Anda di halaman 1dari 9

da dua hal yang ditengarai menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan, yaitu laju

pertumbuhan penduduk yang relatif cepat dan kemajuan pesat ilmu pengetahuan dan
tehnologi. Pertumbuhan penduduk yang relatif cepat berimplikasi pada ketersediaan lahan
yang cukup untuk menopang tuntutan kesejahteraan hidup. Sementara lahan yang tersedia
bersifat tetap dan tidak bertambah sehingga menambah beban lingkungan hidup.
A.

DEFINISI

PEMBANGUNAN

BERWAWASAN

LINGKUNGAN

Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan
hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan
tanggung jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang harus
melakukan usaha untuk menyelamatkan

lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apa
pun usaha yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang layak
huni
bagi
generasi
anak
cucu
kita
kelak.
Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur bagi rakyatnya tanpa
harus menimbulkan kerusakan lingkungan ditindaklanjuti dengan menyusun program
pembangunan berkelanjutan yang sering disebut sebagai pembangunan berwawasan
lingkungan.
Pembangunan berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia
secara bertahap dengan memperhatikan faktor lingkungan, atau dengan kata lain
Pembangunan berwawasan lingkungan adalah pembangunan berkelanjutan yang
mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan cara
menserasikan aktivitas manusia dengan kemampuan sumber daya alam untuk
menopangnya. Pembangunan berwawasan lingkungan dikenal dengan nama
Pembangunan Berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan
kesepakatan hasil KTT Bumi di Rio de Jeniro tahun 1992. Di dalamnya terkandung 2
gagasan
penting,
yaitu:
1. Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang hidup.
2. Gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi
kebutuhan baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.
B.

INDIKATOR

PEMBANGUNAN

BERWAWASAN

LINGKUNGAN

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam implementasi pembangunan


berwawasan lingkungan terdapat unsur penting yaitu meningkatkan kualitas manusia
melalui penggunaan sumber daya alam yang bijak. Untuk mencapai target pembangunan
berwawasan lingkungan, maka dapat melihat indikator sebagai berikut :
a.
Menjamin
pemerataan
dan
keadilan.
b.
Menghargai
keanekaragaman
hayati.
c.
Menggunakan
pendekatan
integratif.

d.

Menggunakan

pandangan

jangka

panjang.

Pada masa reformasi sekarang ini, pembangunan nasional dilaksanakan tidak lagi
berdasarkan GBHN dan Propenas, tetapi berdasarkan UU No. 25 Tahun 2000, tentang
Sistem
Perencanaan
Pembangunan
Nasional
(SPPN).
Sistem

Perencanaan

Pembangunan

Nasional

mempunyai

tujuan

di

antaranya:

1. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan,


dan berkelanjutan.
2. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi
pelaksanaan, dan pengawasan.
C.

