Anda di halaman 1dari 3

4.

3 Permasalahan Tiap SPL

Pada setiap SPL terdapat permasalahan yang berbeda-beda, tergantung dari setiap
faktor pembatas yang terdapat pada masing-masing SPL. Pada SPL 1 diketahui memiliki
kelerengan sebesar 8o yang termasuk dalam Kelas Kemampuan Lahan IV dengan faktor
pembatas e dan memiliki kedalaman efektif yang baik untuk tanaman jeruk yaitu sebesar 100 cm.
Pada SPL 2 memiliki kelerengan sebesar 21o dan dikategorikan pada Kelas Kemampuan Lahan
VII dengan faktor pembatas e (erosi) dan memiliki kedalaman efektif 20-30 cm untuk tanaman
kubis. Pada kedua SPL masalah utamanya yaitu irigasi yang masih memanfaatkan tadah hujan
dan pada SPL dua memiliki kelerengan sebesar 21o .

Tanaman yang ditanam pada masing-masing SPL adalah tanaman jeruk dan tanaman
kubis. Pada masing-masing SPL hanya terdapat vegetasi tanaman utama dengan tidak adanya
seresah atau bahan organik pada permukaan tanah yang dapat menahan limpasan permukaan.
Bahan organik tanah dapat meningkatkan daya menahan air tanah, sehingga tanah mampu
mengikat air dalam jumlah besar dan meminimalisir terjadinya limpasan permukaan. Limpasan
permukaan terjadi ketika jumlah curah hujan melampaui laju infiltrasi. Apabila curah hujan telah
melebihi maksimum laju infiltrasi tanah dan tanah telah melebihi kapasitas menyimpan air,
limpasan permukaan akan terjadi. Laju infiltrasi tanah sangat dipengaruhi oleh macam
penggunaan lahan atau kerapatan vegetasi penutup tanah yang berhubungan dengan ketebalan
lapisan seresah tanah, intensitas hujan, intersepsi hujan oleh kanopi tanaman dan dinamika
struktur tanah. Menurut Yulyana (2014) pada lahan yang memiliki vegetasi lebat akan menahan
jatuhnya air hujan agar tidak mengenai tanah secara langsung, melainkan meresap ke dalam
tanah melalui vegetasi dan seresah daun di permukaan tanah, sehingga meminimalisir terjadinya
limpasan permukaan. Pada SPL 2 memiliki kedalaman efektif berkisar antara 20-30 cm dengan
komoditas tanaman kubis. Hal ini berarti kedalaman efektif yang ada di SPL 2 termasuk dangkal,
dengan tidak adanya tutupan lahan serta kelerengan yang curam akan mempercepat pengikisan
lapisan tanah atas (top soil). Dangkalnya kedalaman perakaran tanah akan membuat kapasitas
penyimpanan air sangat terbatas, dan membuat tanah mudah jenuh. Menurut Maro’ah (2011)
Faktor yang menentukan kapasitas simpanan air di dalam tanah dalam suatu sistem tata guna
lahan adalah kedalaman efektif tanah, distribusi ruang pori mikro tanah, distribusi ukuran partikel
tanah yang seimbang antara partikel liat dan pasir. Kapasitas penyimpanan air tanah didefinisikan
sebagai jumlah total air yang disimpan dalam tanah di dalam zona akar tanaman, kapasitas
simpanan air tanah ini salah satunya ditentukan oleh tekstur dan kedalaman perakaran tanaman.
Semankin dalam perakaran berarti terdapat volume air yang lebih besar yang dapat disimpan
oleh tanaman. (Ministy of Agriculture, 2015). Selain itu kelerengan yang curam dapat
mempercepat terjadinya run-off dan akan mengalir tanpa adanya hambatan dari vegetasi yang
ada. Maka akibatnya adalah terkikisnya lapisan tanah atas (top soil) yang merupakan lapisan
tanah subur yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Menurut Harijanto et al. (2016) kelerengan
yang curam akan memperbesar jumlah butir tanah yang terpercik akibat hantaman air hujan.
Maro’ah, S., 2011. Kajian Laju Infiltrasi dan Permeabilitas Tanah Pada Beberapa Model Tanaman.
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Skripsi

Harjianto, M., N. Sinukaban, S.D. Tarigan, dan O. Haridjaja. 2016. Evaluasi Kemampuan Lahan
Untuk Arahan Penggunaan Lahan di Daerah Aliran Sungai Lawo, Sulawesi Selatan. J.
Penelitian Kehutanan Wallacea 5(1): 1-11

Yulyana. A, 2014, Pengaruh Perubahan Tataguna Lahan Terhadap Karakteristik Hidrograf Banjir.
Jurnal Tekno Global, Vol. 3 No. 1, Des 2014 .

Ministry of Agriculture. 2015. Water Conservation Factsheet. British Columbia. 1-4.

Anda mungkin juga menyukai