Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBERDAYA LINGKUNGAN

“TUGAS MINGGU KE-4”

Disusun oleh:

Nama : Kurniawan Setyaji

NIM : 165040201111053

Kelas :M

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018
1. Hasil penelitian Utomo dkk menunjukan bahwa evapotranspirasi dari tanaman pinus
bervariasi disekitar 1500 mm/th, apakah arti hasil penilitian tersebut ditinjau dari
konservasi sumberdaya lahan?
 Pinus dapat menyebabkan kekeringan di musim kemarau dikarenakan pinus
mengonsumsi banyak air. Pinus dapat menyimpan air di musim penghujan dan
mengalirkan di musim kemarau, pinus disarankan ditanam pada daerah dengan
curah hujan di atas 3.000 mm/pertahun sehinmgga tidak perlu dikhawatirkan terjadi
kekeringan atau kehilangan ketersediaan air tanah pada musim kemarau akibat
konsumsi air yang tinggi oleh pinus. Pinus juga mempunyai kelebihan yaitu
perakaran yang dalam, intersepsi dan evapotranspirasi yang tinggi, pohon yang
tidak terlalu berat atau ringan, dan produk utama yaitu kayu. (Yoga Yanuar P,.
2015)
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian Utomo dkk
yang mana evapotranspirasi dari tanaman pinus bervariasi di sekitar 1500
mm/tahun, hal ini sesuai pernyataan di atas bahwa tanaman pinus dapat
menyimpan air sangat tinggi dan diperlukan daerah yang curah hujan tinggi diatas
3000 mm/th untuk mengantisipasi kekeringan atau kehilangan ketersediaan air
tanah

