Anda di halaman 1dari 17

1

Analisis Potensi Air Tanah di Kabupaten Bulukumba


Provinsi Sulawesi Selatan
Dwi Rahmayana / 200110500007

Jurusan Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Negeri Makassar

Email: rahmayanadwi@gmail.com

ABSTRACT

The existence of water resources on the earth's surface as the main natural resource that
supports life is very important to be identified and informed. Groundwater in terms of quality
and quantity is one of the potential sources to be utilized in meeting the need for water
resources. Fulfillment of this task aims to describe the potential for groundwater in Bulukumba
Regency. The method used is Geographic Information System. There are 8 overlaid variables,
namely; rainfall, topography, slope, land use, drainage density, soil type, vegetation density and
rock type geology. The results illustrate that there are five classes of groundwater potential.
Most of the area is in the medium class area of 66,457.29 Ha (57.64 percent), then the high
class area is 41,067.25 Ha (35.62 percent), the low class is 7,420.14 Ha (6.44 percent), the very
high class is only 354.37 (0.31 percent) and very low class 0.25 Ha (0.0002 percent). The high
grade groundwater potential is spread over the Bontobahari, Kadjang, Rilauale, Ujung Loe,
Ujungbulu, Gantarang, Bontotiro, and Bulukumpa sub-districts. And the potential for the class
is very high, namely the Ujung Loe and Bontotiro Districts.

Keywords: Groundwater, Bulukumba Regency

ABSTRAK

Keberadaan sumberdaya air di permukaan bumi sebagai sumberdaya alam utama pendukung
kehidupan sangat penting untuk diidentifikasi dan diinformasikan. Airtanah ditinjau dari aspek
kualitas maupun kuantitasnya merupakan salah satu sumber yang potensial untuk dimanfaatkan
dalam memenuhi kebutuhan akan sumberdaya air. Pemenuhan tugas ini bertujuan
menggambarkan potensi air tanah di Kabupaten Bulukumba. Metode yang digunakan yaitu
Sistem Informasi Geografis. Variabel yang dioverlay ada 8 yaitu; curah hujan, topografi,
kemiringan lereng, penggunaan lahan, densitas drainase, jenis tanah, kerapatan vegetasi dan
geologi jenis batuan . Hasil menggambarkan ada lima kelas potensi air tanah. Sebagian besar
wilayahnya berada pada kelas sedang seluas 66.457,29 Ha (57,64 persen), kemudian kelas
tinggi seluas 41.067,25 Ha (35.62 persen), kelas rendah 7.420,14 Ha (6,44 persen), kelas
sangat tinggi hanya 354.37 (0,31 persen) dan kelas sangat rendah 0,25 Ha (0,0002 persen).
Potensi air tanah kelas tinggi tersebar pada daerah Kecamatan Bontobahari, Kadjang,
Rilauale, Ujung Loe, Ujungbulu, Gantarang, Bontotiro, dan Bulukumpa. Dan potensi pada
kelas sangat tinggi yaitu daerah Kecamatan Ujung Loe dan Bontotiro.

Kata Kunci: Air Tanah, Kabupaten Bulukumba


2

PENDAHULUAN

Keberadaan sumberdaya air di permukaan bumi sebagai sumberdaya alam utama


pendukung kehidupan sangat penting untuk diidentifikasi dan diinformasikan. Air adalah zat
yang memiliki peranan penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi yang mana diketahui
hampir menutupi 71% permukaan bumi. Air juga merupakan bagian penting dari sumber daya
alam yang bersifat sumber daya yang terbarukan dan dinamis, dalam artian sumber utama air
yang berupa hujan akan selalu datang sesuai dengan waktu atau musimnya sepanjang tahun
(Kodoatie et.al., 2010). Air yang diperoleh dari sumber permukaan perlu diolah sebelum
digunakan, tetapi air tanah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas segarnya.
Terjadinya air tanah tergantung pada faktor iklim, geologi, hidrologi, ekologi, dan fisiografi dan
interaksi di antara mereka bukan terjadi secara kebetulan (Arkoprovo et al. 2012)
Airtanah ditinjau dari aspek kualitas maupun kuantitasnya merupakan salah satu sumber
yang potensial untuk dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan akan sumberdaya air
(Pendidikan et al., 2019). Usaha memanfaatkan dan mengembangkan air tanah telah dilakukan
sejak jaman kuno (Halik, 2008). Di Indonesia peranan air tanah makin lama semakin penting
karena air tanah menjadi sumber air utama untuk memenuhi kebutuhan pokok hajat hidup orang
banyak (common goods), seperti air minum, rumah tangga, industri, irigasi, pertambangan,
perkotaan dan lainnya, serta sudah menjadi komoditi ekonomis bahkan di beberapa tempat
sudah menjadi komoditi strategis. Diperkirakan 70% kebutuhan air bersih penduduk dan 90%
kebutuhan air industri berasal dari air tanah (Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan
Pertambangan 2004). Hal ini lah yang mendukung bahwa dengan melihat keberadaan potensi
air tanah dapat membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Zona potensi air tanah adalah pendefinisian suatu area berdasarkan kemungkinan
adanya sumber air tanah. Berbagai macam teknik dapat digunakan untuk memberikan informasi
terkait potensi air tanah, baik secara langsung maupun tidak langsung (Agarwal & Garg, 2016).
Perkembangan teknologi saat ini juga memungkinkan kita untuk menggambarkan secara lebih
efektif dan efisien terkait potensi airtanah dari sebelumnya. Munculnya penginderaan jauh dan
Sistem Informasi Geografis (SIG) membentuk seperangkat alat canggih yang digunakan untuk
pengumpulan, penyimpanan, dan pengelolaan data spasial secara sederhana, (Aggarwal et al.
2019) juga menemukan GIS sebagai alat yang menjanjikan untuk eksplorasi air tanah. Berbagai
penelitian telah dirujuk untuk memilih parameter yang dapt mempengaruhi potensi air tanah
(Anbarasu et al. 2019). Oleh karena itu, geomorfologi, kerapatan drainase, kerapatan kelurusan,
kemiringan lereng, geologi, penggunaan lahan, jenis tanah, curah hujan, dan elevasi merupakan
faktor utama yang dipertimbangkan untuk mempengaruhi proses delineasi zona potensial.
Sehingga melalui kegiatan yang dihasilkan dari pembuatan peta potensi airtanah ini dapat dilihat
bagaimana pembagian zona potensi airtanah pada lokasi daerah yang dipilih dan dapat
meningkatkan pengetahuan pembaca terkait zona potensi air tanah.

METODE

Data yang dibutuhkan pada penyelesaian tugas peta ini adalah data administrasi
Kabupaten Bulukumba, data jenis tanah, data geomorfologi, peta geologi Indonesia lembar
Ujung Pandang tahun 1975, data curah hujan Kabupaten Bulukumba. Analisis potensi airtanah
menggunakan 8 variabel yaitu curah hujan, kemiringan lereng, ketinggian tempat, densitas
3

drainase, kerapatan vegetasi, jenis tanah, penggunaan lahan, dan jenis batuan (Saranya &
Saravanan, 2020).

Gambar 1. Peta Lokasi Kabupaten Bulukumba

Adapun langkah-langkah pengerjaan peta potensi airtanah ini yaitu sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan tujuan untuk mengambil landasan teori yang berkaitan
secara langsung dengan kegiatan yang sudah dirumuskan, dan dipakai sebagai pedoman dalam
menyelesaikan tugas. Studi literatur yang dimaksud adalah dengan menghimpun dasar teori dari
berbagai literatur yang berasal dari buku-buku teks, jurnal penelitian, ataupun
penulisanpenulisan ilmiah seperti tugas akhir ataupun tesis, yang ada kaitannya dengan topik
yang diangkat. Studi literatur ini diperlukan untuk mendukung, memberikan landasan teori
maupun untuk tujuan analisis data terhadap langkah-langkah yang akan dilakukan, sehingga
tugas ini akan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

2. Pengumpulan Data
Dalam pemenuhan tugas ini dilakukan pengambilan contoh sesuai standar ataupun
petunjuk-petunjuk yang ada sehingga didapatkan data-data yang dibutuhkanAdapun data-data
yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
 DEM STRM Badan Informasi Spasial
Digital elevation model (DEM) adalah representasi tiga dimensi dari
permukaan bumi dalam sumbu x, y dan z (Lin, et al., 2013). DEM yang diproduksi oleh
Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) memiliki resolusi sebesar 30 meter dan
4

tersedia secara gratis (Cheng, 2015) melalui Badan Informasi Geospasial dimana juga
menyajikan data lainnya seperti administrasi dan penggunaan lahan suatu daerah.
 Landsat 8 ORI
Citra satelit Landsat 8 ORI akan diolah menggunakan metode Normalized
Difference Vegetation Index (NDVI). NDVI digunakan untuk mendapatkan parameter
indeks vegetasi. Indeks vegetasi merupakan estimasi dari tingkat kesuburan tanaman,
suatu parameter yang berpengaruh dalam menentukan prospek air tanah (Ledoux,
2015).

 Curah Hujan
Curah hujan memiliki peran yang besar dalam pengisian ulang (recharge) air
tanah. Curah hujan menjadi penentu jumlah air yang tersedia untuk infiltrasi ke dalam
sistem air tanah (Agarwal & Garg, 2016). Data curah hujan tahunan dimiliki oleh
BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) dan tersedia untuk umum.
Data curah hujan yang akan digunakan dalam tugas ini adalah mulai tahun 2011 – 2020.
 Peta Geologi
Peta geologi memberikan informasi mengenai distribusi dari berbagai jenis
batuan dan struktur deformasinya (Patra, et al., 2016). Peta yang digunakan adalah peta
geologi Indonesia lembar Ujung Pandang tahun 1975 skala 1:1.000.000.
 Jenis Tanah
Jenis tanah memiliki peran penting dalam pemetaan air tanah dan setiap jenis
tanah akan memiliki nilai permeabilitas yang berbeda (Mandal, et al., 2016). Data jenis
tanah diperoleh dari Badan Pertanahan Negara (BPN) tahun 2017.

3. Pembuatan Peta
Data yang terkumpul pada tahap sebelumnya akan diolah sehingga menghasilkan
parameter yang diperlukan dalam menentukan zona potensi air tanah menjadi sebuah peta dasar
yang diberikan bobot/skor tiap klasifikasian yang ada kemudian dilakukan tahap overlay
(penggabungan peta) menggunakan software ArcGIS 10.8.
Pemberian skor setelah proses penjumlahan skor pada setiap variabel penentu, dilakukan
pembagian kelas tingkat potensi air tanah menggunakan formula sebagai berikut:

dengan: I = interval kelas


= jumlah skor tertinggi
= jumlah skor terendah
= jumlah kelas yang diinginkan

Berdasarkan formula di atas, maka besar interval masing-masing potensi air tanah di
setiap satuan parameter adalah:
5

Maka, kelas potensi air tanah ditetapkan dengan interval 6, seperti yang terlihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Bobot parameter


No. Parameter Sub-parameter Skor
1 Kerapatan Vegertasi Lahan tidak bervegetasi 1
(NDVI) Kehijauan sangat rendah 2
Kehijauan rendah 3
Kehijauan sedang 4
Kehijauan tinggi 5
2 Densitas Drainase 0 – 101 5
(m/ 101 – 203 4
203 – 304 3
304 – 406 2
406 - 508 1
3 Kemiringan Lereng 0 – 8 5
(%) 8 -15 4
15 -25 3
25 – 40 2
>40 1
4 Geologi Batu Gamping 4
Endapan Aluvium 3
Batu Pasir 2
Batuan Vulkanik 1
5 Jenis Tanah Pasir 3
Lempung Berpasir 2
Lempung 1
6 Curah Hujan (mm) >2500 5
2000 - 2500 4
1500 – 2000 3
1000 – 1500 2
<1000 1
7 Penggunaan Lahan Agrikultur 5
Hutan 4
Danau 3
Tanah kosong 2
Permukiman 1
8 Ketinggian Tempat 0 – 20 5
(mdpl) 21 – 50 4
51 – 100 3
101 – 300 2
>300 1
Sumber: (Mandal, et al., 2016)

Tabel 2. Klasifikasi Potensi Air Tanah


No Kelas Interval Tingkat Potensi
1 <16 Sangat Rendah
2 16 – 21 Rendah
3 22 – 27 Sedang
6

4 28 – 33 Tinggi
5 >33 Sangat Tinggi

Gambar 2. Diagram Alir


7

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng merupakan salah satu faktor yang secara langsung mempengaruhi
infiltrasi dari air hujan (Selvam, et al., 2016). Daerah yang memiliki kelerengan yang curam
mengindikasikan kecepatan air yang tinggi. Daerah curam akan meningkatkan limpasan
permukaan, sehingga mengurangi tingkat infiltrasi air permukaan, begitu juga sebaliknya
(Duan, et al., 2016). Pada kemiringan lereng disini dibagi atas 5 kelas ysitu datar, landau, agak
curam, curam, dan sangat curam.
Berdasarkan peta kemiringan lereng yang dihasilkan, menunjukkan bahwa sebagian
besar dari nilai kelerengan 0-8% (datar) sehingga menunjukkan potensi air tanah yang baik
seluas 60438,37 ha dengan persentase 52,23%. Adapun nilai kemiringan lereng beserta
luasannya dan peta persebaran kemiringan lereng dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 3
dibawah ini.

Tabel 3. Nilai kemiringan lereng


Tingkat Kelerengan (%) Luas (ha) Persentase
0–8 60438.37 52.23
8-15 28651.84 24.76
15 -25 15670.69 13.54
25 – 40 6969.657 6.02
>40 3976.298 3.44

Gambar 3. Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Bulukumba


8

2. Densitas Drainase
Densitas drainase adalah kedekatan jarak antara drainase dalam suatu daerah aliran
sungai (DAS) (Agarwal & Garg, 2016). Tingginya densitas drainase mengindikasikan bahwa
sebagian besar air hujan akan menjadi limpasan ke dalam air permukaan (Mandal, et al., 2016).
Oleh karena itu, daerah dengan densitas drainase tinggi akan memiliki potensi air tanah yang
rendah.
Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat diketahui bahwa 29,04% dari luas Kabupaten
Bulukumba memiliki densitas yang sedang, 28,91% memiliki densitas yang cukup rapat.
Sedangkan untuk kelas densitas drainase cukup renggang dan renggang menutupi area
Kabupaten Bulukumba seluas 10,38% dan 20,97%. Kelas drainase cukup renggang dan
renggang terdapat pad area permukiman dimana pada area permukiman ini tidak memiliki
banyak drainase yang saling berdekatan. Adapun pembagian kelas densitas drainase ini dapat
dilihat secara lengkap pada tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Densitas drainase pada Kabupaten Bulukumba


Densitas Drainase (m/m2) Luas (ha) Persentase
0 – 101 (renggang) 12123.54 10.38
101 – 203 (cukup renggang) 24488.44 20.97
203 – 304 (sedang) 33908.89 29.04
304 – 406 (cukup rapat) 33758.56 28.91
406 – 508 (rapat) 12506.71 10.71

Gambar 4. Peta Densitas Drainase Kabupaten Bulukumba


9

3. Geologi
Jenis batuan di suatu area memiliki efek yang signifikan terhadap ketersediaan atau
potensi air tanah (Selvam, et al., 2016). Berdasarkan peta geologi yang diperoleh dari lembar
Ujung Pandang tahun 1975 skala 1:1.000.000 menunjukkan adanya beberapa jenis batuan yang
ada di daerah Kabupaten Bulukumba. Adanya endapan yang berumur kuarter dan tersier dapat
mengidentifikasi keberadaan air tanah pada suatu daerah (Zulfikar et al., 2020) yang mana
umumnya berupa aluvium lempung dan pasir. Selain itu, banyak juga ditemukan air tanah besar
di wilayah akuifer gamping karena batu gamping mengandung kalsium karbonat terlarut
sehingga air tanah di kawasan karst memiliki tingkat kesadahan yang tinggi. Adanya pelarutan
batu gamping ini menyebabkan batuan memiliki pori-pori yang semakin besar yang disebabkan
oleh ketirisan batuan. Pori-pori tersebut pun akan semakin berkembang sehingga membentuk
suatu rongga yang besar sehingga terbentuklah waduk air tanah yang besar (Shanaka et al.,
2016).
Menurut data yang telah diolah, batuan intrusif memenuhi area Kabupaten Bulukumba
seluas 60.971,71 ha (52.19%) dimana batuan vulkanik memiliki potensi air tanah yang paling
rendah. Sedangkan batu gamping dan aluvium yang mmemiliki potensi air tanah yang baik
secara berturut-turut menutupi area seluas 27.49% dan 0.34% . Adapun secara jelas persebaran
jenis batuan beserta luasannya dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 5 dibawah ini.
\

Gambar 5. Peta Jenis Batuan Kabupaten Bulukumba

Tabel 5. Jenis batuan pada Kabupaten Bulukumba


Jenis Batuan Luas (ha) Persentase
Batu gamping 32119.85 27.49
Endapan aluvium 395.6165 0.34
Batu pasir 23344.71 19.98
10

Batuan vulkanik 60971.07 52.19

4. Curah Hujan
Data curah hujan di wilayah Kabupten Bulukumba dari tahun 2011 sampai dengan 2020
yang telah diolah sebagaimana terlihat pada Tabel 6 dan Gambar 6 di bawah ini menunjukkan
bahwa seluas 53.418,99 ha (45.73%) menutupi Kabupaten Bulukumba dengan insensitas rata-
rata yakni 2000-2500 mm/tahun dan diatas 2500 mm/tahum seluas 11.104,7ha (9.51%) yang
tersebar wilayah Kecamatan Kindang, Herlang, Bulukumpa, Rilaule dan Kadjang serta Hal ini
dapat menunjukkan bahwa potensi air tanah yang baik sebagaimana menurut Agarwal & Garg
(2016) menjelaskan bahwa jumlah air yang tersedia untuk menyusup (infiltrasi) ke dalam air
tanah ditentukan oleh besarnya curah hujan pada suatu daerah. Hal ini juga dipertegas oleh
Hanafi, dkk (2018) bahwa terdapat hubungan yang kuat antara curah hujan dengan keberadaan
air tanah dimana jika curah hujan rendah maka air tanah juga rendah.

Gambar 6. Peta Curah Hujan Kabupaten Bulukumba

Tabel 6. Nilai curah hujan pada Kabupaten Bulukumba


Rata-Rata Curah Hujan Luas (ha) Persentase
>2500 11104.7 9.51
2000 - 2500 53418.99 45.73
1500 – 2000 23383.16 16.08
1000 – 1500 18191.25 15.57
<1000 10724.1 9.18
11

5. Penggunaan Lahan
Jenis enggunaan lahan suatu wilayah menentukan tingkat kelembaban tanah,
permeabilitas, jumlah limpasan, dan perkolasi di wilayah (Ibrahim-Bathis dan Ahmed, 2016).
Adanya peta tata guna lahan dan tutupan lahan menggambarkan areal yang secara tidak
langsung akan berbanding lurus dengan jumlah air yang tersedia untuk potensi air tanah (Patil
dan Mohite 2014).. Berdasarkan hasil olah data menunjukkan bahwa seluas 93.151,19ha
(79.84%) menutupi area Kabupaten Bulukumba tata guna lahan berupa agrikultur. Agrikultur
meliputi segala aspek pertanian dimana dapat memberikan sumbangsi terhadap tingkat potensi
air tanah yang baik. Sebagaimana menurut Darmawan (2013) bahwa tanaman agrikultur dengan
sengaja atau tidak dapat bersama meningkatkan kandungan air tanah pada suatu lokasi. Berbeda
halnya dengan lokasi seperti permukiman yang memiliki potensi air tanah yang kurang baik
dimana didukung dengan kurangnya daya resapan air akibat berdirinya bangunan pada suatu
lokasi lahan.

Gambar 7. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Bulukumba

Tabel 7. Tata guna lahan Kabupaten Bulukumba


Tata Guna Lahan Luas (ha) Persentase
Agrikultur 93151.19 79.84
Hutan 19963.8 17.11
Danau 3.219 0.02
Tanah kosong 285.37 0.24
Permukiman 3271.513 2.80
12

6. Jenis Tanah
Jenis tanah memiliki peran penting dalam pemetaan air tanah, di mana setiap jenis tanah
memiliki nilai permeabilitas yang berbeda (Mandal, et al., 2016). Potensi air tanah memiliki
hubungan langsung dengan kelas permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi
memiliki potensi air tanah yang besar. Semakin cepatnya laju permeabilitas tanah dipengaruhi
oleh banyak faktor antara lain tekstur tanah dan pori pori tanah. Apabila teksturnya pasir maka
permeabilitas tinggi, karena pasir mempunyai pori-pori makro, sehingga pergerakan air dan zat-
zat tertentu bergerak dengan cepat (Kalembiro et al., 2018).
Berdasarkan data yang telah diolah terdapat beberapa jenis tanah yaitu jenis tanah pasir
yang mana pada dasarnya merupakan jenis tanah memiliki permeabilitas yang baik dan
berpotensi sebagai lokasi sumber air tanah serta menutupi 2.423,3ha (4.97%) Kabupaten
Bulukumba. Kemudian tanah lempung yang daya menahan air sedang, begitu pula
permeabilitasnya yang sedang (Parhadi, 2016) menyebabkan tanah jenis ini berada pada tingkat
sedang terhadap potensi air tanah dan menutupi 74.29% luas wilayah atau 86.406,55 ha. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8 dan Gambar 8 terkait persebaran jenis tanah di
Kabupaten Bulukumba

Tabel 8. Jenis tanah Kabupaten Bulukumba


Jenis Tanah Luas (ha) Persentase
Pasir 24232.3 20.83
Lempung 86406.55 74.29
Lempung berpasir 5677.168 4.88

Gambar 8. Peta Jenis Tanah Kabupaten Bulukumba


13

7. Topografi/Ketinggian Tempat
Berdasarkan data yang telah diolah menunjukkan terdapat berbagai variasi ketinggian
tempat di daerah Kabupaten Bulukumba. Ketinggian 101-300 mdpl menutupi 36.623,78 ha
(31.45%) area Kabupaten Bulukumba yang terdiri dari Kecamatan Bontobahari, Kadjang,
Rilauale, Kindang, Bontotiro, dan Bulukumpa. Untuk ketinggian diatas 300 mdpl seluas
24.029,78 ha (20.63%) yang terdiri dari daerah Kecamatan Bulukumpa, dan Kindang. Seperti
halnya parameter lainnya, ketinggian suatu tempat juga berpengaruh terhadap potensi air tanah
dimana menurut Marpaung (2016) bahwa semakin tinggi suatu wilayah curah hujannya
sehingga melalui ketinggian tempat dapat memberi peluang terhadap potensi air tanah pada
suatu wilayah.

Gambar 9. Peta Ketinggian Tempat Kabupaten Bulukumba

Tabel 9. Ketinggian tempat Kabupaten Bulukumba


Ketinggian (mdpl) Luas (ha) Persentase
0 – 20 13436.96 11.54
21 – 50 16710.04 14.35
51 – 100 25661.72 22.03
101 – 300 36623.46 31.45
>300 24029.78 20.63

8. Kerapatan Vegetasi
Salah satu metode perubahan kerapatan vegetasi ini dapat dipantau menggunakan citra
Landsat 8 (Iskandar, 2012). Indeks vegetasi yang digunakan untuk mengetahui kerapatan
14

vegetasi yaitu nilai NDVI (Normalized Difference Vegetation Index). NDVI merupakan suatu
transformasi untuk menonjolkan aspek vegetasi sehingga dapat menunjukkan tingkat kerapatan
vegetasi yang ada di lapangan. Semakin besar nilai NDVI menunjukkan semakin tinggi
kerapatan vegetasinya (Irawan & Sirait, 2018).
Berdasarkan hasil olah data yang terdapat pada Tabel 10 dan Gambar 10 di bawah ini
dapat dilihat bahwa tingkat kerapatan vegetasi tergolong tinggi dengan kehijauan yang tinggi
sebesar 62,79% atau seluas 73.032,37 ha.

Gambar 10. Tingkat Kerapatan Vegetasi NDVI Kabupaten Bulukumba

Tabel 10. Tingkat Kerapatan Vegetasi Kabupaten Bulukumba


Kerapatan Vegetasi (NDVI) Luas (ha) Persentase
Lahan tidak bervegetasi (< 0.1) 254.4293 0.22
Kehijauan sangat rendah (0,1 – 0,25) 1485.757 1.28
Kehijauan rendah (0,25 – 0.5) 10727.5 9.22
Kehijauan sedang (0,5 – 0,75) 30808.12 26.49
Kehijauan tinggi (0,75 – 1) 73032.37 62.79

9. Potensi Air Tanah


Sebagian besar wilayahnya berada pada kelas sedang seluas 66.457,29 Ha (57,64
persen), kemudian kelas tinggi seluas 41.067,25 Ha (35.62 persen), kelas rendah 7.420,14 Ha
(6,44 persen), kelas sangat tinggi hanya 354.37 (0,31 persen) dan kelas sangat rendah 0,25 Ha
(0,0002 persen). Potensi air tanah kelas tinggi tersebar pada daerah Kecamatan Bontobahari,
Kadjang, Rilauale, Ujung Loe, Ujungbulu, Gantarang, Bontotiro, dan Bulukumpa. Dan potensi
15

pada kelas sangat tinggi yaitu daerah Kecamatan Ujung Loe dan Bontotiro. Adapun untuk luas
dan persentase secara detail dari setiap klasifikasi dapat dilihat pada Tabel 11 dan Gambar 11 di
bawah ini.

Tabel 11. Klasifikasi Potensi Air Tanah


No Kriteria Klasifikasi Luas (ha) Persentase
1 <15 Sangat Rendah 0.25 0.0002
2 16-21 Rendah 7420.14 6.44
3 22-27 Sedang 66457.29 57.64
4 28-33 Tinggi 41067.25 35.62
5 >33 Sangat Tinggi 354.37 0.31
Total 115299.29 100

Gambar 11. Peta Potensi Air Tanah Kabupaten Bulukumba

KESIMPULAN

Potensi air tanah Kabupaten Bulukumba dalam kategori sedang dengan menutupi area
seluas 66.457,29 ha (57,64%) dari Luas kabupaten Bulukumba yang ditentukan oleh 8 faktor
dan saling mendukung dan mempengaruhi satu sama lainnya.
16

DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, R., & Garg, P. K. (2016). Remote Sensing and GIS Based Groundwater Potential &
Recharge Zones Mapping Using Multi-Criteria Decision Making Technique. Water
Resources Management, 30(1), 243–260. doi:10.1007/s11269-015-1159-8
Aggarwal M, Saravanan S, Jennifer JJ, Abijith D .(2019). Advances in remote sensing and geo
informatics applications. Springer, New York.
Anbarasu S, Brindha K, Elango L. (2019). Multi-infuencing factor method for delineation of
groundwater potential zones using remote sensing and GIS techniques in the western part
of Perambalur district, Southern India. Earth Sci Inf. https://doi.org/10.1007/s12145-019-
00426-8
Arulbalaji P, Padmalal D, Sreelash K (2019) GIS and AHP techniques based delineation of
groundwater potential zones: a case study from Southern Western Ghats. India Sci Rep.
https://doi. org/10.1038/s41598-019-38567-x
Darmawan, A. (2013). Perjuangan Untuk Hidup: Cacing Tanah Melalui Deforestasi Di Bungku
(Jambi) Dan Gunung Gede (Jawa Barat). Doctoral dissertation, Bogor Agricultural
University (IPB).
Direkorat.Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan, 2004. Air tanah.
info@dgtl.dpe.go.id. Diakses tahun 2022.
Duan, H., Deng, Z., Deng, F., & Wang, D. (2016). Assessment of Groundwater Potential Based
on Multicriteria Decision Making Model and Decision Tree Algorithms. Mathematical
Problems in Engineering, 2016. doi:10.1155/2016/2064575
Halik, G. (2008). PENDUGAAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK.
109–114.
Hidayati, N., Rosawanti, P., Arfianto, F., & Hanafi, N. (2018). Pemanfaatan Lahan Sempit
Untuk Budidaya Sayuran Dengan Sistem Vertikultur. PengabdianMu: Jurnal Ilmiah
Pengabdian kepada Masyarakat, 3(1), 40-46.
Irawan, S., & Sirait, J. (2018). Perubahan Kerapatan Vegetasi Menggunakan Citra Landsat 8 Di
Kota Batam Berbasis Web. Jurnal Kelautan: Indonesian Journal of Marine Science and
Technology, 10(2), 174. https://doi.org/10.21107/jk.v10i2.2685
Iskandar, M., Sanjoto, T. B., & Sutardji, S. (2012). Analisis Kerapatan Vegetasi Menggunakan
Teknik Penginderaan Jauh Sebagai Basis Evaluasi Kerusakan Hutan di Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango. Geo-Image, 1(1).
Kalembiro, M., Rajamuddin, U. A., Zaenuddin, R., Program, M., Agroteknologi, S., Pertanian,
F., & Tadulako, U. (2018). Karakteristik Fisik Tanah Pada Berbagai Kelerengan. 6(6),
748–756.
Mandal, U., Sahoo, S., Munusamy, S. B., Dhar, A., Panda, S. N., Kar, A., & Mishra, P. (2016).
Delineation of Groundwater Potential Zones of Coastal Groundwater Basin Using Multi-
Criteria Decision Making Technique. Water Resources Management, 30, 4293–4310.
doi:10.1007/s11269-016-1421-8
Marpaung, Sartono. (2016), Sartono. 2016. Pengaruh Topografi Terhadap Curah Hujan
Misiman dan Tahunan di Provinsi Bali Berdasarkan Data Observasi Resolusi Tinggi.
Prosiding Seminar Penerbangan dan Antariksa 2016. Sub Seminar Sain Atmosfer dan
Iklim. 15 November 2016.
Parhadi, P. (2016). Pengaruh Mulsa Jerami Terhadap Laju Erosi Pada Tanah
Mediteran. Wahana Teknik Sipil: Jurnal Pengembangan Teknik Sipil, 20(1).
Pendidikan, J., Fakultas, G., Sosial, I., & Negeri, U. (2019). Hidrogeomorfologi dan Potensi
Mata Air Lereng Barat Daya Gunung Merbabu. 33(1). https://doi.org/10.22146/mgi.35570
17

Saranya, T., & Saravanan, S. (2020). Groundwater potential zone mapping using analytical
hierarchy process (AHP) and GIS for Kancheepuram District, Tamilnadu, India. Modeling
Earth Systems and Environment, 6(2), 1105–1122. https://doi.org/10.1007/s40808-020-
00744-7
Selvam, S., Dar, F. A., Magesh, N. S., Singaraja, C., Venkatramanan, S., & Chung, S. Y.
(2016). Application of remote sensing and GIS for delineating groundwater recharge
potential zones of Kovilpatti Municipality, Tamil Nadu using IF technique. Earth Science
Informatics, 9, 137-150. doi:10.1007/s12145-015-0242-2Zulfikar, M., Budi, F., &
Hernawan, U. (2020). Penafsiran Data Georadar Di Pesisir Pantai Barat Daya Pulau
Rote Characteristics of Quartenary Deposit and Ground Water Accummulation Based on
Georadar Data Interpretation in the Southwest Coast Rote Island. 18(2), 87–96.
Swain AK (2015) Delineation of groundwater potential zones in Coimbatore district, Tamil
Nadu, using Remote sensing and GIS techniques. Int J Eng Res Gen Sci 3(6):203–214

Anda mungkin juga menyukai