Anda di halaman 1dari 88

i

HUBUNGAN MORFOLOGI TANAH BEKAS TAMBANG


BATUBARA DENGAN BEBERAPA SIFAT KIMIA, FISIK,
DAN BIOLOGI TANAH DI PT. KALTIM PRIMA COAL

Oleh:
Ratih Ayu Annisa
A14052427

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN


DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

ii

RINGKASAN
RATIH AYU ANNISA. Hubungan Morfologi Tanah Lahan Bekas Tambang
Batubara Dengan Beberapa Sifat Kimia, Fisik, dan Biologi Tanah di PT. Kaltim
Prima Coal. Di bawah bimbingan DYAH TJAHYANDARI. S dan RAHAYU
WIDYASTUTI.
Salah satu kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam adalah kegiatan
pertambangan batubara. Akibat penambangan batubara ini diperlukan proses
reklamasi yang bertujuan untuk memperbaiki lahan yang terganggu serta
memperbaiki ekosistem di dalam tanah yang rusak sehingga dapat pulih kembali
bahkan lebih baik. Untuk itu perlu dipelajari penelitian mengenai hubungan antara
morfologi dengan beberapa sifat tanah pada beberapa umur reklamasi, sehingga
dapat mempelajari perkembangan karakteristik tanah sejalan dengan
bertambahnya umur reklamasi serta menggambarkan tanah dari wujudnya untuk
memperoleh sifat-sifat tanah, baik yang khasnya maupun yang umum. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui morfologi dan karakteristik beberapa sifat fisik
dan kimia tanah di lahan reklamasi bekas tambang batubara pada umur reklamasi
0, 5, 9, 13 tahun dan di hutan serta mengidentifikasi dan mengevaluasi pengaruh
reklamasi terhadap populasi mikrob, dan respirasi tanah.
Metode yang digunakan pada penelitian ini meliputi pembuatan dan
pengamatan profil tanah berdasarkan umur reklamasi yaitu 0, 5, 9, 13 tahun dan
posisi lereng, yang dilanjutkan dengan pengambilan contoh tanah untuk dianalisis
beberapa sifat kimia (pH, C-organik, dan N-total), sifat fisik (bobot isi) dan
analisis biologi (respirasi tanah, total mikrob dan total fungi).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik morfologi tanah bekas
tambang batubara umumnya berwarna coklat kekuningan, coklat tua, dan coklat
kuat. Tekstur setiap profil tanah didominasi oleh debu dan pasir kecuali pada
umur 0 tahun lebih banyak mengandung liat. Batas antar lapisan profil tanah
semakin terlihat jelas pada lahan reklamasi yang umurnya sudah lama. Struktur
setiap profil tanah pada lahan yang direklamasi didominasi oleh bentuk gumpal
membulat. Secara keseluruhan setiap profil reklamasi tanah memiliki tingkat
kelekatan derajat 2, yaitu lekat. pH di lahan bekas tambang berkisar 3.5-4.5.
Untuk nilai bobot isi, pada lapisan atas umumnya lebih rendah dibandingkan
dengan lapisan bawahnya. Nilai C-organik dan N-total pada umumnya, selalu
lebih besar di lapisan atas daripada lapisan-lapisan di bawahnya. Hasil analisis
biologi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pada umumnya di setiap umur
reklamasi, populasi total mikrob dan total fungi untuk lapisan tanah 0-20 cm lebih
tinggi dibandingkan lapisan 20-40 cm, kecuali pada umur reklamasi 0 tahun.
Populasi total mikrob mempengaruhi jumlah CO2 yang dihasilkan
Kata kunci: Bobot Isi, C-organik, Populasi Mikrob, Reklamasi, Tekstur

iii

SUMMARY
RATIH AYU ANNISA. The Relationship between Soil Mining Morphology and
Several Soil Properties at PT. Kaltim Prima Coal. Under supervision of DYAH
TJAHYANDARI. S and RAHAYU WIDYASTUTI.
Coal mining is one of a natural resources. Coal mining soil reclamation
aims to repair disturbed land and to recover the soil ecosystem in the soil. This
research is important, to investigate the relationship between soil morphology
with several soil properties at various reclamation age, in order to understand the
development of soil characteristics. This study aims to determine the mine soil
morphology and characteristics as well as to identify and evaluate the effects of
reclamation on microbial populations and soil respiration.
The method used in this study included observation of soil profiles based on
the age of reclamation (0, 5, 9, 13 years) and on the slope position. Soil analyzes
consisted of several soil chemical properties (pH, C-organic, and N-total),
physical properties (bulk density) and biological properties (soil respiration, total
microbial and total fungal).
Results showed that mine soil morphological characteristics had similar
colour yellowish brown, dark brown, brown and strong brown. Texture of each
soil profile is dominated by silt and sand, except the current reclamed soil
contained more clay. Boundaries between layers of the soil profile more clearly at
the oldest reclaimed soil. The structure of each reclaimed soil was dominated by
sub-angular blocky. pH value ranged between 3.5 and 4.5. Bulk density values
higher in lower layers. In contrary with organic C and N-total. Results of
biological analysis has been done shows that in general in every age of
reclamation, the total microbial population and total fungi for 0-20 cm soil layer
was higher than 20-40 cm layer, except at age 0 years of reclamation. Total
microbial populations affect the amount of CO2 produced
Key words: Bulk Density, Microbial Population, Organic C, Reclamation, Texture

iv

HUBUNGAN MORFOLOGI TANAH BEKAS TAMBANG


BATUBARA DENGAN BEBERAPA SIFAT KIMIA, FISIKA,
DAN BIOLOGI TANAH DI PT. KALTIM PRIMA COAL

Oleh:
Ratih Ayu Annisa
A14052427

Skripsi
sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN


DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi

: Hubungan Morfologi Tanah Bekas Tambang Batubara


Dengan Beberapa Sifat Kimia, Fisika, dan Biologi Tanah di
PT. Kaltim Prima Coal.

Nama Mahasiswa : Ratih Ayu Annisa


Nomor Pokok

: A14052427

Menyetujui,
Pembimbing I

Pembimbing II

(Dr. Ir. Dyah Tjahyandari. S, MApplSc)


NIP. 19660622 199103 2001

(Dr. Rahayu Widyastuti, M.Sc)


NIP. 19610607 199002 2001

Mengetahui,
Ketua Departemen

(Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc.)


NIP. 19621113 198703 1003

Tanggal lulus:

vi

RIWAYAT HIDUP
Ratih Ayu Anissa, dilahirkan di Palembang, tanggal 05 Mei 1986
merupakan anak dari pasangan Achmad Mizan (ayah) dan Zinarti (Ibu). Penulis
merupakan anak kedua dari lima bersaudara, dengan satu kakak perempuan
bernama Putri Indah Larasatie, dua adik perempuan bernama Meutia Utami dan
Ade Wulandari, dan satu adik laki-laki bernama M. Nugraha Ganta.
Penulis mengawali studi pada tahun 1991 pada tingkat TK di Dharma
Wanita Plaju Palembang, pada tahun 1992 penulis melanjutkan pendidikan di
SDN Polisi I Bogor. Kemudian pada tahun 1998 melanjutkan pada tingkat SLTP
di SMP Negeri 1 Bogor dan pada tahun 2001 melanjutkan pendidikan pada SMA
Negeri 3 Bogor. Pada tahun 2005 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut
Pertanian Bogor melalui Program SPMB di Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Selama menempuh studi di IPB, penulis dipercaya menjadi asisten dosen
mata kuliah Survei dan Evaluasi Lahan pada tahun 2009. Selain itu, penulis aktif
mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan.

vii

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Morfologi Tanah Lahan Bekas
Tambang Batubara Dengan Beberapa Sifat Tanah di PT. Kaltim Prima Coal,
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu
Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tuaku Achmad Mizan (ayah) dan Zinarti (Ibu) atas cinta, kasih
sayang dan semangatnya sehingga anakmu ini memperoleh gelar sarjana.
2. Kakakku satu-satunya Putri atas semua ilmu, saran dan masukannya, adikadikku tersayang Tami, Wulan dan Ganta yang berharap kakaknya cepat
wisuda.
3. Dr. Ir. Dyah Tjahyandari. S, MApplSc selaku dosen pembimbing skripsi I yang
telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Dr. Rahayu Widyastuti, M.Sc. selaku dosen pembimbing skipsi II yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dr. Ir. Iskandar selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan.
6. Seluruh Dosen dan staf Lab. Pengembangan Sumberdaya Fisik lahan dan Lab.
Bioteknologi terutama Bu Oktori, Bu Yani, Bu Asih, Pa Jito, dan Bu Jul yang
telah memberikan dukungan dan fasilitasnya.
7. Teman spesial, Okky yang selalu memberikan semangat dan kasih sayangnya.
8. Teman-temanku, Lili, Fifi, Acid, Rani, Ka wing, Ica, Mei U, Dina, Monica,
Yugo, Boby, Ganda, Awang, dan Geges, yang selalu memberikan keceriaan,
Soiler42 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu yang
telah membantu kelancaran studi.
Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, namun berharap dapat tetap memberikan kontribusi yang
positif bagi semua pihak yang membacanya.
Bogor, Mei 2010
Penulis

viii

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

xi

I. PENDAHULUAN ..................................................................................

1.1. Latar Belakang .................................................................................

1.2. Tujuan ..............................................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................

2.1. Kegiatan Penambangan ...................................................................

2.2. Reklamasi Lahan Bekas Tambang ...................................................

2.3. Morfologi Tanah .............................................................................

2.4. Sifat Kimia Tanah ...........................................................................

2.5. Sifat Biologi Tanah .........................................................................

2.5.1. Mikrob Tanah .......................................................................

2.5.2. Respirasi Tanah .....................................................................

10

2.6. Karakterisasi Tanah di Lokasi Penelitian Sebelum Pertambangan.....

11

2.6.1. Jenis Tanah ............................................................................

11

2.6.2. Karakterisasi Fisik Tanah.......................................................

12

2.6.3. Karakterisasi Kimia Tanah .....................................................

13

III. BAHAN DAN METODE ....................................................................

15

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ..........................................................

15

3.2. Bahan dan Alat ..............................................................................

15

3.3. Metode Penelitian ...........................................................................

16

3.3.1. Pembuatan dan Pengamatan Profil Tanah .............................

16

3.3.2. Pengambilan Contoh Tanah ..................................................

16

3.3.3. Analisis Kimia Tanah ...........................................................

16

3.3.4. Analisis Biologi Tanah .........................................................

16

IV. GAMBARAN UMUM PT. KALTIM PRIMA COAL .......................

18

4.1. Letak Geografis .............................................................................

18

4.2. Fisiografi dan Geologi ...................................................................

18

4.3. Iklim ..............................................................................................

19

ix

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1. Morfologi Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batu Bara .................

21

5.2. Karakterisasi Fisik Tanah ...............................................................

31

5.3. Karakterisasi Kimia Tanah .............................................................

33

5.3.1. pH Tanah .............................................................................

33

5.3.2. C-Organik ............................................................................

34

5.3.3. N-total ..................................................................................

36

5.4. Karakterisasi Biologi Tanah ...........................................................

37

5.4.1. Mikrob dan Fungi Tanah ......................................................

37

5.4.2. Respirasi Tanah ....................................................................

39

VI. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................

41

6.1. Kesimpulan ....................................................................................

41

6.2. Saran ..............................................................................................

41

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

42

LAMPIRAN.................................................................................................

44

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman
Teks

1. Kode Profil Lapang Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara


PT.Kaltim Prima Coal dan Metode Analisis Kompos ............................. 15
2 Rata-rata Curah Hujan Bulanan di Area Sangatta, 2000-2007 ................ 20

Lampiran

1. Sifat Kimia Tanah di Wilayah Studi Penambangan PT Kaltim


Prima Coal ............................................................................................. 45
2. Analisis Tekstur Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batu Bara .............. 46
3. Hasil Analisis Kimia Tanah Lahan Reklamasi Bekas Tambang
Batubara pada Berbagai Umur Reklamasi Lahan ................................... 47
4. Derajat Kelekatan Tanah ....................................................................... 48
5. Derajat Plastisitas Tanah ........................................................................ 48
6. Kriteria Penilaian C-Organik dan N-Total Tanah (Staf Pusat Penelitian
Tanah, 1983) ......................................................................................... 48
7. Hasil Analisis Kadar Air dan Bulk Density Menggunakan Three
Phasess Meter ........................................................................................ 49
8. Populasi Total Mikrob dan Fungi pada Lahan Reklamasi Bekas
Tambang Batubara pada Berbagai Umur Reklamasi .............................. 51
9. Respirasi Tanah Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara pada
Berbagai Umur ...................................................................................... 52

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman
Teks

1. Lokasi PKP2B PT.KPC ........................................................................ 18


2. Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan di Area Sangatta Tahun
2000-2007 (dalam mm) ......................................................................... 20
3. Perbandingan Profil Berdasarkan Kemiringan Lereng pada Lahan
Reklamasi Bekas Tambang Batubara pada Berbagai Umur Reklamasi
Lahan .................................................................................................... 26
4. Sketsa Penampang Profil pada Lahan Reklamasi Tambang Batubara
Berdasarkan Umur Reklamasi ............................................................... 30
5. Analisis Bobot Isi (BI) Tanah Reklamasi Bekas Tambang Batubara
pada Umur Reklamasi 0, 5, 9, 13 tahun dan Hutan ................................ 32
6. Analisis pH Tanah Reklamasi Bekas Tambang Batubara pada Umur
Reklamasi 5, 9, 13 ................................................................................. 34
7. Kandungan C-Organik Tanah Rekamasi Bekas Tambang Batubara
pada Umur Reklamasi 0, 5, 9, dan 13 tahun di Lereng Atas, Tengah,
dan Bawah. ........................................................................................... 35
8. Kandungan N-Total Tanah Rekamasi Bekas Tambang Batubara pada
Umur Reklamasi 0, 5, 9, 13 tahun, dan Hutan Asli di Lereng Atas,
Tengah, dan Bawah ............................................................................... 36
9. Fungi dan Mikrob Tanah yang Diisolasi dari Lahan Reklamasi ............. 37
10. Populasi Total Mikrob Tanah Rekamasi Bekas Tambang Batubara
pada Umur Reklamasi 0, 5, 9, dan 13 tahun dibandingkan dengan
Hutan Asli ............................................................................................. 38
11. Populasi Total Fungi Tanah Rekamasi Bekas Tambang Batubara pada
Umur Reklamasi 0, 5, 9, dan 13 tahun dibandingkan dengan Hutan
Asli ....................................................................................................... 38
12. Respirasi Tanah Lahan Rekamasi Bekas Tambang Batubara pada
Umur Reklamasi 0, 5, 9, 13 tahun dan Hutan Asli ................................. 40

xii

Lampiran
1.

Lahan Reklamasi Umur 0 tahun pada Lereng Atas


(Lokasi di Surya Panel 7)........................................................................ 54

2.

Lahan Reklamasi Umur 5 tahun pada Lereng Atas


(Lokasi di Surya Panel 7)........................................................................ 56

3.

Lahan Reklamasi Umur 5 tahun pada Lereng Tengah


(Lokasi di Surya Panel 7)........................................................................ 58

4. Lahan Reklamasi Umur 5 tahun pada Lereng Bawah


(Lokasi di Surya Panel 7) ....................................................................... 60
5. Lahan Reklamasi Umur 9 tahun pada Lereng Atas
(Lokasi di H. East) ................................................................................. 62
6.

Lahan Reklamasi Umur 9 tahun pada Lereng Tengah


(Lokasi di H. East).................................................................................. 64

7.

Lahan Reklamasi Umur 9 tahun pada Lereng Bawah


(Lokasi di H. East) ................................................................................. 66

8. Lahan Reklamasi Umur 13 tahun pada Lereng Atas


(Lokasi di Gajah Hitam) ......................................................................... 68
9. Lahan Reklamasi Umur 13 tahun pada Lereng Tengah
(Lokasi di Gajah Hitam) ........................................................................ 70
10. Lahan Reklamasi Umur 13 tahun pada Lereng Bawah
(Lokasi di Gajah Hitam) ......................................................................... 72
11. Hutan Asli pada Lereng Tengah ............................................................. 74

I. PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Sumberdaya alam yang meliputi vegetasi, tanah, air, dan kekayaan alam

yang terkandung didalamnya merupakan salah satu modal dasar dalam


pembangunan nasional, oleh karenanya harus dimanfaatkan sebesar-besarnya
untuk kepentingan rakyat dan kepentingan pembangunan nasional dengan
memperhatikan kelestariannya. Salah satu kegiatan memanfaatkan sumberdaya
alam adalah kegiatan pertambangan batubara yang hingga saat ini, merupakan
salah satu sektor penyumbang devisa negara terbesar. Salah satu contohnya yaitu
produksi PT. Kaltim Prima Coal mengalami peningkatan yang signifikan dari 7
juta ton di tahun 1992 menjadi 39,7 juta ton di tahun 2007 dan di tahun 2010
produksi batubara mencapai 42.13 ton.
Kegiatan pertambangan batubara memerlukan perencanaan total yang
tepat dari tahap awal sampai tahap akhir pasca tambang, yang apabila tidak
dilaksanakan secara tepat dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan terutama gangguan keseimbangan permukaan tanah yang cukup besar,
baik kondisi fisik termasuk morfologi, kimia, dan biologi tanah. Dilain pihak
kegiatan pertambangan batubara menimbulkan dampak negatif antara lain:
penurunan produktivitas tanah, pemadatan tanah, terjadinya erosi dan sedimentasi,
terjadinya gerakan tanah atau longsoran, terganggunya flora dan fauna yang ada
didalam tanah, terganggunya keamanan dan kesehatan penduduk di sekitar daerah
tambang, serta perubahan iklim mikro.
Batubara ditambang dengan menggunakan dua metode, yaitu tambang
terbuka (open pit mining) dan tambang bawah tanah (underground mining).
Metode tambang terbuka memberikan proporsi endapan batu bara yang lebih
banyak daripada tambang bawah tanah karena seluruh lapisan batubara dapat
dieksploitasi. Open pit mining dimulai dengan kegiatan pembukaan dan
pengupasan lapisan tanah yang menimbulkan dampak terhadap perubahan
lingkungan antara lain terjadi kerusakan vegetasi penutup lahan, peningkatan laju
erosi, penurunan produktivitas dan stabilitas lahan serta penurunan biodiversitas
flora dan fauna (Darwo, 2003). Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu upaya
untuk melestarikan lingkungan agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut.

Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki lahan bekas tambang


batubara adalah dengan cara merehabilitasi atau mereklamasi ekosistem yang
rusak. Kegiatan reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau
menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha
pertambangan, agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai dengan
peruntukannya. Reklamasi tersebut diharapkan mampu memperbaiki ekosistem
termasuk ekosistem di dalam tanah yang rusak dapat pulih, mendekati atau
bahkan lebih baik dibandingkan kondisi semula.
Kegiatan reklamasi dilakukan untuk memperbaiki atau menata kegunaan
lahan yang terganggu. Kegiatan ini memerlukan waktu yang cukup lama
khususnya apabila dilihat dari perkembangan tanah itu sendiri. Proses
perkembangan tanah akan menghasilkan horison-horison genetik pada tubuh
tanah yang bersangkutan sehingga dapat diperoleh sifat-sifat morfologi dari setiap
profil tanah. Perkembangan tanah ini antara lain dipengaruhi oleh bahan organik
dan organisme tanah (jumlah dan jenis mikrob tanah) yang akan merombak bahan
organik sehingga dapat memperbaiki tanah yang terganggu seperti di lahan bekas
tambang batubara di PT. Kaltim Prima Coal (KPC).
Proses reklamasi di PT. Kaltim Prima Coal ini dilakukan dengan beberapa
tahap yaitu pekerjaan drainase, desain, dan penempatan tanah ke permukaan dari
dump area, water management secara keseluruhan untuk mencegah terjadinya
erosi. Kegiatan reklamasi tidak dapat terlaksana dengan baik apabila tidak
didasari oleh perencanaan penambangan yang baik. Dengan reklamasi yang tepat
dampak negatif akibat pertambangan dapat dikendalikan sehingga keberhasilan
reklamasi lahan bekas tambang merupakan promosi bagi keberlanjutan usaha
pertambangan (Sembiring, 2008).
Agar proses reklamasi ini berjalan dengan baik perlu dilakukan penelitian
mengenai hubungan antara morfologi tanah dengan beberapa sifat tanah pada
lahan bekas tambang batubara yang telah direklamasi, kondisi tersebut
dibandingkan dengan tanah pada hutan asli di PT. Kaltim Prima Coal. Hal ini
perlu dilakukan agar dapat mengetahui perkembangan karakteristik tanah sejalan
dengan bertambahnya umur reklamasi serta menggambarkan karakteristik tanah
sehingga memperoleh sifat-sifat tanah baik yang khas maupun yang umum.

1.2.

Tujuan
1. Mempelajari morfologi dan karakteristik beberapa sifat tanah di lahan
reklamasi bekas tambang batubara pada umur 0 tahun, 5 tahun, 9 tahun,
13 tahun dan hutan asli (sebagai pembanding).
2. Mengevaluasi pengaruh reklamasi lahan bekas tambang batubara
terhadap populasi mikrob dan respirasi tanah.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1.

Kegiatan Penambangan
Kegiatan penambangan adalah kegiatan mengekstraksi bahan tambang

terencana dengan menggunakan berbagai metode sesuai dengan karakteristik


bahan tambang. Kegiatan penambangan pada umumnya dilakukan dengan
penambangan terbuka (open pit mining) yang akan menimbulkan dampak pada
perubahan lanskap dan kondisi kehidupan masyarakat tempat kegiatan
penambangan terjadi. Perubahan lanskap ini meliputi, perubahan topografi dan
pola hidrologi, kerusakan tubuh tanah, perubahan vegetasi penutup tanah, yang
pada akhirnya merubah ekosistem tempat dilakukannya penambangan terbuka
Mulyanto (2008).
Perubahan ekosistem tempat penambangan tersebut akan berdampak pada:
a. Proses

pelapukan

batuan/mineral

yang

terbongkar

(overburden)

dan

menghasilkan bahan yang kurang menguntungkan bagi kehidupan, seperti air


asam tambang (acid main drainage), yang dapat berdampak luas sampai di luar
kawasan tempat penambangan.
b. Tercampur-aduknya tanah dan batuan overburden, sehingga daya dukungnya
terhadap kehidupan menjadi sangat terbatas.
c. Jika vegetasi penutup tanah merupakan hutan, kegiatan ini berdampak pada
perubahan komposisi flora dan fauna dan bahkan kemungkinan pada
kehilangan spesies yang menjadi bagian dari keragaman hayati.
d. Tailing limbah dari pengolahan bijih dapat menutupi lanskap di luar lokasi
penambangan, sehingga menimbulkan dampak berikutnya seperti tertimbunnya
vegetasi alami, hilangnya ekosistem alami fauna, termasuk lingkungan
kehidupan masyarakat yang kehidupannya tergantung pada lanskap tersebut.
Perubahan lanskap akibat penambangan perlu dikelola agar pada saat setelah
penambangan dan setelah tambang ditutup, bekas kawasan penambangan
tersebut tetap berdaya guna bagi kehidupan, termasuk kehidupan masyarakat
(Mulyanto, 2008).

2.2.

Reklamasi Lahan Bekas Tambang


Menurut Kepmen ESDM No. 18 tahun 2008 yang dimaksud reklamasi

adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang
terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan umum, agar dapat
berfungsi dan berdayaguna sesuai dengan peruntukannya. Reklamasi adalah usaha
memulihkan kembali lahan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha
penambangan, agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan kemampuannya.
Kegiatan reklamasi tersebut meliputi dua tahapan, yaitu:
1. Pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu
ekologinya.
2. Mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya untuk
pemanfaatan selanjutnya.
Sasaran akhir dari reklamasi adalah memperbaiki bekas lahan tambang agar
kondisinya aman, stabil dan tidak mudah tererosi sehingga dapat dimanfaatkan
kembali (Darwo, 2003).
Tahap awal dari upaya reklamasi (rehabilitasi) lahan yang telah dilakukan
adalah konservasi top soil, pengelolaan sedimen, penataan lahan, penanaman
tanaman pioner. Menurut Ambodo (2008), pemilihan jenis tanaman penutup
(cover crop) dan jenis tanaman pioner sangat menentukan keberhasilan
rehabilitasi pasca tambang. Cover crop yang baik adalah yang memiliki kriteria
seperti mudah ditanam, cepat tumbuh dan rapat, bersimbiosis dengan bakteri
ataupun fungi yang menguntungkan (Rhizobium, Frankia, Azosprilium, dan
Mikoriza), menghasilkan biomassa yang melimpah dan mudah terdekomposisi
dengan tanaman pokok dan tidak melilit.
2.3.

Morfologi Tanah
Morfologi tanah dapat diartikan sebagai susunan dan sifat-sifat horison

yang ditunjukkan oleh warna, tekstur, struktur, konsistensi, dan porositas pada
setiap horison serta gejala-gejala lain dalam profil tanah Sifat-sifat morfologi
tanah merupakan hasil dari proses genesis yang terjadi dalam tanah, sebagian hasil
proses geologik atau proses lainnya.

Menurut Rachim (1999), warna tanah dengan tanah memiliki hubungan


yang ditunjukkan dalam dua hal penting, yaitu: pertama warna secara tidak
langsung berhubungan dengan interpretasi sifat-sifat yang tidak dapat diobservasi
secara tepat dan mudah, dan kedua merupakan ciri yang sangat berguna untuk
identifikasi tanah. Sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan warna tanah antara
lain: kandungan bahan organik, keadaan drainase, aerasi, kelembapan tanah,
bahan induk, mineralogi tanah, dan lain-lain. Semakin gelap warna tanah maka
semakin tinggi kandungan bahan organiknya sedangkan semakin pucat warna
tanah maka semakin rendah kandungan bahan organiknya.
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu, dan liat
yang terkandung dalam suatu massa tanah. Fraksi pasir mempunyai ukuran yang
lebih besar daripada debu dan liat. Pasir berukuran 2-0.05 mm, debu berukuran
0.05-0.002 mm, dan liat berukuran <0.002 mm. Penetapan tekstur di lapang
dengan membasahi massa tanah kemudian dipijit dan dipirit antara ibu jari dan
telunjuk. Sifat umum dari fraksi pasir dalam penetapan dilapang adalah adanya
rasa kasar, tidak plastis atau lekat dalam keadaan lembab. Fraksi debu terasa
seperti bedak atau semir, tidak plastis atau lekat dalam keadaan lembab.
Sedangkan fraksi liat akan terasa licin, lekat dan plastis dalam keadaan lembab
dan membentuk bongkah yang sangat keras dalam keadaan kering.
Struktur tanah merupakan gumpalan-gumapalan kecil dari butir tanah yang
terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu
perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalangumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan (ketahanan) yang
berbeda (Soil Survey Staff, 1993). Suwardi (2000) mengemukakan bahwa
penyipatan struktur tanah dapat dilihat dari bentuk, tingkat perkembangan dan
ukurannya. Bentuk struktur berfungsi untuk membedakan kelas struktur. Ada
tujuh macam bentuk struktur yaitu lempeng, prismatik, tiang, gumpal bersudut,
gumpal membulat dan remah. Sedangkan yang tidak berstruktur disebut lepas dan
pejal

(masif).

Tingkat

perkembangan

struktur

ditentukan

berdasarakan

kemantapan dan ketahanan struktur tersebut terhadap tekanan, yang dibedakan


berdasarkan dari yang mudah hancur sampai yang sulit hancur. Sedangkan ukuran

struktur menunjukkan ukuran butir-butir struktur yang dibedakan dari sangat


halus sampai sangat kasar.
Konsistensi tanah merupakan sifat dari tanah yang ditunjukkan dengan
derajat kohesi dan adhesi serta ketahanannya terhadap perubahan bentuk. Hal ini
ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap gaya dari luar. Sifat-sifat konsistensi
tanah harus disesuaikan dengan kondisi tanah, yaitu apakah dalam keadaan basah,
lembab, dan kering (Soil Survey Staff, 1993). Tanah

dalam keadaan basah

ditetapkan menggunakan dua paramater, yaitu kelekatan dan plastisitas. Jika


keadaan tanah di lapang dalam keadaan kering, sebaiknya konsistensi ditetapkan
dalam keadaan kering, lembab dan basah. Jika tanah dalam keadaan lembab,
sebaiknya konsistensi ditetapkan dalam keadaan lembab dan basah (Suwardi,
2000).
Pori tanah adalah bagian tanah yang berbentuk ruangan (tidak diisi oleh
padatan), dimana bagian ini terisi oleh udara dan air. Pori tanah sangat penting
dalam nenentukan pergerakan air dan udara yang sangat menentukan
pertumbuhan tanaman. Karakteristik pori ditentukan juga oleh tipe dan ukuran
struktur. Menurut Hardjowigeno (1993), pori dapat dibagi kedalam pori makro
dan pori mikro. Pori makro atau kasar adalah pori-pori yang terisi air dan udara
gravitasi (air bebas), sedangkan pori mikro (pori halus) adalah pori yang terisi
oleh udara dan air kapiler (air yang tersedia untuk tanaman). Tanah-tanah
bertekstur kasar lebih banyak menandung pori kasar daripada bertekstur halus dan
sebaliknya untuk pori mikro. Oleh karena itu, air tersedia bagi tanaman pada tanah
bertekstur kasar lebih sedikit daripada tanah bertekstur halus. Tanah bertekstur
kasar lebih sulit menahan air, sehingga tanaman mudah kekeringan.
Selain sifat-sifat morfologi tanah, proses pedogenesis juga mempengaruhi
proses reklamasi. Menurut Simonson (1959), proses pedogenesis tanah terdiri dari
4 proses kejadian, yaitu:
1. Proses penambahan, dimana terjadi penambahan energi dan bahan dalam
berbagai bentuk, seperti: energi panas melalui sinar matahari, air melalui
hujan, O2 dan CO2 melalui respirasi organisme, dekomposisi bahan organik
dan bahan organik melalui organisme mati.

2. Proses penghilangan, dimana bahan penyusun massa tanah hilang keluar dari
sistem tanah, seperti: air melalui evapotranspirasi, C(CO2) melalui
dekomposisi bahan organik, dan unsur hara melalui pencucian dan serapan
tumbuhan.
3. Proses translokasi, menunjukkan adanya perpindahan tempat dari bahan di
dalam profil tanah, seperti: bahan liat dan organik, senyawa oksida dan unsur
hara dari lapisan atas ke lapisan bawah, siklus hara oleh vegetasi dan bahan
tanah oleh aktivitas biologik.
4. Proses transformasi, didalam tubuh tanah terjadi perubahan-perubahan bentuk
termasuk sintesis senyawa atau bahan baru, seperti: ukuran butir, senyawa
organik, srukturisasai dan horisonisasi.
Melalui proses-proses ini, tubuh tanah akan berkembang dari tingkat muda hingga
tua, yang pada setiap tingkat memiliki sifat morfologi tertentu yang khas.
Sehingga pada setiap tingkat perkembangan dicerminkan oleh sifat tersebut
termasuk fisik, kimia dan mineralogi (Djunaedi dan Suwardi, 2002).
2.4.

Sifat Kimia Tanah


Sifat-sifat kimia tanah yang diamati pada penelitian ini adalah pH tanah,

bahan organik dan nitogen total. Bahan organik tanah adalah semua fraksi bukan
mineral sebagai komponen penyusun tanah, biasanya merupakan timbunan dari
setiap sisa tumbuhan, binatang dan jasad mikro baik sebagian atau seluruhnya
mengalami perombakan (Soepardi, 1983).
Bahan organik secara morfologi dapat dibedakan sebagai bahan kasar
(segar) yang masih memperlihatkan adanya serat-serat tanaman, dan bahan
organik halus (terdekomposisi) dimana struktur tanaman sudah tidak dapat
dikenali lagi. Bahan organik kasar erat hubungannya dengan sifat fisik tanah,
seperti bobot isi, struktur dan ruang pori tanah, dan sifat biologi tanah terutama
dalam kaitannya dengan kegiatan mikroorganisme tanah. Sebaliknya bahan
organik halus, terutama yang telah memiliki sifat-sifat koloidal, dapat
mempengaruhi sifat fisik, kimia maupun biologi tanah (Anwar dan Sudadi, 2004).
Bahan organik tanah merupakan sumber energi bagi kehidupan dalam tanah, dan
bagian dari sifat biologi tanah. Bahan organik tanah disusun oleh biomassa tanah

yang

terdiri

atas

berbagai

makhluk

hidup

penghuni

tanah

terutama

mikroorganisme tanah yang menjadi komponen utama bagi jiwa tanah, humus
aktif atau sisa massa mikroba (Jorgensen, 1994 dalam Djajakirana, 2001)
Kegiatan penambangan bahan-bahan yang mengandung mineral sulfida
seperti batubara dapat memicu pembentukan asam. Penggalian menyebabkan
terangkatnya bahan-bahan sulfidik seperti pirit ke permukaan yang kemudian
teroksidasi terhadap mineral sulfida, melepaskan asam-asam sulfat yang
berdampak pada penurunan pH tanah secara drastis. Menurunnya pH akan
meningkatkan kelarutan logam-logam berat yang berbahaya bagi kehidupan
(Rochani dan Damayanti, 1997)
Pada profil tanah yang normal, lapisan tanah atas merupakan sumber
unsur-unsur hara makro dan mikro esensial bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu,
juga berfungsi sebagai sumber bahan organik untuk menyokong kehidupan
mikroba. Hilangnya lapisan tanah atas (top soil) yang proses pembentukannya
memerlukan waktu ratusan tahun dianggap sebagai penyebab utama buruknya
tingkat kesuburan tanah pada lahan-lahan bekas pertambangan (Setiadi, 1996).
Menurut Bradshaw dan Chadwick (1980), keseimbangan hara tanaman
menjadi terganggu akibat penambangan, sementara kelarutan unsur-unsur yang
meracuni tanaman meningkat dan ketersediaan hara N pada tanah galian tambang
pada umumnya sangat rendah, walaupun pada beberapa tempat memiliki jumlah
N total yang tinggi. Namun demikian, N tetap tidak cukup tersedia untuk usaha
revegetasi.
2.5.

Sifat Biologi Tanah

2.5.1. Mikrob Tanah


Menurut Lindsay (1979), bahan organik dan mikrob dapat mempengaruhi
hubungan keseimbangan dalam tanah, organisme hidup dapat memindahkan
unsur-unsur dari larutan tanah dan menggunakannya untuk membangun jaringan
tubuhnya. Kemudian unsur hara dalam tanah dapat diuraikan kembali dengan
dekomposisi bahan organik atau dekomposisi dari organisme yang telah mati.
Perombakan bahan organik oleh mikrob pengurai dapat membebaskan N dan
bentuk NH4+ (amonifikasi) yang dapat berlanjut diubah menjadi NO3- (nitrifikasi),

10

P dibebaskan menjadi fosfat, S menjadi sulfat dan unsur-unsur basa K, Ca, Mg


dan Na.
Hilangnya lapisan top soil yang mengandung serasah sebagai sumber
karbon untuk menyokong kehidupan mikrob potensial merupakan penyebab
utama buruknya kondisi populasi mikrob tanah. Hal ini secara langsung akan
sangat mempengaruhi kehidupan tanaman yang tumbuh di permukaan tanah.
Keberadaan mikrob tanah potensial dapat memainkan peranan yang sangat
penting bagi perkembangan dan kelangsungan hidup tanaman. Aktivitasnya tidak
saja terbatas pada penyediaan unsur hara, tetapi juga aktif dalam dekomposisi
serasah dan bahkan dapat memperbaiki struktur tanah (Setiadi, 1996).
Mashum (2003) mengemukakan bahwa faktor lingkungan seperti pH
tanah, pupuk anorganik, kandungan bahan organik dan kelembaban tanah
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan fungi. Fungi banyak
terdapat pada tanah masam. Meski demikian, ada juga fungi yang terdapat dalam
tanah netral atau tanah alkalis. Penambahan bahan organik ke dalam tanah
berpengaruh terhadap jumlah populasi fungi, karena fungi bersifat heterotrof.
Peran utama fungi dalam kaitan dengan kesuburan tanah adalah merombak bahan
organik dan membantu membentuk agregat tanah.
Kondisi tanah yang tidak tergenang dapat mempengaruhi peningkatan
populasi total mikrob dan total fungi, dimana mikrob tanah dan fungi tersebut
sangat bermanfaat bagi tanah dan tanaman. Berbagai jenis mikrob ini bermanfaat
bagi kesuburan tanah dan tanaman seperti mikrob penambat N2, pelarut P, dan
penghasil hormon pertumbuhan. Di dalam tanah, keadaan mikrob sangat beragam
baik jumlah, jenis, kepadatan populasi, maupun aktifitas fungsionalnya.
Keragaman ini berkaitan dengan perbedaan kandungan dan jenis bahan organik,
kadar air, jenis penggunaan tanah, tingkat pengelolaan tanah dan kandungan
senyawa pencemar (Anas, 1990).
2.5.2. Respirasi Tanah
Pengukuran respirasi mikrob tanah merupakan salah satu cara yang dapat
digunakan untuk menentukan tingkat aktivitas mikrob tanah. Tingkat respirasi
yang diukur dari besarnya CO2 yang dikeluarkan merupakan indikator yang baik

11

bagi aktifitas mikrob tanah. Menurut Mashum (2003), peranan mikrob dalam
kesuburan tanah ditunjukkan dalam aktifitasnya dalam memperbaiki struktur
tanah dan ketersediaan hara bagi tanaman. Berkaitan dengan pembentukan
struktur remah, mikrob berperan sebagai pembangun agregat tanah yang mantap.
Dalam kaitannya dengan peningkatan ketersediaan hara, mikrob berfungsi untuk
mempercepat dekomposisi bahan organik dan sebagai pemacu tingkat kelarutan
senyawa anorganik yang tidak tersedia menjadi bentuk tersedia.
2.6.

Karakteristik Sifat
Pertambangan

Tanah

di

Lokasi

Penelitian

Sebelum

2.6.1. Jenis Tanah


Kondisi tanah secara umum menunjukkan perkembangan sedang hingga
lanjut, terdapat pada tipe lahan dataran berombak dan perbukitan. Bahan induk
tanah umumnya berasal dari endapan Alluvium-Colluvium, batu pasir dan batu
liat. Jenis tanah utama di tambang Sangata adalah Inceptisol, Ultisol dan Alfisol
(Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman, 2000). Jenis tanah Inceptisol
menunjukkan perkembangan tanah sedang, dimana diferensiasi horizon belum
tegas umumnya berasosiasi dengan jenis tanah Ultisol. Tanah ini sebagian besar
terdapat di daerah dataran berbukit (hummocky dan hillocky). Terdapat 2 great
grup tanah untuk Inceptisol, yaitu Dystropepts (Soil Survey Staff, 1995) atau
setara dengan Dystric Cambisols (FAO, 1994) atau Kambisol Distrik (PPT, 1983),
dan Eutropepts (Soil Survey Staff, 1995) atau setara dengan Eutric Cambisols
(FAO, 1994) atau Kambisol Eutrik (PPT, 1983). Kondisi lahan dimana tanah
Inceptisol dijumpai, beberapa diantaranya menunjukkan adanya bahaya erosi
(lokal) dengan bentuk erosi berupa erosi parit (gully erosion).
Jenis tanah Ultisol merupakan tanah dominan yang berkembang pada
wilayah studi. Jenis ini menunjukkan reaksi tanah yang sangat masam hingga
masam, dengan kejenuhan alumunium yang rendah hingga sangat tinggi. Solum
tanah cukup dalam sampai dalam, drainase tanah sedikit lancar hingga lancar.
Jenis Ultisol dapat diklasifikasikan dalam 2 great grup yaitu; Hapludults (Soil
Survey Staff, 1995) atau setara dengan Haplic Alisols dan Haplic Acrisols (FAO,
1994) atau Podsolik Haplik (PPT, 1983) dan Kandiudults (Soil Survey Staff,
1995) atau setara dengan Haplic Ferralsols (FAO, 1994) atau Podsolik Kandik

12

(PPT, 1983). Kondisi lahan dimana tanah Ultisol dijumpai, diantaranya


menunjukkan erosi lokal dengan tingkat bahaya erosi sedang hingga berat dengan
kenampakan erosi parit (gully erosion).
Jenis Alfisol yang ada di Tambang Sangata luasnya sangat terbatas. Secara
khusus jenis tanah ini terdapat di Pit Harapan/C-North/eks-Surya, Pit AB, dan
dumping AB. Jenis Alfisols yang terdapat di lokasi tersebut diklasifikasikan ke
dalam great grup Kandiudalfs (Soil Survey Staff, 1995) atau setara dengan Haplic
Ferrasols atau Orthic Luvisols (FAO, 1994) atau Podsolik Kandik (PPT, 1983).
2.6.2. Karakteristik Fisik Tanah
Tekstur Tanah. Dalam wilayah studi diketahui kelas tekstur tanah lapisan
atas (0-20 cm) umumnya menunjukkan variasi dari lempung berpasir (sandy
loam), lempung liat berpasir (sandy clay loam), lempung berliat (clay loam)
hingga liat (clay), sedang pada lapisan bawah (20-60 cm) menunjukkan ukuran
fraksi tanah yang lebih halus, seperti lempung liat berpasir (sandy clay loam),
lempung berliat (clay loam) dan liat (clay). Penelitian yang dilakukan Fakultas
Pertanian Universitas Mulawarman (2000) menunjukkan tekstur tanah yang
berkembang dalam Tambang Sangata meliputi pasir berlempung, lempung
berdebu, lempung berpasir dan lempung berliat pada tanah horizon A serta
lempung berpasir, lempung berdebu, lempung liat berdebu, lempung berliat dan
liat pada horizon B. Rata-rata kandungan liat sebesar 33,27% (berkisar 15,255,4%), dengan koefisien variasi/keragaman sebesar 0,34. Fraksi tanah pada
lapisan bawah secara relatif lebih halus dibandingkan hal yang sama pada lapisan
tanah atas. Hal ini menunjukkan perkembangan tanah bersifat kontinu.
Struktur Tanah. Perkembangan tipe dan ukuran struktur tanah pada
wilayah studi terutama dipengaruhi oleh konsistensi dan kandungan bahan
organik. Kondisi struktur tanah merupakan satu indikator penting bagi kemudahan
pengolahan tanah. Dikaitkan dengan laju infiltrasi dan permeabilitas tanah,
struktur tanah juga menjadi penentu dalam prediksi tingkat erodibilitas dan erosi
tanah. Struktur tanah pada lapisan atas (0-20 cm) umumnya bervariasi dari tipe
remah hingga gumpal setengah bersudut dengan ukuran kecil sampai besar.

13

Bobot Isi. Kerapatan bongkah mempunyai hubungan yang erat dengan


kelas tekstur, struktur, dan kandungan bahan organik tanah. Kerapatan bongkah
pada wilayah studi yang dihitung berdasarkan pendekatan sifat-sifat hidrolik
dengan nilai 1,21-1,51 g/cm3. Nilai kerapatan bongkah terbesar 1,51 g/cm3
terdapat pada tanah Tropudults.
Permeabilitas Tanah. Permeabilitas tanah pada lokasi studi bervariasi
antara 0,2 cm/jam hingga 1,28 cm/jam. Permeabilitas tanah di wilayah studi
menunjukkan semakin besar dengan semakin besarnya ukuran fraksi tanah. Tanah
yang menunjukkan fraksi pasir paling besar menunjukkan laju permeabilitas yang
lebih besar dibanding lokasi lainnya.
2.6.3. Karakteristik Kimia Tanah
Reaksi Tanah (pH), Kation Basa dan Kejenuhan Alumunium. Di
Tambang Sangata pH tercatat sangat masam (pH H2O = < 4,5) sampai agak
masam (pH H2O = 6,0-6,5). Kejenuhan alumunium bervariasi sangat rendah (0%)
hingga sangat tinggi (100%) dengan kandungan alumunium lapisan atas bervariasi
antara 1-5 me/100 gram tanah (Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman,
2000). Rata-rata kandungan kation H+ dan Al3+ pada lapisan tanah atas 0-20 cm
masing-masing sebesar 2,01 dan 1,23 me/100gram tanah dan pada tanah lapisan
bawah 20-60 cm masing-masing sebesar 2,81 dan 2,35 me/100 gram tanah.
Kejenuhan alumunium pada tanah lapisan 20-60 cm mempunyai nilai yang cukup
tinggi 31-60%. Di wilayah studi semakin meningkat kedalaman tanah, maka
kandungan Al-dd juga semakin tinggi. Kandungan Al-dd pada tanah lapisan
bawah yang lebih tinggi dibandingkan tanah lapisan atas memberi indikasi bahwa
mineral liat mengandung unsur alumunium.
Karbon Organik dan Total Nitrogen. Kandungan karbon organik
lapisan atas (0-20 cm) tergolong rendah sampai sangat tinggi (1.29-6.93%)
dengan rata-rata sedang (2,85%). Sedang pada tanah lapisan bawah (20-60 cm)
dikelompokkan sangat rendah sampai rendah (0.58-1.98 %) dengan rata-rata
rendah (1,22%). Kandungan total Nitrogen pada tanah lapisan 0-20 cm bervariasi
sangat rendah sampai sedang (0.08-0.36%) sedang pada tanah lapisan 20-60 cm

14

umumnya sangat rendah sampai rendah (0.06-0.15 %). Rata-rata C/N ratio pda
tanah lapisan 20-60 cm adalah 12.31.
Kandungan P dan K tersedia. Kandungan P tersedia (P-Bray I) tanah
lapisan atas 0-20 cm bervariasi sangat rendah sampai sangat tinggi (12.6-36.18
ppm P2O5) dan sangat rendah sampai sangat tinggi untuk tanah lapisan bawah (2060 cm) yaitu 5.95-32.75 ppm P2O5, dimana rata-rata kandungan P tersedia bagian
bawah relatif lebih rendah dibandingkan tanah lapisan atas. Kandungan K tersedia
(Bray I) di wilayah studi tergolong sedang sampai tinggi, baik pada tanah lapisan
atas maupun pada tanah lapisan bawah. Kandungan K tersedia rata-rata pada
tanah lapisan atas (0-20 cm) dan lapisan tanah bawah (20-60 cm) masing-masing
sebesar 42.33 ppm K dan 39.37 ppm K yang keduanya tergolong tinggi.
Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan Kejenuhan Basa (KB). Di
Tambang Sangata tercatat KTK tanah sangat rendah (4.21 me/100 gram tanah)
sampai sangat tinggi (25 me/100 gram tanah), dengan rata-rata bervariasi 10-16
me/100 gram tanah (Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman, 2000). Variasi
KTK tanah lapisan atas (0-20 cm) tergolong rendah (5.2-12.9 me/100 gram) dan
pada tanah lapisan bawah (20-60 cm) juga tergolong rendah (6.2-15.3 me/100
gram tanah). KTK paling rendah pada lapisan tanah atas terdapat pada tekstur
lempung liat berpasir, yaitu sebesar 5.2 me/100 gram tanah. Kejenuhan Basa (KB)
pada lokasi studi rata-rata sangat rendah (9%) sampai sangat tinggi (100%),
dengan KB rata-rata sebesar 5 %.
Kesuburan Tanah. Peringkat kesuburan tanah setiap lokasi ditetapkan
berdasarkan rating KTK, KB, P tersedia, K tersedia, dan karbon organik (PPT
Bogor, 1983). Kesuburan tanah rata-rata di wilayah studi tergolong rendah (R)
hingga sedang (S) dikarenakan:
-

KTK yang rendah sampai sedang

KB tanah yang rendah sampai sedang

Kandungan karbon organik yang rendah sampai sedang

Kandungan P tersedia yang rendah sampai sedang

15

III. BAHAN DAN METODE


3.1.

Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian lapangan dilakukan di lahan penambangan batubara PT.

Kaltim Prima Coal, Kabupaten Kutai Timur; Provinsi Kalimantan Timur yang
memiliki Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) seluas
+ 90.960 hektar dengan model penambangan tambang terbuka dengan sistem back
and fill. Sampel diambil dari 5 lokasi yaitu pada lahan yang belum ditambang
sama sekali (hutan asli) dan lahan yang sudah direklamasi yang berumur 0, 5, 9,
dan 13 tahun (Tabel 1).

Tabel 1. Kode Profil Lapang Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara


PT. Kaltim Prima Coal
Kode Profil
Umur Reklamasi
S7P1-1
0 tahun
S7P1-2
5 tahun
S7P2-3
5 tahun
S7P3-4
5 tahun
HEP1-5
9 tahun
HEP2-6
9 tahun
HEP3-7
9 tahun
GHP1-8
13 tahun
GHP2-9
13 tahun
GHP3-10
13 tahun
DS2P1-11.1
Hutan asli
DS2P1-11.2
Hutan asli
Analisis sampel tanah dilakukan di Laboratorium Pengembangan
Sumberdaya Fisik lahan dan Laboratorium Bioteknologi, Departemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Waktu
penelitian telah dimulai dari bulan April hingga bulan September 2009.
3.2.

Bahan dan Alat


Bahan tanah yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari tanah

reklamasi bekas tambang batubara PT. Kaltim Prima Coal dengan umur reklamasi
yang berbeda (0, 5, 9, 13 tahun). Medium yang digunakan untuk mengisolasi
Total Bakteri adalah Nutrient Agar dan untuk mengisolasi Total Fungi digunakan
Martin Agar.

16

Alat yang digunakan untuk pengambilan contoh tanah di lapang adalah


munshell, bor tanah, pisau lapang, palu, ring sampel, kertas pH, alat ukur kadar air
(three phases meter), meteran, kompas, abney level, plastik, label, karet gelang,
spidol, karung, gunting, alumunium foil, botol, dan ice box. Alat yang digunakan
untuk analisis mikrob tanah yang digunakan antara lain autoclave, laminar flow,
inkubator, cawan petri, dan pipet.
3.3.

Metode Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan, yaitu:

3.3.1. Pembuatan dan Pengamatan Profil Tanah


Penentuan lokasi profil tanah dilakukan berdasarkan umur reklamasi (0, 5,
9, 13 tahun), kemiringan lahan (lereng atas, tengah, dan bawah), dan kedalaman
tanah berdasarkan lapisan tanah. Profil tanah dibuat dengan ukuran 1m x 1m dan
kedalaman 50cm, setelah itu dilakukan pengeboran dan pengamatan profil tanah
yang dicatat menggunakan kartu deskripsi.
3.3.2. Pengambilan Contoh Tanah
Pengambilan contoh tanah dibagi menjadi 2, yaitu contoh tanah untuk
analisis kimia dan analisis biologi. Pengambilan contoh tanah diambil berdasarkan
umur reklamasi (0, 5, 9, 13 tahun), kemiringan lahan (lereng atas, tengah, dan
bawah), kedalaman tanah (berdasarkan hasil deskripsi profil untuk analisis kimia
dan 0-20 cm, 20-40 cm untuk analisis biologi). Selain itu, diambil juga contoh
tanah dari hutan asli sebagai site lahan yang belum ditambang sama sekali.
3.3.3. Analisis Kimia Tanah
Analisis kimia tanah yang dilakukan meliputi pH, C-organik (Walkley and
Black), dan N-total (Kjeldahl). Sebelum dianalisis, dilakukan persiapan contoh
tanah terlebih dahulu.
3.3.4. Analisis Biologi Tanah
Analisis Total Mikrob dan Total Fungi. Analisis mikrob tanah
dilakukan untuk mengetahui populasi total mikrob dan total fungi. Penentuan

17

populasi total mikrob dan total fungi, ditetapkan dengan metode cawan hitung
(plate count method).
Sebanyak 10 gram tanah dimasukkan kedalam 90 ml larutan fisiologis (8.5
gr NaCl/1 liter aquades) dan dibuat seri pengenceran sampai 10-6. Penetapan total
mikrob menggunakan seri pengenceran 10-5 dan 10-6 dengan masa inkubasi 1-2
hari, sedangkan total fungi menggunakan seri pengenceran 10-3 dan 10-4 dengan
masa inkubasi 1-2 hari. Keseluruhan proses dilakukan secara steril untuk
menghindari kontaminasi yang dapat mengganggu parameter yang ditetapkan.
Respirasi Tanah. Respirasi tanah ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
aktivitas mikrob tanah dengan menghitung jumlah CO2 yang dihasilkan. Sebanyak
10 gram tanah dan botol film yang telah diisi 5 ml 0.2N KOH dan 10 ml aquades
dimasukkan ke dalam toples. Tutup toples sampai kedap udara dan diinkubasi
selama 7 hari di tempat yang gelap. Setelah 7 hari, titrasi dengan HCl yang
sebelumnya diberi 3 tetes phenolptalin sampai bening, lalu tambahkan 3 tetes
metil orange, titrasi kembali sampai warna pink Jumlah CO2 yang dihasilkan per
kilogram tanah lembab per hari (r) dapat dihitung dengan rumus:
r = (a-b) x t x 120
n

keterangan:
r = Jumlah CO2 yang dihasilkan per kilogram tanah lembab per hari
a = ml HCl untuk contoh tanah
t = Normalitas HCl
b = ml HCl untuk contoh
n = Jumlah hari inkubasi

18

IV. GAMBARAN UMUM PT. KALTIM PRIMA COAL


4.1.

Letak Geografis
PT. Kaltim Prima Coal (PT. KPC) beroperasi dalam wilayah Perjanjian

Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) J2/JiDu/16/82 dengan batas


geografis 117 27 7,40 - 117 40 43,40 BT dan 0 31 20,52 - 0 52 4,60
LU, dan termasuk kedalam wilayah administrasi Kabupaten Kutai Timur, Provinsi
Kalimantan Timur. Kawasan pertambangan ini terletak sekitar 120 km di arah
Timurlaut Samarinda atau berjarak 200 km dari Balikpapan. Kegiatan yang
dilakukan adalah kegiatan eksplorasi, penambangan dan pemasaran batubara
dengan luas daerah kerja 90.960 Ha, yang meliputi wilayah tambang Sangatta dan
Bengalon (Gambar 1).

Gambar 1. Lokasi PKP2B PT. KPC


4.2.

Fisiografi dan Geologi


Endapan batubara Sangatta merupakan salah satu anggota Formasi

Balikpapan yang berumur Miosen. Formasi ini terbentuk di dalam Cekungan


Kutai yang melampar`dari sebelah Selatan Samarinda sampai di Utara Daerah
Sangkulirang. Wilayah penambangan Sangatta dicirikan oleh struktur perlipatan
dan kubah yang disebabkan oleh adanya intrusi, yang dikenal sebagai kubah
Pinang (Pinang dome). Penambangan batubara yang berlangsung saat ini di

19

Sangatta berada pada struktur sinklin Lembak, antiklin Melawan, dan Sinklin
Runtu; di bagian Selatan wilayah PKP2B PT. KPC, sebelah Utara Sungai
Sangatta, dan sebelah Barat Kubah Pinang. Cadangan batubara potensial di daerah
Sangatta adalah di Pinang dan Melawan. Cadangan batubara Pinang menerus ke
daerah Timurlaut mengitari Kubah Pinang dengan kemiringan lapisan yang
beragam dari landai di daerah sumbu sinklin Lembak hingga lebih dari 40 di
sepanjang sayap Baratlaut sinklin Runtu.
Endapan batubara di Bengalon terletak di Utara Sungai Bengalon, sekitar
30 km di Utara Sangatta. Secara geologis daerah Bengalon masih termasuk sinklin
Lembak yang tersesarkan dan sinklin Penebaran yang merupakan perpanjangan
sinklin Lembak ke arah Utara. Geologi regional daerah Sangatta dan Bengalon
tersusun oleh formasi dari arah bawah ke atas bernama Formasi Pulau Balang,
Formasi Balikpapan dan Formasi Kampung Baru. Di daerah Sangatta dijumpai
lebih dari 30 lapisan batubara, sedangkan di Bangalon terdapat lebih dari 20
lapisan batubara.
4.3.

Iklim
Secara umum berdasarkan klasifikasi Scmidt dan Ferguson wilayah

penambangan PT. KPC termasuk kategori tipe iklim B, yaitu iklim basah dengan
kelembaban relatif berkisar antara 63% - 100%. Evapotranspirasi tahunan berkisar
antara 1300 mm. Pemantauan curah hujan manual dilakukan setiap hari di 12
stasiun curah hujan di areal tambang Sangatta, 1 stasiun curah hujan di Tanjung
Bara dan 1 stasiun di Bengalon. Empat stasiun pemantau curah hujan otomatis
terpasang di areal tambang Sangatta untuk mengetahui intensitas hujan yang
terjadi. Tiga stasiun pemantau cuaca otomatis terpasang di Tanjung Bara, Swarga
Bara dan Lubuk Tutung Bengalon untuk memantau kelembaban, suhu udara,
kecepatan angin, dan arah angin.
Curah hujan tahunan di areal penambangan PT. KPC (Sangatta dan
Bengalon) berkisar antara 2000 2.500 mm/bulan. Curah hujan tahunan tertinggi
yang tercatat pada tahun 2007 terjadi di daerah Melawan sedangkan curah hujan
harian tertinggi terjadi di Pit AB pada bulan Maret. Musim hujan terjadi pada

20

bulan November Mei dan musim kemarau terjadi bulan Juni Oktober (Tabel
2).
Tabel 2. Rata-rata Curah Hujan Bulanan di Area Sangatta,
Tahun 2000-2007
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

Curah hujan (mm)


323.7
202.8
186.9
191.4
154.6
169.5
204.6
149.6
171.6
73.6
218.4
192.1

Sumber: Dokumen Analisis Dampak Lingkungan PT. Kaltim Prima Coal.


Sangatta.

350
300
250
200
150
100
50
0

Curah hujan (mm)

Ja
nu
a
Fe ri
br
ua
ri
Ma
re
t
Ap
ril
Me
i
Ju
ni
Ju
Ag li
u
Se stus
pte
mb
e
Ok r
tob
No er
ve
m
De ber
se
mb
er

Curah Hujan (mm)

Curah hujan Rata-rata bulanan(mm)

Bulan

Gambar 2. Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan di Area Sangatta tahun 20002007 (dalam mm).

21

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1.

Morfologi Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara


Kegiatan penambangan menyebabkan perubahan sifat morfologi tanah

seperti tekstur, konsistensi, struktur, batas antar lapisan tanah dan perubahan sifat
kimia tanah seperti kandungan hara dalam tanah C-organik, Nitrogen, pH lapang
(Hardjowigeno, 2003). Kegiatan penambangan juga akan mempengaruhi
perubahan sifat biologi tanah yaitu keragaman populasi fauna dan mikrob tanah.
Kegiatan ini juga berdampak pada kondisi kehidupan masyarakat tempat kegiatan
penambangan (Mulyanto, 2008).
5.1.1. Karakterisasi Morfologi Tanah di Lapang
Penelitian yang dilakukan di lapang ini menghasilkan 11 profil yang
dibedakan berdasarkan umur reklamasi dan posisi di lereng. Perbandingan profil
berdasarkan kemiringan lereng lahan reklamasi bekas tambang batubara pada
berbagai umur reklamasi lahan dapan dilihat pada Gambar 3.

Profil 1 (S7P1-1)
Lokasi: Surya Panel 7 umur reklamasi 0 tahun, terletak di lereng tengah
Hasil pengamatan di lapang, profil 1 dibagi menjadi dua lapisan
yaitu L1 dan L2. Warna tanah pada lapisan 1 dan lapisan 2 profil, didominasi
oleh warna coklat kuat (7.5 YR 5/6). Batas antar kedua lapisan ini adalah baur
terputus. Kedua lapisan memiliki tekstur lempung berliat. Struktur pada kedua
lapisan yaitu gumpal membulat dengan tingkat perkembangan struktur sedang.
Konsistensi (basah) pada lapisan 1 dan lapisan 2 yaitu tidak lekat, sedangkan
konsistensi (lembab) kedua lapisan ini teguh. Pada profil tidak tampak adanya
perakaran. Profil 1 memiliki karakteristik tanah yang seragam karena belum
ada perkembangan pada tanah tersebut.

Profil 2 (S7P1-2)
Lokasi: Surya Panel 7 umur reklamsi 5 tahun, terletak di lereng atas
Pada profil ini tanah sudah mulai berkembang sehingga memiliki
keragaman karakteristik tanah yang ditunjukkan pada warna, tekstur dan
konsistensinya. Profil 2 terbagi menjadi empat lapisan yaitu L1, L2, L3, dan
L4. Lapisan 1 berwarna coklat gelap kekuningan (10 YR 4/6), lapisan 2 dan

22

lapisan 3 berwarna coklat kekuningan (10 YR 5/8), dan lapisan 4 coklat kuat
(7.5 YR 5/8). Batas antar keempat lapisan dari lapisan paling atas yang terlihat
sangat jelas lurus, jelas bergelombang, sampai lapisan ke bawah batasnya jelas
tidak teratur. Tekstur pada setiap lapisan relatif sama yaitu lempung berliat,
kecuali di lapisan ketiga teksturnya lempung liat berpasir. Setiap lapisan tanah
memiliki struktur yang sama yaitu gumpal membulat. Konsistensi (basah)
pada lapisan 1 dan lapisan 3 sama yaitu lekat, lapisan 2 agak lekat, dan
lapisan 4 sangat lekat. Konsistensi (lembab) lapisan 1 dan lapisan 4 gembur,
lapisan 2 teguh, dan lapisan 3 sangat gembur. Pada lokasi ini terdapat
berbagai macam tanaman, seperti tanaman perdu dan tanaman penutup
(rumput signal). Perakaran halus banyak terdapat dilapisan atas sedangkan
perakaran kasar pada lapisan bawah.

Profil 3 (S7P2-3)
Lokasi: Surya Panel 7 umur reklamsi 5 tahun, terletak di lereng tengah
Profil 3 ini hampir sama dengan profil 2, dibagi menjadi empat
lapisan yaitu lapisan L1, L2, L3, dan L4. Tetapi pada profil 3 warna setiap
lapisan tanah berbeda, lapisan 1 memiliki warna coklat (7.5YR 4/3), lapisan
lapisan 2 berwarna coklat kuat (7.5YR 5/6), lapisan 3 berwarna kelabu tua
(10YR 3/1), dan lapisan 4 berwarna coklat kekuningan (10YR 5/8). Batas
antar lapisan adalah sangat jelas bergelombang untuk lapisan atas dan lapisan
bawahnya mulai berangsur bergelombang. Tekstur pada lapisan 1, 2, dan 3
didominasi oleh lempung berliat, sedangkan lapisan 4 bertekstur lempung liat
berdebu. Keempat lapisan ini memiliki struktur tanah yang sama dengan
profil-profil

sebelumnya

yaitu

gumpal

membulat

dengan

tingkat

perkembangan struktur sedang. Lapisan 1, 2, dan 3 memiliki konsistensi


(basah) yang sama yaitu agak lekat, lapisan dibawahnya sangat lekat.
Konsitensi (lembab) antar gembur sampai teguh. Perakaran halus sedang pada
lapisan atas tetapi di lapisan bawah perakaran kasar sedang.

Profil 4 (S7P3-4)
Lokasi: Surya Panel 7 umur reklamasi 5 tahun, terletak di lereng bawah
Profil ini terbagi menjadi 3 lapisan yaitu lapisan L1, L2, dan L3.
Lapisan 1 memiliki warna coklat tua (10YR 3/3), lapisan 2 berwarna kuning

23

kecoklatan (10YR 6/6), dan lapisan 3 berwarna coklat kekuningan (10YR


5/8). Batas antar lapisan 1 dengan 2 jelas bergelombang tetapi di lapisan 3
jelas tidak teratur. Tekstur dan struktur ketiga lapisan ini sama yaitu lempung
liat berpasir dan strukturnya gumpal membulat dengan tingkat perkembangan
struktur sedang. Konsitensi (basah) lapisan atas tidak lekat, lapisan tengah
lekat dan lapisan bawah sangat lekat. Konsistensi (lembab) lapisan 1 teguh,
lapisan 2 sangat gembur dan lapisan 3 gembur. Perakaran halus pada lapisan
atas banyak sedangkan perakaran kasar banyak dilapisan bawah.

Profil 5 (HEP1-5)
Lokasi: H East umur reklamasi 9 tahun, terletak di lereng atas
Pada profil ini tanah sudah mulai berkembang dibandingkan dengan
tanah di profil-profil sebelumnya. Profil ini terbagi menjadi empat lapisan
yaitu lapisan L1, L2, L3, dan L4. Lapisan 1 memiliki warna coklat gelap
kekuningan(10YR 3/4), lapisan 2 berwarna coklat kekuningan (10YR 5/6),
lapisan 3 berwarna coklat kekuningan (10YR 5/8) dan lapisan 4 berwarna
coklat gelap kekuningan (10YR 4/6). Semua lapisan memiliki hue yang sama
yaitu 10YR tetapi value dan kromanya berbeda. Batas antar lapisan paling atas
sangat jelas lurus, lapisan kedua jelas lurus, lapisan ketiga jelas terputus, dan
lapisan bawah batasnya baur terputus. Tekstur tanah yang ada di profil ini
sudah mulai bervariasi, pada lapisan 1 bertekstur lempung, lapisan 2 lempung
berliat, dan lapisan 3 dan 4 teksturnya sama yaitu lempung liat berpasir.
Strukturnya masih seragam dengan profil-profil sebelumnya adalah struktur
gumpal membulat dengan tingkat perkembangan struktur sedang. Konsistensi
(basah) setiap lapisan sama yaitu agak lekat sedangkan konsistensi (lembab)
untuk semua lapisan seragam yaitu teguh. Perakaran halus banyak dan kasar,
sedikit berada pada kedalaman 0-30 cm, sedangkan perakaran halus sedang
dan perakaran kasar sedang pada kedalaman 30-50 cm.

Profil 6 (HEP2-6)
Lokasi: H East umur reklamasi 9 tahun, terletak di lereng tengah.
Profil 3 ini terbagi menjadi tiga lapisan yaitu L1, L2, dan L3.
Dimana pada profil ini dicirikan oleh lapisan 1 yang berwarna coklat (10YR
4/3), lapisan 2 berwarna coklat kuat (7.5YR 5/8), dan lapisan 3 berwarna

24

coklat tua (7.5YR 5/6). Batas antar lapisan yang paling atas sangat jelas
bergelombang dan lapisan dibawah, kedua-duanya memiliki batas yang jelas
lurus. Setiap lapisan profil ini, memiliki tekstur yang berbeda yaitu lapisan 1
memiliki tekstur lempung, lapisan 2 bertekstur lempung berliat dan lapisan 3
bertekstur lempung liat berpasir. Struktur tanahnya gumpal membulat, sama
untuk ketiga lapisan tersebut dengan tingkat perkembangan struktur sedang.
Konsistensi (basah) lapisan 1 lekat, dan lapisan 2 dan 3 agak lekat.
Konsistensi (lembab) untuk semua lapisan sama yaitu teguh. Perakaran halus
banyak sampai pada kedalaman 40 cm dan perakaran kasar sedang hingga
banyak di kedalaman 0-50 cm.

Profil 7 (HEP3-7)
Lokasi: H East umur reklamasi 9 tahun, terletak di lereng bawah
Pada profil ini dibagi menjadi tiga lapisan yaitu lapisan L1, L2, dan
L3. Warna pada lapisan 1 adalah hitam (5YR 2.5/2), lapisan 2 berwarna coklat
kuat (7.5YR 5/6), lapisan 3 berwarna coklat kuat (7.5YR 5/8). Batas antar
lapisan yang paling atas sangat jelas lurus, lapisan kedua baur bergelombang
dan batas lapisan bawah baur bergelombang. Tekstur pada lapisan 1 lempung
berpasir dan lapisan 2 dan 3 memiliki tekstur yang sama yaitu lempung liat
berpasir. Sturktur tanah setiap lapisan seragam yaitu strukturnya gumpal
membulat dengan tingkat perkembangan struktur sedang. Konsistensi (basah)
lapisan 1 dan 2 adalah agak lekat dan lapisan 3 tidak lekat. Konsistensi
(lembab) lapisan 1 adalah gembur sedangkan lapisan 2 dan 3 teguh. Perakaran
halus sedikit di kedalaman antara 0-20 cm, sedangkan perakaran kasar banyak
di kedalaman sampai 40 cm.

Profil 8 (GHP1-8)
Lokasi: Gajah Hitam umur reklamasi 13 tahun, terletak di lereng atas
Profil ini dibagi menjadi 4 lapisan yaitu lapisan L1, L2, L3, dan L4.
profil ini dicirikan oleh lapisan 1 dan 2 yang berwarna coklat tua (10YR 3/3)
dan lapisan 3 dan 4 berwarna coklat kekuningan (10YR 5/8). Batas antar
lapisan pada profil ini adalah lapisan paling atas berangsur bergelombang,
jelas bergelombang untuk lapisan 2 dan 3, sedangkan lapisan bawah batasnya
jelas tidak teratur. Tekstur lempung liat berpasir untuk lapisan 1 dan 2,

25

sedangkan lapisan 3 dan 4 teksturnya lempung berliat. Strukturnya masih


sama yaitu gumpal membulat dengan tingkat perkembangan struktur sedang.
Konsistensi (basah) lapisan 1 tidak lekat, lapisan 2 dan 3 sama yaitu lekat, dan
lapisan 3 sangat lekat. Konsistensi (lembab) lapisan 1 teguh, lapisan 2 dan 3
sangat gembur dan lapisan 3 tanahnya gembur. Perakaran halus dan kasar
jumlahnya banyak di setiap lapisan dengan kedalaman 0-50 cm.

Profil 9 (GHP2-9)
Lokasi: Gajah Hitam umur reklamasi 13 tahun, terletak di lereng tengah
Pada profil ini tanah dibagi menjadi tiga lapisan yaitu lapisan L1, L2,
dan L3. Profil ini dicirikan dengan lapisan 1 yang berwarna coklat tua
kekuningan (10YR 4/4), lapisan 2 berwarna coklat tua kekuningan (10YR
4/6), dan lapisan 3 berwarna coklat kekuningan (10YR 5/6). Batas antar
lapisan yang paling atas adalah sangat jelas bergelombang dan dua lapisan
bawah batasnya jelas bergelombang. Tekstur lempung liat berpasir untuk
lapisan 1 sedangkan lapisan 2 dan 3 mempunyai tekstur yang sama yaitu
lempung berliat. Setiap lapisan strukturnya sama yaitu gumpal membulat
dengan tingkat perkembangan struktur sedang. Konsistensi (basah) setiap
lapisan yaitu agak lekat, sedangkan konsistensi (lembab) hanya lapisan 1 yang
gembur, lapisan 2 dan 3 teguh. Perakaran halus banyak pada kedalaman 0-30
cm sedangkan perakaran kasar di kedalaman 0-50 cm.

Profil 10 (GHP3-10)
Lokasi: Gajah Hitam umur reklamasi 13 tahun, terletak di lereng bawah
Profil 10 dibagi menjadi tiga lapisan yaitu lapisan L1, L2, dan L3.
Warna tanah pada lapisan 1 adalah coklat (10YR 4/3), lapisan 2 berwarna
coklat tua kekuningan (10YR 4/6), dan lapisan 3 berwarna (10YR 5/6). Batas
antar lapisan sudah terlihat, untuk lapisan paling atas sangat jelas
bergelombang, lapisan 2 batasnya jelas lurus dan lapisan paling bawah
batasnya baur bergelombang. Tekstur lempung berliat untuk lapisan 1 dan 2
sedangkan lapisan 3 memiliki tekstur lempung liat berpasir. Struktur setiap
lapisan sama yaitu gumpal membulat dengan tingkat perkembangan struktur
sedang. Konsistensi (basah) pada lapisan 1 yaitu lekat dan lapisan 2 dan 3
agak lekat. Konsistensi (lembab) pada lapisan 1 gembur sedangkan pad

26

Lereng Atas
7.5YR 5/6
cl.l

7.5YR 5/6
cl.l

L1

L2

0-15 cm
so/t

10YR 4/6
cl. l
10YR 5/8
cl.l

15-45 cm
so/t

10YR 5/8
cs.cl.l
7.5YR 5/8
cl.l

0 tahun

L1

0-12 cm
s/f

L2

12-26 cm
ss/f

10YR 3/6; l

L1

0-5 cm; ss/t

10 YR 5/6
cl.l

L2

5-32 cm
ss/t

L3

26-42 cm
s/vf

10 YR 5/8
s.c.l

L3

32-40 cm
ss/t

L4

42-50 cm
vs/f

10YR 4/6
s.cl.l

L4

40-50 cm
ss/t

5 tahun

10YR 3/3
s.cl. l
10YR 3/3
s.cl.l

L1

10YR 5/8
cl.l

L3

15-25 cm
g/vt

10YR 5/8
cl.l

L4

25-50 cm
vs/f

9 tahun

L2

0-5 cm
so/t
5-15 cm
g/vt

13 tahun

Lereng Tengah
7.5YR 4/3

L1

0-7 cm

cl.l
7.5YR 5/6
cl.l
10YR 3/1
cl.l

L2

ss/f
7-20 cm
ss/t
20-30 cm
ss/f

10YR 5/8
cl.l.si

L3
L4

5 tahun

30-50 cm
ss/t

10YR 4/3
cl.l

L1
L2

7.5YR 5/8
cl.l

0-8 cm

10YR 4/4

s/t

s.cl.l

ss/f

10YR 4/6
cl.l

L3
27-50 cm
ss/t

9 tahun

0-9 cm

10YR 4/6

0-15 cm
ss/vf

L2
8-27 cm
ss/t

7.5YR 5/6
cl.l

L1

10YR 5/6
cl.l

9-29
ss/t

L3

R
10YR 5/8
s.l

15-50 cm
ss/vf

29-50 cm
ss/t

13 tahun

Hutan

27

Lereng Bawah
10YR 3/3
s.cl.l
10YR 6/6
s.cl.l

10YR 5/8
cl

L1
L2

L3

0-5 cm
so/t

5YR 2.5/2
s.l

5-25 cm
s/vf

7.5YR 5/6
s.cl.l

25-45 cm
vs/f

7.5YR 5/8
s.cl.l

5 tahun
Keterangan:
- Konsistensi (basah):
so : Tidak lekat
ss : Agak lekat
s : Lekat
vs : Sangat lekat
- Konsistensi (lembab):
l : Lepas
vf : Sangat gembur
f : Gembur
t : Teguh
vt : Sangat teguh

L1
L2

L3

0-4 cm
ss/f

10YR 4/3
cl.l

4-26 cm
ss/t

10YR 4/6
cl.l

20-50 cm
so/t

9 tahun

10YR 5/6
s.cl.l

L1
L2

L3

0-6 cm
ss/vf
6-23 cm
ss/t
23-50 cm
ss/t

13 tahun

- Tekstur :
g
: Kerikil
s
: Pasir
l
: Lempung
si
: Debu
cl
: Liat
s.l : Lempung berpasir

cl.l
s.cl.l
si.cl.l
s.cl
si.cl

: Lempung berliat
: Lempung liat berpasir
: Lempung liat berdebu
: Liat berpasir
: Liat berdebu

Gambar 3. Perbandingan Profil berdasarkan kemiringan lereng pada Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara pada Berbagai Umur
Reklamasi Lahan.

28

lapisan 2 dan 3 teguh. Perakaran halus banyak di kedalaman 0-40 cm dan


perakaran kasar banyak pada kedalaman 0-50 cm.

Profil 11 ( DS2P11-1)
Lokasi: Hutan asli
Pada hutan asli yang belum mengalami proses penambangan hanya
dibagi menjadi 2 lapisan yaitu L1 dan L2. Warna tanah pada lapisan 1 adalah
coklat tua kekuningan (10YR 4/6) dan lapisan 2 berwarna coklat kekuningan
(10YR 5/8). Batas antar lapisan bagian atas sangat jelas lurus karena masih
alami dan lapisan bawah batasnya baur bergelombang. Tekstur tanah pada
lapisan 1 adalah pasir, karena didominasi oleh batuan pasir. Sedangkan pada
lapisan 2 memiliki tekstur lempung berpasir. Struktur kedua lapisan ini adalah
remah dengan tingkat perkembangan struktur sedang. Konsistensi (basah)
untuk lapisan 1 dan 2 yaitu agak lekat sedangkan konsistensi (lembab) lapisan
1 dan 2 sangat gembur. Perakaran halus dan kasar banyak terdapat pada setiap
lapisan.
Tingkat perkembangan tanah di lokasi reklamasi bekas tambang batubara

sangat dipengaruhi oleh proses penambangan dan penimbunan overburden, umur


reklamasi, pengaruh letak serta posisi lereng yang akan memberikan perbedaan
terhadap warna tanah, batas antar lapisan, tekstur dan sturuktur tanah, konsistensi
tanah dan zona perakaran yang mampu ditembus oleh tanaman penutup lahan.
a. Warna tanah
Hasil pengamatan di lapang menunjukkan bahwa semakin tinggi
umur reklamasi lahan maka warna tanah semakin gelap. Hal ini
disebabkan karena tingkat perkembangan tanah sudah memasuki tahap
lanjut paling lama 13 tahun. Pengaruh letak dan posisi lereng
mempengaruhi warna tanah dimana lereng bawah mempunyai warna yang
lebih terang dibandingkan dengan lereng atas akibat adanya pencucian.
Hal ini dikarenakan bahan organik semakin berkurang pada lapisan bawah.
b. Batas antar lapisan
Batas antar lapisan cukup jelas, namun tidak dapat dijadikan acuan
untuk penentuan horizon tanah. Perbedaan lapisan yang dicirikan dengan
adanya perbedaan warna pada lahan reklamasi bekas tambang terjadi

29

akibat penimbunan tanah (topsoil) di lokasi penambangan sebagai salah


satu usaha reklamasi lahan. Penimbunan tanah menyebabkan lahan
reklamasi bekas tambang tidak memiliki horizon tetapi lapisan, karena
tidak terbentuk dari hasil proses pedogenesis tanah. Semakin lama umur
reklamasinya maka semakin terlihat jelas batas antar lapisan pada setiap
profilnya.
c. Struktur
Bahan overburden pada umur reklamasi 0 tahun, masih berupa batuan.
Dengan

semakin

lamanya

waktu

reklamasi,

maka

terlihat

ada

pembentukan struktur tanah. Berdasarkan pengamatan di lapang, lahan


rekalamasi bekas tambang batubara, umumnya didominasi oleh bentuk
gumpal membulat (subangular blocky) dengan tingkat perkembangan
struktur sedang, sedangkan pada hutan asli didominasi oleh struktur
remah. Hal ini sejalan dengan data sekunder PT. KPC bahwa struktur
tanah pada lapisan atas (0-20 cm) umumnya bervariasi dari tipe remah
hingga gumpal setengah bersudut/sab dengan ukuran kecil sampai besar.
d. Tekstur
Pengamatan profil dilapang menunjukkan bahwa tekstur tanah pada
umur reklamasi 0 tahun lebih banyak mengandung liat dibandingkan
reklamasi 5, 9, dan 13 tahun, karena tanah pada areal yang belum
direklamasi ini adalah batuan. Semakin lama umur reklamasi maka jumlah
liat yang terkandung semakin berkurang, sehingga didominasi oleh debu
dan pasir. Berdasarkan posisis lerengnya, dapat dilihat ada kecenderungan
liat lebih banyak ditemukan pada lereng bawah.
e. Konsistensi
Pengamatan konsistensi tanah langsung ditetapkan sesuai dengan
keadaan tanah saat dilapang. Secara keseluruhan lahan reklamasi bekas
tambang batubara yang berumur 0, 5, 9, 13 tahun dan hutan asli memiliki
tingkat kelekatan derajat 2, yaitu lekat; setelah ditekan bahan tanah
melekat pada kedua ibu jari dan telunjuk dan bila direntangkan cenderung
agak saling tarik menarik daripada jatuh bebas antara salah satunya (Tabel
Lampiran 4). Hal ini dikarenakan tekstur tanah yang hampir keseluruhan

30

didominasi oleh bahan debu dan liat. Sedangkan untuk tingkat plastisitas
memiliki derajat ketahanan 1, yaitu agak plastis; batang kecil tanah mudah
dibentuk, tetapi massa tanah mudah berubah bentuk (Tabel Lampiran 5).
f. Pori Tanah
Pengamatan pori tanah ini dapat langsung diamati di lapang, yaitu
dengan cara membuat sketsa penampang profil sehingga terlihat bagian
penampang mana yang banyak terdapat akarnya, dimana akar ini dapat
membentuk ruang pori non matrik dalam tanah. Ruang Pori tanah non
matrik adalah rongga yang relatif besar yang diharapkan ada jika tanah
dalam kondisi sedang lembab atau lebih basah dan dapat terbentuk karena
akar, binatang, aksi udara yang tertekan dan agen lainnya (Soil Survey
Division Staff, 1993). Pori tanah sangat penting dalam menentukan
pergerakan udara dan air yang sangat menentukan pertumbuhan tanaman.

Umur reklamasi 0 tahun

Umur reklamasi 9 tahun

Hutan asli
Gambar 4. Sketsa penampang profil pada lahan reklamasi tambang
batubara berdasarkan umur reklamasi

31

Jika dilihat dari sketsa profil (Gambar 4), pada umur reklamasi 0 tahun
belum terdapat akar karena tidak ada vegetasi yang tumbuh. Tidak adanya
vegetasi ini menyebabkan kurangnya aktivitas organisme tanah sehingga ruang
pori tanah sedikit. Sedangkan pada lahan reklamasi yang berumur 5, 9, 13 tahun
dan hutan asli sudah banyak vegetasi yang tumbuh sehingga akar-akar yang
menembus tanah juga banyak. Hal ini menyebabkan ruang pori tanahnya juga
semakin banyak. Berdasarkan karakteristik morfologi, dapat diketahui bahwa
overburden yang dijadikan sebagai bahan tanah reklamasi beragam jenisnya
hingga umur reklamasi 13 tahun.
5.2.

Karakteristik Fisik Tanah


Karakteristik fisik tanah yang diamati adalah kadar air dan bobot isi.

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode three phase meter yang


terdiri atas tahap penimbangan bobot total tanah dalam ring sampel 100 ml, tahap
pengukuran untuk mengetahui ukuran volume sebenarnya dan perhitungan untuk
mendapatkan rasio padatan tanah (Takahashi, 1990). Nilai kadar air diperoleh dari
pengurangan berat basah dengan bobot kering mutlak. Sedangkan bobot isi tanah
diperoleh dari bobot kering mutlak dibagi volume ring sampel (100ml). Hasil
perhitungan kadar air dan bobot isi tanah disajikan pada Tabel Lampiran 7.
Bobot isi tanah bekas tambang batubara yang disajikan pada Gambar 5,
pada lapisan atas (0-5cm) lebih rendah dibandingkan dengan lapisan bawahnya,
kecuali pada lahan reklamasi 0 tahun yang lapisan atasnya memiliki nilai lebih
tinggi dibandingkan lapisan bawahnya. Hal ini dikarenakan adanya proses
pemadatan tanah (soil compress) pada lapisan atas sebagai akibat dari pengurugan
tanah untuk reklamasi lahan. Sedangkan pada umur reklamasi 5, 9 dan 13 tahun
lapisan atasnya memiliki bobot isi lebih rendah dibanding lapisan bawahnya.
Umur 0 tahun reklamasi, tanah bekas tambang tidak ditemukan tumbuhan
berkayu, tetapi rumput-rumput kecil (signal grass). Penanaman rumput bertujuan
untuk menghindari terjadinya erosi. Hal ini menunjukkan belum ada tanaman
yang mampu beradaptasi dengan keadaan tanah reklamasi 0 tahun. Nilai bobot isi
tanah tinggi menunjukkan dangkalnya zona perakaran yang menyebabkan
tanaman sulit menembusnya dan akan menyebabkan terjadinya defesiensi hara

32

(Buol et al., 1980). Lahan bekas tambang pada umur 5 tahun sudah dapat ditanami
tanaman sengon, Acacia, Humalantus, dan Makaranga. Pada umur reklamasi 5
tahun ini terdapat perbedaan nilai bobot isi pada lereng atas, tengah dan
bawahnya. Semakin bawah nilai bobot isi semakin tinggi. Hal ini dikarenakan
adanya penimbunan partikel tanah pada lereng bawah sebagai akibat dari aliran
permukaan dan pencucian yang terjadi pada lereng atas (Syarief, 1989).

Gambar 5. Analisis Bobot Isi (BI) Tanah Reklamasi Bekas Tambang Batubara
pada Umur Reklamasi 0, 5, 9, 13 tahun dan hutan

33

Umur reklamasi lahan 9 dan 13 tahun memiliki pola yang sama, dimana
lereng atasnya memiliki bobot isi tertinggi dan lereng tengahnya memiliki bobot
isi terendah. Hal ini dikarenakan laju aliran permukaan dan pencucian menjadi
lebih kecil dibandingkan lereng tengahnya. Pada lereng bawah, nilai bobot isi
lebih tinggi dari lereng tengah karena terjadi penimbunan partikel tanah yang
lolos terbawa aliran permukaan dan pencucian sehingga terjadi pemadatan tanah.
Hutan asli memiliki bobot isi yang cukup tinggi sebesar 1.56 g/cm3. Hal ini
dikarenakan hutan asli memiliki horizon R langsung dibawah horizon A yang
akan meyebabkan bobot isi tanah menjadi tinggi. Semakin dalam lapisan tanah,
maka semakin tinggi nilai bobot isinya (Tabel Lampiran 7). Buol et al. (1980)
mengatakan bahwa bobot isi tanah dapat menduga pelapukan batuan dan tanah.
5.3.

Karakterisasi Kimia Tanah

5.3.1. pH Tanah.
Pengukuran pH tanah di laboratorium menggunakan perbandingan 1:1 (pH
H2O). Berdasarkan nilai pH, secara umum lahan reklamasi bekas tambang
batubara dikategorikan tanah masam karena memiliki pH < 4.5. Pada lahan
reklamasi umur 0 tahun, nilai pH antara 3.6 (lereng atas) sampai 5.08 (lereng
atas). Pada lahan reklamasi umur 5 tahun, nilai pH antara 3.85 (lereng tengah)
sampai 5.83 (lereng tengah). Pada umur reklamasi 9 tahun nilai pH antara 3.53
(lereng atas) sampai 4.87 (lereng bawah). Pada umur reklamasi 13 tahun nilai pH
antara 3.40 (lereng atas) sampai 4.15 (lereng bawah), sedangkan hutan asli
mempunyai pH 3.5 sampai 4. Sebaran nilai pH menurut kedalaman pada semua
profil tanah (Gambar. 6), mengindikasikan keseragaman jenis bahan timbunan
(overburden) yang digunakan dalam reklamasi.