2. Ringkasan tentang intersepsi dan limpasan permukaan!


 Intersepsi air hujan (rainfall interception loss) adalah proses ketika air hujan
jatuh pada permukaan vegetasi, tertahan beberapa saat, untuk kemudian diuapkan
kembali (“hilang”) ke atmosfer atau diserap oleh vegetasi yang bersangkutan.
Proses intersepsi terjadi selama berlangsungnya curah hujan dan setelah hujan
berhenti sampai permukaan tajuk vegetasi menjadi kering kembali. Setiap kali hujan
jatuh di daerah bervegetasi, ada sebagian air yang tak pernah mencapai permukaan
tanah, dan dengan demikian, tidak berperan dalam membentuk kelembaban tanah,
air larian atau air tanah. Air tersebut akan kembali lagi ke udara sebagai air
intersepsi tajuk, seresah dan tumbuhan bawah. Intersepsi dianggap faktor penting
dalam daur hidrologi karena berkurangnya air hujan yang sampai di permukaan
tanah oleh adanya proses intersepsi adalah cukup besar. Dari keseluruhan
evapotranspirasi, besarnya intersepsi bervariasi antara 35-55 %. Oleh karenanya,
pengelola daerah aliran sungai harus tetap memperhitungkan besarnya intersepsi
karena jumlah air yang “hilang” sebagai air intersepsi dapat mempengaruhi neraca
air lokal dan regional.Besarnya intersepsi hujan bekisar antara 35-75 % dari
keseluruhan evapotranspirasi di atas tegakan hutan. Sementara besarnya intersepsi
di hutan hujan tropis berkisar antara10-35 % dari curah hujan total. Perubahan
tegakan penutup tanah dari satu jenis vegetasi lain dapat mempengaruhi neraca air
tahunan di daerah tersebut. Air hujan yang jatuh di atas permukaan vegetasi yang
lebat, terutama pada permulaan hujan, tidak langsung mengalir ke permukaan
tanah. Untuk sementara, air tersebut akan ditampung oleh tajuk batang dan cabang
vegetasi. Setelah tempat-tempat tersebut jenuh dengan air, maka air hujan yang
datang kemudian akan menggantikan air hujan yang tertampung tersebut untuk
selanjutnya menetes ke tajuk, batang dan cabang vegetasi di bawahnya sebelum
akhirnya sampai di atas tumbuhan bawah, seresah, dan permukaan tanah.
Besarnya air yang tertampung di permukaan tajuk, batang dan cabang vegetasi
dinamakan kapasitas simpan intersepsi ( canopy storage capacity ) dan besarnya
ditentuntukan oleh bentuk, kerapatan, dan tekstur vegetasi (Asdak, C.2007).
 Limpasan permukaan adalah aliran air yang mengalir di atas permukaan
karena penuhnya kapasitas infiltrasi tanah. Limpasan ini terjadi apabila intensitas
hujan yang jatuh di suatu DAS melebihi kapasitas infiltrasi, setelah laju infiltrasi
terpenuhi maka air akan mengisi cekungan-cekungan pada permukaan tanah.
Setelah cekungan-cekungan tersebut penuh, selanjutnya air akan mengalir
(melimpas) diatas permukaan tanah. Secara alamiah sebagian air hujan yang jatuh
ke permukaan tanah akan meresap ke dalam tanah dan selebihnya akan mengalir
menjadi limpasan permukaan. Kondisi daerah di tempat hujan itu turun akan sangat
berpengaruh terhadap bagian dari air hujan yang akan meresap ke dalam tanah dan
akan membentuk limpasan permukaan. Hujan yang sampai ke permukaan tanah
akan ditransformasikan sebagiannya menjadi limpasan setelah tanah menjadi jenuh
dan laju perkolasi lebih rendah dari intensitas hujan. Kejadian aliran air sangat
ditentukan oleh transformasi hujan dari langit kemudian sebagian mengalami
abstraksi dan ditersepsi oleh tanaman penutup. Hujan yang sampai di tanah
mengalami infiltrasi dan menjadi jenuh.setelah itu terjadilah aliran permukaan.
Proses tranformasi ini sering disebut model transformasi hujan aliran atau dalam
bentuk transformasi hydrograf hujan menjadi hidrograf aliran (Sari, Santi. 2010)
3. Ringkasan erodibilitastanah dan infiltrasi!
 Indeks kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah merupakan jumlah
tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah hujan pada
sebidang tanah tanpa tanaman, tanpa usaha pencegahan erosi pada lereng 9 %
dan panjang 22 m. Kepekaan tanah terhadap erosi dipengaruhi oleh tekstur tanah
(terutama kadar debu +pasir halus), bahan organik, struktur dan permeabilitas
tanah. pengelolaan tanah dan penggunaan tanah itu untuk pertanaman, permukaan
tanah harus dipilih dengan hati-hati, apakah terdapat erodibilitas yang tinggi atau
rendah demikian juga panjangnya larikan-larikan tanah yang miring harus dibatasi
apabila erosi dan pencucian tanah-tanah yang dilarutkan itu hendak dibatasi.
Kepekaan tanah terhadap daya menghancurkan dan penghanyutan oleh air
curahan hujan disebut erodibilitas. Jika erodibilitas tanah tersebut tinggi maka tanah
itu peka atau mudah terkena erosi dan jika erodibilitas tanah itu rendah berarti daya
tahan tanah itu kuat atau resisten terhadap erosi.

Erodibilitas tanah sangat penting untuk diketahui agar tindakan konservasi dan
pengolahan tanah dapat dilaksanakan secara lebih tepat dan terarah. konsep dari
erodibilitas tanah dan bagaimana cara menilainya merupakan suatu hal yang
bersifat kompleks atau tidak sederhana karena erodibilitas dipengaruhi oleh banyak
sekali sifat-sifat tanah. Berbagai usaha telah banyak dilakukan untuk mendapatkan
suatu indeks erodibilitas yang relatif lebih sederhana, baik didasarkan pada sifat-
sifat tanah yang ditetapkan di laboratorium maupun di lapangan atau berdasarkan
keragaan (response) terhadap hujan (Arsyad, S., 2010)
 Infiltrasi adalah suatu proses masuknya air kedalam tanah secara vertikal melalui
permukaan tanah, kondisi ini sangat dipengarui oleh sifat pori tanah, kadar air,
tekstur, struktur, kepadatan tanah, kandungan bahan organik tanah dan keadaan
tipe vegetasi tumbuhan. Infiltrasi beragam secara terbalik dengan lengas tanah, hal
ini dalam tiga cara yaitu, Kandungan air yang meningkat mengisi ruang pori dan
menguras kapasitas tanah untuk infiltrasi air selanjutnya, bila hujan membasahi
suatu permukaan tanah yang kering, gaya kapiler yang kuat diciptakan yang
cenderung untuk menarik air ke dalam tanah dengan laju yang lebih tinggi dibanding
dengan laju yang dihasilkan dari gaya gravitasi saja meningkatnya air dan
mengurangi ruang pori (Nasta, H., 2018)
Vegetasi adalah berbagai macam jenis tumbuhan atau tanaman yang
menempati suatu ekosistem. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, vegetasi di
definisikan sebagai suatu bentuk kehidupan yang berhubungan dengan
tumbuhtumbuhan atau tanam-tanaman. Istilah vegetasi dalam ekologi adalah istilah
yang digunakan untuk menyebut komunitas tumbuh-tumbuhan yang hidup di dalam
suatu ekosistem. Vegetasi yang menutupi tanah di hutan melindungi tanah
permukaannya mempunyai peranan besar untuk menghambat dan mencegah
berlangsungnya erosi. Vegetasi atau pohon-pohon tersebut selain akan melindungi
tanah permukaan dari pukulan langsung butir-butir air hujan dapat pula
memperbaiki struktur tanah melalui penyebaran akar-akar. Sistem perakaran yang
terjadi karena tumbuh-tumbuhan yang ada di atasnya menyebabkan retakan di
dalam tanah. Hal ini sangat menguntungkan saat terjadi laju infiltrasi besar.
Ketersediaan lapisan sampah hutan dapat memperbesar laju infiltrasi (Nasta, H.,
2018)
Tanah tersusun oleh pasir, debu dan liat serta bahan organik. Bahan organik
tanah biasanya menyusun sekitar 5% bobot total tanah, meskipun hanya sedikit
namun mempunyai peran penting dalam menentukan kesuburan tanah baik secara
fisik, kimiawi maupun secara biologis tanah. Komponen tanah yang berfungsi
sebagai media tumbuh, maka bahan organik juga berpengaruh secara langsung
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan mikroba tanah. Bahan
organik yang terbentuk di atas permukaan tanah yang bersifat poreus akan
menyerap air dan selanjutnya air akan mengalir. Air yang terserap bahan organik
selanjutnya dengan kecepatan yang relatif lambat akan meresap terus ke lapisan
bagian dalam tanah sampai pada akhirnya akan terbentuk konsentrasi air di dalam
tanah. Dari sini air akan dialirkan pula ke tempat yang lebih rendah dari daratan
hutan dalam bentuk mata air dengan demikian manusia dan mahkluk hidup lainnya
tidak akan kekurangan air (Nasta, H., 2018)
4. Sebutkan tanaman yang meningkatkan erosi
 Salah satu tanaman yang dapat meningkatkan laju erosi adalah kentang.
Kentang merupakan salah satu tanaman yang bernilai ekonomis bagi
masyarakat Indonesia. Kentang dapat tumbuh dengan baik di dataran tinggi
antara 500-3.000 m dpl, dimana tempat yang terbaik adalah pada ketinggian
1.300 m dpl dengan suhu relatif sekitar 20°C. Selain, itu daerah dengan curah