DISHARMONITAS

PEMBANGUNAN

antara

perencanaan,

DENGAN

penganggaran,

KELESTARIAN

ALAM

Bagaikan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan, selain mempunyai dampak positif,
ternyata pembangunan ekonomi juga mempunyai dampak negatif. Dari segi positif sudah
jelas bahwa pembangunan ekonomi akan meningkatkan kesejahteraan rakyat dan
pendapatan nasional. Namun, pembangunan ekonomi juga berdampak negatif bagi
kelestarian alam, diantaranya dengan berkurangnya sumberdaya alam akibat eksploitasi
berlebihan, pencemaran udara, air dan tanah akibat polusi industri dan pembangunan
infrastruktur
perekonomian
yang
identik
dengan
perusakan
alam.
Hal tersebut menimbulkan satu pertanyaan, apakah pembangunan ekonomi selalu identik
dengan
perusakan
alam?
Tidak dapat dipungkiri bahwa perekonomian merupakan sektor penting yang harus
senantiasa dikembangkan karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Namun, di tengah
maraknya pembangunan perekonomian dewasa ini, terjadi masalah dilematis yang cukup
pelik, yaitu menyangkut disharmonitas antara pembangunan perekonomian pada satu sisi
dan
pelestarian
alam
pada
sisi
yang
lain.
Berkurangnya sumberdaya alam, polusi pabrik dan alih fungsi lahan hijau menjadi lahan
perekonomian, merupakan contoh akibat dari pembangunan ekonomi yang tidak selaras
dengan
pelestarian
alam.
Tuntutan percepatan pertumbuhan ekonomi, seperti yang terjadi di negara-negara sedang
berkembang, menuntut semakin banyak pula sumberdaya alam yang diambil sehingga
menyebabkan semakin sedikit jumlah persediaan sumberdaya alam tersebut.
Dengan demikian, ada hubungan yang positif antara jumlah dan kualitas sumberdaya alam
dengan pertumbuhan ekonomis, tetapi sebaliknya ada hubungan yang negatif antara
pertumbuhan ekonomi dan persediaan sumberdaya alam di
dalam bumi.
Pertumbuhan ekonomi juga mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan karena
percepatan pertumbuhan ekonomi biasanya diikuti dengan peningkatan sektor industri.
Dengan meningkatnya sektor industri tingkat pencemaran terhadap lingkungan akibat
limbah proses produksi juga meningkat. Proses industrialisasi tidak hanya menciptakan
jumlah total produksi yang meningkat tetapi juga meningkatkan jumlah polusi dari sisa
produksi. Polusi akibat sisa produksi apabila tidak ditangani secara baik akan menimbulkan
pemcemaran
bagi
lingkungan.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga secara tidak langsung kerap mendatangkan masalah
bagi masyarakat. Sebagaimana diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi selalu berkorelasi
positif dengan pembangunan infrastruktur pendukung kegiatan perekonomian yang tentu
saja membutuhkan lahan. Namun, semakin hari lahan yang tersedia semakin terbatas,
akibatnya banyak lahan yang seharusnya diperuntukan sebagai hutan lindung atau sebagai
daerah resapan air dialihfungsikan menjadi kawasan perekonomian. Banjir yang rajin
mengunjungi Jakarta merupakan salah satu contoh akibat alih fungsi daerah resapan air
yang
menjadi
masalah
bagi
masyarakat.
Setelah mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan oleh pembangunan ekonomi yang
berkorelasi negatif dengan pelestarian alam, lantas muncul pertanyaan, Bisakah terjadi
harmonisasi antara pembangunan ekonomi dengan pelestarian alam? jawabannya adalah
bisa. Dampak negatif dari proses pembangunan ekonomi dapat dicegah salah satunya
adalah melalui program pelaksanaan pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan.
D.
KEBIJAKAN
LINGKUNGAN

PEMERINTAH

TERKAIT

PEMBANGUNAN

BERWAWASAN

Pemerintah sebagai penanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya memiliki


tanggung jawab besar dalam upaya memikirkan dan mewujudkan terbentuknya pelestarian
lingkungan
hidup.
Hal-hal
yang
dilakukan
pemerintah
antara
lain:

1. Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang Tata
Guna Tanah.
2. Menerbitkan UU No. 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
3. Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang AMDAL
(Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).
4. Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan, dengan
tujuan pokoknya :

Menanggulangi kasus pencemaran.

Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).

Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).

Pemerintah mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon.

E. UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP OLEH MASYARAKAT BERSAMA


PEMERINTAH
Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki kepedulian yang tinggi
terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan kemampuan masingmasing.
Beberapa upaya yang dapat dilakuklan masyarakat berkaitan dengan pelestarian
lingkungan
hidup
antara
lain:
1.
Pelestarian
tanah
(tanah
datar,
lahan
miring/perbukitan)
Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang berkaitan dengan
masalah tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang
disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan tanah serta terkikisnya lapisan
tanah dari permukaan bumi. Tanah longsor disebabkan karena tak ada lagi unsur yang

menahan lapisan tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan. Jika hal
tersebut dibiarkan terus berlangsung, maka bukan mustahil jika lingkungan berubah menjadi
padang tandus. Upaya pelestarian tanah dapat dilakukan dengan cara menggalakkan
kegiatan menanam pohon atau penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang
semula gundul. Untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang posisi tanahnya miring
perlu dibangun terasering atau sengkedan, sehingga mampu menghambat laju aliran air
hujan.
2.
Pelestarian
udara
Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme bernapas
memerlukan udara. Kalian mengetahui bahwa dalam udara terkandung beranekaragam gas,
salah
satunya
oksigen.
Udara yang kotor karena debu atau pun asap sisa pembakaran menyebabkan kadar
oksigen berkurang. Keadaan ini sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup setiap
organisme. Maka perlu diupayakan kiat-kiat untuk menjaga kesegaran udara lingkungan
agar tetap bersih, segar, dan sehat. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara
tetap
bersih
dan
sehat
antara
lain:
a. Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita. Tanaman dapat
menyerap gas-gas yang membahayakan bagi manusia. Tanaman mampu memproduksi
oksigen melalui proses fotosintesis. Rusaknya hutan menyebabkan jutaan tanaman lenyap
sehingga produksi oksigen bagi atmosfer jauh berkurang, di samping itu tumbuhan juga
mengeluarkan uap air, sehingga kelembapan udara akan tetap terjaga.
b. Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran, baik
pembakaran hutan maupun pembakaran mesin Asap yang keluar dari knalpot kendaraan
dan cerobong asap merupakan penyumbang terbesar kotornya udara di perkotaan dan
kawasan industri. Salah satu upaya pengurangan emisi gas berbahaya ke udara adalah
dengan menggunakan bahan industri yang aman bagi lingkungan, serta pemasangan filter
pada
cerobong
asap
pabrik.
c. Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat merusak lapisan
ozon di atmosfer Gas freon yang digunakan untuk pendingin pada AC maupun kulkas serta
dipergunakan di berbagai produk kosmetika, adalah gas yang dapat bersenyawa dengan
gas ozon, sehingga mengakibatkan lapisan ozon menyusut. Lapisan ozon adalah lapisan di
atmosfer yang berperan sebagai filter bagi bumi, karena mampu memantulkan kembali sinar
ultraviolet ke luar angkasa yang dipancarkan oleh matahari. Sinar ultraviolet yang berlebihan
akan merusakkan jaringan kulit dan menyebabkan meningkatnya suhu udara. Pemanasan
global terjadi di antaranya karena makin menipisnya lapisan ozon di atmosfer.
3.
Pelestarian
hutan
Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini tanpa diimbangi
dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan menjadi rusak. Pembalakan liar
yang dilakukan manusia merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan
hutan. Padahal hutan merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi, sebab hutan
bukan hanya menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan juga
penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air.
Upaya
yang
dapat
dilakukan
untuk
melestarikan
hutan:
a)
Reboisasi
atau
penanaman
kembali
hutan
yang
gundul.
b)
Melarang
pembabatan
hutan
secara
sewenang-wenang.
c)
Menerapkan
sistem
tebang
pilih
dalam
menebang
pohon.
d) Menerapkan
sistem tebangtanam dalam
kegiatan penebangan
hutan.
e) Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai

pengelolaan

hutan.

4.
Pelestarian
laut
dan
pantai
Seperti halnya hutan, laut juga sebagai sumber daya alam potensial. Kerusakan biota laut
dan pantai banyak disebabkan karena ulah manusia. Pengambilan pasir pantai, karang di
laut, pengrusakan hutan bakau, merupakan kegatan-kegiatan manusia yang mengancam
kelestarian laut dan pantai. Terjadinya abrasi yang mengancam kelestarian pantai
disebabkan telah hilangnya hutan bakau di sekitar pantai yang merupakan pelindung alami
terhadap
gempuran
ombak.
Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan cara:

Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal


sekitar pantai.

Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar laut,
karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.

Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan.

Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.

5.
Pelestarian
flora
dan
fauna
Kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara manusia, hewan, tumbuhan,
dan alam sekitarnya. Terputusnya salah satu mata rantai dari sistem tersebut akan
mengakibatkan
gangguan
dalam
kehidupan.
Oleh karena itu, kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak diperhatikan demi
kelangsungan hidup manusia. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora
dan
fauna
di
antaranya
adalah:
a)
Mendirikan
cagar
alam
dan
suaka
margasatwa.
b)
Melarang
kegiatan
perburuan
liar.
c)
Menggalakkan
kegiatan
penghijauan.
F. PEMAHAMAN TENTANG REVOLUSI HIJAU DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
Revolusi Hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan perubahan
fundamental dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian yang dimulai pada tahun 1950an hingga 1980-an di banyak negara berkembang, terutama di Asia. Hasil yang nyata
adalah tercapainya swasembada (kecukupan penyediaan) sejumlah bahan pangan di
sejumlah negara yang sebelumnya dilanda kelaparan, seperti India, Banglades, Tiongkok,
Vietnam, Thailand, serta Indonesia, untuk menyebut beberapa negara. Norman Borlaug,
penerima penghargaan Nobel Perdamaian 1970, adalah orang yang dipandang sebagai
bapak
gerakan
ini.
Revolusi hijau mendasarkan diri pada tiga pilar penting: penyediaan air melalui sistem
irigasi, pemakaian pupuk kimia dan penerapan pestisida untuk menjamin produksi, dan
penggunaan varietas unggul sebagai bahan baku berkualitas. Melalui penerapan teknologi
non-tradisional ini, terjadi peningkatan hasil tanaman pangan berlipat ganda dan
memungkinkan penanaman tiga kali dalam setahun untuk padi, suatu hal yang tidak dapat
dimungkinkan
tanpa
tiga
pilar
tersebut.

Revolusi hijau mendapat kritik sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan kelestarian
lingkungan karena mengakibatkan kerusakan lingkungan yang parah. Oleh para
pendukungnya, kerusakan dipandang bukan karena revolusi hijau tetapi karena ekses
dalam penggunaan teknologi yang tidak memandang kaidah-kaidah yang sudah ditentukan.
Kritik lain yang muncul adalah bahwa revolusi hijau tidak dapat menjangkau seluruh strata
negara berkembang karena ia tidak memberi dampak nyata di Afrika.
1.

Revolusi

Hijau

di

Indonesia

Teknologi genetika memicu terjadinya Revolusi Hijau (green revolution) yang sudah berjalan
sejak 1960-an. Dengan adanya Revolusi Hijau ini terjadi pertambahan produksi pertanian
yang berlipat ganda sehingga tercukupi bahan makanan pokok asal serealia.
Konsep Revolusi Hijau yang di Indonesia dikenal sebagai gerakan Bimas (bimbingan
masyarakat) adalah program nasional untuk meningkatkan produksi pangan, khususnya
swasembada
beras.
Tujuan tersebut dilatarbelakangi mitos bahwa beras adalah komoditas strategis baik ditinjau
dari segi ekonomi, politik dan sosial. Gerakan Bimas berintikan tiga komponen pokok, yaitu
penggunaan teknologi yang sering disabut Panca Usaha Tani, penerapan kebijakan harga
sarana dan hasil reproduksi serta adanya dukungan kredit dan infrastruktur. Grakan ini
berhasil
menghantarkan
Indonesia
pada
swasembada
beras.
Gerakan Revolusi Hijau yang dijalankan di negara negara berkembang dan Indonesia
dijalankan sejak rejim Orde Baru berkuasa. Gerakan Revolusi Hijau sebagaimana telah
umum diketahui di Indonesia tidak mampu untuk menghantarkan Indonesia menjadi sebuah
negara yang berswasembada pangan secara tetap, tetapi hanya mampu dalam waktu lima
tahun,
yakni
antara
tahun
1984

1989.
Disamping itu, Revolusi Hijau juga telah menyebabkan terjadinya kesenjangan ekonomi dan
sosial pedesaan karena ternyata Revolusi Hijau hanyalah menguntungkan petani yang
memiliki tanah lebih dari setengah hektar, dan petani kaya di pedesaan, serta
penyelenggara
negara
di
tingkat
pedesaan.
Sebab sebelum Revolusi Hijau dilaksanakan, keadaan penguasaan dan pemilikan tanah di
Indonesia sudah timpang, akibat dari gagalnya pelaksanaan Pembaruan Agraria yang telah
mulai dilaksanakan pada tahun 1960 sampai dengan tahun 1965. Pertanian revolusi hijau
juga dapat disebut sebagai kegagalan karena produknya sarat kandungan residu pestisida
dan
sangat
merusak
ekosistem
lingkungan
dan
kesuburan
tanah.
2.

Pestisida

dan

Pupuk

Buatan

Pestisida telah lama diketahui menyebabkan iritasi mata dan kulit, gangguan pernapasan,
penurunan daya ingat, dan pada jangka panjang menyebabkan kanker. Bahkan jika ibu
hamil mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung residu pestisida, maka
janin yang dikandungnya mempunyai risiko dilahirkan dalam keadaan cacat. Penggunaan
pestisida juga menyebabkan terjadinya peledakan hama suatu keadaan yang kontradiktif
dengan tujuan pembuatan pestisida karena pestisida dalam dosis berlebihan

menyebabkan hama kebal dan mengakibatkan kematian musuh alami hama yang
bersangkutan.
Namun, mitos obat mujarab pemberantas hama tetap melekat di sebagian petani. Mereka
tidak paham akan bahaya pestisida. Hal ini disebabkan karena informasi yang sampai
kepada mereka adalah jika ada hama, pakailah pestisida merek A. para petani juga dibanjiri
impian tentang produksi yang melimpah-ruah jika mereka menggunakan pupuk kimia. Para
penyuluh pertanian adalah antek-antek pedagang yang mempromosikan keajaiban
teknologi
modern
ini.
Penyuluh pertanian tidak pernah menyampaikan informasi secara utuh bahwa pupuk kimia
sebenarnya tidak dapat memperbaiki sifat-sifat fisika tanah, sehingga tanah menghadapi
bahaya erosi. Penggunaan pupuk buatan secara terus-menerus juga akan mempercepat
habisnya zat-zat organik, merusak keseimbangan zat-zat makanan di dalam tanah,
sehingga menimbulkan berbagai penyakit tanaman. Akibatnya, kesuburan tanah di lahanlahan yang menggunakan pupuk buatan dari tahun ke tahun terus menurun.
3.
Revolusi
Hijau
dan
Dampak
Buruknya
Di Indonesia, penggunaan pupuk dan pestisida kimia merupakan bagian dari Revolusi Hijau,
sebuah proyek ambisius Orde Baru untuk memacu hasil produksi pertanian dengan
menggunakan teknologi modern, yang dimulai sejak tahun 1970-an. Memang Revolusi Hijau
telah menjawab satu tantangan ketersediaan kebutuhan pangan dunia yang terus
meningkat.
Namun keberhasilan itu bukan tanpa dampak dan efek samping yang jika tanpa
pengendalian, dalam jangka panjang justru mengancam kehidupan dunia pertanian.
Gebrakan revolusi hijau di Indonesia memang terlihat pada dekade 1980-an. Saat itu,
pemerintah mengkomando penanaman padi, pemaksaan pemakaian bibit impor, pupuk
kimia,
pestisida,
dan
lain-lainnya.
Hasilnya, Indonesia sempat menikmati swasembada beras. Namun pada dekade 1990-an,
petani mulai kelimpungan menghadapi serangan hama, kesuburan tanah merosot,
ketergantungan pemakaian pupuk yang semakin meningkat dan pestisida tidak manjur lagi,
dan
harga
gabah
dikontrol
pemerintah.
Bahan kimia sintetik yang digunakan dalam pertanian, pupuk
struktur, kimia dan biologi tanah. Bahan pestisida diyakini telah
habitat beberapa binatang yang justru menguntungkan petani
tertentu. Disamping itu pestisida telah menyebabkan imunitas

misalnya telah merusak


merusak ekosistem dan
sebagai predator hama
pada beberapa hama.

Lebih lanjut resiko kerusakan ekologi menjadi tak terhindarkan dan terjadinya penurunan
produksi membuat ongkos produksi pertanian cenderung meningkat. Akhirnya terjadi
inefisensi
produksi
dan
melemahkan
kegairahan
bertani.
Revolusi hijau memang pernah meningkatkan produksi gabah. Namun berakibat:
a.
Berbagai
organisme
penyubur
tanah
musnah
b.
Kesuburan
tanah
merosot
/
tandus
c.
Tanah
mengandung
residu
(endapan
pestisida)

d.
e.
f.

Hasil
Terjadi

pertanian
Keseimbangan
peledakan

mengandung
residu
ekosistem
serangan
dan
jumlah

pestisida
rusak
hama.

Revolusi Hijau bahkan telah mengubah secara drastis hakekat petani. Dalam sejarah
peradaban manusia, petani bekerja mengembangkan budaya tanam dengan memanfaatkan
potensi alam untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Petani merupakan komunitas
mandiri. Namun dalam revolusi hijau, petani tidak boleh mem-biakkan benih sendiri.
Bibit yang telah disediakan merupakan hasil rekayasa genetika, dan sangat tergantung pada
pupuk dan pestisida kimia yang membuat banyak petani terlilit hutang. Akibat terlalu
menjagokan bibit padi unggul, sekitar 1.500 varietas padi lokal telah punah dalam 15 tahun
terakhir
ini.
Meskipun dalam Undang-Undang No. 12/1992 telah disebutkan bahwa petani memiliki
kebebasan untuk menentukan pilihan jenis tanaman dan pembudi-dayaannya, tetapi ayat
tersebut dimentahkan lagi oleh ayat berikutnya, yakni petani berkewajiban berperan serta
dalam mewujudkan rencana pengembangan dan produksi budidaya tanam (program
pemerintah). Dengan begitu, kebebasan petani tetap dikebiri oleh rezim pemerintah.
Dapat dipastikan bahwa Revolusi Hijau hanya menguntungkan para produsen pupuk,
pestisida, benih, serta petani bermodal kuat. Revolusi Hijau memang membuat hasil
produksi pertanian meningkat, yang dijadikan tolak ukur sebagai salah satu keberhasilan
Orde Baru. Namun, di balik itu semua, ada penderitaan kaum petani. Belum lagi kerusakan
sistem ekologi pertanian yang kerugiannya tidak dapat dinilai dengan uang.
Mitos akan kehebatan Revolusi Hijau lahir karena ditopang oleh teknologi yang
dikembangkan dari sistem ilmu pengetahuan modern, mulai dari genetika sampai kimia
terapan. Pantas jika Masanobu Fukuoka, pelopor pertanian alami di Jepang, pernah
berkata: Peranan ilmuwan dalam masyarakat itu analog dengan peranan diskriminasi di
dalam pikiran-pikiran Anda sendiri.. Telah terbukti bahwa penerapan Revolusi Hijau di
Indonesia memberi dampak negatif pada lingkungan karena penggunaan pestisida dan
pupuk kimia. Dan Revolusi Hijau di Indonesia tidak selalu mensejahterakan petani padi.
G.
KESIMPULAN
Pembangunan ekonomi berwawasan lingkungan adalah pembangunan berkelanjutan di
bidang ekonomi yang tidak hanya berorientasi hasil untuk saat ini tetapi juga berorientasi
pada masa depan dengan titik fokus pada keberlangsungan pelestarian lingkungan.
Sebagaimana diketahui bahwa barometer keberhasilan sebuah pembangunan adalah
keselarasan
antara pertumbuhan
ekonomi
yang
tinggi
dan pembangunan
berkesinambungan yang ditandai dengan tidak terjadinya kerusakan sosial dan kerusakan
alam. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi berwawasan lingkungan harus diterapkan
demi keberlanjutan kehidupan karena akan menjamin keberlanjutan eksistensi alam dan
lingkungan
hidup.
Jadi, secara ringkas dapat dikatakan bahwa pembangunan ekonomi yang semata-mata
ditujukan untuk memperoleh keuntungan tanpa memperhatikan keberlangsungan alam dan
lingkungan akan membawa dampak negatif tidak hanya bagi alam tetapi juga bagi

masyarakat. Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan adalah berkurangnya sumberdaya
alam, pencemaran udara akibat polusi industri dan pembangunan infrastruktur yang identik
dengan perusakan alam. Namun, hal tersebut dapat dicegah dengan menerapkan program
pelaksanaan
pembangunan
ekonomi
yang
berwawasan
lingkungan.

DAFTAR
PUSTAKA
Paramita,
Ashika
P.
Revolusi
Hijau.
http://ashiiqa.wordpress.com
Kusuma, Afandi. Linkungan Hidup, Kerusakan Lingkungan, Pengertian, Kerusakan
Lingkungan
dan
Pelestarian.
http://afand.cybermq.com
Laila, Najmu. Disharmonitas Pembangunan Ekonomi dengan Pelestarian Alam.
http://mhs.blog.ui.ac.id.
Setiawan,
Beni.
Pembangunan
Berwawasan
Lingkungan.
http://bennisetiawan.blogspot.com/
Wikipedia Indonesia. Revolusi Hijau. http://id.wikipedia.org.

Anda mungkin juga menyukai