Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), April 2021 Vol.

26 (2): 292300
ISSN 0853-4217 http://journal.ipb.ac.id/index.php/JIPI
EISSN 2443-3462 DOI: 10.18343/jipi.26.2.292

Peranan Pergerakan Air Dalam-Tanah dalam Menurunkan Aliran


Permukaan
(The Role of Soil Water Movement in Reducing Surface Run Off)
Enni Dwi Wahjunie*, Dwi Putro Tejo Baskoro, Suria Darma Tarigan

(Diterima Oktober 2020/Disetujui April 2021)

ABSTRAK
Penyebab utama banjir dan erosi yang telah menciptakan lahan kritis di berbagai wilayah di Indonesia adalah
aliran permukaan. Aliran permukaan terjadi apabila curah hujan telah melebihi kemampuan peresapan tanah.
Kemampuan peresapan tanah dapat ditingkatkan melalui perbaikan pengelolaan tanah di setiap penggunaan lahan,
yang sangat ditentukan oleh pergerakan air baik di permukaan maupun di dalam tanah. Penelitian ini bertujuan
memprediksi aliran permukaan berdasar laju infiltrasi berbagai penggunaan lahan dan hujan di suatu wilayah.
Serangkaian penelitian dilakukan di wilayah hulu dan tengah DAS Ciliwung. Sifat-sifat tanah, pergerakan air, dan
curah hujan diamati di berbagai penggunaan lahan kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya laju
infiltrasi konstan/kapasitas infiltrasi sangat ditentukan oleh sifat-sifat fisik tanah yang memengaruhi pergerakan air
dalam-tanah. Waktu pencapaian laju infiltrasi konstan sangat ditentukan oleh kadar air awal infiltrasi dan derajat
kejenuhan kadar air awal, serta sifat-sifat fisik tanah. Nilai laju infiltrasi konstan dan waktu pencapaiannya
menentukan besarnya aliran permukaan yang terjadi.

Kata kunci: aliran permukaan, konduktivitas hidraulik, pengelolaan tanah, waktu pencapaian kapasitas infiltrasi

ABSTRACT
The main cause of flooding and erosion that creates critical land in various regions in Indonesia is surface runoff.
The surface runoff will occur if rainfall exceeds the capacity of soil water absorption (infiltration capacity). The soil
management of each land use could improve the infiltration capacity. The water movement both on the surface and
in the soil determines the water infiltration. This study predicts surface runoff based on the infiltration rate of various
land uses and rainfall in the Ciliwung Watershed. A series of studies were performed in the upstream and middle
areas of the watershed. Observations of soil properties, water movement, and rainfall were carried out in various dry
land uses. The results showed that the soil's physical properties mostly determine the constant infiltration rate, which
affected the water movement in the soil. The initial water content, the degree of saturation of the initial moisture
content, and the soil's physical properties determine the time of constant infiltration rate. The value of constant rate
infiltration and the time of its achievement determine the amount of surface runoff that occurs.

Keywords: hydraulic conductivity, run off, soil management, time achievement of infiltration capacity

PENDAHULUAN permukaan, seperti curah hujan, kemiringan lereng,


kondisi tanah, dan penutup tanah (vegetasi) (Liu et al.
Aliran permukaan sebagai penyebab erosi dan 2010; Wang et al. 2012; Zhang et al. 2017); kondisi
banjir, telah mempercepat peningkatan luas lahan kritis tanah dan vegetasi penutup tanah merupakan faktor
di beberapa wilayah daerah aliran sungai (DAS) di yang dapat dikelola untuk menurunkan aliran per-
Indonesia. Walaupun reboisasi terus diupayakan, luas mukaan. Pengurangan aliran permukaan merupakan
lahan kritis di Indonesia pada tahun 2018 masih 14,01 upaya pengelolaan hubungan curah hujan dan infiltrasi
juta ha (Kemen LHK 2019). Kekritisan lahan di suatu (Rodríguez-Blanco et al. 2012; Kumari et al. 2019).
DAS dapat menyebabkan banjir di musim hujan dan Kelebihan air hujan yang menjadi aliran permukaan
kekeringan di musim kemarau. Kondisi seperti ini dapat dapat disebabkan oleh kelebihan jumlah hujan maupun
menimbulkan berbagai masalah baru, antara lain kelebihan waktu terjadinya hujan (hujan berlangsung
kekurangan ketersediaan air untuk irigasi sehingga dalam waktu lama). Hujan yang berlangsung lama
produksi pertanian menurun. setelah saat tercapainya kapasitas infiltrasi berpotensi
Aliran permukaan dapat dikurangi dengan meningkatkan aliran permukaan. Alasan ini merupakan
pengelolaan berbagai faktor yang memengaruhinya. hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola lahan
Dari berbagai faktor yang memengaruhi aliran agar tidak terjadi aliran permukaan. Hujan yang jatuh
harus sebanyak-banyaknya diresapkan ke dalam
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas tanah.
Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Curah hujan yang ditentukan oleh jumlah,
Bogor 16680 intensitas, distribusi, dan arah hujan merupakan hal
* Penulis Korespondensi: Email: edwiwahjunie@yahoo.com
yang tidak pasti. Namun, infiltrasi merupakan faktor
yang dapat dikelola melalui perbaikan sifat-sifat tanah
JIPI, Vol. 26 (2): 292300 293

