Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Sistem Informasi Manajemen Vol 1 Tahun 2019

ADANYA PEMBOROSAN DAN KETIDAKEFEKTIFAN PADA PROSES


PENYIRAMAN LAHAN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN AIR
PADA TANAMAN KENTANG
Waste and ineffectiveness in the process of watering the land in meeting the water
needs of the potato plant

Safira Saqina1, Naufal Fikri R2, Wahyu Setianing Budi3


Jurnal Sistem Informasi Manajemen
Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas PertanianUniversitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

ABSTRAK
Air yang dimanfaatkan untuk irigasi sering dijadikan kambing hitam jika terjadinya
gagal panen, padahal sangat banyak permasalahan lain seperti halnya aspek kuantitas,
kualitas dan jadwal pemasokan yang tepat. Berbagai jenis tanaman yang umumnya
menjadi komoditi budidaya pertanian adalah padi dan palawija seperti: kentang, jagung,
tomat, kol, lobak, cabe, bawang merah dll. Kebutuhan air dari tanaman-tanaman tersebut
berbeda satu sama lain. Kentang merupakan salah satu komoditas unggul yang banyak
dibudidayakan di daerah dataran tinggi. Kelebihan dan kekurangan air pada tanaman
kentang akan bedampak pada produktivitas tanaman kentang. Penelitian ini bertujuan
untuk :1) dapat mengontrol jumlah kebutuhan air yang dibutuhkan oleh tanaman kentang,
dan 2) dapat mengontrol dan memanajemen alat mesin penyiram dan menerapkan sistem
otomatis.

ABSTRACT
Water used for irrigation is often used as a scapegoat if crop failures occur, even
though there are many other problems such as the quantity, quality and proper supply
schedule. Various types of plants that are generally used as agricultural cultivation
commodities are rice and secondary crops such as: potatoes, corn, tomatoes, cabbage,
turnips, chilies, shallots, etc. The water needs of these plants are different from each other.
Potatoes are one of the superior commodities that are widely cultivated in the highlands.
The advantages and disadvantages of water in potato plants will affect the productivity of
potato plants. This study aims to: 1) can control the amount of water needed by potato
plants, and 2) can control and manage watering machine tools and implement automated
system.
Jurnal Sistem Informasi Manajemen Vol 1 Tahun 2019 untuk evapotranspirasi pada waktu yang akan
datang.

