Anda di halaman 1dari 23

USUL PENELITIAN PIP

TAHUN ANGGRAN 2016

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK


PERUBAHAN LAHAN KRITIS AKIBAT TAMBANG BATUBARA
DI DAS SUNGAI BENGKULU

Oleh :
SUPRIYONO, S.Pd., M.Pd.
NIDN : 0230078702

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
UNIVERSITAS PROF.DR. HAZAIRIN, S.H BENGKULU
FEBRUARI 2016

HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Penilitian

: Sistem Informasi Geografis (SIG)


Untuk Perubahan Lahan Kritis Akibat
Tambang Batubara di DAS Sungai
Bengkulu

2. Peneliti
a. Nama
b. NPP
c. NIDN
d. Jabatan Fungsional
e. Jabatan Struktural
f. Fakultas
g. Alamat Kantor/telp
h. Alamat Rumah
i. HP/E-mail
1. Jangka Wktu Penelitian
2. Pembiayaan
a. Jumah Biaya yang diajukan
b. Jumlah Biaya dari sumber lain

: Supriyono, S. Pd. M. Pd.


: 0211040146
: 0230078702
::: Keguruan dan Ilmu Pendidikan
: Jln. A Yani No.1 Bengkulu, 0736 20956
: Jl. Bengkulu Tais Km 26 Dusun III
Cahaya Negeri Kecamatan Sukaraja
Kabupaten Seluma
: 0852 6880 9880
supri.yono29@yahoo.co.id
: 1 (satu) Tahun
: Rp.10.025.000
:-

Mengetahui:
Dekan FKIP,

Bengkulu, Januari 2016


Ketua Peneliti,

Drs. Warsa Sugandi K., M. Pd.


NPP. 0284050009

Supriyono, S. Pd. M. Pd.


NPP. 0211040146

Menyetujui:
Ketua LPPM Unihaz,

Dr. Ir. Yulfiperius, M. Si.


NPP. 0291020052

I.

JUDUL PENELITIAN
Sistem Informasi Geografis (SIG) Untuk Perubahan Lahan Kritis Akibat Tambang
Batubara di DAS Sungai Bengkulu

II.

BIDANG ILMU
Arah penelitian ini akan mengaplikasikan bidang ilmu :
1. Sistem Informasi Geografis (SIG)
2. Interpretasi Foto Udara (IFU)
3. Geografi Fisik

III.

LATAR BELAKANG MASALAH


Lahan kritis merupakan lokasi dimana sauatu lahan sudah mengalami
penurunan kualitas sehingga sudah tidak dapat dimanfaatkan untuk berbagai
kegiatan budidaya yang diakibatkan oleh banyak faktor. Salah satu faktor tersebut
adalah kegiatan pertambangan. Pertambangan banyak menimbulkan berbagai
dampak positif dan negatif. Dampak positifnya kegiatan pertambangan antara lain
memberikan nilai tambah secara nyata bagi pertumbuhan ekonomi meningkatkan
pendapatan asli daerah dan meningkatkan kesempatan kerja.
Disisi lain kegiatan penambangan yang tidak mempertimbangkan
keseimbangan dan daya dukung lingkungan serta tidak dikelola dengan baik dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Dampak yang ditimbulkan dari

penambangan antara lain perubahan morfologi, perubahan iklim mikro yang


disebabkan perubahan kecepatan angin (Dharmi dan Muksin, 2015) dan penurunan
produksi tanah akibat lahan menjadi kritis.
Berdasarkan pengamatan dan penilaian fisik, keadaan bentang alam saat
ini di DAS Sungai Bengkulu telah mengalami laju degradasi fungsi DAS yang
cukup signifikan akibat tekanan aktivitas penambangan batubara oleh perusahaan.
Kawasan hutan yang ada, sebagian juga telah beralih fungsi menjadi areal lubanglubang bekas tambang. Berdasarkan kecenderungan tersebut, tentunya perlu
mendapat perhatian serius, mengingat kondisi yang demikian dapat mendegradasi
fungis hidrologis di daerah tangkapan air (catchment area). Oleh sebab itu DAS
Sungai Bengkulu harus mendapat perlakuan yang dapat merestorasi wilayah
catchment agar fungsinya dapat kembali seperti semula.
Upaya perbaikan kondisi lahan kritis akan dapat terlaksana dengan baik
apabila informasi objektif kondisinya dapat teridentifikasi secara menyeluruh
(Sulistiyo, 2015). Penyediaan data dan informasi tersebut sangat diperlukan,
terutama dalam menunjang formula strategi yang berdaya guna, sehingga
diharapkan dapat diperoleh acuan dalam pengalokasian sumber daya secara
proporsional. Artinya, untuk mengatasi permasalahan lahan kritis diperlukan peta
sebaran tingkat kekritisan lahan sedemikian rupa sehingga dapat diketahui kawasan
yang secara prioritas harus ditangani, tindakan apa saja yang harus dilakukan, dan
berapa jumlah dana yang diperlukan.
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas maka luaran dalam
penelitian yang akan dilakukan adalah menentukan perubahan lahan kritis, tingkat