dengan mengelola tanah di setiap penggunaan lahan kekeringan di musim kemarau melalui pengurangan
dalam jangka panjang. Peresapan air dapat aliran permukaan, hubungan aliran permukaan dengan
ditingkatkan melalui peningkatan infiltrasi permukaan curah hujan dan peresapan air dikaji di wilayah hulu
tanah maupun peningkatan laju pergerakan air dan tengah DAS Ciliwung.
(konduktivitas hidraulik) di dalam tanah (Li & Shao
2006). Seperti yang telah dicermati oleh Bombino et al
(2019), pemberian residu tanaman pada lahan telah METODE PENELITIAN
dapat menurunkan aliran permukaan.
Penggunaan lahan di suatu bentang alam Lokasi Penelitian
(landscape) DAS sangat beragam, tergantung pada Penelitian dilaksanakan pada berbagai peng-
wilayah apakah berada di hulu, tengah, atau hilir DAS. gunaan lahan (tipe vegetasi) di Kabupaten Bogor, pada
Pada umumnya, wilayah hulu dengan kelerengan yang jenis tanah Inceptisol di DAS Mikro Cikardipa, Desa
lebih curam diperuntukkan bagi tanaman kayu-kayuan Sukagalih, Kecamatan Megamendung dan di Desa
berakar dalam sebagai wilayah tangkapan air. Wilayah Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang. Sifat
tengah dengan kelerengan relatif landai lebih tanah dianalisis di Laboratorium Konservasi Tanah dan
diperuntukkan bagi tanaman pangan semusim, dan Air, Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan,
hilir sebagai wilayah urban. Distribusi penggunaan Fakultas Pertanian, IPB University.
lahan di wilayah DAS tersebut mengikuti kaidah
kemampuan lahan (Sys & Debaveye, 1991) dan Alat dan Bahan
kesesuaian lahan (Prasetyo et al. 2001). Namun, hulu Alat-alat yang digunakan meliputi alat pengambilan
DAS yang merupakan wilayah tangkapan air biasanya contoh tanah di lapangan, permeameter untuk
memiliki suhu relatif rendah, sehingga banyak diguna- mengukur konduktivitas hidraulika, double ring
kan untuk pertanian tanaman pangan hortikultura infiltrometer untuk mengukur infiltrasi, dan alat-alat
dataran tinggi karena tanaman tersebut memerlukan analisis sifat-sifat tanah di laboratorium. Sejumlah
suhu rendah. bahan kimia digunakan dalam analisis sifat-sifat tanah
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa di laboratorium.
perbedaan jenis penggunaan lahan telah berpengaruh
pada laju peresapan air. Jenis penggunaan lahan Pelaksanaan Penelitian
berbeda dapat memperbaiki struktur tanah yang Tahapan penelitian meliputi penetapan lokasi di
berbeda akibat perbedaan kandungan bahan organik lapangan; pengukuran infiltrasi, konduktivitas hidraulik,
tanah maupun perbedaan sifat perakarannya. dan pengambilan tanah di lapangan; penetapan sifat–
Perbaikan struktur tanah oleh bahan organik dapat sifat tanah di laboratorium; serta pengolahan data.
meningkatkan jumlah ruang pori, hantaran hidraulik Lokasi penelitian dipilih atas dasar lahan yang
jenuh, dan kapasitas infiltrasi (Ogban & Utin 2015; memiliki jenis tanah yang sama sehingga diharapkan
Dionizio & Costa, 2018; Zhang et al. 2018). sifat-sifat tanahnya berbeda akibat perbedaan peng-
Seperti telah dikemukakan, peranan kemampuan gunaan lahan (tipe vegetasi) dan pengelolaannya
peresapan air di berbagai penggunaan lahan akibat selama bertahun-tahun. Penggunaan lahan (tipe
pengelolaannya dalam menurunkan aliran permukaan vegetasi) di Megamendung adalah bambu, kopi, dan
selain dipengaruhi oleh pergerakan air ke dalam tanah, tegalan; sedangkan di Babakan Madang adalah hutan
juga ditentukan oleh sifat hujan baik jumlah maupun sekunder, kebun campuran, dan tegalan.
intensitasnya. Hubungan antara hujan dan pergerakan Pada keenam penggunaan lahan tersebut diukur
air tanah yang menentukan kemampuan peresapan air laju infiltrasi dan konduktivitas hidraulik; serta contoh
perlu dipelajari sehingga dapat diperkirakan besarnya tanah dicuplik untuk analisis sifat-sifat tanah. Laju
aliran permukaan di setiap penggunaan lahan. Aliran infiltrasi diukur menggunakan metode falling head
permukaan pada skala DAS telah banyak diprediksi dengan alat double ring infiltrometer (Klute 1986).
dengan menerapkan berbagai simulasi pada model. Infiltrasi diukur sampai mencapai laju konstan yang
Namun, aliran permukaan pada jenis-jenis tutupan didahului dengan pengukuran kadar di sekitar double
lahan (vegetasi) terkait perubahan sifat-sifat tanah ring infiltrometer. Konduktivitas hidraulik diukur di
pada pergerakan air sebagai hasil pengelolaan tanah kedalaman 020 cm dan 2040 cm menggunakan
perlu diprediksi. Berdasarkan ketersediaan data curah permeameter (metode invers Auger Hole), didahului
hujan jangka panjang di suatu wilayah maupun data dengan pengukuran kadar air di sekitar permeameter.
pergerakan air dari berbagai tipe penggunaan lahan Konduktivitas hidraulik ditentukan hingga mencapai
diharapkan besarnya aliran permukaan dapat kecepatan tetap (konstan),
diprediksi. Perbedaan aliran permukaan antarjenis Contoh tanah untuk analisis sifat-sifat tanah diambil
penggunaan lahan tersebut diharapkan dapat menjadi secara acak tiga ulangan pada setiap penggunaan
masukan dalam pengelolaan lahan. Penelitian ini lahan, terdiri atas contoh tanah utuh, contoh tanah
bertujuan memprediksi aliran permukaan berdasarkan agregat utuh, dan contoh tanah terganggu di
data laju infiltrasi berbagai penggunaan lahan dan kedalaman 020 cm dan 2040 cm
curah hujan di suatu wilayah. Sebagai salah satu Analisis sifat-sifat tanah di laboratorium meliputi
upaya pengurangan banjir di musim hujan dan tekstur, bobot jenis partikel, kadar C-organik, bobot isi,
294 JIPI, Vol. 26 (2): 292300

stabilitas agregat, dan retensi air tanah (kurva pF). π = 3,14


Metode analisis sifat-sifat tanah adalah: tekstur tanah Q = Debit air (cm3 jam-1)
dengan metode pipet, kadar C-organik tanah dengan
metode Walkley & Black, bobot jenis partikel dengan Laju infiltrasi konstan, konduktivitas hidraulik jenuh,
metode piknometer; bobot isi dengan metode clod, dan waktu pencapaian laju infiltrasi konstan
stabilitas agregat dengan penetapan persentase dibandingkan secara deskriptif antarpenggunaan
agregat (> 2 mm) stabil dengan pengayakan basah, lahan. Pengurangan aliran permukaan pada setiap
retensi air dengan metode pressure plate, dan kadar penggunaan lahan diperoleh dari perbandingan aliran
air tanah secara gravimetrik. permukaan antarpenggunaan lahan. Aliran permukaan
hitung dengan membuat kurva hubungan simulasi
Analisis Data intensitas hujan terhadap kurva laju infiltrasi tiap
Laju infiltrasi konstan ditentukan dengan menetap- penggunaan lahan (tipe vegetasi); intensitas hujan
kan data penurunan tinggi permukaan air di dalam disimulasikan dengan suatu nilai tertentu (Gambar 2).
silinder bagian dalam double ring infiltrometer. Data curah hujan yang digunakan untuk simulasi
Kapasitas infiltrasi (laju infiltrasi minimum konstan) diperoleh dari pengamatan curah hujan harian penakar
diduga dengan menggunakan persamaan Horton: f = hujan otomatis di desa Sukagalih, Megamendung,
fc + (fo – fc)e-kt; f = laju infiltrasi , t = waktu (jam), fo = ditambah data curah hujan harian di wilayah lokasi
laju infiltrasi awal (cm jam-1), fc = laju infiltrasi konstan penelitian. Aliran permukaan ditentukan dari selisih
(cm jam-1), e = 2.718 (bilangan alam), dan k = intensitas hujan dengan laju infiltrasi maupun waktu
konstanta yang menunjukkan penurunan laju infiltrasi ketercapaian laju infiltrasi konstan, dengan MS Excel.
(Viessman et al. 1977).
Waktu pencapaian kapasitas/laju infiltrasi konstan
ditetapkan menggunakan analisis titik tetap dan HASIL DAN PEMBAHASAN
kestabilan (Wahjunie et al. 2015) seperti pada Gambar
1. Waktu pencapaian laju infiltrasi konstan diduga Kondisi Umum Penggunaan Lahan
melalui turunan pertama dari persamaan Horton. Lahan bambu, kopi, dan tegalan di Megamendung
Persamaan turunan pertama dari model Horton Lahan Bambu. Areal ini ditumbuhi bambu secara
tersebut mengarah ke titik tetap dan kestabilan, yaitu f alami sejak tahun 1999. Tanaman bambu merupakan
= fc sehingga dapat ditentukan waktu pencapaian tanaman konservasi tanah dan air, karena mampu
kapasitas infiltrasi konstannya. Perhitungan hantaran memperlambat aliran permukaan maupun serapan
hidraulik jenuh menggunakan persamaan berikut: airnya sehingga dapat meningkatkan ketersediaan air
[ ln {h/r+((h/r)2 +1)0.5 }−1]Q dan penahan erosi dengan baik (Raka & Wiswasta
K= 2011). Serasah dan akar tanaman di bawah tanaman
2𝜋ℎ2
bambu dapat berfungsi sebagai penyaring air yang
Keterangan: mengandung limbah melalui serabut-serabut akarnya.
K = Hantaran hidraulik (cm jam-1) Lahan Kopi. Tanaman kopi di lokasi penelitian
H = Tinggi kolom air (cm) berjenis arabika yang telah berumur 10 tahun. Namun,
r = Jari-jari lubang (cm) sejak tiga tahun terakhir lahan dan tanaman kopi

Gambar 1 Penetapan waktu pencapaian laju infiltrasi konstan.


JIPI, Vol. 26 (2): 292300 295

80 80

Intensitas hujan (cm/jam)


Laju infiltrasi (cm/jam)

60 60

40 40

20 20

0 0
1 16 31 46 62 82
Waktu (menit)
laju infiltrasi Curah hujan tinggi Curah hujan rataan

Gambar 2 Kurva hubungan laju infiltrasi dengan intensitas hujan pada curah hujan tinggi dan rataan.
terbengkalai dan tidak terawat. Kondisi ini Saat pengamatan, singkong berumur 4-5 bulan.
menyebabkan rumput liar tumbuh di antara tanaman. Tumbuhan penutup tanah adalah rerumputan. Tanah
Jarak tanam kopi yang sekitar 2 hingga 3 meter diolah saat awal tanam singkong, yaitu dengan
ditumbuhi rumput liar sehingga tanah lahan kopi pencangkulan dan pemberian pupuk organik berupa
menjadi cukup lembap. Tanah di lahan kopi ini kotoran kambing.
mendapatkan sumbangan bahan organik yang cukup Tegalan. Lahan tegalan ini sebelumnya merupakan
banyak dari serasah tanaman kopi maupun rumput liar lahan semak belukar dan sejak tahun 2004 terus
yang tumbuh. menerus ditanami singkong. Pada saat penelitian,
Tegalan. Tegalan di Megamendung merupakan tanaman singkong telah berumur tiga bulan.
area pertanian lahan kering, yang dikelola secara Pengolahan tanah terakhir pada saat persiapan tanam.
intensif sepanjang tahun, dengan tanaman yang Permukaan tanah pada lahan ini tidak tertutupi oleh
diusahakan adalah tanaman sayuran semusim seperti tajuk tanaman yang rapat. Pengelolaan pada lahan ini
kacang-kacangan, cabai, tomat, ubi jalar, dan daun cukup intensif, meliputi pemberian pupuk organik
bawang. Saat penelitian berlangsung, lahan tegalan kotoran kambing, pembersihan gulma, dan
sedang ditanami bawang daun umur 4 minggu setelah pencangkulan. Serasah pada lahan ini hanya berasal
tanam (MST) yang ditumpangsarikan dengan tanaman dari tanaman singkong.
kacang edamame. Penanaman sebagian besar searah
lereng dengan tambahan tanaman pinggir berupa Sifat-sifat Tanah
tanaman kayu-kayuan sebagai salah satu upaya Proses masuknya air ke dalam tanah pada saat
rehabilitasi lahan. Pupuk kimia yang digunakan pada awal terjadi hujan dipengaruhi oleh sorpsitivitas dan
lahan tegalan adalah NPK dan TSP. Pengelolaan transmisivitas air di permukaan tanah, diikuti oleh
lahan tegalan sebagian besar menggunakan bahan pergerakan air dalam-tanah (konduktivitas hidraulik
organik sisa kotoran ternak dan sisa panen. dalam keadaan tak jenuh diikuti keadaan jenuh)
(Ogban & Utim 2015, Stolte 2003). Proses-proses
Hutan Sekunder, Kebun Campuran, dan Tegalan di tersebut sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah
Babakan Madang seperti tekstur, kadar bahan organik, bobot isi,
Hutan Sekunder. Hutan sekunder ditumbuhi distribusi pori, kontinuitas pori, dan stabilitas agregat
berbagai tanaman kayu-kayuan, yang didominasi oleh dalam profil tanah. Sifat-sifat tanah tersebut
pohon jati, pinus, jabon, meranti, serta tumbuhan ditampilkan pada Tabel 1.
bawah sebagai penutup tanah seperti melastoma, Seluruh tanah di berbagai penggunaan lahan
rerumputan, dan tanaman liar lainnya. Serasah dari bertekstur klei, dengan kadar klei tanah di Babakan
sisa-sisa tumbuhan menjadi sumber bahan organik Madang lebih tinggi (5661% di kedalaman 020 cm;
tanah. dan 6471% di kedalaman 2040 cm) dibanding tanah
Kebun Campuran. Di area ini terdapat campuran di Megamendung (4144% di kedalaman 020 cm; dan
tanaman semusim dan tanaman tahunan yang 4149 % di kedalaman 2040 cm). Kadar bahan
diusahakan sejak tahun 2003. Tanaman tahunan organik di Megamendung lebih tinggi daripada di
adalah jati sedangkan tanaman semusim adalah Babakan Madang. Keadaan ini telah menciptakan
singkong dan pisang. Tanaman tahunan dibiarkan bobot isi yang lebih rendah dan ruang pori drainase
tumbuh tanpa ada perlakuan khusus sedangkan yang lebih tinggi. Nilai persentase agregat > 2 mm yang
singkong diberi pupuk organik pada awal penanaman.
296 JIPI, Vol. 26 (2): 292300

stabil tidak seiring dengan kadar bahan organik tanah. Babakan Madang terjadi penurunan nilai konduktivitas
Proses agregasi tidak hanya ditentukan oleh bahan hidraulik yang cukup nyata dibanding di kedalaman
organik tanah. Tampaknya, jumlah klei yang lebih tanah 020 cm. Perbedaan penggunaan lahan telah
tinggi di tanah Babakan Madang telah memengaruhi memengaruhi nilai konduktivitas hidraulik tanah akibat
proses agregasi tanah. Fungsi klei sebagai bahan perbedaan struktur tanah yang tercipta (Ogban & Utin
penyemen dalam proses agregasi lebih kuat daripada 2015). Perbedaan tersebut terutama akibat pengaruh
bahan organik karena sifatnya lebih permanen (Kay tipe vegetasi (Regues et al. 2017).
1990; Oades 1984). Pengaruh bahan organik dan klei Laju infiltrasi konstan merupakan laju infiltrasi yang
secara bersama dalam proses agregasi terlihat pada terjadi setelah waktu tertentu dalam suatu kejadian
ruang pori drainase. Ruang pori drainase yang tercipta hujan. Tercapainya laju infiltrasi konstan ini akibat dari
di tanah-tanah Megamendung lebih banyak daripada telah jenuhnya tanah sampai suatu kedalaman tertentu
ruang pori drainase di tanah-tanah Babakan Madang. sehingga laju pergerakan air masuk ke dalam tanah
Nilai ruang pori drainase yang tinggi merupakan dikendalikan oleh konduktivitas hidraulik jenuh.
potensi pergerakan air dalam-tanah yang lebih cepat. Namun, proses penjenuhan tanah sejak awal terjadi
Pergerakan air dalam-tanah yang lebih cepat, infiltrasi merupakan hal yang terjadi secara kompleks
selanjutnya dapat meningkatkan infiltrasi dan yang menyangkut beberapa proses dan sifat-sifat
mengurangi aliran permukaan. tanah dalam profil tanah. Selama waktu tertentu, zona
kedalaman tanah yang dapat terbasahi bergantung
Konduktivitas Hidraulik Jenuh dan Laju Infiltrasi pada kadar air awal, konduktivitas hidraulik tak jenuh
Konstan yang nilainya terus berubah mengikuti perubahan nilai
Konduktivitas hidraulik jenuh tanah memengaruhi kadar air tanah, proses redistribusi dalam zona
besarnya laju infiltrasi konstan, yang pada akhirnya kedalaman tanah yang juga dipengaruhi oleh
memengaruhi aliran permukaan yang terjadi. Tanah- karakteristik retensi air tanah. Stolte (2003)
tanah di berbagai penggunaan lahan di Megamendung menyatakan bahwa pengaruh penggunaan lahan pada
memiliki konduktivitas hidraulik yang lebih tinggi laju infiltrasi dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah yang
dibanding tanah-tanah di Babakan Madang (Tabel 2). terbentuk akibat pengelolaan lahan tersebut. Laju
Pada kedalaman tanah 2040 cm di tanah-tanah infiltrasi tanah dikendalikan oleh konduktivitas hidraulik

Tabel 1 Sifat-sifat tanah di berbagai penggunaan lahan


Ruang pori
Lokasi/ Kadar bahan Agregat stabil
Bobot isi (g/cm3) drainase
Penggunaan lahan organik (%) (>2mm) (%)
(% volume)
Megamendung: Kedalaman tanah 0-20 cm
Lahan Bambu 5,17 0,74 23 14
Lahan Kopi 6.89 0,79 29 12
Tegalan 5,01 0,80 31 7
Kedalaman tanah 20-40 cm
Lahan Bambu 3,65 0,72 24 19
Lahan Kopi 5,75 0,73 35 10
Tegalan 3,16 0,77 33 24
Babakan Madang: Kedalaman tanah 0-20 cm
Hutan Sekunder 3,03 0,94 20 24
Kebun campuran 2,61 1,10 15 17
Tegalan 2,38 1,20 13 14
Kedalaman tanah 20-40 cm
Hutan Sekunder 2,53 0,98 19 27
Kebun campuran 1,93 1,15 13 24
Tegalan 1,95 1,23 13 17

Tabel 2 Konduktivitas hidraulik jenuh dan laju infiltrasi konstan di berbagai penggunaan lahan
Konduktivitas hidraulik jenuh (cmjam-1)
Lokasi/ Kedalaman Tanah (cm) Laju infiltrasi konstan (cmjam-1)
Penggunaan Lahan
020 2040
Megamendung
Bambu 6,03 5,70 24,0
Kopi 4,81 5,56 18,0
Tegalan 4,23 4,28 17,0
Babakan Madang:
Hutan Sekunder 5,93 0,13 13,0
Kebun campuran 6,24 0,90 7.0
Tegalan 2,46 0,65 4,0
JIPI, Vol. 26 (2): 292300 297

tak jenuh dan jenuh, karakteristik retensi air tanah, dan menentukan konduktivitas hidraulik tak jenuh lapisan
kadar air awal proses infiltrasi. Konduktivitas hidraulik permukaan. Konduktivitas hidraulik tak jenuh ini
tanah merupakan laju pergerakan air di dalam tanah. menentukan proses redistribusi air ke lapisan tanah
Semakin cepat laju pergerakan air di dalam tanah, yang lebih bawah. Proses redistribusi air ke lapisan
semakin cepat peresapan air di permukaan tanah tanah bawah sangat dipengaruhi oleh karakteristik
(infiltrasi), sehingga mengurangi air hujan yang retensi air tanah. Pada awal infiltrasi, pergerakan air
mengalir di permukaan tanah (aliran permukaan). masuk ke dalam tanah dikendalikan oleh potensial
matriks dan potensial gravitasi tanah. Derajat
Waktu pencapaian laju infiltrasi konstan kejenuhan tanah menentukan besarnya potensial
Selain laju infiltrasi konstan, waktu pencapaian laju matriks tanah. Semakin tinggi derajat kejenuhan tanah,
infiltrasi konstan (Tabel 3) ikut menentukan besarnya semakin rendah potensial matriks tanah. Semakin
aliran permukaan. Hujan yang terjadi pada waktu besar konduktivitas hidraulik tak jenuh, semakin cepat
singkat, kemungkinan belum mencapai laju infiltrasi proses redistribusi dan juga semakin meningkat zona
konstan. Hujan dengan intensitas tertentu yang pembasahan lapisan tanah. Semakin dalam zona
berlangsung lama dapat mencapai laju infiltrasi pembasahan tanah,semakin cepat tercapai laju
konstan lebih cepat dan berpeluang terjadi aliran infiltrasi yang konstan.
permukaan lebih cepat dibanding lahan yang lebih Pada saat awal terjadi hujan, kadar air dalam tanah
lama mencapai laju infiltrasi konstan. masih rendah sehingga laju pergerakan air masuk ke
Derajat kejenuhan kadar air awal tanah-tanah di dalam tanah lebih cepat. Seiring dengan kejadian
Megamendung dan Babakan Madang relatif sama hujan yang terus berlangsung, terjadi juga proses
(Tabel 3), tetapi waktu pencapaian laju infiltrasi penjenuhan tanah. Pada saat tanah sudah mencapai
konstan berbeda-beda. Di lahan tegalan jenuh, laju infiltrasi menjadi berkurang dan nilainya
Megamendung, waktu pencapaian laju infiltrasi konstan. Laju infiltrasi konstan ini besarnya
konstan adalah 97 menit, walaupun kadar air awal di dikendalikan oleh laju pergerakan air di dalam tanah
atas kadar air kapasitas lapang dan derajat kejenuhan (konduktivitas hidraulik). Apabila tanah cepat jenuh,
relatif sama dengan lahan bambu dan kopi. Di Babakan maka waktu pencapaian laju infiltrasi konstan juga
Madang, tanah di kebun campuran memerlukan 103 cepat, sebaliknya jika lama mencapai jenuh, waktu
menit untuk mencapai laju infiltrasi konstan, walaupun pencapaiannya juga lama. Jadi, baik besarnya laju
kadar air awal sekitar kapasitas lapang dengan derajat infiltrasi konstan maupun waktu pencapaiannya
kejenuhan hampir sama dengan lahan hutan sekunder menentukan waktu tercapainya aliran permukaan dan
dan tegalan. besarnya aliran permukaan. Hasil-hasil penelitian yang
Waktu pencapaian laju infiltrasi konstan sangat telah ada, kebanyakan hanya memperhatikan nilai laju
dipengaruhi oleh besarnya kadar air awal sebelum infiltrasi konstan, belum memperhatikan waktu
terjadinya hujan (infiltrasi), karakteristik retensi air pencapaian laju infiltrasi konstan. Sebagai gambaran
tanah, dan sifat-sifat hidraulik lapisan tanah yang di lapangan, apabila hujan terjadi selama berhari-hari
merupakan pengaruh bersama sifat-sifat lapisan sehingga tanah cenderung jenuh terus menerus, maka
tanah, karena waktu pencapaian laju infiltrasi konstan infiltrasi air masuk ke dalam tanah pada nilai konstan.
juga dipengaruhi oleh proses infiltrasi. Seperti telah Namun, jika laju pergerakan air di dalam tanah cukup
dijelaskan, proses infiltrasi dipengaruhi oleh sifat cepat, maka laju infiltrasi konstan nilainya juga tinggi.
hidraulik lapisan tanah, konduktivitas hidraulik tanah Atau, jika terjadi hujan-hujan intensitas rendah dalam
baik jenuh maupun tak jenuh, karakteristik retensi air periode hujan, pergerakan air yang cepat di dalam
tanah, dan kadar air awal sebelum proses infiltrasi. tanah mendorong kondisi tanah tidak jenuh sehingga
Perbedaan nilai kadar air tanah awal terhadap dapat meningkatkan laju infiltrasi kembali. Jadi,
kadar air pada kondisi kapasitas lapang maupun perbaikan tanah akibat pengelolaan dapat
derajat kejenuhan kadar air awal, sangat menentukan meningkatkan laju pergerakan air dalam tanah,
besarnya laju infiltrasi awal. Kadar air awal meningkatkan laju infiltrasi konstan, dan pencapaian

Tabel 3 Waktu pencapaian laju infiltrasi konstan di berbagai penggunaan lahan


Lokasi Kadar air (%)
Waktu pencapaian laju infiltrasi Derajat kejenuhan
Kapasitas
Penggunaan Lahan konstan (menit) Awal (%)
lapang
Megamendung:
Bambu 85 35 46 69
Kopi 53 52 38 67
Tegalan 97 40 36 67
Babakan Madang:
Hutan Sekunder 64 40 44 64
Kebun campuran 103 40 43 69
Tegalan 77 39 41 72
298 JIPI, Vol. 26 (2): 292300

waktu infiltrasi konstan. Secara keseluruhan, apabila terjadi pada kurun waktu satu jam, maka
dampaknya adalah mengurangi aliran permukaan. intensitas hujan adalah sekitar 5 cm/jam. Berdasarkan
data-data curah hujan masa lalu tersebut dan
Pengurangan Aliran Permukaan dihubungkan dengan nilai laju infiltrasi yang terjadi di
Pengurangan aliran permukaan dapat disimulasi- enam tipe penggunaan lahan di Megamendung dan
kan seperti pada Gambar 3 dan ditampilkan pada Babakan Madang, maka dapat diperhitungkan peng-
Tabel 4. Aliran permukaan di setiap penggunaan lahan gunaan lahan mana yang lebih banyak mengurangi
diperhitungkan dari selisih laju infiltrasi tanah dengan aliran permukaan.
intensitas hujan. Curah hujan harian tertinggi di lokasi Laju infiltrasi konstan tanah di seluruh lahan di
penelitian pernah mencapai 103 mm/hari yang terjadi Megamendung masih di atas intensitas hujan, baik
pada waktu 40 menit. Nilai tersebut memiliki intensitas pada curah hujan tinggi maupun curah hujan rataan.
hujan sekitar 15 cm/jam. Curah hujan rataan pada Akan tetapi, di seluruh tanah di Babakan Madang, laju
musim hujan adalah sekitar 50 mm/hari. Nilai tersebut infiltrasi konstan di bawah intensitas curah hujan tinggi,

Lahan Bambu-Mega Mendung Hutan Sekunder-Babakan Madang


100 100 80 80

Intensitas hujan (cm/jam)


Intensitas hujan (cm/jam)
Laju infiltrasi (cm/jam)

Laju infiltrasi (cm/jam)


Laju infiltrasi laju infiltrasi
80 Curah hujan tinggi 80
60 Curah hujan tinggi 60
Curah hujan rataan
60 60 Curah hujan rataan
40 40
40 40

20 20 20 20

0 0 0 0
1 16 31 46 61 76 91 106 1 16 31 46 61 76
Waktu (menit) Waktu (menit)

Lahan Kopi-Mega Mendung Kebun Campuran-Babakan Madang


100 100 80 80
Intensitas hujan (cm/jam)
Laju infiltrasi (cm/jam)

Laju infiltrasi
Laju infiltrasi (cm/jam)

laju infiltrasi

Intensitas hujan (cm/jam)


80 Curah hujan tinggi 80 Curah hujan rataan
60 60
Curah hujan Rataan Curah hujan tinggi
60 60
40 40
40 40
20 20
20 20

0 0 0 0
1 11 21 31 41 51 61 71 81 1 16 31 46 61 76
Waktu (menit) Waktu (menit)

Tegalan-Mega Mendung Tegalan-Babakan Madang


80 80
140 140
laju infiltrasi
Laju infiltrasi (cm/jam)

Intensitas hujan (cm/jam)

120 120 Curah hujan tinggi


Intensitas hujan (cm/jam)

Laju infiltrasi
Laju infiltrasi (cm/jam)

Curah hujan tinggi 60 Curah hujan rataan 60


100 100
Curah hujan rendah
80 80
40 40
60 60
40 40
20 20
20 20
0 0
0 0
1 11 21 31 41 51 61 71 81 91
1 16 31 46 62 82
Waktu (menit)
Waktu (menit)

Gambar 3 Kurva hubungan laju infiltrasi dan intensitas curah hujan tinggi dan curah hujan rataan.
JIPI, Vol. 26 (2): 292300 299

Tabel 4 Aliran permukaan di berbagai penggunaan lahan, dengan simulasi hujan selama dua jam
Lokasi Aliran permukaan (mm), terjadi pada menit ke
penggunaan lahan Curah hujan rataan Curah hujan tinggi
Megamendung:
Bambu 0 0
Kopi 0 0
Tegalan 0 0
Babakan Madang:
Hutan sekunder 0 32,11 (50)
Kebun campuran 0 37,25 (80)
Tegalan 7,17 (77) 62,19 (4)

bahkan di lahan tegalan, laju infiltrasi konstan di bawah memengaruhi karakter pergerakan air sehingga dapat
intensitas curah hujan rataan, yang terjadi pada menit meningkatkan infiltrasi dan mengurangi aliran
ke-77 (Gambar 3). Apabila terjadi curah hujan tinggi permukaan. Laju atau kapasitas infiltrasi konstan dan
selama dua jam di hutan sekunder Babakan Madang, waktu pencapaiannya menentukan besarnya aliran
aliran permukaan dapat terjadi pada menit ke-50 permukaan yang terjadi. Pada lahan bambu, kopi, dan
dengan jumlah aliran permukaan sebesar 32,11 mm. tegalan di wilayah hulu DAS Ciliwung tidak timbul aliran
Pada kebun campuran Babakan Madang, jika terjadi permukaan pada hujan tinggi maupun hujan rataan.
curah hujan tinggi selama dua jam, aliran permukaan Sebaliknya, hujan tinggi selama dua jam di lahan hutan
dapat terjadi mulai menit ke-80 dengan aliran sekunder, kebun campuran, dan tegalan di wilayah
permukaan total sebesar 37,25 mm. Aliran permukaan tengah DAS telah menyebabkan aliran permukaan
di lahan tegalan Babakan Madang dapat terjadi baik masing-masing pada menit ke-50, ke-80, dan ke-4
pada curah hujan tinggi maupun pada curah hujan masing-masing setinggi 32,11 mm, 37,25 mm, dan
rataaan. Jika terjadi curah hujan tinggi selama dua jam, 62,19 mm. Aliran permukaan berdasarkan laju infiltrasi
di lahan tegalan Babakan Madang dapat terjadi aliran dan intensitas hujan suatu penggunaan lahan di suatu
permukaan sejak menit ke-4 dengan total aliran wilayah dapat diprediksi melalui pengamatan infiltrasi
permukaan mencapai 62,19 mm. Aliran permukaan di setiap penggunaan lahan dan prediksi curah hujan
akibat curah hujan rataan selama dua jam di lahan berdasar data masa lalu.
tegalan dapat menimbulkan aliran permukaan sejak
menit ke-77 dengan total aliran permukaan 7,17 mm.
Simulasi yang ditampilkan pada Gambar 3 dan UCAPAN TERIMA KASIH
Tabel 4 menunjukkan bahwa pengelolaan tanah yang
baik di berbagai penggunaan lahan dengan jenis Terima kasih saya ucapkan kepada Adhityo
vegetasi tertentu dapat memperbaiki sifat-sifat fisik Guritno, Ogan Kaiwa, M. Lukman Fadly Nasution, dan
tanah sehingga aliran permukaan menurun. Perbaikan M. Nurul Hadi atas bantuannya selama penelitian.
sifat-sifat fisik tanah tersebut dapat meningkatkan
pergerakan air di dalam tanah (konduktivitas hidraulik)
maupun laju peresapan air (laju infiltrasi) tanah.
Sebagian besar air hujan yang jatuh dapat diresapkan
DAFTAR PUSTAKA
ke dalam tanah dengan cepat. Dengan demikian, jika
tanah dikelola secara lebih baik, konservasi air maupun Bombino G, Denisi P, Gómez JA, Zema DA. 2019.
tanah dapat berhasil. Metode seperti yang ditampilkan Water Infifiltration and Surface Runoff in Steep
pada Gambar 3 dan Tabel 4 tersebut dapat digunakan Clayey Soils of Olive Groves under Different
untuk memprediksi aliran permukaan setiap peng- Management Practices. Water. 11(2): 240.
gunaan lahan dengan berbagai tipe vegetasi di suatu https://doi.org/10.3390/w11020240
wilayah secara lebih cepat. Data infiltrasi tanah dapat Dionizio EA, Costa MH. 2018. Influence of Land Use
diperoleh dari pengamatan setiap penggunaan lahan. and Land Cover on Hydraulic and Physical Soil
Data intensitas hujan dapat diprediksi berdasarkan Properties at the Cerrado Agricultural Frontier.
data kejadian hujan masa lalu. Selanjutnya, prediksi Agriculture. 21(1): 24. https://doi.org/
aliran permukaan dengan metode ini dapat 10.3390/agriculture9010024
dimanfaatkan untuk upscaling pada skala DAS.
Kay BD. 1990. Rates of changes of soil structure under
different cropping systems. Advances in Soil
KESIMPULAN Sciences. 12: 152. https://doi.org/10.1007/978-1-
4612-3316-9_1
Pengelolaan tanah pada lahan bambu, kopi, dan [KLHK] Kementerian Lingkungan Hidup dan
tegalan yang relatif baik dan telah dapat mem- Kehutanan. 2019. KLHK Tingkatkan Rehabilitasi
pertahankan sifat-sifat tanah yang baik, dapat
300 JIPI, Vol. 26 (2): 292300

Hutan dan Lahan Sepuluh kali lipat di 2019. Kemen Serrano-Muela P. 2017. Analysing the effect of land
LHK. Jakarta (ID). use and vegetation cover on soil infiltration in three
contrasting environments in Northeast Spain.
Klute A. 1986. Methods Of Soil Analysis. American
Cuadernos de Investigación Geográfica
Society of Agronomy, Inc. Soil Science Society Geographical Research Letters (CIG). 43(1):
of America, Inc. Madison, Wisconsin Usa. 141169.
Kumari R, Mayoor M, Mahapatra S, Parhi PK, Singh Rodríguez-Blanco ML, Taboada-Castro MMd
HP. 2019. Estimation of Rainfall-Runoff Taboada-Castro MT. 2012. Rainfall–runoff
Relationship and Correlation of Runoff with response and event-based runoff coeffificients in a
Infiltration Capacity and Temperature Over East humid area (northwest Spain). Hydrological
Singhbhum District of Jharkhand. International Sciences Journal. 57(3): 445459.
Journal of Engineering and Advanced Technology. https://doi.org/10.1080/02626667.2012.666351
9(2): 461466.
https://doi.org/10.35940/ijeat.B3216.129219 Stolte J. 2003. Effect of land use and infiltration
behavior on Soil Conservation. Alterra Green World
Liu DD, Chen XH, Lian YQ. Impacts of climate change Research. Wageningen (ND).
and human activities on surface runoff in the
Dongjiang River basin of China. 2010. Hydrological Sys C, Debaveye J. 1991. Land evaluation, part 1:
Processes. 24 (11): 14871495. https:// Principles in land evaluation and crop production
doi.org/10.1002/hyp.7609 calculation. In: General administration for
development cooperation. Brussels, Belgium.
Li Y, Shao M. 2006. Effect of rainfall intensity on rainfall
infiltration and redistribution in soil on loess slope Viessman W, Knapp GL, Lewis, Harbaugh TE. 1977.
land. www. Ncbi.nlm.nih.gov. 2 September 2019. Introduction toHydrology. New York (US): IEP-Dun-
Donnelley Harper & Row Publisher.
Oades JM. 1984. Soil organic matter and structure
stability: mechanism and implications for Wahjuni ED, Baskoro DPT, Purwakusuma W. 2016
management. Biological Processes and Soil Karakteristik Pergerakan dan ketersediaan air di
Fertility: 319337 in Developments in Plant and Berbagai penggunaan lahan. Prosiding HITI 2015:
Soil Sciences vol 11. https://doi.org/10.1007/978- Tanah untuk Kedaulatan Pertanian dan
94-009-6101-2_28 Keberlanjutan Kehidupan. Malang 2831 Oktober
2015. Malang (ID).
Ogban PI, Utin UE. 2015. Effect of land use on
infiltration characteristics of sandstone-derived soils Wang Y, Ding YJ, Ye BS, Liu FJ, Wang J, Wang J.
in Akwa Ibom State, Southeastern Nigeria. Journal 2012. Contributions of climate and human activities
of Applied Agricultural Research. 7: 141149. to changes in runoff of the Yellow and Yangtze
rivers from 1950 to 2008. Science China Earth
Prasetyo BH, Suhardjo H, Siswanto AB. 2001. Laporan Sciences. 56: 13981412. https://doi.org/10.1007/
Akhir Penyusunan Atlas Arahan Tata Ruang s11430-012-4505-1
Pertanian Tingkat Nasional. Litbang Pertanian,
Departemen Pertanian RI. P3HTA (Proyek Zhang GRY, Qian Z, Wang B. Zhao. 2014. Analysis of
Penelitian Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air). rainfall infiltration law in unsaturated soil slope. The
1985. Laporan Tahunan 1984/1985. Litbang Scientific World. Journal. 2014(7). https://
Pertanian Departemen Pertanian RI. doi.org/10.1155/2014/567250
Raka IDN, Wiswasta IGNA. 2011. Pelestarian tanaman Zhang L, Srinivasan R, Bai ZK. 2017. Analysis of
bambu sebagai upaya rehabilitasi lahan dan streamflflow response to climate variability and land
konservasi tanah di daerah sekitar mata air pada use change in the Loess Plateau region of China.
lahan marginal di Bali Timur. Jurnal Pertanian CATENA. 154: 111. https://doi.org/
Berbasis Keseimbangan Ekosistem. 1(1): 1121. 10.1016/j.catena.2017.02.012
Regues D, Badia D, Echeeverria MT, Gispert M, Lana-
Renault N, Leon J, Nadal-Romero E, Pardini G,

Anda mungkin juga menyukai