PENDAHULUAN KAJIAN PUSTAKA


Tanaman kentang di Indonesia pada umumnya
dibudidayakan pada ketinggian di atas 800 m dari
Air merupakan faktor pembatas utama
permukaan laut (Sutapradja 2008), pada daerah
pertumbuhan tanaman yang memiliki peran yang
pegunungan dengan tingkat kemiringan yang
sangat vital baik secara struktural maupun
tinggi, sehingga air sering menjadi masalah serius
fungsional. Jika ketersediaan air kurang, tanaman
pada musim hujan karena limpasan permukaan.
akan mengalami gangguan mulai dari tingkat
Sebaliknya, pada musim kemarau kadar air tanah
seluler sampai dengan tanaman secara utuh yang
yang rendah menjadi kendala untuk menunjang
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
pertumbuhan tanaman. Penentuan waktu tanam
produksinya (Ridwan, 2016).
yang tepat untuk mendapatkan ketersediaan air
Pengertian irigasi adalah upaya penyediaan,
yang cukup dan meminimalkan kehilangan air
pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk
melalui limpasan permukaan merupakan alternatif
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi
pengelolaan air yang penting. Informasi mengenai
irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah
dinamika air tanah dalam hubungannya dengan
tanah, irigasi pompa, irigasi perpipaan dan irigasi
curah hujan dan kehilangan air melalui
tambak. Sedangkan penyediaan air irigasi adalah
evapotranspirasi (aktual)serta aliran permukaan (
penentuan volume air per satuan waktu yang
run off , Ro) sangat diperlukan. Informasi tersebut
dialokasikan dari suatu sumber air untuk suatu
dapat diperoleh melalui analisis neraca air pada
daerah irigasi yang didasarkan waktu, jumlah, dan
lahan, menggunakan kadar air tanah dan curah
mutu sesuai dengan kebutuhan untuk menunjang
hujan selama pertumbuhan tanaman kentang.
pertanian dan keperluan lainnya (Yusuf, 2014).
Nasir (1993) mendefinisikan neraca air sebagai
Transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik
selisih antara jumlah air yang diterima oleh
faktor dalam maupun luar. Faktor dalam antara
tanaman dan kehilangan air dari tanaman beserta
lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun,
tanah melalui evapotranspirasi. Neraca air dapat
berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun,
dibuat dalam selang waktu harian, mingguan,
banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun,
bulanan maupun musiman tergantung kebutuhan
banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak
(Annandale et al . 1999).
stomata. Sedangkan faktor luar antara lain
Menurut (Steyn et al. 2007) kebutuhan air
kelembapan, suhu, cahaya, angin, dan kandungan
tanaman adalah jumlah air yang digunakan untuk
air. Lebih lanjut dikatakan semakin banyak jumlah
memenuhi evapotranspirasi yang dapat dihitung
daun maka semakin banyak jumlah stomata,
melalui perhitungan neraca air. Evapotranspirasi
sehingga semakin besar transpirasinya
merupakan jumlah air yang hilang dari tanah dan
(Gardner,1991 dalam Suyitno, 2012).
tanaman dalam satuan waktu tertentu yang
Luas daun pada tumbuhan berpengaruh terhadap
jumlahnya bergantung pada jenis tanaman, jenis
laju transpirasi. Hal ini karena daun yang luas
tanah serta kondisi cuaca pada lingkungan sekitar
memiliki jumlah stomata yang banyak, sehingga
tanaman terutama suhu dan kelembaban (Kirnak
mengakibatkan tingginya laju transpirasi
dan Short 2001).
(Loveless 1991, dalam Suyitno, 2012).
Evapotranspirasi adalah kombinasi dua proses
kehilangan air melalui jalur yang berbeda, yaitu
melalui permukaan tanah (evaporasi) dan tanaman
(transpirasi). Meskipun evaporasi dan transpirasi
terjadi melalui jalur yang berbeda, namun
keduanya sangat sulit dibedakan dan terjadi secara
simultan (Allen et al . 1998)
Xiong (2008) menyatakan evapotranspirasi
merupakan indikator yang dapat digunakan untuk
menduga kebutuhan air tanaman. Menurut Biggs
et al . (2008) pada prinsipnya evapotranspirasi
sama dengan kebutuhan air tanaman, air yang
terinfiltrasi juga berfungsi memenuhi kebutuhan
untuk evapotranspirasi. Bila curah hujan melebihi
evapotranspirasi, air akan disimpan di dalam tanah
sampai batas maksimum tanah menyimpan air
yang selanjutnya akan digunakan oleh tanaman
Jurnal Sistem Informasi Manajemen Vol 1 Tahun 2019
2. Banyaknya transpirasi tanaman persatuan
waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Jumlah air yang dikeluarkan sesuai kebutuhan


tanaman
Definisi Sistem 4. Alat dapat memberikan air sesuai dengan
Sistem Informasi Manajemen pada “kebutuhan air pengaturan
pada tanaman kentang dengan penyiraman lahan”
dirancang guna mengetahui kebutuhan air, Kontrol:
1. Memastikan alat berjalan dengan baik
kehilangan air dan membuat alat untuk penyiraman
2. Memastikan data yang valid
lahan
3. Memastikan kebutuhan air sesuai
4. Memastikan data evaporasi dan transpirasi
Tujuan Sistem lengkap dan valid
1. Dapat mengontrol jumlah kebuthan air yang
dibutuhkan oleh tanaman kentang
2. Dapat memberikan asupan air dengan kadar
yang seimbang untuk tanaman kentang
3. Dapat mengontrol dan memanajemen alat
mesin pertanian penyiraman dan menerapkan
system otomatis
4. Dapat mengontrol dan memanajemen alat
mesin pertanian penyiraman dan menerapkan
system otomatis

Input:
1. Jumlah air yang diserap tanaman
2. Jumlah air sesuai kebutuhan tanaman
3. Pembuatan alat dan unit pengontrol

Stakholder:
1. Teknisi lapangan
2. Peneliti
3. Penganalisis

Sumber daya:
1. Banyaknya air yang teruapkan
2. Banyaknya air tertranpirasi
3. Banyaknya air
4. Alat, bahan dan komponen

Ancaman:
1. Cuaca yang tidak pasti
2. Perhitungan yang kurang tepat
3. Waktu pembuatan alat

Rolemission and Objectice:


1. Mendapatkan data hasil evporasi tanaman
persatuan waktu menggunakan rumus
evaporasi
2. Mendapatkan data hasil tanaman persatuan
waktu menggunakan rumus transpirasi
3. Mensupply air yang dibutuhkan tanaman
berdasarkan perhitungan evaporasi dan
transpirasi
4. Alat dapat dibuat sesuai dengan desain.