kekeritisan lahan dan arahan reklamasi berdasarkan perubahan dan tingkat


kekritisan lahan bekas penambangan batubara di DAS Sungai Bengkulu.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pemodelan spasial,
sehingga akan diperoleh data luasaan lahan kritis. Pendekatan tersebut akan
dianalisis dengan interpretasi citra foto uadara dan pengolahan data spasial dengan
menggunakan sistem informasi geografi.
IV.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang ada, rumusan masalah penelitian ini memiliki
keterbatasan dan

kemampuan berfikir

secara

menyeluruh

maka

penulis

merumuskan yang menjadi kajian adalah sebagai berikut:


1. Bagaimana perubahan lahan kritis dari tahun 1990, 2000 dan 2016 dengan
sistem informasi gografis di DAS Sungai Bengkulu ?
2. Bagaimana tingkat kekeritisan lahan di DAS Sungai Bengkulu ?
3. Bagaimana arahan reklamasi berdasarkan perubahan dan tingkat kekritisan
lahan bekas penambangan batubara di DAS Sungai Bengkulu ?
V.

TUJUAN PENELITIAN
Suatu penelitian akan memiliki suatu tujuan yang menjadi tolak ukur dan
target dari kegiatan penelitian. Penelitian ini akan mengkaji dan menganalisis
dampak penambangan batubara yang dilakukan di DAS Sungai Bengkulu. Dalam
hal ini untuk mencapai tujuan tersebut maka sasaran yang harus dilakukan dan
dicapai adalah sebagai berikut:

1. Menghitung lauas perubahan lahan kritis dari tahun 1990, 2000 dan 2016
dengan sistem informasi gografis di DAS Sungai Bengkulu.
2. Mengetahui tingkat kekeritisan lahan di DAS Sungai Bengkulu.
3. Menentukan arahan reklamasi berdasarkan perubahan dan tingkat kekritisan

lahan bekas penambangan batubara di DAS Sungai Bengkulu.


VI.

KONTRIBUSI/KEGUNAAN PENELITIAN
Manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah manfaat
teoritis dan manfaat praktis. Dari hal tersebut maka penulis mentelaah manfaat
penelitian sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah diharapkan hasil penelitian ini
dapat dijadikan sebagai pengayaan ilmu pengetahuan dalam mata kuliah
Geografi Lingkungan, Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi.
Dalam pengayaan ilmu Geografi Lingkungan, penelitian ini akan menjadi
kajian lanjutan kondisi fisik lahan kritis di DAS Sungai Bengkulu. Kemudian
dalam pengayaan ilmu Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi
merupakan analisis spasial dengan interpretasi citra landsat pada perubahan
penggunaan lahan di DAS Sungai Bengkulu .
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pemerintah daerah Bengkulu yaitu Badan Lingkungan Hidup
diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran serta dapat
memberikan implikasi kepada para pembuat kebijakan dan dinas terkait
terhadap persoalan penambangan batubara di DAS Sungai Bengkulu.

b. Bagi masyarakat penelitian ini dapat memberikan gambaran dan


informasi yang menyeluruh mengenai dampak penambangan batubara
terhadap lahan Kritis di DAS Sungai Bengkulu.
c. Bagi para penulis dan peneliti dapat memberikan wawasan serta dapat
dijadikan kajian penelitian yang relevan dalam penelitian lanjutan.
VII.

TINJAUAN PUSTAKA
1. Perubahan Lahan Kritis
Perubahan lahan kritis dapat dianalis dengan interpretasi citra. Dengan
interpretasi citra maka akan diperoleh data-data perubahan lasan lahan.
Interpretasi citra yang umum digunakan dalam hal pengindraan jauh memang
sangat cocok dan dalam mengetahui data penggunaan lahan, perubahan lahan,
vegetasi tutupan lahan (Soetoto, 2015:76).
Berdasarkan hasil interpretasi citra kemudian digambarkan dalam data
atribut dalam basis data spasial. Menurut Supriyono (2015:86) perubahan bentuk
fisik sungai perlu dibangun data atributnya dari hasil interpretasi citra, sehingga
diperoleh data dan kemudian dianalis perubahan tersebut. Ini sesuai dengan
analisi perubahan lahan kritis, yaitu analisis citra untuk membngun data atribut.
2. Tingkat Kekeritisan Lahan
Lahan merupakan bagian bentang alam (landscape) yang mencakup
pengertian dari Karakteristik fisik wilayah termasuk ilkim, topografi (relief),
hidrologi dan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara
potensial berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Lahan kritis merupakan
permasalahan global (Bohredan Chaubey, 2014). Lahan kritis adalah

lahan/tanah yang saat ini tidak produktif karena pengelolaan dan penggunaan
tanah yang tidak/kurang memperhatikan syarat-syarat konservasi tanah dan air
sehingga menimbul kanerosi, kerusakan-kerusakan kimia, fisik, tata air dan
lingkungannya (Wirosoedarmo et al, 2007).
Analisa kekritisan lahan dan DAS dapat dilakukan dengan cara
menilai 4 (empat) sifat geografi fisik lapangan yaitu faktor topografi, faktor
kemiringan, faktor drainase, dan faktor penggunaan lahan. Aspek yang paling
penting adalah faktor topografi di suatu wilayah, perubahan tutupan lahan dan
kelas kemiringan lereng. Dimana DAS yang didominasi kemiringan lereng yang
curam dan topografi perbukitan atau pegunungan maka akan berpotensi terhadap
kekritisan suatu DAS. Parameter tersebut dari kemiringan lereng, topografi dan
ketinggian tempat suatu wilayah dapat dihitung atau dianalisis dengan
penginderaan jauh (Harjadi et al, 2007).
Dari sisi hidrologi, penyebab kunci degradasi DAS adalah berkurangnya
resapan air ke dalam tanah sehingga setiap kali hujan menghasilkan proporsi
air limpasan yang besar dan kemudian terakumulasi menjadi banjir dan
genangan. Disamping itu, kurangnya air yang dapat tersimpan didalam tanah
menyebabkan luah mata air di musim kemarau berkurang drastis. Berkurangnya
jumlah air yang tersimpan di dalam tanah ini diduga karena adanya
perubahan penggunaan lahan (Narulita et al, 2008).
Secara kuantitatif, upaya reklamasi DAS yang diperlukan adalah untuk
memperkecil fluktuasi luah antara musim kemarau dan musim hujan. Fluktuasi
luah ini dapat dikurangi apabila jumlah air yang meresap pada setiap kali hujan
dapat diperbesar yaitu dengan cara meningkatkan kapasitas imbuhan. Untuk

meningkatkan kapasitas imbuhan diperlukan rehabilitasi lahan pada daerah


dimana tingkat kekritisan resapan airnya tinggi dan berada pada daerah hulu
lokasi problematik. (Narulita et al, 2008).
3. Arahan Reklamasi Pengelolaan DAS
Dalam tujuan merehabilitasi fungsi DAS, penataan fungsi lahan
sebenarnya lebih difokuskan untuk mengurangi laju erosi dan meningkatkan
infiltrasi pada saat terjadi hujan. Dengan demikian akan memberikan
sumbangan defosit air tanah yang bermanfaat pada saat musim kemarau.
Menurut Asmaranto et al (2011) Usaha konservasi DAS salah satunya adalah
memberikan dorngan untuk mengembangkan arahan fungsi lahan

yang

aplikatif sesuai dengan kondisi DAS.


Hujan Infiltrasi merupakan pengembangan dari faktor distribusi
hujan yaitu curah hujan tahunan dikalikan jumlah hari hujan dibagi seratus.
Hasil perhitungan ini berkaitan dengan potensi infiltrasi. Curah hujan adalah
parameter yang merupakan fungsi dari sejumlah parameter diantaranya adalah
topografi dan posisi geografi, maka untuk menyusun distribusi spasial tematik
hujan infiltrasi terlebih dahulu harus ditentukan fungsi korelasi antara faktor
hujan infiltrasi dengan ketinggian. Hal ini disebabkan karena di daerah
berbukit bukit faktor topografi perlu diperhitungkan untuk menggambarkan
distribusi faktor hujan infiltrasi (Narulita et al, 2008).
Konversi lahan tidak produktif menjadi sistem wanatani akan mengurangi
limpasan

permukaan

sebesar

43-

64%, sedangkan

konversi

menjadi

hutan akan mengurangi limpasan permukaan sebesar 78 - 90% (Lusiana et al,


2008). Ini juga berarti adanya pengurangan erosi yang sepadan. Ketika lahan

tidak produktif dikonversi ke sistem wanatani atau hutan, maka terjadi


peningkatan aliran cepat tanah sekitar 1- 7% dari total curah hujan.
Pergeseran limpasan permukaan menjadi aliran cepat tanah tersebut
menunjukkan adanya proses aliran air menuju ke sungai yang berlangsung
secara berangsur-angsur (lebih dari 1 hari). Sehingga dapat dikatakan
bahwa dengan meningkatnya jumlah penutupan pohon (dalam skala lansekap)
dapat mencegah terjadinya banjir besar dalam periode singkat. Meskipun
demikian, peningkatan jumlah pohon belum berpengaruh terhadap aliran
lambat/dasar pada musim kemarau. Kestabilan aliran lambat/dasar tersebut
merupakan petunjuk adanya kondisi hidrologi yang yang masih bagus. Pada
kondisi ini, penanaman pohon hanya akan meningkatkan evapotranspirasi
(Lusiana et al, 2008).
Menurut Kusmana et al (2004), keberhasilan program reboisasi dan
rehabilitasi lahan akan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan kualitas
lingkungan

terutama dalam aspek: fungsi hidrologi, perlindungan tanah,

stabilitas iklim mikro, penghasil O2 dan penyerap gas-gas pencemar udara,


potensi sumberdaya pulih

yang dapat dipanen, pelestarian sumberdaya

plasma nutfah, perkembangbiakan ternak dan satwa liar, pengembangan


kepariwisataan dan rekreasi, menciptakan kesempatan kerja, penyediaan fasilitas
pendidikan dan penelitian.
VIII.

METODE PENELITIAN
1. Waktu dan tempat

Penelitian ini dilaksanakan selama 10 (sepuluh) bulan. Adapun lokasi penelitian


adalah wilayah DAS Sungai Bengkulu secara geografis terletak pada
10201447 BT-10202747 BT dan 304041 LS-305030 LS yang mencakup
Kabupaten Bengkulu Tengah Kota Bengkulu Bengkulu (Gambar 1).

Gambar 1. Lokasi Penelitian


Sumber : Lampiran Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Bengkulu Tahun 2016

2. Alat dan bahan


Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan
studio SIG (PC dan software ArcGIS ver 10.1 dan ERDAS 8.7 ), Citra
Landsat daerah penelitian tahun 1990, 2000 dan 2016, peralatan

survey

lapangan (Garmin GPSMap 76CSX, tally sheet, alat tulis, ring sampel
tanah, Munshel Soil Color Chart, bor tanah, kamera digital, dan peralatan
laboratorium untuk analisis permeabilitas dan infiltrasi.

10

3. Pengolahan dan Analisa Data


a. Perubahan Lahan dengan Sistem Informasi Geografi
Analisis sistem informasi geografi yang digunakan dalam menentukan
perubahan lahan kritis melalui data spasial. Kemudian setelah data spasial
diperoleh maka langkah selajutnya dengan mengoverlay peta penggunaan
lahan. Overlay peta tahun 1990-2000 dan 2016, sehingga diperoleh perubahan
lahan kritis. Overlay adalah analisis spasial yang mengombinasikan 2 tematik
masukkanya (Prahasta, 2015:326).
Analisis yang digunakan untuk mengetahui perubahan lahan kritis
dengan overlay union. Overlay union adalah analsis akan mengkombinasikan
unsur-unsur spasial yang menghasilkan layer baru yang berdomain sapasial
terluas.

Gambar 2. Proses Overlay Union


Sumber: Prahasta 2015:56

b. Tingkat Kekeritisan Lahan


Analisis data untuk mengidentifikasikan lahan kritis berdasarkan
penentuan tingkat

kekritisan

daerah

resapan

sesuai Peraturan Menteri

Kehutanan RI. Nomor: P.32/MENHUT-II/2009:


TKL = PL + PPT + PD + PPL

...................................... (1)

11

Keterangan : TKL

: Tingkat Kkeritisan Lahan

PL

: Peta Lereng

PPT

: Peta Permeabilitas Tanah

PD

: Peta Curah Hujan

PL

: Peta Lahan

Metode analisis yang digunakan untuk mencapai meneiliti tingkat


kekeritisan lahan (TKL) adalah menggunakan metode pendekatan analisis
tumpang susun (overlay) dengan SIG. Overlay dengan menggunakan input 4
peta tematik, yaitu Peta Lereng, Peta Permeabilitas Tanah, Peta Curah Hujan
dan Peta Penggunaan Lahan. Peta Penggunaan Lahan analisis yang digunakan
adalah inetrpretasi Citra Landsat yang dibandiingkan dari tahun 1990, 2000
dan 2016 yaitu analisis sebelum ada tambang dan adanya tambang dalam kurun
waktu 26 tahun di DAS Sungai Bengkulu.
Menuurut Hermon (2015: 40) prosedur pemberian harkat dan bobot
pada

masing-masing

parameter

atau

variabel

berbeda-beda,

yaitu

memperhatiakan seberapa besar pengaruh parameter-parameter tersebut


terhadap tingkat kekritisan lahan. Semakin besar pengaruh parameter tersebut
terhadap lahan kritis maka nilai bobotnya makin besar dan pengaruhnya
sebaliknya. Sebaran harkat untutk meneliti menentukan lahan kritis berdasarkan
penentuan tingkat

kekritisan

daerah

resapan

sesuai Peraturan Menteri

Kehutanan RI. Nomor: P.32/MENHUT-II/2009 adalah sebagai berikut terlihat


pada Tabel 1 :

12

Tabel 1. Indikator Tingkat Kekeritisan Lahan


No

Indikator

Lereng (%)

Kriteria
< 8 (Datar)

8-15 (Landai)

15-25 (Bergelombang)

25-45 (Curam)

> 45 (Sangat Curam)

Permeabilitas Tanah >12,7 ( Cepat)


(cm/jam)
6,3 12,7 (Agak Cepat)

Curah Hujan

Pengggunaan Lahan

Harkat

1
2

2,0 6,3 (Sedang)

0,5 2,0 (Agak Llambat)

<0,5 (Lambat)

<2500 (Rendah)

2500-3500 (Sedang)

3500-4500 (Agak Besar)

4500-5500 (Besar)

>5500 (Sangat Besar)

Hutan lebat
Hutan produksi, perkebunan
Semak, padang rumput
Hortikultura (landai)

Pemukiman, sawah

2
3
4

13

5
Sumber : Peraturan Menteri Kehutanan RI. Nomor: P.32/MENHUT-II/2009 dimodifikasi

Analisis untuk menentukan lahan kritis berdasarkan penentuan tingkat


kekritisan daerah resapan sesuai Peraturan Menteri Kehutanan RI. Nomor:
P.32/MENHUT-II/2009 digunakan formula yang dikembangkan oleh Hermon
(2015 : 45) yaitu sebai berikut:
I=

cb
k

..........................................................

(2)

Keterangan :
I = Besar jarak interval kelas
c = Jumlah harkat tertinggi (5)
b = Jumlah harkat terendah (1)
k = Jumlah kelas yang diinginkan (5)
Interval untuk mengetahui tingkat kekeritisan lahan dapat dilihat pada Tabel 2
No
1
2
3
4
5

Tabel 2. Hasil Hitung Tingkat Kekeritisan Lahan


Interval Bobot
Tingkatan Lahan Kritis
< 1,8
Kondisi baik
1.8-2,6
Kondisi alami
2.6-3.4
Konndisi mulai kritis
3.44.2
Kondisi kritis
>4.2
Kondisi sangat kritis

Sumber : Hermon (2015)

c. Arahan Reklamasi
Arahan reklamasi dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap 4
(empat) steacholder dari dinas/instansi terkait dengan hasil temuan penelitian
yaitu kondisi kualitas air dan perubahan bentuk fisik sungai, kemudian
disintesakan untuk memperoleh aspek kriteria dan alternatif arahan reklamasi.
Kriteria dan alternatif yang dibuat hasil sintesa kemudian diolah dan dicek
dengan Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan bantuan program

14

Criterium Decision Plus V.3.0, ini sesuai dengan Hermon (2015: 204)
pemilihan prioritas arahan reklamasi menggunakan metode AHP. Selanjutnya
untuk

membantu

mengkuantifikasi

dan

menentukan

skala

prioritas

pengambilan keputusan untuk mencapai sasaran arahan reklamasi. Tahapan


yang dilakukan dalam analisis AHP adalah sebagai berikut:
a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
b. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan
dengan kriteria-kriteria, sub kriteria dan alternatif-alternatif pilihan yang
ingin diurutkan.
c. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing
tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan
berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai
tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
d. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam
matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.
e. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak
konsisten pengambil data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector
yang dimaksud adalah nilai eigen vector maximum yang diperoleh dengan
menggunakan matlab maupun manual.
f. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
g. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan.
Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini mensintesis

15

pilihan dan penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah


sampai pencapaian tujuan.
h. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR<0,100 maka
penilaian harus diulang kembali. Kemudian apabila besarnya rasio
konsistensi tersebut < 0,1 maka keputusan yang diambil oleh para
responden untuk menentukan skala prioritas cukup konsisten, artinya bahwa
skala prioritas tersebut dapat diimplementasikan sebagai kebijakan untuk
mencapai sasaran.
i. Selanjutnya prioritas kriteria dan alternatif yang telah didapatkan tersebut
digunakan untuk menyusun arahan kebijakan mitigasi sesuai dengan
pedoman sebagai berikut:

Nilai
1
3
5
7
9
2,4,6,8

Tabel 3. Kriteria Penilaian dalam AHP


Definisi
A sama penting dengan B
A sedidkit lebih penting dari B
A jelas lebih penting dari B
A sangat jelas lebih penting dari B
A mutlak lebih penting dari B
Nilai tengah diantara dua nilai keputusan yang
berdekatan

Sumber: Hermon, 2015: 45

IX.

JADWAL PELAKSANAAN
Perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pengabdian ipteks bagi
masyarakat ini adalah dapat dilihat pada Tabel 4. Sebagai berikut :
Tabel 4. Jadwal Kegiatan
N
O
I.

KEGIATAN
1. Persiapan Administrasi
2. Penyusunan Desain Penelitian

1
X
X

BULAN KEGIATAN
3 4 5 6 7 8

10

16

3.
1.
2.
3.
4.

Diskusi pada team research


II.
Interpretasi citra
Analisis dan survey lapangan
Pengolahan data
Ahsil dan pembahan dari data
di lapangan
5. Penyusunan rencana
wawancara mendalam dari
hasil dan pembahasa
6. Olah dan dari hasil analisi
wawancara dengan AHP
III. 1. Menyiapkan draf Laporan
Penelitian
2. Seminar Hasil Penelitian
3. Menyiapkan Laporan Akhir
IV. Melaporkan Hasil Akhir Penelitian

X.

X
X

X
X
X

X
X
X

X
X

X
X

X
X

X
X

X
X

X
X

X
X

X
X
X

ANGGARAN BIAYA
Anggaran biaya yang dibutuhkan dalam pengabdian ipteks bagi masyarakat
ini adalah ringkasan anggaran baiaya tertuang pada Tabel 5. dan rincian anggaran
biaya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 5. Ringkasan Anggaran Biaya


Biaya yang Diusulkan
No
Komponen
(Rp)
1
Honorarium
2.880.000
2
Peralatan
3.280.000
3
Bahan habis pakai
1.815.000
4
Perjalanan
1.500.000
5
Laporan/Publikasi
550.000
Jumlah
10.025.000
Jadi anggaran biaya yang dibutuhkan dalam penelitianan ]ni adalah Rp.
10.025.000. Adapun rincian dana yang dibutuhkan tiap kompenen sebagai berikut :
Tabel 6.Rincian Anggaran Biaya
1.

Honor

Honor
Ketua

Nonor/Jam
10.000/hari

Waktu
(Jam/Minggu)
12 jam/minggu

Minggu/
Bulan
4/6

Total (Rp.)
2.880.000

17

Sub Total

2.880.000

2. Peralatan Penunjang

Justifikasi
Pemakaian
Shoft ware Arc GIS Lay out Peta
10.1
Shoft ware ERDAS Interpretasi Citra
9.4
Shp Peta Bengkulu Lay out Batas
Admin
Instal Program
Leptop
Ccetrik Warna
Ceta Peta
Citra
Foto udara bahan
untuk interpretasi
Shp Peta Bengkulu Interpretasi citra
wilayah Bengkulu
Sewa apnilevel
survey
Sewa kamera
Dokumentasi
Sewa GPS
survey
Material