34

Gambar 6. Analisis pH Tanah Reklamasi Bekas Tambang Batubara pada Umur


Reklamasi 5, 9, 13 tahun dan hutan
5.3.2. C-organik.
Kandungan C-organik pada masing-masing lapisan tanah bekas tambang
merupakan petunjuk besarnya akumulasi C-organik dalam keadaan lingkungan
dan umur reklamasi yang berbeda-beda.
Analisis C-organik menunjukkan bahwa lapisan atas umumnya memiliki
nilai lebih tinggi daripada lapisan dibawahnya (Gambar 7). Hal ini dikarenakan

35

npada lapisan atas banyak terdapat serasah-serasah tanaman pioner dan vegetasi
penutup lahan, seperti: rumput signal yang dapat menjadi sumber bahan organik
bagi tanah. Nilai C-organik paling tinggi terdapat pada lahan reklamasi 5 tahun
(lereng bawah, lapisan 1) sebesar 8.54% sedangkan nilai C-organik paling rendah
terdapat di lahan reklamasi 9 tahun (lereng bawah, lapisan 2) sebesar 0.72%.
Nilai C-organik yang diperoleh tersebut menurut Pusat Penelitian Tanah
(1983) tergolong tinggi berkisar 3-5%. Hal ini disebabkan karena pada saat
penetapan C-organik di laboratorium dengan metode Walkey and Black yang
menggunakan prinsip mengoksidasi karbon, kalium dikromat yang digunakan
sebagai oksidator, mengoksidasi semua karbon yang ada di dalam bahan tanah
bekas tambang. Bukan hanya karbon dari sisa tanaman tetapi juga karbon dalam
batuan overbuden batubara.

Gambar 7. Kandungan C-organik Tanah Reklamasi Bekas Tambang Batubara


pada Umur Reklamasi 0, 5, 9, dan 13 tahun di Lereng Atas, Tengah
dan Bawah

36

5.3.3. Ntotal.
Kandungan N-total dalam tanah dipengaruhi oleh kadar bahan organik,
iklim dan vegetasi, topografi, sifat fisik dan kimia tanah. Hasil analisis N-total
yang dapat dilihat pada Gambar 8, menunjukkan bahwa nilai N-total untuk lapisan
paling atas (L1) di setiap umur reklamasi 0, 5, 9, 13 tahun dan hutan lebih tinggi
daripada lapisan bawah. Secara umum nilai N-total yang didapat berkisar antara
0.03-0.19%. Nilai N-total tertinggi berada di lahan reklamasi umur 13 tahun
sebesar 0.19% dan N-total terendah berada di lahan reklamasi 13 tahun dan hutan
sebesar 0.03% .Nilai N-total yang diperoleh menurut Pusat Penelitian Tanah
(1983) tergolong rendah berkisar antara 0.1-0.2 %.

Gambar 8. Kandungan N-total Tanah Reklamasi Bekas Tambang Batubara pada


Umur Reklamasi 0, 5, 9, 13 tahun dan hutan asli di Lereng Atas,
Tengah dan Bawah.

37

5.4.

Karakterisasi Biologi Tanah

5.4.1. Mikrob dan Fungi Tanah


Mikrob dan fungi tanah merupakan salah satu dekomposer

bahan

organik,dimana mereka mengubah bahan organik tersebut menjadi bagian terkecil


dan dimanfaatkan sebagai makanannya. Saat mencapai fase letal/mati mikrob dan
fungi tanah mengeluarkan ekskresi berupa metabolit sekundernya yang sangat
berguna bagi tanah. Populasi mikrob dan fungi tanah sangat dipengaruhi oleh
kadar air, banyaknya bahan makanan yang tersedia, suhu tanah, kedalaman
lapisan tanah. Pada umumnya mikrob dan fungi tanah lebih menyukai pH berkisar
netral (5.5-6.5) dan dapat tumbuh pada pH masam maupun alkalin tetapi tidak
optimal. Gambar 9 menampilkan mikrob dan fungi tanah yang diisolasi dari bahan
reklamasi.

Fungi Tanah

Mikrob Tanah

Gambar 9. Fungi dan Mikrob Tanah yang Diisolasi dari Lahan Reklamasi
Populasi total mikrob dan fungi pada lahan reklamasi bekas tambang
batubara disajikan pada Tabel Lampiran 8. Populasi total mikrob dan fungi tanah
reklamasi bekas tambang batubara pada umur reklamasi 0, 5, 9, 13 tahun
dibandingkan dengan hutan asli dapat dilihat pada Gambar 10 dan 11. Lapisan
atas (0-20cm) memiliki populasi mikrob dan fungi lebih tinggi dibanding lapisan
bawahnya (20-40cm) kecuali pada umur reklamasi 0 tahun. Hal ini dikarenakan
lapisan tanah bagian atas banyak mengandung bahan organik yang dapat menjadi
sumber makanan untuk mikrob tanah. Keadaan tanah pada lapisan atas lebih
lembab dibandingkan lapisan bawah, jika dilihat dari kadar air tanahnya.

38

Gambar 10. Populasi Total Mikrob Tanah Reklamasi Bekas Tambang Batubara
pada Umur Reklamasi 0, 5, 9, dan 13 Tahun Dibandingkan dengan
Hutan Asli

Gambar 11. Populasi Total Fungi Tanah Reklamasi Bekas Tambang Batubara
pada Umur Reklamasi 0, 5, 9, dan 13 Tahun Dibandingkan dengan
Hutan Asli
Lapisan bawah profil S7P1-1 (umur reklamasi 0 tahun) memiliki populasi
lebih tinggi dibandingkan lapisan atasnya, karena kadar air tanah lapisan atas
lebih rendah yaitu 19.30% dibandingkan kadar air lapisan bawah yaitu 25.14%
akibat dari minimnya vegetasi penutup lahan sehingga menyebabkan suhu tanah
menjadi lebih panas dibandingkan lapisan bawahnya. Populasi mikrob dan fungi

39

pada profil lahan bekas tambang dengan hutan asli tidak menunjukkan perbedaan
populasi yang nyata (Tabel Lampiran 8).
Populasi mikrob dan fungi tanah erat kaitannya terhadap respirasi tanah.
Semakin banyak jumlah respirasi tanah, maka semakin tinggi populasi mikrob dan
fungi tanah. Respirasi tanah merupakan jumlah CO2 yang dihasilkan per kg tanah
lembab. Respirasi tanah tertinggi pada lahan reklamasi umur 13 tahun (lereng
atas) dan lahan reklamasi umur 5 tahun (lereng atas) dan keduanya memiliki
populasi mikrob dan fungi yang cukup besar (Tabel Lampiran 9).
Populasi mikrob tertinggi terdapat pada umur reklamasi 0 tahun
kedalaman lapisan tanah 20-40 cm (Gambar 10). Hal ini dikarenakan pada umur
reklamasi 0 tahun mikrob tanah yang ikut terbawa saat tanah (topsoil) dijadikan
bahan urugan masih memiliki cadangan makanan. Bila dibandingkan dengan
umur reklamasi 0 tahun, umur reklamasi 5, 9, dan 13 tahun memiliki populasi
mikrob yang rendah karena adanya adaptasi dengan lingkungan baru. Jumlah
populasi yang terhitung merupakan jumlah total mikrob yang mampu bertahan
pada lahan reklamasi setelah beradaptasi dengan indigeneous microbe yang
terdapat pada lahan tambang.
Populasi total fungi tertinggi terdapat pada profil hutan asli sebesar
11.45x104 SPK/g BKM. Hal ini terjadi karena fungi memerlukan fase adaptasi
lebih lama dibandingkan mikrob lainnya terhadap lingkungan barunya. Suhu
lingkungan merupakan salah satu faktor pembatas tubuh. Suhu optimum berkisar
antara 25-30oC untuk pertumbuhan actinomycetes walaupun pada kelas termofil
dapat tumbuh pada suhu 55-650C (Subba Rao, 1977). Suhu tanah pada lahan umur
reklamasi 0, 5, 9, dan 13 tahun lebih tinggi dibandingkan suhu pada hutan asli.
Hal ini dikarenakan lahan reklamasi lebih terbuka daripada hutan. Gambar 11
menunjukkan

adanya

kecendrungan

peningkatan

populasi

fungi

seiring

meningkatnya umur reklamasi.

5.4.2. Respirasi Tanah


Respirasi mikrob tanah mencerminkan aktifitas mikrob tanah yang diukur
berdasarkan jumlah CO2 yang dihasilkan oleh mikrob tanah, dimana respirasi
mikrob tanah juga memiliki korelasi yang baik dengan kandungan bahan organik.

40

Jumlah CO2 yang dihasilkan oleh mikrob tanah pada lahan reklamasi bekas
tambang batubara disajikan pada Gambar 12. Pada umumnya, lapisan atas (020cm) di setiap lahan reklamasi umur 0, 5, 9, 13 tahun memiliki jumlah CO2 yang
lebih tinggi dibandingkan lapisan bawahnya (20-40cm). Hal ini dikarenakan
lapisan tanah bagian atas lebih banyak mengandung bahan organik yang dapat
meningkatkan jumlah mikrob dalam tanah. Tetapi jumlah CO2 pada tanah umur
reklamasi 0 tahun lapisan bawah (20-40cm) sebesar 3.51 mgCO2/liter lebih tinggi
dibandingkan lapisan atas (0-20cm) sebesar 3 mgCO2/liter (Tabel Lampiran 9).
Hal ini disebabkan karena lapisan atas tanah (0-20 cm) memiliki suhu lebih panas
dibandingkan lapisan bawah (20-40 cm) sehingga jumlah mikrob tanah lebih
banyak pada lapisan bawah. Tingkat respirasi yang tinggi menunjukkan populasi
mikrob total yang tinggi.

Gambar12. Respirasi Tanah Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara Pada


Umur 0, 5, 9.13 tahun dan Hutan Asli.

41

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1.

Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan morfologi tanah reklamasi

diduga dipengaruhi oleh jenis bahan yang ditimbun dan lama waktu reklamasi.
Berdasarkan karakteristik morfologinya yang terdiri dari warna, tekstur, struktur
dan konsistensi tanah dapat disimpulkan bahwa sifat morfologi yang menonjol
dari setiap profil tanah adalah tekstur tanah. Tekstur tanahnya sudah bervariasi
mulai dari liat, liat berdebu, lempung liat berdebu, lempung berliat, dan lempung
liat berpasir.
Proses reklamasi ini mempengaruhi kualitas tanah bekas tambang terutama
pH, C-organik, dan populasi mikrob. Karakteristik kimia yang didapat dari hasil
analisis menunjukkan bahwa nilai pH tanah pada lahan reklamasi dan hutan
dikategorikan masam yang berkisar antara 3.5-4.5. Nilai C-organik yang didapat
untuk setiap lahan reklamasi dan hutan tergolong tinggi berkisar antara 3-5%,
sedangkan nilai N-total dari setiap lahan reklamasi berkisar antara 0.1-0.2% dan
tergolong rendah. Hasil analisis biologi menunjukkan bahwa pada umumnya di
setiap umur reklamasi, populasi total mikrob dan total fungi untuk lapisan tanah
0-20 cm lebih tinggi dibandingkan lapisan 20-40 cm, kecuali pada umur reklamasi
0 tahun. Jumlah total mikrob dan fungi dipengaruhi banyaknya bahan organik dan
kelembaban di dalam tanah. Populasi total mikrob mempengaruhi jumlah CO2
yang dihasilkan.
6.2.

Saran
Berdasarkan penelitian ini, perlu tindakan-tindakan khusus dalam

penyiapan lahan yang baik sebelum penanaman dilakukan dan pengelolaan tanah
dengan cara memberikan dosis pupuk yang tepat pada lahan reklamasi bekas
tambang agar sesuai dengan lingkungan tumbuh tanaman seperti sengon, acacia,
dan rumput signal. Penanaman tanaman cover crop yang merata dan pemberian
serasah atau mulsa dapat meningkatkan bahan organik tanah sehingga dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Perlu dilakukan penelitian
lanjutan mengenai hubungan morfologi lahan bekas tambang batubara dengan

42

sifat tanah pada musim yang berbeda (musim hujan maupun musim kering),
sehingga dapat dilihat perbedaan kondisi morfologi tanah.

42

DAFTAR PUSTAKA
Ambodo, A.P. 2008. Rehabilitasi lahan pasca tambang sebagai inti dari rencana
penutupan tambang. Makalah Seminar dan Workshop Reklamasi dan
Pengelolaan Kawasan Pasca Penutupan Tambang. PT. Internasional Nickel
Indonesia, Tbk. Sulawesi Selatan (Tidak dipublikasikan).
Anwar, S. dan U. Sudadi. 2004. Pengantar Kimia Tanah. Fakultas Pertanian, IPB.
Bogor.
Anas. I. 1990. Penuntun Praktikum Metode Penelitian Cacing Tanah dan
Nematoda. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjen Pendidikan
Tinggi dan Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Buol, S. W., F. D. Hole, and R. J. McCracken. 1980. Soil Genesis and
Classification. Lowa State Univ. Press, Ames.
Borror, D. J., C. A. Triplehorn and N. F. Johnson. 1989. An Introduction to the
Study of Insect. Ed ke-6. S. Sounders College Publishing. New York.
Bradshaw. A.D. and M. J. Chadwick. 1980. The Restoration of Land. Black Well
Scientific Publication. Oxford.
Coleman, D.C : D.A. Crossley. Jr. and P.F. Hendrix. 2004. Fundamental of Soil
Ecology. Institute of Ecology University of Georgia Athens.
Darwo. 2003. Respon Pertumbuhan Khaya anthoteca Dx. dan Acacia crassicarpa
A. Cunn. Ex. Benth. Terhadap Pengunaan Endomikoriza, Pupuk Kompos
dan Asam Humat pada Lahan Pasca penambangan Semen. Tesis, IPB.
Bogor.
Djajakirana, G. 2001. Kerusakan Tanah Sebagai Dampak Pembangunan
Pertanian. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Gobat, M. J., M. Aragno and W. Matthey. 2003. The Living Soil ; a Mentals of
Science and Soil Biology. Science Publishers, Inc. En field (NH).
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jurusan Tanah,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis Akademika Pressindo.
Jakarta.

43

Kepmen ESDM. 2008. Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral.


http://203.189.88/regulasi/permen/cat_view/64-regulasi/70peraturanmenteri/
276
peraturan-menteri-esdm/219-tahun-2008.html
(diakses 9 Oktober 2009)
Lindsay,W. L. 1979. Chemical Equilibria in Soils. John Wiley and Sons. New
York.
Mashum, J. Soedarsono dan L. Endang. 2003. Biologi Tanah. Bagpro
Peningkatan Kualitas SDM, Direktorat Jenderak Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Mulyanto, B. 2008. Hubungan Fungsi Tanah dan Kelembagaan Pengelolaan
Kawasan Pasca Tambang. Pusat Studi Reklamasi Tambang LPPM-IPB.
Bogor. (Tidak dipublikasikan)
PPT. 1983. Jenis dan Macam Tanah di Indonesia untuk Keperluan Survey dan
Pemetaan Tanah Daerah Transmigras. Pusat Penelitian Tanah. Bogor.
PT. Kaltim Prima Coal. 2005. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan, Sangatta.
Rachim, D. A. 2007. Dasar-dasar Genesis Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rachim, D. A. dan Suwardi. 1999. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan
Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rochani, S., and D. Retno. 1997. Acid Mine Drainage : General Overview and
Strategis to Control Impacts. Indonesia Mining J. 3(2): 36-42.
Sembiring, dan F. Simon. 2008. Kebijakan Reklamasi Tambang Dalam Rangka
Perwujudan Pembangunan Berkelanjutan. Hal. 12-15 dalam Prosiding
Seminar dan Workshop Reklamasi dan Pengelolaan Kawasan
Pascapenutupan Tambang. Pusdi Reklatam, Bogor. 22 Mei 2008
Setiadi, Y. 1996. The practical application of arbuscular mycorhiza fungi for
enhancing tree establishment in degraded nickel mine site at PT. INCO,
Soroako. Makalah Presentasi di IUFRO Internasional Symposium on
Accelerating Natural Succession of Degraded Tropical Land. Washington
D.C. 11-13 June, 1996. library.usu.ac.id/download/fp/hutan_delfian.pdf.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah. IPB. Bogor.
Subba Rao, N. S. 1977. Soil Microorganism and Plant Growth. Oxford IBH
Publishing Co, New Delhi.
Suin, M. N. 2006. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara Jakarta dan Pusat Antar
Universitas Ilmu Hayati. ITB. Bandung.

44

Suwardi dan H. Wiranegara. 2000. Penuntun Praktikum Morfologi dan Klasifikasi


Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Talaohu, D. Erfandi, dan G. Syamsidi. 1999. Adaptasi Beberapa Jenis-jenis
Tanaman Kayu-kayuan dan Buah-buahan Dalam Upaya Penghijauan Areal
Tanaman Pasca Penambangan Batubara, Prosiding Seminar Nasional
Sumberdaya Lahan. Buku III. Pusat PenelitianTanah Agroklimat,
Departemen Pertanian, 535-553
Wallwork, J. A. 1970. Ecology of Forest Insect. PWN. Polish Scientific Publisher.
Warszawa.

45

LAMPIRAN

46

Tabel Lampiran 1. Sifat Kimia Tanah di Wilayah Studi Penambangan PT Kaltim


Prima Coal
No

Sifat Kimia Tanah

Nilai

Keterangan

pH (H2O)

4,59

Masam

Bahan Organik

Rendah

C-Organik (%)

1,22

N Total (%)

0,10

Rendah

C/N ratio

12,31

Rendah

P tersedia (ppm)

9,17

Sangat Rendah

K tersedia (ppm)

39,37

Nilai Tukar Kation


Ca (me/100 gram)

3,44

Rendah

Mg (me/100 gram)

0,68

Rendah

K (me/100 gram)

0,27

Rendah

Na (me/100 gram)

0,15

Rendah

Al (me/100 gram)

2,35

Sedang

H (me/100 gram)

2,81

KTK (me/100 gram)

9,81

Rendah

KB (%)

43,62

Sedang

10

SO4 (mg/100 gram)

0,27

Sumber : AMDAL PT Kaltim Prima Coal 2

47

Tabel Lampiran 2. Analisis Tekstur Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara


KodeProfil

Kedalaman
(cm)

Umur Reklamasi (tahun)

Tekstur Lahan Reklamasi

Kelas

% Pasir

% Debu

% Liat

Tekstur

15.12

37.26

47.62

Liat

14.7

42.43

42.86

Liat bedebu

S7P1 - 1 L1

0 15

S7P1 - 1 L2

16 45

S7P1 - 2 L1

0 12

15.45

45.09

39.45

Lempung liat berdebu

S7P1 - 2 L2

13 26

17.53

45.66

36.81

Lempung liat berdebu

S7P1 - 2 L3

27 42

17.93

47.35

34.7

Lempung liat berdebu

S7P1 - 2 L4

43- 50

18.68

42.45

38.87

Lempung liat berdebu

S7P2 - 3 L1

07

17.85

39.01

43.13

Lempung berliat

S7P2 - 3 L2

8 20

17.74

45.3

36.96

Lempung liat berpasir

S7P2 - 3 L3

21 30

15.84

42.53

51.63

Liat berdebu

S7P2 - 3 L4

31 50

16.05

49.43

34.51

Lempung liat berdebu

S7P3 - 4 L1

05

21.17

43.25

35.57

Lempung berliat

S7P3 - 4 L2

6 25

10.68

32.5

56.81

Liat

S7P3 - 4 L3

26 45

7.92

29.85

62.22

Liat

HEP1 - 5 L1

05

30.87

34.48

34.65

Lempung berliat

HEP1 - 5 L2

6 32

23.06

30.81

46.13

Liat

HEP1 - 5 L3

33 40

17.66

39.57

42.75

Liat berdebu

HEP1 - 5 L4

41 50

17.42

49.91

37.66

Lempung liat berdebu

HEP2 - 6 L1

08

21.6

49

29.4

Lempung berliat

HEP2 - 6 L2

9 27

15.48

47.27

37.25

Lempung liat berdebu

HEP2 - 6 L3

28 50

14.65

44.69

40.66

Lempung berliat

HEP3 - 7 L1

04

47.31

24.67

28.02

Lempung liat berdebu

43.41

21.82

34.76

Liat berdebu

39.41

25.35

35.23

Lempung liat berpasir

HEP3 - 7 L2

5 26

HEP3 - 7 L3

27 50

GHP1 - 8 L1

05

36.38

35.07

28.54

Lempung berliat

GHP1 - 8 L2

6 15

26.52

32.44

41.03

Lempung berliat

GHP1 - 8 L3

16 25

22.16

38.05

39.79

Lempung berliat

GHP1 - 8 L4

26 50

22.31

37.75

39.94

Liat

GHP2 - 9 L1

09

18.52

36.21

45.26

Liat

GHP2 - 9 L2

10 29

10.61

30.08

59.3

Liat

GHP2 - 9 L3

30 50

10.93

49.53

39.53

Lempung liat berdebu

GHP3 - 10 L1

06

24.18

33.11

42.7

Liat

24.18

33.52

42.29

Liat

29.46

33.2

37.33

Lempung berliat

65.12

14.84

20.03

Lempung liat berpasir

51.02

20.72

28.25

Lempung liat berpasir

GHP3 - 10 L2

7 23

GHP3 - 10 L3

24 50

DS2P1 - 11 A

0 15

DS2P1 - 11 R

16 50

13

13

13

Hutan

Sumber : Murjanto (unpublist), 2009.

48

Tabel Lampiran 3. Hasil Analisis Kimia Tanah Lahan Reklamasi Bekas Tambang
Batubara pada Berbagai Umur Reklamasi Lahan
KodeProfil

Kedalaman
(cm)

S7P1 1 L1
S7P1 1 L2
S7P1 2 L1
S7P1 2 L2
S7P1 2 L3
S7P1 2 L4
S7P2 3 L1
S7P2 3 L2
S7P2 3 L3
S7P2 3 L4
S7P3 4 L1
S7P3 4 L2
S7P3 4 L3
HEP1 5 L1
HEP1 5 L2
HEP1 5 L3
HEP1 5 L4
HEP2 6 L1
HEP2 6 L2
HEP2 6 L3
HEP3 7 L1
HEP3 7 L2
HEP3 - 7 L3
GHP1 - 8 L1
GHP1 - 8 L2
GHP1 - 8 L3
GHP1 - 8 L4
GHP2 - 9 L1
GHP2 - 9 L2
GHP2 - 9 L3
GHP3 - 10 L1
GHP3 - 10 L2
GHP3 - 10 L3

0 15
16 45
0 12
13 26
27 42
43- 50
07
8 20
21 30
31 50
05
6 25
26 45
05
6 32
33 40
41 50
08
9 27
28 50
04
26-May
27 - 50
0-5
15-Jun
16 - 25
26 - 50
0-9
29-Oct
30 - 50
0-6
23-Jul
24 - 50

DS2P1 - 11 A

0 - 15

DS2P1 - 11 R

16 - 50

Umur Reklamasi
(tahun)

13

13

13

Hutan

Kadar Air
Kering
%...

pH 1 : 1

Corg

N
total

2.65
2.78
2.9
2.96
2.96
2.53
2.78
2.33
2.79
2.52
2.72
2.59
2.39
2.52
2.52
2.44
2.2
2.73
2.27
2.35
1.55
1.6
1.55
1.93
2.05
2.23
2.12
3.04
3.03
2.87
2.69
1.98
1.63

Lapang
4
5
4
4
4
4
5
5
6
5
5
5
4
4
4
5
5
5
4
4
5
5
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4

H2 O
3.6
5.08
3.98
3.85
3.85
3.88
4.32
4.23
5.83
4.38
4.5
4.13
3.88
3.96
3.53
3.57
3.6
4.22
3.85
3.86
4.78
4.23
3.79
4.15
3.65
3.65
3.51
3.57
3.4
3.36
3.65
3.48
3.46

%
3.03
3.51
4.23
1.44
1.36
1.52
6.54
2.15
5.03
1.76
8.54
2.39
2
4.87
1.52
1.6
2.15
6.54
1.36
1.28
2.23
0.72
1.2
3.51
1.44
1.36
1.52
3.83
2.23
2.55
2.87
1.44
0.88

0.08
0.08
0.14
0.07
0.06
0.06
0.16
0.07
0.08
0.06
0.16
0.08
0.06
0.13
0.05
0.05
0.06
0.16
0.08
0.07
0.11
0.04
0.04
0.14
0.05
0.06
0.05
0.19
0.08
0.07
0.15
0.05
0.03

1.2

4.14

2.31

0.1

1.42

3.49

0.96

0.03

49

Tabel Lampiran 4. Derajat Kelekatan Tanah


Derajat Kelekatan
0-tidak lekat
1-agak lekat
2-lekat
3-sangat lekat

Uraian
Tidak melekat pada jari tangan atau benda lain
Sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain
melekat pada jari tangan atau benda lain
Sangat melekat pada jari tangan atau benda lain

Sumber : Hardjowigeno, 2003

Tabel Lampiran 5. Derajat Plastisitas Tanah


Derajat Plastisitas
0-tidak plastis
1-agak plastis
2-plastis
3-sangat plastis

Uraian
Tidak membentuk gulungan tanah
Hanya gulungan tanah <1 cm yang terbentuk
Membentuk gulungan tanah >1cm diperlukan tekanan
untuk merusaknya
Diprlukan tekanan besar untuk merusak gulungan
tanah

Sumber : Hardjowigeno, 2003

Tabel Lampiran 6. Kriteria Penilaian C-organik dan N-total Tanah (Staf Pusat
Penelitian Tanah, 1983)

C (%)

Sangat
Rendah
< 1.00

1.00-2.00

2.01-3.00

3.01-5.00

Sangat
Tinggi
> 5.00

N (%)

< 0.10

0.10-0.20

0.21-0.50

0.51-0.75

> 0.75

Sifat tanah

pH H2O

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat
Masam

Masam

Agak
Masam

Netral

Agak
Alkalis

Alkalis

< 4.5

4.5-5.5

5.6-6.5

6.6-7.5

7.6-8.5

> 8.5

Sumber : Pusat Penelitian Tanah (1983)

50

Tabel Lampiran 7. Hasil Analisis Kadar Air dan Bulk Idensity menggunakan
Three Phasess Meter
Profil

Kedalaman

%padatan
+air

%
kadar
air

%padatan

BKM
total

BI

15-20cm

92.7

26.56

73.44

138.69

1.39

10-15cm

93.3

27.98

72.02

133.49

1.33

5-10cm

93.25

29.59

70.41

132.50

1.33

0-5cm

98.35

23.72

76.28

151.72

1.52

15-20cm

83.4

21.96

78.04

136.54

1.37

10-15cm

86.7

23.16

76.84

138.98

1.39

5-10cm

82.5

26.60

73.40

124.63

1.25

0-5cm

82.9

29.76

70.24

119.91

1.20

15-20cm

93.2

24.81

75.19

143.86

1.44

10-15cm

91.8

26.71

73.29

141.40

1.41

5-10cm

93.55

30.92

69.08

134.94

1.35

0-5cm

96.5

31.74

68.26

134.37

1.34

15-20cm

94.25

18.61

81.39

164.07

1.64

No.Ring

Tahun
Reklamasi

1
S7P1-1

S7P1-2

S7P2-3

S7P3-4

GHP1-5

GHP2-6

GHP3-7

10-15cm

96.8

20.41

79.59

163.54

1.64

5-10cm

99.35

17.89

82.11

171.64

1.72

0-5cm

98.55

20.94

79.06

165.55

1.66

15-20cm

87.3

24.65

75.35

137.69

1.38

10-15cm

88.9

22.55

77.45

142.82

1.43

5-10cm

92.4

23.00

77.00

148.12

1.48

0-5cm

93.35

26.24

73.76

141.03

1.41

15-20cm

97.65

26.53

73.47

144.38

1.44

10-15cm

98.5

28.17

71.83

140.13

1.40

5-10cm

97.1

26.03

73.97

143.98

1.44

0-5cm

85.55

27.29

72.71

125.01

1.25

15-20cm

90

18.93

81.07

155.36

1.55

10-15cm

97.2

23.43

76.57

155.48

1.55

5-10cm

96.5

28.42

71.58

141.15

1.41

HEPI-8

0-5cm

97

31.26

68.75

133.98

1.34

15-20cm

93.2

19.36

80.64

158.65

1.59

10-15cm

97.1

21.50

78.50

162.25

1.62

5-10cm

99.4

21.96

78.04

162.44

1.62

0-5cm

96.6

23.30

76.70

157.28

1.57

13

51

Lanjutan Tabel Lampiran 7.


Profil

No.Ring

Tahun
Reklamasi

1
HEP2-9

HEP3-10

%padatan
+air

%
kadar
air

%padatan

BKM
total

BI

15-20cm

93.05

25.19

74.81

142.94

1.43

10-15cm

96.9

24.83

75.17

145.43

1.45

5-10cm

97.3

25.81

74.19

143.56

1.44

0-5cm

95.6

29.67

70.33

134.99

1.35

15-20cm

93.9

16.66

83.34

164.48

1.64

10-15cm

99.95

24.10

75.90

157.23

1.57

5-10cm

99.75

25.11

74.89

154.37

1.54

0-5cm

98.7

25.73

74.27

149.50

1.50

15-20cm

87.1

16.48

83.52

160.87

1.61

10-15cm

94.9

13.66

86.35

170.46

1.70

5-10cm

88.9

16.55

83.46

160.51

1.61

0-5cm

88.1

18.02

81.98

156.06

1.56

13

13

DS2PI-11

Kedalaman

HUTAN

3
4
Sumber : Murjanto (unpublist), 2009.

52

Tabel Lampiran 8. Populasi Total Mikrob dan Fungi pada Lahan Reklamasi Bekas
Tambang Batubara pada Berbagai Umur
Profil Lahan Reklamasi

0 tahun:
S7P1-1
5 tahun:
S7P1-2 (lereng atas)
S7P2-3 (lereng tengah)
S7P3-4 (lereng bawah)
9 tahun:
HEP1-5 (lereng atas)
HEP2-6 (lereng tengah)
HEP3-7 (lereng bawah)
13 tahun:
GHP1-8 (lereng atas)
GHP2-9 (lereng tengah)
GHP3-10 (lereng bawah)
Hutan Asli

Kadar Air (%)

Total Mikrob
(106 spk/ g BKM tanah)
0-20 cm
20-40 cm

Total Fungi
(104 spkl/g BKM tanah)
0-20 cm
20-40 cm

0-20 cm

20-40 cm

19.30

25.14

0.58

3.51

0.18

0.40

30.65
25.29
29.41

29.35
22.65
27.43

2.91
2.15
0.73

1.05
0.95
1.13

0.14
1.25
0.58

0.03
0.20
1.29

26.21
27.83
19.72

25.83
30.98
23.32

1.10
0.59
0.80

0.68
0.49
0.23

1.69
1.11
3.60

1.61
0.65
1.04

27.94
27.88
28.97
25.14

24.70
28.56
30.07
19.47

1.27
1.29
0.94
0.92

0.47
0.30
1.11
1.23

1.53
0.76
2.34
11.45

0.81
0.23
1.68
4.59

53

Tabel Lampiran 9. Respirasi Tanah Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara


pada Berbagai Umur
Profil Lahan Reklamasi
0 tahun:
S7P1-1
5 tahun:
S7P1-2 (lereng atas)
S7P2-3 (lereng tengah)
S7P3-4 (lereng bawah)
9 tahun:
HEP1-5 (lereng atas)
HEP2-6 (lereng tengah)
HEP3-7 (lereng bawah)
13 tahun:
GHP1-8 (lereng atas)
GHP2-9 (lereng tengah)
GHP3-10 (lereng bawah)
Hutan Asli

Jumlah CO2 (mg CO2/l)


0-20 cm
20-40 cm
3

3.51

6.64
4.59
4.93

4.33
4.67
3.34

4.76
5.87
5.06

4.42
6.47
5.23

6.9
6.46
5.87
5.23

6.47
6.47
4.71
6.64

54

Profil 1 (S7P1-1)

Bagian Atas Profil

Penampang Profil

--- 0 cm

--- 15 cm

L1

L2

--- 45 cm

Gambar Lampiran 1. Lahan Reklamasi Umur 0 tahun pada Lereng Atas


(Lokasi di Surya Panel 7)

55

Profil 1
LOKASI

: Surya Panel 7 Umur O Tahun (lereng atas)

KOORDINAT

: 00 33 26,2 LU
117 2928,2 BT

Uraian deskripsi Profil


No. Lapang

: S7P1-1

Lokasi

: Sangatta, Kutai Timur

Bahan induk

: Batuan pasir dan batu lempung

Fisiografi

: Perbukitan

Topografi

: kemiringan lereng 8-15 %

Kelas drainase

: Runoff buruk, permeabilitas lambat

Vegetasi

: Tanaman perdu (Humalantus, Makaranga), rumput


(Seloria korporescan)

Kedalaman efektif

: 50cm

Sifat-sifat morfologi tanah


Simbol
L1

Kedalaman
0-15 cm

Uraian
Coklat kuat (7,5YR 5/6); lempung berliat, struktur
gumpal membulat, sedang, lemah; tidak lekat (basah),
teguh (lembab); baur terputus; pH4

L2

15-45 cm

Coklat kuat (7,5YR 5/6); lempung berliat, struktur


gumpal membulat, sedang, lemah; tidak lekat (basah),
teguh (lembab); baur terputus; pH4

56

Profil 2 (S7P1-2)

Bagian Atas Profil

Penampang Profil

--- 0 cm

L1

--- 12 cm
L2

--- 26 cm
L3

--- 42 cm

L4

--- 50 cm
Gambar Lampiran 2. Lahan Reklamasi Umur 5 tahun pada Lereng Atas
(Lokasi di Surya Panel 7)

57

Profil 2
LOKASI

: Surya Panel 7 Umur 5 Tahun (lereng atas)

KOORDINAT

: 00 33 23,3 LU
117 29 14,1 BT

Uraian deskripsi Profil


No. Lapang

: S7P1-2

Lokasi

: Sangatta, Kutai Timur

Bahan induk

: Batuan sedimen

Fisiografi

: Perbukitan

Topografi

: kemiringan lereng 16 %

Kelas drainase

: Runoff baik, permeabilitas sedang

Vegetasi

: Tanaman perdu (Casia ciamea) dan tanaman penutup


(Signal Grezz)

Kedalaman efektif

: 50cm

Sifat-sifat morfologi tanah


Simbol
L1

Kedalaman
0-12 cm

Uraian
Coklat gelap kekuningan (10YR 4/6); lempung berliat,
struktur gumpal membulat, halus, lemah; lekat (basah),
gembur (lembab); sangat jelas lurus; pH4; perakaran
halus banyak

L2

12-26 cm

Coklat kekuningan (10YR 5/8); lempung berliat,


struktur gumpal membulat, sedang, lemah; agak lekat
(basah), teguh (lembab); jelas bergelombang; pH4

L3

26-42 cm

Coklat kekuningan (10YR 5/8); lempung liat berpasir,


struktur gumpal membulat, halus, sedang; lekat (basah),
sangat gembur (lembab); jelas bergelombang; Ph4;
perakaran kasar dan halus sedang

L4

42-50 cm

Coklat kuat (7.5YR 5/8); lempung berliat, struktur


gumpal membulat, sedang, lemah; sangat lekat (basah),
gembur (lembab); jelas tidak teratur; pH4; perakaran
kasar sedang

58

Profil 3 (S7P2-3)

Bagian Atas Profil

Penampang Profil
--- 0 cm

L1

--- 7 cm
L2

--- 20 cm
L3

--- 30 cm

L4

--- 50 cm

Gambar Lampiran 3. Lahan Reklamasi Umur 5 tahun pada Lereng Tengah


(Lokasi di Surya Panel 7)

59

Profil 3
LOKASI

: Surya Panel 7 Umur 5 Tahun (lereng tengah)

KOORDINAT

: 00 33 23,3 LU
117 29 14,2 BT

Uraian deskripsi Profil


No. Lapang

: S7P2-3

Lokasi

: Sangatta, Kutai Timur

Bahan induk

: Batuan sedimen

Fisiografi

: Perbukitan

Topografi

: kemiringan lereng 17 %

Kelas drainase

: Runoff baik, permeabilitas sedang

Vegetasi

: Tanaman perdu (pakis) dan tanaman penutup (Signal


grezz)

Kedalaman efektif

: 50 cm

Sifat-sifat morfologi tanah


Simbol
L1

Kedalaman
0-7 cm

Uraian
Coklat (7,5YR 4/3); lempung berliat, struktur gumpal
membulat, sedang, sedang; agak lekat (basah), gembur
(lembab); sangat jelas bergelombang; pH5; perakaran
halus sedang

L2

7-20 cm

Coklat kuat (7,5YR 5/6); lempung berliat, struktur


gumpal membulat, sedang, sedang; agak lekat (basah),
teguh (lembab); berangsur bergelombang; pH5

L3

20-30 cm

Kelabu tua (10YR 3/1); lempung berliat, struktur


gumpal membulat, sedang, sedang; agak lekat (basah),
gembur (lembab); jelas bergelombang; pH6; perakaran
kasar dan halus sedang

L4

30-50 cm

Coklat kekuningan (10YR 5/8); lempung liat berdebu,


struktur gumpal membulat, sedang, sedang; sangat
lekat
(basah),
teguh
(lembab);
berangsur
bergelombang; pH5; perakaran kasar sedang

60

Profil 4 (S7P3-4)

Bagian Atas Profil

Penampang Profil
--- 0 cm

L1

--- 5 cm

L2

--- 25 cm

L3

--- 50 cm
Gambar Lampiran 4. Lahan Reklamasi Umur 5 tahun pada Lereng Bawah
(Lokasi di Surya Panel 7)

61

Profil 4

LOKASI

: Surya Panel 7 Umur 5 Tahun (lereng bawah)

KOORDINAT

: 00 33 23,2 LU
117 29 13,9 BT

Uraian deskripsi Profil


No. Lapang

: S7P3-4

Lokasi

: Sangatta, Kutai Timur

Bahan induk

: Batu Sedimen

Fisiografi

: Perbukitan

Topografi

: kemiringan lereng 12 %

Kelas drainase

: Runoff baik sekali, permeabilitas sedang

Vegetasi

: Tanaman perdu (pakis) dan tanaman penutup (Signal


Grezz)

Kedalaman efektif

: 50 cm

Sifat-sifat morfologi tanah


Simbol
L1

Kedalaman
0-5 cm

Uraian
Coklat tua (10YR 3/3); lempung liat berpasir, struktur
gumpal membulat, sedang, sedang; tidak lekat (basah),
teguh (lembab); jelas bergelombang; pH5; perakaran
halus banyak

L2

5-25 cm

Kuning kecoklatan (10YR 6/6); lempung liat berpasir,


struktur gumpal membulat, sedang, sedang;

lekat

(basah), sangat gembur (lembab); jelas bergelombang;


pH5; perakaran besar banyak
L3

25-45 cm

Coklat kekuningan (10YR 5/8); lempung liat berpasir,


struktur gumpal membulat, sedang, lemah; sangat lekat
(basah), gembur (lembab); jelas tidak teratur; Ph4

62

Profil 5 (HEP1-5)

Bagian Atas Profil

Penampang Profil

--- 0 cm

L1

--- 5 cm

L2

--- 32 cm

--- 40 cm

L3

L4

--- 50 cm

Gambar Lampiran 5. Lahan Reklamasi Umur 9 tahun pada Lereng Atas


(Lokasi di H. East)

63

Profil 5
LOKASI

: H East Umur 9 Tahun (lereng atas)

KOORDINAT

: 00 33 47,2 LU
117 30 18,7 BT

Uraian deskripsi Profil


No. Lapang

: HEP1-5

Lokasi

: Sangatta, Kutai Timur

Bahan induk

: Batu Sedimen

Fisiografi

: Perbukitan

Topografi

: kemiringan lereng 32 %

Kelas drainase

: Runoff sedang, permeabilitas sedang

Vegetasi

: pepohonan, tanaman perdu (Melastoma sp.) dan tanaman


rumput

Kedalaman efektif

: 50cm

Sifat-sifat morfologi tanah


Simbol
L1

Kedalaman
0-5 cm

Uraian
Coklat gelap kekuningan(10YR 3/6); lempung, struktur
gumpal membulat, halus, sedang; agak lekat (basah),
teguh (lembab); sangat jelas lurus; pH4; perakaran halus
sedang dan kasar sedikit

L2

5-32 cm

Coklat kekuningan (10YR 5/6); lempung berliat,


struktur gumpal membulat, halus, sedang; agak lekat
(basah), teguh (lembab); jelas lurus; pH4; parakaran
halus sedang

L3

32-40 cm

Coklat kekuningan (10YR 5/8); lempung liat berpasir,


struktur gumpal membulat, sedang, sedang; agak lekat
(basah), teguh (lembab); jelas terputus; Ph5

L4

40-50 cm

Coklat gelap kekuningan (10YR 4/6); lempung liat


berpasir, struktur gumpal membulat, sedang, sedang;
agak lekat (basah), teguh (lembab); baur terputus; Ph5

64

Profil 6 (HEP2-6)

Bagian Atas Profil

Penampang Profil

--- 0 cm

--- 8 cm

--- 27 cm

L1

L2

L3

--- 50 cm

Gambar Lampiran 6. Lahan Reklamasi Umur 9 tahun pada Lereng Tengah


(Lokasi di H. East)

65

Profil 6

LOKASI

: H East Umur 9 Tahun (lereng tengah)

KOORDINAT

: 00 33 47,1 LU
117 30 18,0 BT

Uraian deskripsi Profil


No. Lapang

: HEP2-6

Lokasi

: Sangatta, Kutai Timur

Bahan induk

: Batu Sedimen

Fisiografi

: Perbukitan

Topografi

: kemiringan lereng 20 %

Kelas drainase

: Runoff baik, permeabilitas sedang

Vegetasi

: pepohonan, tanaman perdu,dan tanaman rumput

Kedalaman efektif

: 50cm

Sifat-sifat morfologi tanah


Simbol
L1

Kedalaman
0-8 cm

Uraian
Coklat

(10YR

membulat,

4/3);

sedang,

lempung,

lemah;

struktur

lekat

(basah),

gumpal
teguh

(lembab); sangat jelas bergelombang; pH5; perakaran


halus banyak sedang dan kasar banyak
L2

8-27 cm

Coklat kuat (7,5YR 5/8); lempung berliat, struktur


gumpal membulat, sedang, lemah; agak lekat (basah),
teguh (lembab); jelas lurus; pH4; parakaran halus
banyak dan kasar banyak

L3

27-50 cm

Cokat kuat (7,5YR 5/6); lempung liat berpasir, struktur


gumpal membulat, halus, sedang; agak lekat (basah),
teguh (lembab); jelas lurus; pH4; perakaran kasar
sedang

66

Profil 7 (HEP3-7)

Bagian Atas Profil

Penampang Profil

--- 0 cm

L1

--- 4 cm
L2

--- 26 cm

L3

--- 50 cm

Gambar Lampiran 7. Lahan Reklamasi Umur 9 tahun pada Lereng Bawah


(Lokasi di H. East)

67

Profil 7

LOKASI

: H East Umur 9 Tahun (lereng bawah)

KOORDINAT

: 00 33 47,1 LU
117 30 14,6 BT

Uraian deskripsi Profil


No. Lapang

: HEP3-7

Lokasi

: Sangatta, Kutai Timur

Bahan induk

: batuan pasir dan batu lempung

Fisiografi

: Perbukitan

Topografi

: kemiringan lereng 13 %

Kelas drainase

: Runoff baik, permeabilitas sedang

Vegetasi

: pepohonan, tanaman perdu,dan tanaman rumput

Kedalaman efektif

: 50 cm

Sifat-sifat morfologi tanah


Simbol
L1

Kedalaman
0-4 cm

Uraian
Hitam (5YR 2,5/2); lempung berpasir, struktur gumpal
membulat, halus, lemah; agak lekat (basah), gembur
(lembab); sangat jelas lurus; pH5; perakaran halus
sedikit sedang dan kasar banyak

L2

4-26 cm

Coklat kuat (7,5YR 5/6); lempung liat berpasir, struktur


gumpal membulat, sedang, sedang; agak lekat (basah),
teguh (lembab); baur bergelombang; pH5; parakaran
halus sidikit dan kasar banyak

L3

26-50 cm

Coklat kuat (7,5YR 5/8); lempung liat berpasir, struktur


gumpal membulat, sedang, sedang; tidak lekat (basah),
teguh (lembab); baur bergelombang; pH4; perakaran
kasar sedang

68

Profil 8 (GHP1-8)

Bagian Atas Profil

Penampang Profil

--- 0 cm
--- 5 cm

L1
L2

--- 15 cm
L3

--- 25 cm
L4

--- 50 cm

Gambar Lampiran 8. Lahan Reklamasi Umur 13 tahun pada Lereng Atas


(Lokasi di Gajah Hitam)

69

Profil 8

LOKASI

: Gajah Hitam Umur 13 Tahun (lereng atas)

KOORDINAT

: 00 33 26,3 LU
117 30 31,0 BT

Uraian deskripsi Profil


No. Lapang

: GHP1-8

Lokasi

: Sangatta, Kutai Timur

Bahan induk

: Batuan Sedimen

Fisiografi

: Perbukitan

Topografi

: kemiringan lereng 10 %

Kelas drainase

: Runoff baik, permeabilitas sedang

Vegetasi

: pepohonan, tanaman perdu (Pakis) dan tanaman rumput

Kedalaman efektif

: 50cm

Sifat-sifat morfologi tanah


Simbol
L1

Kedalaman
0-5 cm

Uraian
Coklat (10YR 3/3); lempung liat berpasir, struktur
gumpal membulat, sedang, sedang; tidak lekat (basah),
teguh

(lembab);

berangsur

bergelombang;

pH5;

perakaran halus banyak dan kasar sedang


L2

5-15 cm

Coklat (10YR 3/3); lempung liat berpasir, struktur


gumpal membulat, sedang, sedang; lekat (basah),
sangat gembur (lembab); jelas bergelombang; pH5

L3

15-25 cm

Coklat kekuningan(10YR 5/8); lempung berliat,


struktur gumpal membulat, sedang, sedang; lekat
(basah), sangat gembur (lembab); jelas bergelombang;
pH4

L4

25-50 cm

Coklat kekuningan (10YR 5/8); lempung berliat,


struktur gumpal membulat, sedang, lemah; sangat lekat
(basah), gembur (lembab); jelas tidak teratur; pH4

70

Profil 9 (GHP2-9)

Bagian Atas Profil

Penampang Profil

--- 0 cm

L1

--- 9 cm
L2

--- 29 cm

L3

--- 50 cm

Gambar Lampiran 9. Lahan Reklamasi Umur 13 tahun pada Lereng Tengah


(Lokasi di Gajah Hitam)

71

Profil 9

LOKASI

: Gajah Hitam Umur 13 Tahun (lereng tengah)

KOORDINAT

: 00 33 24,9 LU
117 30 31,0 BT

Uraian deskrips Profil


No. Lapang

: GHP2-9

Lokasi

: Sangatta, Kutai Timur

Bahan induk

: Batuan Sedimen

Fisiografi

: Perbukitan

Topografi

: kemiringan lereng 10 %

Kelas drainase

: Runoff baik, permeabilitas sedang

Vegetasi

: pepohonan, tanaman perdu (Pakis) dan tanaman rumput

Kedalaman efektif

: 50 cm

Sifat-sifat morfologi tanah


Simbol
L1

Kedalaman
0-9 cm

Uraian
Coklat tua kekuningan (10YR 4/4); lempung liat
berpasir, struktur gumpal membulat, sedang, sedang;
agak lekat (basah), gembur (lembab); sangat jelas
bergelombang; pH4; perakaran halus banyak dan kasar
banyak

L2

9-29 cm

Coklat tua kekuningan (10YR 4/6); lempung berliat,


struktur gumpal membulat, sedang, sedang; agak lekat
(basah), teguh (lembab); jelas bergelombang; pH4;
perakaran halus banyak dan kasar banyak

L3

29-50 cm

Coklat kekuningan (10YR 5/6); lempung berliat,


struktur gumpal membulat, sedang, lemah; agak lekat
(basah), teguh (lembab); jelas bergelombang; pH5;
perakaran kasar

72

Profil 10 (GHP3-10)

Bagian Atas Profil

Penampang Profil

--- 0 cm

--- 6 cm

--- 23 cm

L1

L2

L3

--- 50 cm

Gambar Lampiran 10. Lahan Reklamasi Umur 13 tahun pada Lereng Bawah
(Lokasi di Gajah Hitam)

73

Profil 10

LOKASI

: Gajah Hitam Umur 13 Tahun (lereng bawah)

KOORDINAT

: 00 33 24,6 LU
117 30 30,4 BT

Uraian deskripsi Profil


No. Lapang

: GHP3-10

Lokasi

: Sangatta, Kutai Timur

Bahan induk

: Batuan Sedimen

Fisiografi

: Perbukitan

Topografi

: kemiringan lereng 10 %

Kelas drainase

: Runoff baik, permeabilitas sedang

Vegetasi

: pepohonan dan tanaman rumput

Kedalaman efektif

: 50 cm

Sifat-sifat morfologi tanah


Simbol
L1

Kedalaman
0-6 cm

Uraian
Coklat (10YR 4/3); lempung berliat, struktur gumpal
membulat, halus, lemah;

lekat (basah), gembur

(lembab); sangat jelas bergelombang; pH4; perakaran


halus banyak dan kasar banyak
L2

6-23 cm

Coklat tua kekuningan (10YR 4/6); lempung berliat,


struktur gumpal membulat, sedang, sedang; agak lekat
(basah), teguh (lembab); jelas lurus; pH4; perakaran
halus banyak dan kasar banyak

L3

23-50 cm

Coklat kekuningan (10YR 5/6); lempung liat berpasir,


struktur gumpal membulat, sedang, lemah; agak lekat
(basah), teguh (lembab); baur bergelombang; pH4;
perakaran halus sedang dan kasar banyak

74

Profil 11 (DS2P1-11)

Bagian Atas Profil

Penampang Profil
--- 0 cm

--- 15 cm
R

--- 50 cm

Gambar Lampiran 11.Hutan Asli pada Lereng Tengah

75

Profil 11

LOKASI

: Hutan Asli (lereng atas)

KOORDINAT

: 00 34 20,2 LU
117 27 29 BT

Uraian deskripsi Profil


No. Lapang

: DS2P1-11

Lokasi

: Sangatta, Kutai Timur

Bahan induk

: batuan sedimen

Fisiografi

: Perbukitan

Topografi

: kemiringan lereng 30 %

Kelas drainase

: Runoff baik, permeabilitas cepat

Vegetasi

: tanaman tahunan(kopi, meranti), tanaman perdu (Pakis)


dan tanaman rumput

Kedalaman efektif

: 50 cm

Sifat-sifat morfologi tanah


Simbol
L1

Kedalaman
0-15 cm

Uraian
Coklat tua kekuningan (10YR 4/6); pasir, struktur
remah, halus, lemah; agak lekat (basah), sangat
gembur (lembab); sangat jelas lurus; pH5; perakaran
halus banyak dan kasar banyak

L2

15-50 cm

Coklat kekuningan (10YR 5/8); lempung berpasir,


struktur remah, halus, lemah; agak lekat (basah),
sangat gembur (lembab); baur bergelombang; pH5;
perakaran halus banyak dan kasar banyak

Anda mungkin juga menyukai