hujan 200-300 mm setiap bulan atau 1.000 mm selama masa pertumbuhan
kentang merupakan daerah yang baik untuk pertumbuhan kentang. Banyak
faktor yang membuat tanaman kentang tergolong sebagai tanaman yang dapat
meningkatkan erosi tanah, yakni cara pengolahan yang dilakukan petani dan dari
faktor tanaman kentang sendiri. Pengolahan tanah umumnya dilakukan dengan
cara guludan menyusur (searah) kontur dan sebagian memotong kontur
(guludan lurus). Tetapi kebanyakan petani lebih suka menggunakan guludan
lurus karena lebih mudah pengolahan tanahnya. Dari segi konservasi tanah
penanaman dengan menggunakan guludan lurus justru membuat tanah menjadi
tererosi dan kurang subur. Ini disebabkan oleh pengolahan tanah yang dinilai
tidak tepat. Petani kentang biasanya membuat saluran air dari atas kemudian
dialirkan ke bawah. Akibatnya bagian bawah sering banjir yang membawa
endapan lumpur. Dengan adanya erosi yang tinggi ini menyebabkan
menurunnya tingkat kesuburan dan hilangnya lapisan tanah subur (humus).
Penurunan kesuburan tanah ini diindikasikan oleh pemberian pupuk kandang
yang digunakan petani sangat banyak karena tanah disana sudah kehilangan
unsur hara.Tanaman kentang adalah tanaman perdu yang berakar serabut,
dimana sangat kecil kemampuannya menahan air dan tanah. Sehingga pada
suatu saat lahan pertanian kentang ini akan semakin longsor karena tergerus air.
Ancaman longsor telah menjadi kenyataan saat ini. Selain itu dengan
ketidakmampuan tanaman perdu (kentang) menahan air maka akan menjadikan
kandungan air tanah juga semakin menipis. Penanaman kentang yang berbibit
hibrida yang rakus unsur hara sehingga akan memacu penggunaan pupuk serta
pestisida anorganik (kimia) yang semakin meningkat sehingga unsur hara tanah
semakin menipis.
5. Tanaman yang merugikan koservasi air!
 eceng gondok memberikan pengaruh terhadap perairan lingkungan sekitarnya,
diantaranya adalah dapat menghambat lancarnya arus air, mempercepat proses
pendangkalan karena memiliki kemampuan untuk menahan partikel-partikel yang
terdapat dalam air, menyuburkan perairan dengan sampah-sampah organiknya
sehingga memungkinkan tumbuhnya tanaman lain dan merupakan sarang dari
berbagai vektor penyakit, seperti nyamuk. Lingkungan menjadi kurang bersih,
khususnya air menjadi kotor. Perkembangbiakannya yang demikian cepat
menyebabkan tanaman eceng gondok telah berubah menjadi tanaman gulma
perairan. Pertumbuhan enceng gondok yang sangat cepat juga menimbulkan
berbagai masalah, antara lain mempercepat pendangkalan sungai atau danau,
menurunkan produksi ikan, mempersulit saluran irigasi, dan menyebabkan
penguapan air sampai 3 sampai 7 kali lebih besar daripada penguapan air di
perairan terbuka (Nurfitri A., 2013)
REFRENSI

Arsyad, S., 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Institut Pertanian Bogor: Bogor

Asdak, C.2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta Gadjah Mada
University Press

Nasta Harimi. 2018. Pengaruh Tipe Vegetasi Terhadap Laju Infiltrasi di Kawasan Geothermalie
Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Sebagai Referensi Matakuliah Ekologi
Tumbuhan. Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. Banda Aceh

Nurfitri Astuti,. 2013. Poetensi Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms) Rawapening
Untuk Biogas Dengan Variasi Campuran Kotoran Sapi. Universitas Diponegoro.
Semarang

Sari, Santi. 2010. Studi limpasan Permukaan Spasial Akibat Perubahan Penggunaan Lahan
(Menggunakan Model Kinneros). Magister Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
Malang

Yoga Yanuar P,. 2015. Hubungan Kesesuaian Lahan Tanaman Pinus Dengan Kerawanan
Longsor Lahan Di SUB-DAS Logawa Kabupaten Banyumas. Universitas
Muhammadiyah. Purwokerto

Anda mungkin juga menyukai