Harga
satuan
250.000

250.000

250.000

500.000

500.000

1
1
2

50.000
280.000
850.000

50.000
280.000
850.000

700.000

700.000

50.000
30.000
250.000
Sub Total

100.000
50.000
250.000
3.280.000

Kuantitas

32 hari
32 hari
1 paket

Total (Rp.)
250.000

3. Bahan Habis Pakai

Material
Data Curah hujan
Analisis Leb.
Permebelitas
Permeabilitas
Tanah
Kertas A4
Kertas penjilidan
Lakban
Tinta printer (hitam
dan warna)

Justifikasi
Pemakaian
Analisis lahan
Analisis lahan

Cetak laporan
Cetak laporan
Cetak laporan
Cetak laporan

Kuantitas
10 tahun

10
1
5
12 botol

Harga
satuan
60000/bln

Total (Rp.)
850.000
400.000

35.000
100.000
18.000
35.000

250.000
100.000
90.000
125.000

Sub Total

1.815.000

4. Perjalanan

Material
Sewa Mobil
KEGIATAN
SURVEY
LAPANGAN

Justifikasi
Pemakaian
survey
BengkuluBengkulu Tengah

Kuantitas
1
2

Harga
satuan
500.000
1.000.000
Sub Total

Total (Rp.)
500.000
1.000.000
1.500.000

5. Lain-Lain

Material
Publikasi

Justifikasi
Pemakaian
Publikasi jurnal

Kuantitas
1

Harga
satuan
250.000

Total (Rp.)
250.000

18

Pustaka

XI.

nasional/prosidin
g
Penelusuran
pustaka

250.000

300.000

Sub Total
TOTAL ANGGARAN SELURUH SUB TOTAL

550.000
10.025000

DAFTAR PUSTAKA
Asmaranto, R, E. Suhartanto, BA. Permana. 2011. Aplikasi Sistem Informasi
Geografis (SIG) untuk identifikasi lahan kritis dan arahan fungsi lahan
DAS
Sampeana. http://bppft.ub.ac.id/wrp-con/uploads/2012/02/04APLIKASI-SISTEMINFORMASI-GEOGRAFIS-SIG.pdf.
Diakses
Desember 2011Bohre P, Chaubey OP. 2014. Restoration of degraded lands
through plantation forests. Global J Sci Frontier Res 14: 18-27
Darmi, Thaariq. Muksin, Dadan. 2015. Arahan Penataan Lahan Kritis Bekas
Kegiatan Ppenambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan di Sekitar Kaki
Gunung Tamponas,Kabupaten Sumedang. Prosiding. ISSN 2460-6480.
Universitas Islam Bandung.
Harjadi, B., D. Prakosa dan A. Wuryanta. 2007. Analisa karakteristik kondisi fisik
lahan DAS dengan PJ dan SIG di DAS Benain-Noelmina NTT. Jurnal Ilmu
Tanah dan Lingkungan 7(2): Volume 74-79.
Hermon, Dedi.2015.Geografi Bencana Alam.Rajawali Pers: Jakarta.
Kusmana, C., Istomo, S. Wilarso, EN. Dahlan, dan Onrizal. 2004. Upaya
rehabilitasi hutan dan lahan dalam pemulihan kualitas lingkungan. Makalah
pada Seminar Nasional Lingkungan Hidup dan Kemanusiaan, Jakarta, 4
Juni 2004
Lusiana B., R. Widodo, E Mulyoutami, DA. Nugroho dan M. van Noordwijk.
2008. Kajian Kondisi Hidrologis DAS Talau, Kabupaten Belu, Nusa
Tenggara Timur. Working Paper No. 59. Bogor, Indonesia. World
Agroforestry Centre. 71 p.
Narulita, I., A. Rahmat dan R. Maria. 2008. Aplikasi Sistem Informasi Geografi
untuk Menentukan Daerah Prioritas Rehabilitasi di Cekungan Bandung.
Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 18(1): 23-35
Peraturan Menteri Kehutanan RI. Nomor: P.32/MENHUT-II/2009 tentang. Tata
Cara Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Daerah Aliran Sungai (RTkRHL- DAS).
Sulistyo, Bambang. 2015. oKajian Perubahan Tingkat Kekritisan Lahan Sebagai
Akibat Proses Eliminasi Unit Lahan: Studi Kasus di Kawasan Pertambangan

19

Danau Mas Hitam, Provinsi Bengkulu. Prosiding. Volume 1, Nomor 4.


ISSN: 2407-8050. UNIB.
Supriyono.2015. Kajian Dampak Penambangan Batubara Terhadap Kualitas Air
dan Perubahan Bentuk Fisik Sungai di Sub DAS Hilir Sungai Bengkulu.
Tesis.Prodi Magister Pendidikan Geografi UNP.Padang
Soetoto.2015.Pengindraan Jauh untuk Geologi.Penerbit Ombak: Yogyakarta.
Wirosoedarmo, R., B. Rahadi dan DA. Sasmito. 2007. Penggunaan Sistem
Informasi Geografis (SIG) pada penentuan lahan kritis di wilayah Sub DAS
Lesti Kabupaten Malang. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Edisi
Khusus 3: ISSN 452 456.
XII.

CURRIKULUM VITAE

1. Identitas Peneliti
1
Nama
2
Jenis Kelamin
3
Jabatan Fungsional
4
NPP
5
NIDN
6
Tempat dan Tanggal Lahir
7
E-mail
8
Nomor HP
9
Alamat Kantor
10 Nomor Telp./Fax
11 Lulusan yang telah dihasilkan
12 Mata Kuliah yg Diampu

Supriyono, S.Pd., M. Pd.


Laki-Laki
02.11040142
0230078702
Giri Kencana, 30 Juli 1987
yonosupri259@gmail.com
0852 6880 9880
Jl. A.Yani no.1 Bengkulu
21536 / (0736) 20956
S-1 = 8 mahasiswa persemester
1. SIG
2. IFU
3. Geomorfologi Indonesia
4. IAD

2. Riwayat Pendidikan
Nama
Perguruan
Tinggi
Bidang Ilmu
Tahun Masuk-Lulus
Judul
Skripsi/Tesis/Disertasi

S-1
UNIHAZ Bengkulu

S-2
UNP Padang

S-3
-

Pendidikan Geografi
2006-2010
Dampak
Pembangunan
Drainase pada Lahan
Gambut
di

Pendidikan Geografi
2014-2015
Kajian
Dampak Penambangan
Batubara
Terhadap Kualitas Air dan
Perubahan Bentuk Fisik

20

Kelurahan
Sungai di Sub DAS Hilir
Bangkahan
Sungai Bengkulu
Kecamatan Muara
Bangkahulu
Kota
Bengkulu
Nama Pembimbing
Drs. Mariyon, M.Pd. Prof. Dr. Eri Barlian, M. Si. 3. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
Pendanaan
No
Tahun
Judul Penelitian
.
Sumber
Jumlah
1.
2014
Analisis Bahan Letusan dan
Mandiri
Rp. 5.000.000,Potensinya Gunung Sinabung
di Tanah Karo Propinsi
Sumatera Utara
4. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 thn Terakhir
Pendanaan
No
Judul Pengabdian Kepada
Tahun
.
Masyarakat
Sumber
Jumlah
1.
2014
Pembinaan Persiapan OSN
2016
Siswa-Siswi
MAN
1Model Bengkulu
5. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal 5 tahun terakhir
No
Volume/
Tahun
Judul Penelitian
Nama Jurnal
.
Nomer/Tahun
1. 2014
Analisis Dampak Letusan
ISBN:
Prosiding
Gunung Sinabung kaitanya
978.602.17878.4. Seminar
dengan Kondisi Sosial
7
Nasional,
Ekonomi Masyarakat di
Geography
Kabupaten Karo
Disaster
Provinsi Sumatera Utara
Plan For
Sustainable
Developmen

6. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir


Nama
No
Waktu dan
Pertemuan
Judul Artikel Ilmiah
.
Tempat
Ilmiah/Seminar
1. Seminar
Analisis Dampak Letusan Gunung
8 November
Nasional Study
Sinabung kaitanya dengan Kondisi
2014
and Research of Sosial Ekonomi Masyarakat di
Gedung Lantai 5
Geografi
Kabupaten Karo
Pascasarjana
Provinsi Sumatera Utara
UNP Padang
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam Riwayat Hidup ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Penelitian sumber dana DIPA LPPM Unihaz Bengkulu.

21

Bengkulu, 8 Februari 2016


Pengusul,

Supriyono, S. Pd., M. Pd.

Anda mungkin juga menyukai