya
b). Penyusunan rencana kerja
Rencana kerja diperlukan sebagai panduan dalam
pelaksanaan teknis di lapangan maupun dalam

Bagian F - 13
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

pembiayaan. Dalam rencana kerja perlu dituangkan secara


cermat macam dan volume kegiatan, serta waktu yang
diperlukan sejak awal sampai dengan akhir
pelaksanaannya, metodologi dan sebagainya.
2). Tahap Pelaksanaan
a). Pengamatan Kondisi Umum Daerah Studi
(1). Lokasi
Untuk memberikan gambaran tentang proyek,
dijelaskan tentang tata letak lokasi daerah studi,
yang meliputi uraian tentang jarak dan arah dan ibu
kota kabupaten atau kota terdekat. Kemudian
diuraikan juga batas-batas secara hidrologis,
geografis dan administrative serta banyaknya desa
maupun kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah
studi. Untuk memperjelasnya dilengkapi dengan
peta.
(2). Iklim
Menguraikan pembagian musim dilokasi proyek
berdasarkan karakteristik iklim yang ada, terutama
yang berkaitan dengan rencana pengamanan tebing
pantai. Factor iklim lain yang perlu disajikan adalah
keadaan curah hujan, temperatur, kelembaban,
penyinaran matahari, kecepatan angin dan evaporasi.
Semua data iklim tersebut dinyatakan dalam nilai
rata-rata maksimum dan minimum. Informasi
penyebaran peralatan stasiun klimatologi dijelaskan
juga.
(3). Sarana dan prasarana umum
Menggambarkan tentang ketersediaan sarana /
prasarana umum dilokasi studi, seperti sarana dan
prasarana jalan, listrik, air bersih, kesehatan,
pasar dan lembaga perkreditan untuk mendukung
usaha pada daerah tersebut.
b). Pengamatan Komponen Lingkungan
(1). Lahan/Tanah
(a). Status lahan
(b). Tata guna lahan
(c). Kerentanan bahaya banjir dan erosi

Bagian F - 14
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

(2). Sumber daya air


(a). Air bersih di daerah lokasi
(b). Peruntukannya
(3). Flora dan fauna
(a). Sebutkan jenis-jenis flora dan fauna air dan
darat yang terdapat dilokasi dan sekitar lokasi
rencana kegiatan
(b). Jelaskan apakah ada/tidak jenis flora dan fauna
langka yang dilindungi
(4). Kehidupan sosial budaya
Uraian secara singkat dan jelas kondisi masyarakat
di sekitar lokasi rencana kegiatan dan segi
kependudukan (jumlah menurut jenis, umur dan
kepadatan), mata pencaharian, tingkat pendidikan,
tingkat pendapatan, kondisi kesehatan, agama, adat
istiadat, persepsi masyarakat dan tingkat kamtibmas.
(5). Lain-lain
(a). Uraian ada/tidaknya daerah sensitive/kritis
yang berkaitan dengan daya dukung
lingkungan (hutan lindung, cagar alam, cagar
budaya, daerah pariwisata dan sebagainya)
(b). Ungkapan rencana umum tata ruang
daerah/kota dimana rencana kegiatan berada.

4.7. OPTIMASI DAN FORMULASI PENGEMBANGAN

4.7.1. Data Topografi


Pengolahan data survey topografi digunakan untuk merencanakan sistem
jaringan distribusi. Kondisi topografi di lokasi studi sangat menentukan
terhadap sistem jaringan distribusi yang akan direncanakan.
Dalam merencanakan sistem jaringan distribusi ada 2 (dua) sistem yang
dimungkinkan, yaitu jaringan terbuka dan tertutup, dimana pemakaian
kedua sistem tersebut tergantung dari beberapa faktor.
a. Jaringan Terbuka
Karakteristik jaringan ini adalah pipa-pipa distribusi tidak saling
berhubungan, air mengalir dalam satu arah dan area layan disuplai
melalui satu jalur pipa utama.

Bagian F - 15
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

Gambar IV.1. Jaringan Terbuka

Karakteristik jaringan ini adalah pipa-pipa distribusi saling


berhubungan, air mengalir melalui beberpa jalur pipa utama. Sistem
ini cenderung diterpakan pada daerah yang bersifat jalannya saling
berhubungan, perkembangan kota cenderung ke segala arah dan
keadaan topografi yang relatif dasar.

Gambar IV.2. Jaringan Tertutup

Didalam mendistribusikan air bersih ada beberapa cara pengaliran,


dimana yang perlu diperhatikan dalam pemilihan sistem
pengaliran tersebut adalah keadaan topografi, lokasi sumber air baku,
beda tinggi daerah pengaliran atau daerah layanan serta faktor-faktor
lain. Sistem pengaliran tersebut antara lain :
1). Pengaliran Gravitasi
Air bersih didistribusikan ke daerah layanan dengan
memanfaatkan tenaga/tekanan gaya grafitasi pada daerah
tersebut. Prinsipnya adalah beda tinggi antara sumber air baku
dan area pelayanan yang cukup.
2). Pengaliran Pemompaan dengan Elevated Reservoir
Air dari sebelum didistribusikan ke daerah layanan terlebih
dahulu dipompa dan ditampung di reservoir kemudian
didistribusikan dengan memanfaatkan tinggi tekanan dari
elevasi reservoir tersebut.

Bagian F - 16
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

3). Pengaliran Pemompaan Langsung


Air bersih didistribusikan ke daerah layanan dengan
mengandalkan tekanan dari pompa, yang disesuaikan dengan
tinggi tekanan minimum.

4.7.2. Data Survey Hidrologi


a. Analisa Potensi Air
1). Analisa Kebutuhan Air
Jumlah penduduk dapat digunakan untuk memperkirakan
kebutuhan air bersih di daerah tersebut. Selain untuk
memprediksi kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari, jumlah
penduduk juga dapat digunakan untuk memprediksi kebutuhan
lainnya. Kebutuhan di suatu daerah secara umum dapat
diklasifikasikan berdasarkan sifat pengguna air. Klasifikasi yang
biasa digunakan adalah sebagai berikut :
a). Kebutuhan Domestik.
Kebutuhan domestik mencakup kebutuhan air bersih untuk
kegiatan rumah tangga, seperti mencuci, memasak dan
keperluan lainnya. Kebutuhan domestik bervariasi sesuai
dengan tingkat ekonomi pengguna air. Rentang
penggunaan air untuk kebutuhan domestik adalah 75 - 340
LCPD (liter perkapita perhari).
b). Kebutuhan Komersial
Yang dikategorikan sebagai fasilitas komersial antara lain
adalah pertokoan, perkantoran, pasar dan sebagainya.
Rentang penggunaan air untuk kebutuhan komersial
adalah 40 – 490 LCPD
c). Kebutuhan Industri
Yang dikategorikan sebagai fasilitas industri antara lain
adalah pabrik, industri kerajinan dan sebagainya. Rentang
penggunaan air untuk kebutuhan industri adalah 75 – 300
LCPD.
d). Kebutuhan untuk fasilitas umum dan faktor
kehilangan air
Yang termasuk fasilitas umum adalah gedung pertemuan
untuk umum, sekolah, tempat ibadah, tempat rekreasi, dan
hidran kebakaran. Sedangkan faktor kehilangan air
mencakup kesalahan bacaan pada alat ukur, sambungan

Bagian F - 17
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

yang kurang baik, dan kebocoran. Rentang penggunaan air


untuk bagian ini adalah 40 – 190 LCPD
Klasifikasi kebutuhan berdasarkan pengguna air
didapatkan dari beberapa referensi diantaranya adalah
Goodman (1984), Gupta (1989) dan WHO. Tabel
Klasifikasi kebutuhan berdasarkan pengguna air dapat
dilihat pada Tabel VI.1 berikut.

Tabel IV.1. Kebutuhan air berdasarkan klasifikasi pengguna

Dari klasifikasi di atas proyeksi kebutuhan air untuk beberapa


tahun ke depan dapat dihitung.
2). Ketersediaan Air
Ketersediaan air didefinisikan sebagai volume air yang secara
hidrologis diperkirakan tersedia untuk dilihat potensinya sebagai
sumber air baku. Analisis ketersediaan air baku dilakukan
berdasarkan potensi sumber air, dengan batasan kelestarian
fungsi konservasi lahan. Secara kuantitatif besar ketersediaan air
akan ditentukan berdasarkan debit andalan Q80 dan Q90 yaitu
debit yang probabilitas kejadiannya mencapai masing-masing 80
% dan 90 %. Penentuan debit andalan dilakukan dengan
memanfaatkan debit hasil pemodelan hujan aliran permukaan.
Penentuan besaran debit andalan dilakukan dengan
menggunakan metode plotting Wiebull :

Persamaan tersebut dapat dipergunakan untuk menetapkan


periode ulang dan probabilitas dari suatu peristiwa/besaran
yang terjadi dalam rangkaian data sebanyak n tahun. Proses

Bagian F - 18
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

perhitungan debit andalan selanjutnya menggunakan Simulasi


Debit Metode FJ. Mock, dimana dalam simulasi ini menyajikan
suatu sistem dengan model yang menirukan sifat-sifat dari
sistemnya.
Simulasi debit cara ini memerlukan beberapa komponen
masukan, dimana data curah hujan merupakan salah satu
komponen masukan yang dalam studi ini dipakai rerata curah
hujan bulanan daerah. Komponen simulasi debit yang lain
adalah evapotranspirasi, infiltrasi dan kelengasan tanah (soil
moisture). Untuk perhitungan evapotranspirasi akan dipakai
Metode Penman.
Debit aliran masuk ke dalam reservoir berasal dari hujan yang
turun didalam daerah cekungan sebagian dari hujan tersebut
menguap, sebagian lagi turun mencapai permukaan tanah. Hujan
yang turun mencapai tanah sebagian masuk ke dalam tanah
(resapan), yang akan mengisi pori-pori tanah sebagian mengalir
di atas tanah (aliran permukaan).
Jika pori tanah sudah mengalami kejenuhan, air akan masuk ke
dalam tampungan air tanah. Gerak air ini disebut perlokasi.
Sedikit demi sedikit air dari tampungan air tanah mengalir ke
luar sebagai mata air menuju alur dan disebut aliran dasar.
Sisa dari curahan hujan yang mengalir di atas permukaan,
disebut aliran permukaan, bersama aliran dasar bergerak masuk
menuju reservoir. Penguapan peluh (evapotranspirasi) tidak
terjadi di atas permukaan tetapi juga di bawah permukaan tanah
di mana akar-akar tanaman berada. Uraian di atas merupakan
filosofi yang mendasari model FJ. Mock.
a). Hujan rata-rata bulanan
Daerah tadah hujan dan reservoir relatif sangat kecil
sehingga prakiraan aliran sudah cukup teliti bila diambil
secara bulanan. Apabila di daerah semi kering pada
umumnya aliran dasar tidak ada dan reservoir tidak
dibangun di sungai. Dalam keadaan seperti itu aliran
masuk ke reservoir hanya dapat diperkirakan dari curah
hujan. Curah hujan rata- rata bulanan dihitung melalui
data dari pos hujan terdekat.
Pos hujan dipilih dengan persyaratan sebagai berikut :
1). Pilih satu pos hujan yang jaraknya terdekat dengan
reservoir, kurang dari 10 km.

Bagian F - 19
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

2). Jika tidak ada pos hujan dengan jarak lebih kecil dari
10 km, cari pos lain dengan jarak antara 11 km
sampai 20 km tetapi jumlahnya harus minimal dua
pos hujan.
3). Bila kedua pos dengan jarak antara 11 – 20 km tidak
dapat diketemukan, cari 3 pos hujan atau lebih
disekeliling lokasi dengan jarak kurang dari 50 km.
Rumus untuk menghitung hujan rata-rata bulanan sebagai
berikut :

Dimana :
RJan = hujan rata-rata bulanan untuk bulan Januari di
daerah tadah hujan (mm/bulan).
(RJan)i = hujan rata-rata bulanan untuk bulan Januari di
pos ke-1 (mm/bulan)
N = jumlah pos hujan
b). Penguapan
Perhitungan penguapan (evapotranspirasi) ini dapat
didekati secara empiris dengan berbagai persamaan hasil
penelitian, dimana penerapannya antara lain didasarkan
pula oleh ketersediaan data-data di sekitar lokasi proyek.
Untuk suatu daerah dimana data-data suhu udara,
kelembaban, kecepatan angin dan durasi penyinaran
matahari atau radiasi tersedia, disarankan untuk
menggunakan Metode Penman (1948), yang dapat
memberikan hasil yang lebih memuaskan dibandingkan
metode yang lain.
Persamaan yang digunakan dalam metode ini adalah :
Eto = c (W.Rn + (1-W). f(u).(ea-ed))
Dengan :
ETo = evapotranspirasi (mm/hari)
W = faktor suhu udara
Rn = net radiasi ekuivalen dengan evaporasi
(mm/hari)
F (u) = fungsi akibat kecepatan angin

Bagian F - 20
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

(ea-ed) = perbedaan antara tekanan uap jenuh pada


kondisi suhu udara rata-rata dengan tekanan
uap jenuh rata-rata dalam mbar.
C = faktor penyesuaian akibat perubahan cuaca
pada siang dan malam hari.
1). Parameter (ea-ed)
Kelembaban udara berpengaruh terhadap Eto, dan
dalam konteks ini (ea-ed) adalah pengurangan
tekanan uap jenuh yang merupakan selisih dari
tekanan uap air jenuh rata-rata (ea) dengan rata-rata
tekanan uap air jenuh actual (ed). Parameter ini biasa
diekspresikan dalam satuan mbar, jika ed dalam mm
Hg, maka apabila dikalikan dengan 1,33 akan
didapatkan mbar. Tabel VI.2 memberikan nilai
parameter ea berdasarkan suhu udara.
ed = ea x Rhmean/100 (mbar)
2). Parameter fungsi angin f(u)
Pengaruh angin terhadap persamaan Penman
ditunjukkan pada persamaan berikut :
f(u) = 0,27 (1 + U/100)
Dengan :
U = kecepatan rata-rata hembusan angin yang
bertiup pada ketinggian 2 m selama 24
jam (km/hari)
Persamaan tersebut digunakan apabila (ea-ed) dalam
satuan mbar, dan apabila data kecepatan angin tidak
terukur pada ketinggian 2 meter, maka faktor
koreksinya adalah sebagai berikut :

3). Faktor beban radiasi dan Kelembaban (Weighting


factor 1-W)
Faktor ini merupakan faktor yang mewakili
pengaruh angin dan kelembaban.

Bagian F - 21
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

4). Radiasi netto (Rn)


Radiasi netto adalah selisih antara seluruh radiasi
yang diterima bumi dengan yang dipantulkan
kembali. Radiasi netto total adalah sama dengan
selisih antara Rns dan Rnl, atau :
Rn = Rns - Rnl
Beberapa persamaan untuk menghitung beberapa
persamaan di atas adalah :
Rns = ( 1 -  ) Rs
 = 0,25
Ra = (0,25 + 0,50 n/N) Ra
5). Faktor Penyesuaian c (Adjustment factor)
Persamaan Penman diasumsikan digunakan pada
kondisi-kondisi yang umum, dimana radiasi
matahari adalah sedang sampai tinggi juga kondisi
kelembaban udara relatif, juga kecepatan angin..
Perhitungan Evapotranspirasi menggunakan data-
data meteorologi pada Stasiun Dumai, dimana dari
hasil perhitungan angka evapotranspirasi rerata
sebesar 4.71 mm / hari, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut :

c). Simulasi Debit Aliran Metode FJ. Mock


Perhitungan dengan Metode FJ. Mock didasarkan pada
perkiraan hitungan pendekatan dengan menggunakan data
hujan. Prinsip dasar metode ini dasarkan pada hujan yang
jatuh pada catchment sebagian akan hilang sebagai
evapotranspirasi, sebagian langsung akan menjadi aliran
permukaan dan sebagian lagi akan masuk ke dalam
tanah (infiltrasi).
Proses infiltrasi pada tahap pertama akan menjenuhkan
tanah permukaan dan kemudian menjadi perkolasi

Bagian F - 22
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

membentuk air bawah permukaan (ground water) yang


selanjutnya akan keluar ke sungai sebagai aliran dasar
(base flow).
Dalam hal ini harus ada perimbangan antara hujan yang
jatuh dengan evapotranspirasi aliran permukaan dan
infiltrasi yang selanjutnya berupa kelembaban tanah dan
debit air bawah permukaan (ground water discharge).
Aliran dalam sungai adalah jumlah dari aliran langsung
dipermukaan tanah dan aliran dasar (base flow).
Persamaan yang digunakan adalah :
Dengan :
Q = ( Dro + Bf ) A
Dimana :
Q = Debit (m3 /det)
Dro = Direct run off (m3/det/km2)
Bf = Base flow (m3/det/km2)
A = Luas catchment (km2)
Dro = Ws - I
Bf = I - Vn
Ws = Water surplus
I = Infiltrasi
Vn = Storage volume
R = Curah hujan
Et = Evapotranspirasi
3). Kapasitas Tampungan
Berdasarkan peta situasi topografi skala 1 : 1.000, diperoleh
hubungan antara elevasi, luas genangan air dan volume
tampungan, dimana grafik hubungan antara elevasi (H), luas
permukaan (A) dan volume tampungan (S).
Dalam menentukan / memilih kapasitas rencana waduk akan
dipilih / dibandingkan dari tiga hal, yaitu :
a). Volume Tampungan yang diperlukan menyediakan air
untuk :
(1). Kebutuhan untuk dimanfaatkan /disadap
(2). Volume cadangan untuk kehilangan air karena
penguapan dan resapan
(3). Ruangan untuk menampung sedimen

Bagian F - 23
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

b). Volume air yang tersedia (potensi) selama musim


hujan, yang merupakan jumlah air maksimum yang dapat
mengisi tampungan waduk
c). Daya tampung (potensi) topografi lokasi rencana waduk
untuk menampung air, yaitu volume maksimum
tampungan waduk yang terbentuk karena dibangunnya
suatu waduk.
Dari ketiga besaran tersebut dipilih yang terkecil sebagai
volume/kapasitas tampung desain.
b. Perhitungan Neraca Air
Untuk mengetahui sampai berapa besar ketersediaan air di Kec.
Mandau dari waktu ke waktu, maka dilakukan Analisa Neraca Air.
Hubungan linier antara aliran masuk (inflow), aliran keluar (outflow)
dan volume air tasik (storage) dari waktu ke waktu dirumuskan
sebagai berikut :
St = St-1 + It – Ot – Rt – Et
Dimana :
St = Volume air di akhir bulan t (m3)
St-1 = Volume air di akhir bulan t-1 (m3)
It = Aliran masuk selama bulan t (m3)
Ot = Aliran keluar selama bulan t (m3)
Rt = Kehilangan air karena rembesan selama bulan t (m3)
Et = Kehilangan air karena evaporasi selama bulan t (m3)
Kehilangan air akibat rembesan ( R ) diambil berdasarkan angka
koefisien permeabilitas dikalikan dengan luas dasar tasik yang
terendam air. Sedangkan kehilangan air karena evaporasi bergantung
pada luas permukaan air tasik. Semakin luas permukaan air tasik
semakin besar kehilangan air akibat evaporasi, sebagaimana
persamaan berikut ini :
E = A . Eo
Dimana :
E = Kehilangan air tasik karena evaporasi (m3)
Eo = Evaporasi potensial dari Penman (mm/bln)
A = Luas permukaan air tasik (m2)
c. Kualitas Air Yang Dibutuhkan
Ada beberapa parameter kualitas air yang harus terpenuhi, antara lain :

Bagian F - 24
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

1). Suhu
Kisaran suhu yang disyaratkan untuk air dengan peruntukan
air minum adalah antara 40o F - 50o F. Di dalam air umumnya
memiliki suhu di bawah 40o F. ketika suhu berada di atas 50 o F,
air akan berkurang kemungkinannya untuk dikonsumsi dan juga
untuk beberapa penggunaan tertentu. Air yang memiliki suhu di
atas 80o F tidak dianjurkan sebagai air baku, sedangkan suhu di
atas 90o F tidak layak sebagai air baku. Beberapa akibat
kenaikan suhu air adalah :
a). Meningkatnya populas beberapa bakteri
b). Jumlah beberapa mirkoorganisme akan meningkat ketika
suhu meningkat dari 90o F ke 100o F.
c). Keefektifan dari zat disinfektan akan meningkat
d). Pada suhu di atas 4o C viskositas dan densitas air akan
meningkat
e). Penggumpalan zat kimia dan proses sedimentasi akan
meningkat
2). Warna
Warna air menunjukkan tingkat kelayakan yang sedikit
signifikan dari sumber air yang diambil. Warna tidak layak
secara visual. Warna bisa disebabkan karena kandungan
material atau sisa buangan industri dan dapat menyebabkan
proses koagolasi pada pengolahan airnya menjadi lebih sulit.
Standar kandungan warna pada air yang diperbolehkan adalah
sekitar 20 ppm dan yang dianjurkan adalah kurang dari 10 ppm.
3). Kekeruhan (Turbiditas)
Turbiditas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana
cahaya dapat menembus badan air. Turbiditas merupakan
ukuran yang tepat untuk mengetahui kandungan bahan terlarut
di air. Air yang terpopulasi selalu mengandung padatan yang
dapat dibedakan atas empat kelompok berdasarkan besar
partikelnya dan sifat-sifat lainnya, terutama kelarutannya
yaitu :
a). Padatan terendap (sedimen)
b). Padatan tersuspensi dan koloid
c). Padatan terlarut

Bagian F - 25
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

4). Standar Baku Mutu Kualitas Air


Jenis air yang dibutuhkan adalah air baku (raw water) untuk
penyiapan dan pengolahan air dengan kwalitas “air minum” dan
“air proses industri”. Air baku untuk minum maupun proses
industri harus memenuhi standar baku mutu air berdasarkan PP
20/90 mengenai penggolongan air menurut peruntukannya, yaitu
Air Baku Golongan B. Air yang dikategorikan sebagai golongan
Badalah air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian,
keperluan komersial di perkotaan dan industri atau pembangkit
listrik.
5). Pengambilan dan Pengawetan Sampel Air
Sebagai langkah awal dari pengumpulan data kwalitas air adalah
pengambilan contoh uji air. Metode pengambilan contoh air
yang digunakan dalam studi ini mengacu kepada Standar
Nasional Indonesia (SK SNI M-02-1989-F) mengenai Metode
Pengambilan Contoh Kwalitas Air untuk bidang Pekerjaan
Umum. Pengambilan contoh uji air yang akan dilakukan adalah
pengambilan contoh uji sesaat (Grab Sampling) dengan
menggunakan botol lamout. Terhadap beberapa parameter,
pengukuran langsung dilakukan di lokasi pengambilan contoh
uji, seperti :
a). Penentuan pH, temperatur dan oksigen terlarut dengan
menggunakan Water Quality Checker
b). Pengamatan benda terapung dan lapisan minyak secara
visual.

4.7.3. Data Survey Geologi / Mekanika Tanah


Analisa data survey geologi / mekanika tanah dititik beratkan pada
pertimbangan kondisi geologi yang paling menjamin kestabilan bangunan
pengambilan air baku dan jaringan distribusi.
Kajian dan analisa data geologi / mekanika tanah daerah erat hubungannnya
dengan pola akuifer dan potensi air tanahnya. Jika ternyata dalam kondisi
tertentu, survey geologi / mekanika tanah tidak dilakukan, maka konsultan
melakukan analisa data geologi berdasarkan peta geologi dan hidrogeologi
skala 1:25.000. Peta ini dapat diperoleh dari Direktorat Geologi.

Bagian F - 26
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

4.7.4. Data Survey Sosial Ekonomi


Data survey sosial ekonomi digunakan untuk menganalisa proyeksi jumlah
penduduk dan fasilitas sosial ekonomi dalam kurun waktu tertentu
(setidaknya untuk kurun waktu 10 tahun).
Dalam menentukan kebutuhan air bersih yang berpengaruh terhadap
perencanaan juga harus memperhitungkan keberadaan fasilitas umum yang
ada sekarang dan pengembangannya pada daerah rencana. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi adalah :
a. Pertambahan penduduk
b. Jenis fasilitas
c. Perluasan fasilitas yang ada
d. Perkembangan sosial ekonomi
Yang termasuk fasilitas umum dalam kaitannya dengan perencanaan
distribusi air adalah : tempat ibadah, perkantoran, pendidikan/sekolah,
sarana kesehatan, komindustri serta fasilitas umum lainnya.

4.7.5. Data Survey Lingkungan


Analisa data survey lingkungan di titik beratkan pada dampak yang akan
terjadi terhadap rencana kegiatan. Beberapa hal yang dikaji meliputi :
a. Dampak terhadap sumber daya alam
b. Dampak terhadap fisika kimia
1). Sumber dampak
2). Jenis dan potensi dampak
3). Sifat dan tolah ukur dampak
c. Dampak terhadap hayati
1). Sumber dampak
2). Jenis dan potensi dampak
3). Sifat dan tolah ukur dampak

d. Dampak terhadap sosial ekonomi budaya


1). Sumber dampak
2). Jenis dan potensi dampak
3). Sifat dan tolah ukur dampak

4.8. PERENCANAAN TEKNIS RINCI

4.8.1. Perencanaan Bangunan Pengambilan (Intake)


Bangunan pengambilan (intake) pada tasik ini berfungsi untuk menyadap,
mengatur sejumlah air dari tampungan dan melepas kembali ke saluran atau

Bagian F - 27
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

pipa (fungsi suplesi) sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan. Lokasi


dan tipe bangunan pengambilan harus didasarkan pada kondisi topografi
dan geologi teknis serta pertimbangan ekonomis. Kapasitas aliran sistem
bangunan pengambilan pada dasarnya menggunakan persamaan yang
sama dengan persamaan pada debiut yang lewat pintu air.
Perbedaannya adalah jenis bahan yang digunakan sehingga mempengaruhi
sifat kekasarannya.
Pemilihan tipe bangunan pengambilan air dilakukan dengan memperhatikan
beberapa alternatif sebagai berikut :
a. Pengambilan Bebas (Free Intake)
Bangunan pengambilan air berupa free intake digunakan jika elevasi
muka air di lokasi bangunan pengambilan cukup tinggi
dibandingkan dengan elevasi lahan yang akan dituju, sehingga air
dapat dialirkan secara gravitasi. Free intake memerlukan bangunan
pelengkap lain berupa pintu air dan sedimen trap. Pintu air digunakan
untuk mengontrol debit air yang dialirkan maupun debit banjir.
Sedimen trap digunakan untuk mencegah sedimen masuk ke saluran
pembawa. Keuntungan bangunan pengambilan free intake adalah
strukturnya ringan, sistem pengoperasian bangunan relatif sederhana
dan biaya operasional relatif rendah. Pintu air ditutup dan dibuka
sesuai kebutuhan, sementara itu pemblasan sedimen trap dilakukan
secara periodik. Kerugian free intake memerlukan elevasi muka air di
pintu pengambilan yang tinggi agar tercapai tinggi tekan (head) yang
cukup untuk mengalirkan air.
b. Pompa
Penggunaan pompa dapat mengatasi adanya keterbatasan head/tinggi
tekan akibat kondisi topografi di kawasan ini. Elevasi air yang
rendah di danau/sungai dapat diangkat hingga elevasi tertentu,
sehingga dapat dialirkan menuju pengguna air. Sistem penggunaan
pompa dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1). Semi gravitasi, Air dipompa dari sumber (danau/sungai) ke
pengolahan air melalui saluran terbuka
2). Penggunaan pompa sepenuhnya, Air dipompa dari sumber untuk
kemudian dialirkan ke pengolahan air melalui saluran tertutup
Bangunan lain yang diperlukan dalam penggunaan sistem pompa
antara lain adalah rumah pompa dan saringan. Keuntungan
penggunaan pompa adalah dapat mengatasi keterbatasan head/tinggi
tekan akibat rendahnya elevasi muka air sungai/danau eksisting.
Selain itu penggunaan pompa secara penuh juga dapat memperkecil

Bagian F - 28
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

resiko kehilangan air akibat permeabilitas tanah. Kerugian


penggunaan pompa adalah memerlukan biaya operasional harian
yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan bangunan
lainnya.

4.8.2. Saluran/Pipa Transmisi


Saluran pembawa diperlukan untuk mengalirkan air dari bangunan
pengambilan sampai dengan terminal akhir/tampungan air sebelum air baku
masuk ke bangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA). Saluran pembawa
dapat berupa kombinasi saluran terbuka dengan saluran tertutup, yaitu
saluran terbuka ditempatkan pada lokasi yang melewati laut/selat.
Kelebihan saluran pembawa kombinasi saluran terbuka dan saluran tertutup
biaya konstruksi relatif murah, sedangkan kekurangannya adalah kehilangan
akibat permeabilitas tanah dan penguapan menjadi lebih besar.
Sedangkan bila saluran pembawa direncanakan dengan saluran tertutup,
mulai dari bangunan pengambilan sampai dengan tampungan akhir
sebelum air masuk ke IPA kehilangan air akibat permeabilitas dan
penguapan relatif kecil. Sedangkan kekurangannya adalah biaya konstruksi
lebih mahal.

4.8.3. Perencanaan Sistem Pompa dan Perpipaan


a. Sistem Pompa
Kecepatan khusus pompa untuk pompa dirumuskan sebagai berikut :
Ns = N*Q1/2 / H3/4
Dimana :
Ns = kecepatan khusus
N = kecepatan putaran (rpm)
Q = kapasitas debit (m3/det)
H = tinggi total (m)
Kehilangan tinggi energi total (Head Pompa) akibat gesekan dan
kehilangan minor adalah sebagai berikut :

Hp = Z + 0.81/g {f.I.Q2/d5 + K.Q2/d4)


Dimana :
Hp = Head pompa (m)
Z = selisih ketinggian pipa (m)
f = koefisien gesekan pipa
d = diameter pipa (m)

Bagian F - 29
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

I = panjang pipa (m)


Kapasitas multi-pompa bersusun seri adalah sebagai berikut :

Sedangkan untuk kapasitas multi-pompa bersusun paralel adalah


sebagai berikut :

Dimana :
1,2,3 … = jenis pompa dan posisi yang berbeda
Q = debit yang masuk ke pompa (m3/det)
H = tinggi pompa (m)
 = efisiensi pompa
 = berat jenis air
Tekanan mutlak pompa di intake harus Net Positive Suction Head
(NPSH) dengan rumus :

Sedangkan NPSH untuk dipermukaan tampungan dengan rumus :

Dimana :
Po = tekanan mutlak pada permukaan tampungan, tekanan
atmosfir untuk tampungan terbuka
Z = elevasi suction intake (m)
HL = kehilangan tinggi akibat gesekan dan local head sampai ke
suction inlet.
b. Sistem Jaringan Pipa
1). Tunggal Dengan Pompa
Persamaan energi pada sistem ini yang diterapkan dari hulu
dan hilir pipa adalah sebagai berikut :

Hp = (Z1 + P1/) – (Z2 + P2/) + hf + hm


Hp = Z + hloss
Dimana :
Hp = tinggi energi karena pompa (m)
= perbedaan tinggi hulu dan hilir (m)
hf = kehilangan tinggi akibat gesekan (m)

Bagian F - 30
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

hm = kehilangan tinggi minor (m)


Tinggi energi Hp dengan kekuatan pompa dirumuskan sebagai
berikut :

BHP = QHp/550
Dimana :
BHP = kekuatan pompa
Hp = tinggi pompa (m)
Q = debit masuk ke pompa (m3/det)
 = efisiensi
2). Susunan pipa seri dirumuskan sebagai berikut :
Q = Q1 + Q2 + … dan Hf = H1 + H2 + …

Dimana :
Q1,2 = debit masing-masing pipa (m3/det)
Hf = kehilangan energi gesekan masing-masing pipa
(m)
Hf = (f.I/d).(V2/2g)
f = 64/Re
Re = Vd/v

Dimana :
f = faktor gesekan
I = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)
V = kecepatan aliran dalam pipa (m2/det)
v = viskositas dinamis zat cair (m2/det)

4.8.4. Penyiapan Gambar Rancangan Konstruksi


Seluruh penggambaran baik layout maupun tampak dan potongan-potongan
detail akan dilakukan dengan menggunakan program AutoCAD, dengan
menggunakan standar penggambaran KP-07.

4.8.5. Penyusunan Spesifikasi Teknis


Spesifikasi teknis akan disusun berdasarkan metode pelaksanaan, jenis
peralatan dan bahan yang paling optimum, serta standar-standar yang
berlaku. Spesifikasi teknis ini merupakan salah satu dari buku dokumen
lelang yang dapat menjadi acuan dan ditindaklanjuti pada tahap konstruksi.

Bagian F - 31
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

4.8.6. Perhitungan Kuantitas Pekerjaan


Kuantitas pekerjaan fisik dapat dihitung setelah gambar rancangan dan
spesifikasi teknik telah diasistensi dan disetujui oleh direksi. Kuantitas
pekerjaan tersebut akan dihitung secara komputerisasi menggunakan
fasilitas AutoCAD dan Ms-Excel, sehingga akan diperoleh hasil yang teliti.

4.8.7. Analisa Ekonomi


Maksud dan tujuan analisa / evaluasi proyek dalam kaitannya dengan
Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih Menuju
SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang adalah untuk melakukan
perhitungan atau perkiraan (forecasting) agar dapat diketahui apakah
rencana proyek layak secara ekonomis, dalam arti memberi keuntungan
finansial.
Parameter yang akan digunakan dalam analisis ini adalah Net Present Value
(NPV), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Internal Rate Return (IRR) serta akan
diuji juga dengan Analisis Sensitivitas.
a. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) atau Nilai Sekarang Neto adalah selisih nilai
sekarang Penerimaan dikurangi dengan nilai sekarang Biaya. NPV
merupakan alat untuk mendeteksi kelaikan suatu proyek; apakah
dengan pengeluaran sejumlah investasi tertentu, pada kondisi
tingkat suku bunga tertentu, proyek dapat memberikan
keuntungan. Apabila NPV > 0 berarti manfaat proyek lebih
besar dari biaya, dan sebaliknya. NPV dirumuskan sebagai :

Dimana :
Bt = Manfaat / Benefit, Penerimaan
Ct = Biaya / Cost, Pengeluaran
r = Tingkat suku bunga
t = Indeks tahun
n = Umur proyek
1/(1 + r)t = Discount Factor, Df
b. Benefit Cost Ratio (BCR)
Benefit Cost Ration, BCR atau Nisbah Manfaat – Biaya adalah suatu
alat analisis investasi yang membandingkan nilai sekarang dari

Bagian F - 32
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

Manfaat terhadap Biaya. BCR . 1 menandakan bahwa nilai manfaat


dibanding dengan biaya adalah lebih besar, begitu juga sebaliknya.
Nilai BCR ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

Dimana :
Ko = Investasi Awal (Initial Investment)
c. Internal Rate Return (IRR)
Tingkat Investasi atau Internal Rate Return, IRR adalah suatu
tingkat suku bunga (dalam hal ini sama artinya dengan discount
rate) yang menunjukkan jumlah nilai sekarang netto (NPV) sama
dengan jumlah seluruh biaya (cost) proyek.
Dengan kata lain, tingkat investasi adalah suatu tingkat suku bunga
dimana seluruh net cash flow sesuadah di-present value-kan sama
dengan jumlah biaya investasi (investment cost), yang dinyatakan
dengan rumus :

Penyelesaian rumus ini membutuhkan cara trial and error, yaitu


dengan mencoba-coba setiap nilai suku bunga agar dapat memenuhi
persamaan tersebut di atas.
d. Analisis Sensitivitas
Tujuan dari analisis sensitivitas ini adalah untuk mengetahui sejauh
mana parameter- parameter NPV, BCR dan IRR akan berubah dengan
adanya kesalahan asumsi atau perubahan dalam dasar-dasar
perhitungan biaya ataupun manfaat. Analisis sensistivitas dalam
kaitannya dengan pembangunan Bendungan Sungai Santan, yang akan
dikaji adalah apabila terjadi :
1). Penurunan Manfaat
2). Kenaikan Biaya
3). Penurunan Manfaat dan Kenaikan Biaya

Bagian F - 33
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

4.8.8. Penyusunan Pedoman Operasi dan Pemeliharaan (O & P)


Pedoman Operasi dan Pemeliharaan (O & P) bangunan intake dan
jaringan pipa distribusi harus disusun oleh konsultan dalam bentuk buku
dengan sistematika yang sederhana bersifat praktis. Pedoman tersebut
mencakup mengenai petunjuk pengoperasian sistem pintu intake dan
pompa, pengelolaan WTP, pencatatan debit dan lain-lain.

4.9. PELAPORAN DAN DISKUSI / PRESENTASI

Jenis dan volume laporan terkait dengan pelaksanaan Perencanaan Penambahan


Jaringan Distribusi Air Bersih Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong
Seberang konsultan mengacu dokumen kontrak.

Bagian F - 34
Laporan Pendahuluan Perencanaan Penambahan Jaringan Distribusi Air Bersih
(Inception Report) Menuju SMK 3 Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara

DAFTAR ISI
BAB IV...............................................................................................................................................................1
4.1. Latar Belakang...................................................................................................................................1
4.2. Rumusan Masalah..............................................................................................................................2
4.3. Lingkup Pekerjaan.............................................................................................................................2
4.3.1. Kegiatan A : Persiapan dan Pendahuluan.....................................................................................2
4.3.2. Kegiatan B : Survey, Investigasi dan Evaluasi Data....................................................................2
4.3.3. Kegiatan C : Optimasi dan Formulasi Pengembangan.................................................................2
4.3.4. Kegiatan D : Perencanaan Teknis Rinci.......................................................................................3
4.3.5. Kegiatan E : Penyusunan Laporan dan Diskusi/Presentasi..........................................................3
4.4. Batasan Permasalahan........................................................................................................................3
4.5. PENDEKATAN UMUM...................................................................................................................3
4.5.1. Kerangka Pemikiran......................................................................................................................3
4.5.2. Pendekatan Masalah......................................................................................................................4
4.5.3. Penerapan Teknologi.....................................................................................................................4
4.5.4. Metodologi Dasar..........................................................................................................................4
4.5.5. Pengumpulan Data Primer.............................................................................................................5
4.5.6. Standar dan Peraturan Teknis........................................................................................................5
4.6. PENDEKATAN Metodologi Pelaksanaan........................................................................................6
4.6.1. Pekerjaan Pengukuran Topografi..................................................................................................6
4.6.2. Survey Hidrologi..........................................................................................................................9
4.6.3. Investigasi Geologi dan Mekanika Tanah...................................................................................12
4.6.4. Survey Sosial Ekonomi...............................................................................................................12
4.6.5. Survey Komponen Lingkungan...................................................................................................13
4.7. Optimasi dan Formulasi Pengembangan.........................................................................................15
4.7.1. Data Topografi.............................................................................................................................15
4.7.2. Data Survey Hidrologi.................................................................................................................17
4.7.3. Data Survey Geologi / Mekanika Tanah.....................................................................................26
4.7.4. Data Survey Sosial Ekonomi.......................................................................................................27
4.7.5. Data Survey Lingkungan.............................................................................................................27
4.8. Perencanaan Teknis Rinci................................................................................................................27
4.8.1. Perencanaan Bangunan Pengambilan (Intake)............................................................................27
4.8.2. Saluran/Pipa Transmisi................................................................................................................29
4.8.3. Perencanaan Sistem Pompa dan Perpipaan.................................................................................29
4.8.4. Penyiapan Gambar Rancangan Konstruksi.................................................................................31
4.8.5. Penyusunan Spesifikasi Teknis...................................................................................................31
4.8.6. Perhitungan Kuantitas Pekerjaan.................................................................................................32
4.8.7. Analisa Ekonomi.........................................................................................................................32
4.8.8. Penyusunan Pedoman Operasi dan Pemeliharaan (O & P).........................................................34
4.9. Pelaporan dan Diskusi / Presentasi..................................................................................................34

TABEL

Tabel IV.1. Kebutuhan air berdasarkan klasifikasi pengguna......................................18

GAMBAR
Gambar IV.1. Jaringan Terbuka......................................................................................16
Gambar IV.2. Jaringan Tertutup.....................................................................................16

Bagian F - 35

Anda mungkin juga menyukai