Proses:
1. Menghitung data evaporasi di lahan
2. Menghitung data transpirasi di lahan
3. Menganalisis kebutuhan air irigasi
4. Membuat alat yang akan digunakan

Output:
1. Jumlah banyaknya air yang diluapkan
persatuan waktu
Use Cases

Gambar 1. Use Cases

Use cases pertama kali digunakan untuk membuat gambar Unifed Modelling
Languange dan banyak diaplikasikan untuk pengembangan sistem dari kebutuhan air dang
kehilangan air akibat evaporasi dan transpirasi pada tanaman kentang yang akan dilakukan
oleh stakholder
Process Hierarchy Diagram (PHD)

Gambar 2. PHD

PHD merupakan gambaran bagaimana sebuah system untu mengetahui pemborosan dan
ketidakefektifan proses penyiraman lahan dalam memenuhi kebutuhan air pada tanaman kentang. Sistem
tersebut bertujuan untuk mengetahui dan menhitung nilai eveporasi dan trasnpirasi pada tanaman kentang
serta membuat suatu alat untuk mengontrol dan memanajemen alat dan mesin penyiraman dengan
menerapkan system otomatis.

Bussines Process Diagram (BPD)

Gambar 3. BPD

BPD merupakan gambaran aliran control (urutan eksekusi) atau aliran data (pertukaran
data) Antara proses pada system dalam menhitug data evaporasi dan transpirasi untuk bahan atau
data dalam menganalisis kebutuhan air pada irigasi untuk penyiraman lahan dan membuat alat
yang digunakan.

Bussiness Process Model and Notation (BPMN)


Gambar 5. BPMN

BPMN merupakan representasi dari BPD (Bussiness Process Diagram) yang akan
memberikan penyempurnaan pada prosesnya untuk menganalisis system dalam pemborosan dan
ketidakefektifan dalam penyiraman lahan untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman kentang.
KESIMPULAN

Penelitian analisis kebutuhan air pada tanaman kentang dan ketidakefektifan penyiraman pada lahan tanaman
kentang mampu menghasilkan:
1. Kebutuhan air pada tanaman kentang tercukupi
2. Data evaporasi dan trasnpirasi dapat digunakan untuk
penelitian selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

Xiong D. 2008. Estimation of Daily Evapotranspiration by Three-Temperatures Model at Large Catchment


Scale. The International Archieves of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information
Science. Vol.37 Part B8.
SeyhanE. 1995. Dasar-Dasar Hidrologi. Gadjah mada University Press. Yogyakarta
Steyn JM, Kabago DM and Annanade JG. 2007. Patato grown and yield responses to irrigation regimes in
contrasting seasion of a subtropical region. African Crop Science Conference Proceeding . 8:1647-
1651.
SutapradjaH. 2008. Pengaruh jarak tanam dan ukuran umbi bibit terhadap pertumbuhan dan hasil kentang
varietas Granola untuk bibit. J hort. 18 (2): 155 – 159.
Unlu MR, Kanber, Senyigit U,Onaran H, Diker K. 2006. Trickle and sprinkler irrigation of potato ( Solanum
tuberosum L.) in the Middle Anatolian Region in Turkey. Agric. Water Mngt. 79 : 43-71
AllenRG, Pereira LS, Raes D, Smith M. 1998. Crop evapotranspiraton: guidelines for computing crop water
requirements. FAO irrigation and drainage paper, 56. FAO.
Rome Anandale JG, Benade N, Jovanovie NZ, Steyn JM, Sautoy DUN. 1999. Facilitating irrigation
scheduling by means of the soil water balance model, University of pretoria, Submitted to Water
Research Commission.
Yusuf, I.A. 2014. Kajian Kriteria Mutu Air Irigasi Review Of Water Quality Criteria For Irrigation. Jurnal
Irigasi, 9(1): 1-15.
Suyitno. 2012. Perbandingan jumlah stomata pada bagian abaksial dan adaksial. http://www.pertanian.untag-
smd.ac.id/wpcontent/uploads/2012/06/Proses_Transpirasi_PadaTanaman Bab IX.pdf.(diakses pada
tanggal 9 Desember 2019).
Ridwan, Tri H., & Witjaksono. 2016. Uji Toleransi Tanaman Kentang Hitam (Plectranthus rotundifolius (Poir.)
Spreng.) Hasil Radiasi Sinar Gamma terhadap Cekaman Kekeringan. Jurnal Biologi Indonesia, 12(1):
41-48.
Andriyanto, F., Setiawan, B & Riana, FD. 2013. Dampak impor kentang terhadap pasar kentang di Indonesia.
Habitat, 24(1): 59–70.
Dianawati, M .2013. Produksi benih umbi mini kentang (Solanum tuberosum L.) secara aeroponik melalui
induksi pengumbian. Disertasi, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai